Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN I
ANODASI ALUMUNIUM
NAMA : ARMAWATI
NIM : H311 12 276
KELOMPOK/ REGU : IV (EMPAT)/ 7 (TUJUH)
HARI/ TANGGAL PERCOBAAN : SENIN/ 29 SEPTEMBER 2014
ASISTEN : RISKAL HERMAWAN














LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN




1.1 Latar Belakang
Potensial reduksi negatif menyatakan bahwa unsur Aluminium lebih bersifat
logam dibanding hidrogen. Energi pengion dari golongan IIIA hampir sama satu
sama lain kecuali energi hidrasi Al
3+
merupakan yang terbesar di antara kation
golongan IIIA. Hal ini menjelaskan bahwa Al
3+
mempunyai energi potensial reduksi
negatif yang paling besar di antara kation golongan IIIA dan bahwa Al adalah
golongan IIIA yang paling aktif.
Bentuk alami dari kebanyakan dari kebanyakan senyawa aluminium diturunkan
dari oksida (Al
2
O
3
) dan bermacam-macam oksida terhidrat, misalnya Al
2
O
3
.H
2
O dan
Al
2
O
3.
3H
2
O. Banyak batu mulia yang terdiri dari Al
2
O
3
dan sedikit campuran oksida
logam lain. Kegunaan Al
2
O
3
(alumina) adalah sebagai pelapis dalam tanur suhu
tinggi dan sebagai penyangga katalis dalam proses kimia skala industri. Aluminium
merupakan konduktor listrik yang baik, terang dan kuat.
Telah diketahui bahwa logam aluminium yang dilapisi dengan oksidanya dapat
mencegah pengkaratan. Ketahanan maksimum pada pengkaratan berada pada selang
pH 4,5 sampai 8,5 . Kebanyakan aluminium yang digunakan secara komersial diberi
perlakuan sedemikian rupa agar dapat terlapisi dengan oksidanya. Pelarutan Al
2
O
3

dengan bermacam-macam porositas dan ketebalan dapat dilakukan. Demikian juga
oksida dapat dibuat untuk menyerap pewarna atau aditif lain. Berdasarkan teori di
atas maka dilakukan percobaan anodasi aluminium.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui peningkatan ketebalan
lapisan oksida logam aluminium setelah proses anodasi dan pewarnaan.

1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini antara lain :
1. Menghitung berat logam aluminium sebelum dan setelah proses anodasi.
2. Menghitung berat rendemen setiap logam aluminium hasil anodasi.


1.3 Prinsip Percobaan
Menentukan peningkatan ketebalan lapisan oksida aluminium dengan teknik
anodasi yang melalui proses elektrokimia dengan asam Sulfat sebagai larutan
elektrolit. Kemudian dilakukan pewarnaan terhadap logam aluminium dengan
menggunakan larutan campuran amonium oksalat dan besi(III) klorida.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Aluminium adalah logam yang keras, kuat dan berwarna putih. Meskipun
sangat elektropositif, bagaimanapun juga tahan terhadap korosi karena lapisan oksida
yang kuat dan liat yang terbentuk pada permukaannya. Lapisan-lapisan oksida yang
tebal seringkali dilapiskan secara elektrolitik pada aluminium, yaitu proses yang
disebut anodasi. Lapisan-lapisan yang segar dapat diwarnai dengan pigmen.
Aluminium larut dalam asam mineral encer, tetapi dipasifan oleh HNO
3
pekat. Bila
pengaruh perlindungan lapisan oksida dirusakkan, misalnya dengan penggoresan
atau dengan amalgamasi, penyerangan cepat meskipun oleh air sekalipun dapat
terjadi. Logamnya mudah bereaksi oleh larutan NaOH panas, halogen dan berbagai
nonlogam (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Alat elektrolisis terdiri atas sel elektrolisis yang berisi elektrolit (larutan atau
leburan). Pada elektrolisis biasa kita selalu menggunakan elektroda yang sama
dimasukkan dalam larutan yang bersangkutan. Pada elektrolisis H
2
dan O
2
ternyata
timbulnya kedua gas ini baru mulai setelah E lebih besar dari 1,7 V. Ada dua prinsip
yang khas dari elektrolisis yaitu kaitan antara beda potensial yang digunakan dan
arus yang mengalir melalui sel elektrolisis secara selektif di antara ion-ion pada
permukaan elektroda (Putra, 2010)
Anoda : 2H
2
O 4H
+
+ O
2
(g) + 4e
Katoda : 2H
+
+ 2e H
2
Agar terjadi elektrolisis diperlukan potensial minimum karena adanya beda
potensial antara elektroda menyebabkan ion-ion dalam sistem bergerak ke elektroda.
Hidrogen dan oksigen yang mula-mula terbentuk menutupi permukaan elektroda dan
reaksi sebaliknya yang terjadi. Beda potensial harus mengimbangi DGL balik yang
disebabkan oleh penyerapan hasil elektrolisis pada permukaan elektroda. Potensial-
urai teoritis untuk asam sulfat adalah 1,23 V (Putra, 2010).
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkaitan dengan interkonversi
energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks
(reduksi-oksidasi) dimana dalam reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan
diubah menjadi listrik atau dimana energi listrik yang menggunakan reaksi yang
nonspontan bisa terjadi. Elektron-elektron ditransfer dari satu zat ke zat lain dalam
reaksi redoks (Chang, 2004).
Dengan beberapa logam, seperti aluminium, hasil korosi (Al
2
O
3
) membentuk
lapisan yang melindungi lapisan logam dari korosi. Tetapi, besi oksida dapat
mengelupas sehingga secara tetap permukaan yang baru terbuka itu mengalami
korosi. Hal ini dapat menerangkan mengapa panci yang terbuat dari besi dapat cepat
mengalami kerusakan jika dibiarkan, sedangkan panci dari aluminium jauh lebih
awet. Beberapa cara telah dirancang untuk melindungi suatu logam dari korosi.
Yang paling mudah adalah melapisi permukaan dengan cat atau bahan pelapis
lainnya. Permukaan besi dapat dilindungi dengan cara ini, sepanjang lapisan itu tidak
mengelupas (Petrucci, 1999).
Tegangan yang diperlukan untuk menjalankan reaksi elektroda tertentu dapat
melampaui hitungan secara teori. Interaksi yang disebut polarisasi antara permukaan
elektroda di bagian yang terdapat dalam reaksi elektrode. Akibatnya, diperlukan
suatu energi potensial yang lebih besar agar supaya reaksi elektroda itu terjadi.
Potensial berlebih ini umumnya terjadi bila reaksinya melibatkan gas. Misalnya,
potensial berlebih dalam penggunaan sel dengan H
2
(g) pada katoda raksa kira-kira
1,5 V, sedangkan pada katode platina adalah nol. Faktor kedua yang sulit adalah bila
zat yang dielektrolisis mengandung beberapa spesies yang mampu menjalani
oksidasi dan reduksi, maka mungkin terjadi persaingan reaksi elektroda
(Petrucci, 1999).
Diperlukan potensial tambahan untuk ion pada elektrolisis yang disebut
potensial lebih (over potential). Potensial lebih merupakan ukuran energi pengaktifan
bagi reaksi elektroda. Reaksi pada elektroda yang menghasilkan gas memerlukan
potensial yang lebih besar (Putra, 2010).
Sebuah sel terdiri dari 2 elektron dan satu atau lebih larutan dalam sebuah
tangki yang sesuai. Jika sel tersebut dapat memberi energi elektrik pada sebuah
sistem eksternal maka sel tersebut disebut sel volta. Sumbernya ialah sejak elektron
meninggalkan tempat awalnya dan masuk dalam sel elektrolisis yang ada dalam
terminal. Katode adalah terminal positif dari sel galvanik, karena menerima elektron
pada terminal ini (Jeffery, dkk., 1989).
Hubungan antara jumlah energi listrik yang dikonsumsi dan perubahan kimia
yang dihasilkan dalam elektrolisis merupakan salah satu persoalan penting yang
dicari jawabannya oleh Michael Faraday (1791 1867). Hukum Faraday pertama
tentang elektrolisis menyatakan bahwa jumlah perubahan kimia yang dihasilkan
sebanding dengan besarnya muatan listrik yang melewati suatu sel elektrolisis.
Hukum kedua tentang elektrolisis menyatakan bahwa sejumlah tertentu arus listrik
menghasilkan jumlah ekivalen yang sama dari benda apa saja dalam suatu
elektrolisis (Petrucci, 1999).
Penggunaan penting dari elektrolisis adalah pemurnian logam. Proses
pemurnian logam (metallurgical smelting) biasa menghasilkan logam tembaga yang
kurang murni untuk penggunaan secara lazim. Misalnya adanya arsenik dapat
menurunkan konduktivitas listrik dari tembaga, sehingga hasilnya kurang cocok
untuk dibuat kawat dan konduktor listrik yang lain (Petrucci, 1999).
Sebongkah tembaga yang tidak murni dijadikan sebagai anoda dan sebuah
lempeng dari tembaga murni dijadikan sebagai katoda. Selama elektrolisis tembaga
dipindah secara terus-menerus melalui larutan (sebagai Cu
2+
) dari anoda ke katoda.
Emas dan perak biasanya ditemukan sebagai pengotor (impurities) dalam tembaga.
Logam-logam ini kurang aktif dibanding tembaga karena sukar teroksidasi. Logam-
logam tersebut tidak masuk dalam reaksi anoda, tetapi mengendap pada dasar tangki
elektrolisis dalam suatu lumpur (sludge) yang dinamakan lumpur anoda. Nilai
ekonomis dari lumpur anoda sering kali cukup untuk menutup biaya permurnian
tembaga secara elektrolisis (Petrucci, 1999).
Di antara benda-benda umum yang diproduksi hampir seluruhnya dengan
proses elektrolisis adalah logam alkali, magnesium, aluminium, klor, fluor, hidrogen
peroksida dan natrium hidroksida. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa industri
modern dan masyarakat pada umumnya tidak dapat berfungsi tanpa tersedianya
reaksi-reaksi elektrolisis (Petrucci, 1999).
Anodasi sering dihubungkan dengan proses penebalan aluminium, supaya
tahan terhadap korosi. Ketahanan terhadap korosi tersebut dapat dikurangi dengan
pori-pori dan lubang yang berada pada lapisan atau adanya paduan elemen-elemen
pembentuk dan pencampuran dari alumunium tersebut, terutama tembaga
(Konieczny dkk., 2008).
Lapisan anodik memiliki pelindung fungsi dekoratif yang menerapkan pada
aluminium elemen elektronik, artikel lahan rumah, bagian dari instrumen, kebun,
perabot. Lapisan oksida diproduksi pada aluminium foil yang dirancang pada
elektroda dalam kondensor juga. Lapisan anodik yang keras dapat diterapkan dalam
industri udara dan motor. Lapisan oksida anodik yang terhubung dengan substrat
aluminium tahan terhadap korosi. Ketahanan korosi dapat dikurangi dengan pori-pori
dan lubang-lubang di lapisan pembentuk dan pencampuran, terutama tembaga. Fase
intermetalik tembaga dengan aluminium larut selama proses anodasi yang
menyebabkan penurunan kekerasan dan ketebalan mantel dan pembesaran porositas.
Sebuah lapisan berpori akan membentuk lapisan dari lapisan dasar, yang dibubarkan
oleh elektrolit. Lapisan dasar bersamaan dipulihkan oleh pembentukan oksida
aluminium yang mencapai hasil dengan kecepatan yang sama seperti berubah
menjadi lapisan permukaan. Dengan cara ini, lapisan dasar mempertahankan
ketebalan pada tegangan hampir konstan. Selama proses pembentukan oksida
aluminium terjadi peningkatan kecil elemen massa maupun volumenya. Lapisan
oksida yang lekat dengan substrat sangat kuat (Konieczny dkk., 2008).
Efek dari tegangan anodasi, dan yang sesuai arus kepadatan pada pori-pori
morfologi telah diselidiki. Berbagai macam alumina berpori telah dibuat di bawah
beberapa anodasi tegangan dalam dua jenis elektrolit, 0.3 M asam oksalat dan asam
sulfat 0.3 M. Mikroskop pembaca electron dan hubungan arus kerapatan analisis
menunjukkan bahwa moderat dan kestabilan rapatan arus sangat penting untuk
penataan nanopores selama proses anodasi dan bahwa ada tegangan yang optimal
dengan kepadatan arus yang stabil. Proses penataan dapat digambarkan dengan
menggunakan dua proses pori-pori ukuran homogenisasi oleh keseimbangan alumina
pembubaran dan alumina reaksi pembentukan dan pengaturan pori-pori yang
disebabkan oleh ketegangan antara pori-pori (Choi dkk., 2009).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah lempeng logam aluminium,
Asam sulfat 18 M, Besi(III) klorida, Amonium oksalat, akuades, sabun cair dan
tissue roll.

3.2 Alat percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu adaptor, penjepit buaya
(alligator clips), hotplate, neraca analitik, gunting, amplas, labu ukur, batang
pengaduk, pinset, sendok tanduk, gelas kimia 50 mL, gelas kimia 200 mL dan bulb.

3.3 Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan ini yaitu lempeng aluminium digunting dan dilekukkan
menyerupai silinder sesuai ukuran gelas kimia 50 mL. Keping logam aluminium lain
digunting berukuran kira-kira 1,5 x 3 cm. Lempeng aluminium dan keping
aluminium digosok dengan amplas, dicuci dengan sabun untuk menghilangkan
lapisan lemak yang mungkin melekat pada logam dan dibilas dengan akuades.
Keping dan silinder dihubungkan dengan penjepit aligator. Keping diletakkan persis
ditengah silinder aluminium di dalam gelas kimia, sedemikian rupa sehingga tidak
bersentuhan dengan silinder. Keping diatur sebagai anoda sedangkan silinder sebagai
katoda kemudian asam sulfat 18 M dituang kedalam gelas kimia sampai sebagian
besar keping aluminium tercelup. Keping I dihubungkan ke sumber arus selama 5
menit. Keping II dihubungkan ke sumber arus selama 10 menit dan keping III
dihubungkan dengan sumber arus selama 15 menit. Lalu diamati gelembung-
gelembung gas yang terbentuk. Masing-masing keping hasil anodasi ditimbang dan
dicatat beratnya. Larutan pewarna disiapkan dengan melarutkan 2 g FeCl
3
dan 2 g
amonium oksalat dalam akuades 200 mL ke dalam gelas kimia. Larutan tersebut
dipanaskan hingga mendidih. Keping I, keping II dan keping III hasil anodasi
dimasukkan kedalam larutan pewarna selama 5 menit. Diamati perubahan yang
terjadi. Kemudian kepingan diangkat lalu ditimbang kembali dengan neraca analitik.


















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Anodasi merupakan proses elektrolitik dengan logam dijadikan anoda dalam
elektrolit sesuai, sehingga bila dialiri listrik, permukaan logamnya diubah menjadi
oksidanya. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan penebalan lapisan
oksida logam aluminium dengan melalui teknik anodasi (anodizing). Anodasi
dilakukan dengan menggunakan sebuah sel elektrokimia. Percobaan anodasi
dilakukan dengan dua tahap yaitu teknik anodasi pada keping aluminium dan
pewarnaan pada logam yang telah dianodasi.
Tabel 1. Tabel Hasil Penimbangan Keping Logam Aluminium

Keping logam
aluminium
berat keping logam aluminium
Sebelum anodasi Sesudah anodasi
IV 0,3904 g 0,3891 g
V 0,4004 g 0,3926 g
VI 0,4171 g 0,4170 g

Dari hasil pengamatan diatas dapat dilihat perubahan berat aluminium
sebelum dan sesudah anodasi, dimana berat aluminium sesudah anodasi lebih besar
daripada berat sebelum anodasi. Hal ini berarti terjadi penebalan pada permukaan
logam aluminium. Dan pada saat proses elektrolisis terbentuk gelembung-gelembung
gas karena sejumlah gas H
2
dibebaskan pada katoda.

Tabel 2. Tabel Hasil Anodasi pewarnaan
Waktu anodasi (menit) Hasil Anodasi
5 +
10 ++
15 +++
Keterangan :
+ + + : Sangat berwarna
+ + : Cukup berwarna
+ : Kurang berwarna

4.2 Reaksi
Setengah reaksi :
Anoda : Al Al
3+
+ 3e
-
x2
Katoda : 2H
+
+ 2e
-
H
2
x3
Anoda : 2Al 2Al
3+
+ 6e
-

Katoda : 6H
+
+ 6e
-
3H
2

2Al + 6H
+
2Al
3+
+ 3H
2

2Al + 3H
2
SO
4
Al
2
(SO
4
)
3
+ 3H
2

Ion aluminium sangat tidak larut dalam air, sehingga akan membentuk oksida di
permukaan logam:
2Al
3+
+ 3H
2
O Al
2
O
3
+ 6H
+
Al
2
(SO
4
)
3
+ 3H
2
O Al
2
O
3
+ 3H
2
SO
4

Sehingga reaksi totalnya :
2Al + 3H
2
SO
4
Al
2
(SO
4
)
3
+ 3H
2

Al
2
(SO
4
)
3
+ 3H
2
O Al
2
O
3
+ 3H
2
SO
4

2Al + 3H
2
O Al
2
O
3
+ H
2

4.3 Pembahasan
Percobaan dimulai dengan menggunting lempeng aluminium lalu dilekukkan
menyerupai silinder sesuai ukuran gelas kimia 50 mL. Lempeng aluminium tersebut
bertindak sebagai katoda dalam proses elektrolisis yang terjadi. Agar reaksi berjalan
spontan, maka diperlukan energi dari luar. Keping aluminium dihubungkan dengan
kutub positif dari sumber arus sedangkan silinder aluminium dihubungkan dengan
kutub negatif. Selanjutnya, keping aluminium digunting dengan ukuran 1,5 x 3 cm
sebanyak 2 kepingan. Kedua keping aluminium tersebut kemudian dibersihkan
dengan sabun cair lalu dibilas dengan akuades dan air panas. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan lemak-lemak dan kotoran yang melekat pada logam tersebut yang
dapat mengganggu proses anodasi nantinya. Setelah dibersihkan, keping logam
dijepit dengan pinset agar logam tersebut tetap bersih dan tidak terkontaminasi lagi.
Kedua keping yang telah dibersihkan harus ditimbang terlebih dahulu untuk
mengetahui berat keping sebelum proses anodasi. Diperoleh berat keping aluminium
IV sebelum dan setelah anodasi adalah 0,3904 gram dan 0,3891 gram, pada keping
aluminium V berat sebelum dan setelah anodasi adalah 0,4004 gram dan 0,3926
gram sedangkan pada keping aluminium VI berat sebelum dan setelah anodasi adalah
0,4171 gram dan 0,4176 gram. Setelah itu, silinder lempeng aluminium dan kepingan
logam aluminium dihubungkan ke adaptor dengan menggunakan penjepit aligator.
Silinder aluminium akan berperan sebagai katoda sedangkan keping berperan sebagai
anoda. Keping anoda diletakkan ditengah silinder aluminium di dalam gelas kimia,
diatur agar kepingan tidak mengenai silinder. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
perpindahan elektron sehingga dapat menghasilkan data yang menyimpang dari yang
sebenarnya.
Selanjutnya, dituangkan asam sulfat 18 M sebanyak 33,3 mL ke dalam gelas
kimia sampai sebagian lempeng tercelup. Asam sulfat berfungsi sebagai larutan
elektrolit yang merupakan tempat atau media bergeraknya elektron dimana nantinya
asam sulfat akan mengalami reaksi reduksi. Diusahakan agar keping aluminium
tercelup setengahnya agar dapat juga diamati bagian lempeng yang mengalami dan
yang tidak mengalami proses korosi akibat perendaman dengan asam sulfat dan
diusahakan juga jangan sampai penjepit aligator terkena dengan larutan asam sulfat
karena penjepit tersebut bisa mengalami proses korosi. Kemudian adaptor
dinyalakan lalu diamati perubahan yang terjadi. Setelah dialiri arus listrik, pada
anoda logam Al akan mengalami oksidasi dari Al menjadi Al
3+
, sedangkan pada
katoda terjadi reduksi ion H
+
dari asam sulfat yang menyebabkan timbulnya
gelembung-gelembung gas H
2
pada larutan asam sulfat disekeliling keping
aluminium. Pertama, arus adaptor diatur menjadi 6 volt. Setelah 5 menit kemudian,
arus adaptor dinaikkan menjadi 12 volt. Apabila terjadi gelembung-gelembung di
luar silinder aluminium maka hal tersebut menunjukkan bahwa proses elektrolisis
berjalan dengan baik. Gelembung-gelembung gas yang keluar adalah gelembung gas
H
2
. Percobaan dilakukan terhadap 2 kepingan logam aluminium dengan lama anodasi
masing-masing 5 menit, 10 menit dan 15 menit.
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa semakin lama proses anodasi
maka semakin banyak gelembung yang terlihat. Setelah proses anodasi, keping
aluminium akan memiliki pori-pori yang dapat menyerap zat warna, sehingga keping
aluminium tersebut dapat diwarnai.
Percobaan dilanjutkan dengan proses pewarnaan. Fungsi dari pewarnaan ini
adalah untuk mengetahui tingkat ketebalan lapisan oksida, dimana larutan pewarna
disiapkan dengan melarutkan 2 gram amonium oksalat dan 2 gram besi(III) klorida
dalam 200 mL akuades. Larutan tersebut kemudian dipanaskan hingga mendidih.
Selanjutnya kepingan logam hasil anodasi dicelupkan ke dalam larutan warna selama
10 menit. Hal ini dilakukan karena struktur oksida hasil anodasi mempunyai pori-
pori yang teratur sehingga masih dapat menyerap partikel warna sehingga kepingan
logam tersebut dapat diwarnai dengan berbagai warna. Kemudian keping logam
dimasukkan ke dalam air mendidih selama 10 menit untuk mencegah terjadinya
pengotoran setelah pewarnaan. Pori-pori tersebut harus ditutup melalui proses
pemanasan, sehingga lapisan oksida akan mengembang dan menutup pori-pori
tersebut. Semakin lama proses anodasi, semakin baik pula hasil pewarnaan yang
ditunjukkan oleh logam aluminium. Dari percobaan ini dapat dihasilkan logam
aluminium yang lebih tahan karat karena lapisan oksidanya telah mengalami
penebalan melalui proses anodasi. Hal ini dapat dilihat dari perubahan berat
aluminium sebelum dan setelah anodasi, dimana berat sesudah anodasi lebih besar
daripada berat sebelum anodasi
Dari hasil perhitungan diperoleh berat rendemen untuk keping aluminium IV
adalah 5 %, untuk keping aluminium V adalah 14,77 % dan untuk keping aluminium
VI adalah 12,62 %. Adapun faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan
mungkin disebabkan karena kesalahan dalam penimbangan atau terkontaminasinya
logam dengan kotoran pada saat penimbangan dan juga saat melakukan anodasi yang
kurang teliti.








BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
Berat keping aluminium IV sebelum anodasi adalah 0,3904 gram dan setelah anodasi
adalah 0,3891 gram, pada keping aluminium V berat sebelum dan setelah anodasi
adalah 0,4004 gram dan 0,3926 gram sedangkan pada keping aluminium VI berat
sebelum anodasi adalah 0,4171 gram dan setelah anodasi adalah dan 0,4176 gram.
Kemudian untuk berat rendamen yang diperoleh yaitu untuk keping aluminium IV
adalah 5 %, untuk keping aluminium V adalah 14,77 % dan untuk keping aluminium
VI adalah 12,62 %.

5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Percobaan
Sebaiknya digunakan juga logam selain aluminium yaitu besi atau tembaga
sehingga praktikan dapat mengetahui perbedaan lapisan oksida setiap logam dan
sebaiknya pengadaan sumber listrik

5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat-alat diperbaiki sehingga tidak menghambat penggunaan alat-
alat praktikum yang membutuhkan listrik.



DAFTAR PUSTAKA

Chang, R., 2004, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, Erlangga, Jakarta.
Choi, Y, C., Hyeon, J, Y., dan Bu, S, D., 2009, Effects of Anodizing Voltages and
Corresponding Current Densities on Self-ordering Process of Nanopores in
Porous Anodic Aluminas Anodized in Oxalic and Sulfuric Acids, Journal of the
Korean Physical Society, 55 (2) : 835-840, http://www.kps.or.kr/jkps/download,
diakses pada tanggal 1 Oktober 2014 pukul 19:00 WITA.
Cotton, F. A., dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, Universitras
Indonesia Press, Jakarta.
Jeffery, G.H., Bassett, J., Mendham, J., Denney, R.C., 1989, Quantitative Chemical
Analysis, Willey and Sons, New York.
Konieczny, J., Labisz, K., Wieczorek, J., dan Dobrzanski, L. A., 2008, Stereometry
Specification of Anodization Surface of Casting Aluminium Alloys, Journal of
Achievements in Materials and Manufacturing Engineering, 27 (2) : 143-146.
http://www.journalamme.org/papers_vol27_2/2727.pdf, diakses pada tanggal 1
Oktober 2014 pukul 19:30 WITA.
Petrucci, R. H., 1999, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Erlangga, Jakarta.
Putra, A.M., 2010, Analisis Produktifitas Gas Hidrogen dan Gas Oksigen Pada
Elektrolisis Larutan KOH, Journal Saintek, 2 (2) : 141-154,
http://www.journal.UNY, diakses pada tanggal 1 Oktober 2014 pukul 20:00
WITA.









LEMBAR PENGESAHAN












Makassar, 3 Oktober 2014
Asisten Praktikan



RISKAL HERMAWAN ARMAWATI
Lampiran II
Foto dan Keterangan






Gambar 1. Keping aluminium setelah anodasi





Gambar 2. Proses pewarnaan logam hasil anodasi






Gambar 3. Keping aluminium setelah pewarnaan

Lampiran III. Perhitungan
1. Untuk Berat Teori
BE Al
2
O
3
=


2
l
= 17 g/mol
Berat teoritis =


a. Logam I (anodasi selama 5 menit = 300 sekon)
Berat teoritis =


=
l l 3
l

= 0,026 gram
b. Logam II (anodasi selama 10 menit = 600 sekon)
Berat teoritis =


=
l l
l

= 0,0528 gram
c. Logam III (anodasi selama 15 menit = 900 sekon)
Berat teoritis =


=
l l
l

= 0,0792 gram
2. Untuk Berat Praktek
Berat praktek = berat setelah anodasi - berat sebelum anodasi
a. Logam I (anodasi selama 5 menit = 300 sekon)
Berat praktek = berat setelah anodasi - berat sebelum anodasi
= 0,3904 gram 0,3891 gram
= 0,0013 gram
b. Logam II (anodasi selama 10 menit = 600 sekon)
Berat praktek = berat setelah anodasi - berat sebelum anodasi
= 0,4004 gram 0,3926 gram
= 0,0078 gram
c. Logam III (anodasi selama 15 menit = 900 sekon)
Berat praktek = berat setelah anodasi - berat sebelum anodasi
= 0,4171 gram 0,4170 gram
= 0,0001 gram
3. Persentase Berat Rendamen
Berat rendamen =


x 100 %
a. Logam I (anodasi selama 5 menit = 300 sekon)
Berat rendamen =


x 100 %
=
3
2
x 100 %
= 5 %
b. Logam II (anodasi selama 10 menit = 600 sekon)
Berat rendamen =


100%
=

2
x 100%
= 14,77 %
c. Logam III (anodasi selama 15 menit = 900 sekon)
Berat rendamen =


100%
=

2
x 100%
= 12,62 %
Lampiran 1. Bagan Prosedur kerja
A. Anodasi Aluminium























Hasil
anodasi
- Dituangkan asam sulfat 18 M
sampai sebagian keping
aluminium tercelup
- Dihubungkan dengan arus 6 Volt.
- Diamati perubahan yang terjadi.
- Setelah beberapa menit, arus
dinaikkan menjadi 12 volt.
- Anodasi dilakukan pada 3
kepingan aluminium dengan
waktu anodasi masing-masing 5
menit, 10 menit.
Gelas kimia
- Dibersihkan, dibilas
dengan aquades dan
air mendidih
- Ditimbang.
- Dihubungkan ke
adaptor dengan
penjepit aligator.
- Diletakkan ditengah
silinder aluminium
dalam gelas kimia.
- Diatur menjadi
anoda.

- Dilekukkan
menyerupai
silinder sesuai
ukuran gelas
kimia 50 mL
lalu digunting,
diamplas dan
dicuci.
- Dihubungkan ke
adaptor dengan
penjepit
aligator.
- Diatur menjadi
katoda.
Lempeng
Aluminium
Keping
Aluminium
B. Pewarnaan Keping Aluminium



- Dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml
- Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 200
ml
- Diaduk
- Dipanaskan hingga mendidih











2 gram Amonium oksalat + 1 gram Besi
(III) klorida
Hasil
Data
- Dicelupkan keping hasil anodasi ke
dalam larutan pewarna selama 10
menit
- Diangkat lalu dimasukkan ke dalam
air mendidih selama 10 menit.
- Ditimbang beratnya menggunakan
neraca analitik

Anda mungkin juga menyukai