VOLTAMETER TEMBAGA
Disusun Oleh :
1. Erdiana Putri Pertiwi 062118057
2. Hafiyyanti Zharfani S 062118075
3. Naufal Yusuf Fadhillah 062118048
Zat cair dipandang dari sudut hambatan listrik, dapat dibagi dalam tiga golongan:
1. Zat cair isolator: seperti air murni, minyak dan sebagainya.
2. Larutan yang mengandung ion-ion sebagai penghantarnya dan disertai
perubahan-perubahan kimia.
3. Air raksa, logam-logam cair dapat dilalui arus listrik tanpa perubahan-
perubahan kimia di dalamnya.
Dipakai larutan CuSO4. Bila pada rangkaian dialiri arus maka akan terjadi
endapan Cu pada katoda. Jumlah Cu yang mengendap sebanding dengan arus
yang lewat sehingga voltameter dapat dipakai sebagai amperemeter.
A. Tembaga
Tembaga yang dikatakan murni sifatnya, yaitu lunak, liat, dan dapat
diregangkan atau mulur. Selain itu juga kemampuannya sebagai penghantar panas
dan penghantar listriknya tinggi, juga tahan korosi. Pada udara terbuka, tembaga
membentuk lapisan pelindung berwarna hijau dari Cu karbonat yang dikenal
dengan nama Platina. Tembaga bila berhubungan langsung dengan asam cuka,
akan menjadi terusi yang beracun.
Tembaga murni jelek untuk dicor, dimana dalam proses pengecoran, hasilnya
Porus. Akan tetapi apabila diberikan suatu tambahan yaitu dengan jumlah kurang
dari 1% bersama-sama akan memperbaiki sifat untuk mampu dicor. Tambahan-
tambahan tersebut antara lain: seng, mangan, timah putih, timah hitam,
magnesium, nikel, phospor, dan silisium.
Sebagai bahan setengah jadi, bahwa tembaga dapat dicor dalam suhu antara
800 - 900℃ untuk dibuat blok, plat yang nantinya dilanjutkan proses rol atau
ditekan untuk dibuat batangan, profil atau pipa, dan lain sebagainya. Dan untuk
pengerjaan selanjutnya seperti proses dingin untuk dibuat atau dijadikan
lembaran-lembaran tipis (foil) sampai ketebalan 0,01 mm dan dibuat kawat
sampai diameter 0,02 mm, akan tetapi dengan cara tersebut, tembaga akan
menjadi keras dan rapuh. Karena sifat mampu bentuknya baik sekali, tembaga
dibuat bermacam-macam kebutuhan barang-barang tempa maupun tekan
(forming). Melalui proses pelunakan ulang (soft anealing) pada temperatur antara
300 - 700°C akan didapatkan sifat seperti semula dan harga/nilai keregangannya
kembali meningkat. Dan proses terakhir pada quenching tidak akan kembali keras,
melainkan menjadi bahan mampu tempa.
Untuk pengerjaan yang berhubungan dengan panas yang berulang-ulang atau
untuk bagian yang dilas atau disolder, dapat menggunakan bermacam-macam
bahan tembaga, misalnya dari tembaga jenis bebas O2 yaitu SB-Cu atau SD-Cu,
bahan-bahan tersebut baik dan lunak. Untuk penyolderan keras maupun
pengelasan tanpa gas lindung pun akan baik kemampuan lasnya. Pada pengerjaan
permesinan, misalnya : pembubutan, frais, bor atau shaping, dan sebagainya,
bahwa tembaga murni mempunyai tatal atau cip yang terlalu liat dan padat, dan
dapat merusak alat potongnya (cutter). Untuk itu pada alat potong untuk
pengerjaan tembaga, diberikan sudut pemotongan khusus dan menggunakan
minyak tanah atau oli bor emultion (dromus B) sebagai pelicin membantu
pemotongan.
B. Voltameter Tembaga
Saat tengah terjadi breaksi elektrolisis pada sel elektrolisis, maka akan
terdapat dua reaksi yang terjadi, yaitu oksidasi dan reduksi. Pada katoda, akan
terjadi reaksi reduksi, dikarenakan katoda merupakan kutub negatif pada reaksi
ini, atau memiliki muatan negatif. Reaksi yang terjadi pada katoda berbeda-beda,
tergantung pada kation larutan yang digunakan pada reaksi elektrolisis tersebut.
Jika kation berasal dari golongan alkali (1A), alkali tanah (2A), Al atau Mn, yaitu
ion-ion logam yang memiliki elektrode lebih dari kecil atau lebih negatif daripada
pelarut (air), sehingga air yang tereduksi. Reaksinya adalah:
2 H2O (l) + 2 e¯ 2 OH¯ (aq) + H2 (g)
Apabila kation adalah Ion-ion logam yang memiliki elektrode lebih besar air atau
E° lebih besar dari -0,83 , maka ion-ion tersebut direduksi menjadi logam yang
kemudian diendapkan pada permukaan katode.
Cu2+ (aq) + 2e- Cu (aq)
Apabila kation merupakan hidrogen yang berasal dari asam. Maka kation tersebut
akan tereduksi menjadi gas hidrogen (H2). Reaksinya adalah
2 H+ (aq) + 2 e¯ H2 (g)
Jika didalam reaksi elektrolisis yang dipakai adalah leburan, maka kation akan
langsung tereduksi, meskipun kation tersebut merupakan golongan alkali atau
alkali tanah sekalipun.
E. Anoda
Jika pada katoda terjadi reaksi reduksi saat elektrolisis, maka pada anoda
terjadi reaksi oksidasi yang melibatkan anion. Seperti halnya katoda, pada anoda
terjadi reaksi oksidasi, dikarenakan anoda merupakan kutub positif pada reaksi
ini, atau memiliki muatan negatif. Reaksi yang terjadi pada anoda juga berbeda-
beda, tergantung pada anion larutan yang digunakan. Misalnya, jika anion
merupakan ion-ion sisa asam oksi, misalnya SO42¯ dan NO3¯, maka ion tersebut
tidak teroksidasi, sebagai gantinya yang dioksidasi adalah air.
2 H2O (l) 4 H+ (aq) + 4 e¯ + O2 (g)
Jika anion adalah ion-ion halida seperti F–, Br–, dan I¯, maka ion-ion dioksidasi
menjadi halogen.
2 F¯ → F2 + 2 e¯
Jika anion adalah ion OH¯ yang didapat dari basa, hidroksida tersebut dioksidasi
menjadi gas oksigen (O2)
4 OH¯ (aq) 2 H2O (l) + 4 e¯ + O2 (g)
F. Elektrolisis
Suatu senyawa yang dilarutkan dalam air menghasilkan larutan yang dapat
menghantarakan arus listrik disebut elektrolit, sedangkan larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik disebut non elektrolit. Menurut Arrhenius, molekul–
molekul elektrolit dalam larutan sebagian atau seluruhnya memecah menjadi dua
ion atau lebih, yaitu ion positif dan ion negatif. Ion positif adalah atom atau gugus
atom yang mempunyai muatan listrik positif karena kekurangan elektron, dan ion
negatif adalah atom atau gugus atom yang kelebihan elektron. Karena molekul
tidak bermuatan listrik, jumlah muatan positif harus sama dengan jumlah muatan
negatif. Pengion adalah peruraian larutan molekul elektrolit menjadi ion – ion.
Satu molekul elektrolit yang memecah menjadi dua ion disebut elektrolit biner,
tiga disebut elektrolit terner, empat ion disebut elektrolit kuartener.
Besarnya peruraian elektrolit menjadi ion–ion dinyatakan dengan suatu
bilangan antara 0 dan 1 yang disebut derajat pengionan. Jadi, derajat pengionan
atau derajat ionisasi adalah suatu bilangan pecahan yang meunjukkan jumlah
bagian yang mengiondari jumlah molekul mula–mula. Derajat pengionan
tergantung pada jenis elektrolit, jenis pelarut dan kepekatan larutan.
Semua zat terlarut yang larut dalam air termasuk kedalam salah satu dari dua
golongan yaitu, elektrolit dan nonelektrolit. Terdapat suatu metode yang mudah
dan langsung untuk membedakan antara larutan elektrolit dan larutan non
elektrolit. Sepasang elektroda platina dicelupkan kedalam gelaskimia yang berisi
air. Untuk menyalakan bola lampu pijar, arus listrik harus mengalir dari suatu
elektroda ke elektroda lainnya, sehingga menyempurnakan rangkaian listrik. Air
murni merupakan penghantar listrik yang sangat buruk.
H. CuSO4
Dalam suatu sistem periodik unsur (SPU), tembaga (Cu) termasuk kedalam
golongan 11. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai sejak
lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh
logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama. Tembaga
adalah logam berdaya hantar listrik tinggi maka digunakan sebagai kabel listrik.
Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga
teroksidasi oleh HNO3, sehingga tembaga larut dalam HNO3.
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun
hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dalam air,
hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru oleh karena warna ion kompleks
koordinasi enam, [Cu(H2O)6]2+ . Suatu pengecualian yang terkenal adalah tembaga
(II) klorida yang berwarna kehijauan oleh karena ion kompleks koordinasi empat
[CuCl4]2+, yang mempunyai bangun geometri dasar tetrahedral bergantung pada
kation pasangannya.
Tembaga (II) sulfat merupakan padatan kristal biru, CuSO 4. 5H2O triklini.
Pentahidratnya kehilangan 4 molekul air pada 110 dan yang kelima pada 150
membentuk senyawa anhidrat berwarna putih. Pentahidrat ini dibuat dengan
mereaksikan tembaga (II) oksida atau tembaga (II) karbonat dengan H2SO4 encer,
larutannya dipanaskan hingga jenuh dan pentahidrat yang biru mengkristal jika
didinginkan. Pada skala industri, senyawa ini dibuat dengan memompa udara
melalui campurantembaga panas dengan H2SO4 encer. Dalam bentuk pentahidrat,
setiap ion tembaga (II) dikelilingi oleh empat molekul air pada setiap sudut segi
empat, kedudukan kelima dan keenam dari oktahedral ditempati oleh atom
oksigen dari anion sulfat, sedangkan molekul air kelima terikat oleh ikatan
hydrogen.
I. Sel Volta dan Deret Volta
L. Teori Galat
Gallat adalah nilai kesalahan atau kita sering menyebutnya dengan error,
kesalahan ini penting artinya, karena kesalahan dalam pemakaian algoritma
pendekatan akan menyebabkan nilai kesalahan yang besar dan tentunya hal ini
tidak diharapkan. Terdapat dua sumber galat yakni galat instrinsik atau
pemotongan yang disebabkan oleh rumus hampiran dan galat pembulatan yang
dikenalkan dalam kalkulus. Secara umum penambahan akan mengurangi galat
pemotongan tetapi menambah galat pembulatan. Adapun persamaan yang
digunakan untuk mencari besar nilai galat adalah
I ukur−I hitung
Nilai Galat = x 100 %
I hitung
BAB II
METODE PERCOBAAN
A. DATA PENGAMATAN
1. Keadaan Ruangan.
Massa katoda
No I (A) WS (gr) t (s) E(%)
(gram)
1 0,4 0,8 120 600 253,32
2 0,5 1 180 600 253,29
B. PERHITUNGAN
Percobaan 1
Menghitung massa katoda secara hitungan ( praktek)
massa tembaga akhir ( Ws) = 120 gram
massa tembaga awal (Wa) = 119,6 gram
massa endapan di katoda (wp) = 0,4 gram
Menghitung endapan Cu secara teoritis dengan I = 0,8 A dan t = 600 detik
e . i. t
Wt =
n. F
63,5 .0,8 . 600
=
2. 96500
= 0, 1579 gram
W t −W p
%kesalahan = | Wt | x 100 %
0,1579−0,4
= x 100 %
0,1579
= 153,3248 %
Percobaan 2
Menghitung massa katoda secara hitungan ( praktek)
massa tembaga akhir ( Ws) = 180 gram
massa tembaga awal (Wa) = 179,5 gram
massa endapan di katoda (wp) = 0,5 gram
Menghitung endapan Cu secara teoritis dengan I = 1 A dan t = 600 detik
e . i. t
Wt =
n. F
63,5 .1 .600
=
2. 96500
= 0,1974 gram
Menghitung efisiensi benda atau sistem yang digunakan :
Dengan Wp = 0,5 gram dan Wt= 0,1974 gram
Wp
E= x 100 %
Wt
0,5
= x 100%
0,1974
= 253,29 %
Menghitung persentase dari kesalahan penggunaan alat
W t −W p
%kesalahan = | Wt | x 100 %
0,253,29−0,5
= x 100 %
0,253,29
= 153,2928 %
BAB V
PEMBAHASAN
Dari pengolahan data didapat kesimpulan bahwa semakin besar kuat arus yang
mengalir pada tembaga CuSO4 maka semakin kecil jumlah massa Cu yang
mengendap, sebaliknya semakin kecil kuat arus yang dialirkan pada tembaga
CuSO4 maka semakin besar jumlah massa Cu yang mengendap.
Massa Cu yang mengendap praktik seharusnya sama dengan massa cu teori.
tetapi pada percobaan ini terjadi ketidaksesuaian hal ini dikarenakan karena
beberapa faktor seperti :
Ketidaktelitian pada saat membersihkan dan menimbang katoda tembaga
Ketidaktepatan pada saat menyalakan stopwatch bersamaan dengan power
supply dinyalakan. juga ketika percobaan berlangsung power supply yang
digunakan mendadak mati dengan waktu yang terus berjalan.
Pada saat terbentuk endapan Cu setelah 10 menit, cara mengangkat katoda
yang telah terdapat endapan Cu dilakukan tidak dengan hati-hati sehingga
endapan Cu terkikis. Hal ini dapat menyebabkan perhitungan yang
dipengaruhi oleh massa endapan menjadi tidak akurat
juga bisa terjadi karena alat yang digunakan sudah lama, sehingga tidak
maksimal. khususnya pada rangkaian voltameter tembaga.
DAFTAR PUSTAKA
Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta
LAMPIRAN
Tugas Akhir
1. Hitunglah jumlah tembaga yang mengendap untuk tiap percobaan.
2. Berdasarkan jumlah endapan tembaga yang didapat, hitunglah jumlah
muatan yang telah dipergunakan untuk menguraikan larutan ( untuk tiap-
tiap percobaan ).
3. Buatlah grafik hasil peneraan, yaitu antara kuat arus hasil perhitungan
pada nomor 2 dengan kuat arus yang terbaca pada amperemeter.
4. Berikan perhitungan pada tiap percobaan beserta kesalahannya.
JAWABAN :
1. Percobaan 1
Secara teoritis dengan I = 0,8 A dan t = 600 detik
e . i. t
Wt =
n. F
63,5 .0,8 . 600
=
2. 96500
= 0, 1579 gram
Menghitung massa katoda secara hitungan ( praktek)
massa tembaga akhir ( Ws) = 120 gram
massa tembaga awal (Wa) = 119,6 gram
massa endapan di katoda (wp) = 0,4 gram
Percobaan ke 2
Menghitung endapan Cu secara teoritis dengan I = 1 A dan t = 600 detik
e . i. t
Wt =
n. F
63,5 .1 .600
= = 0, 1974 gram
2. 96500
2. Jumlah muatan
Percobaan 1
C=I.t
= 0,8 . 600
= 480 C
Percobaan 2
C= I. t
= 1 . 600
= 600 C
3. Menentukan kuat arus sebenarnya yang mengalir :
Percobaan 1 :
e.t
I=
w.n.F
38100
=
77200
= 0,49 A
Percobaan 2
e.t
I=
w.n.F
38.100
=
96500
= 0,39 A
Tabel perbandingan kuat arus secara teori dengan yang trebaca pada amperemeter.
N
Percobaan I teoritis (A) I terbaca(A)
o
1 Percobaan 1 0,49 0,8
2 Percobaan 2 0,39 1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2
I teoritis
0,1579−0,4
= x 100 %
0,1579
= 153,3248 %
Percobaan 2
Menghitung massa katoda secara hitungan ( praktek)
massa tembaga akhir ( Ws) = 180 gram
massa tembaga awal (Wa) = 179,5 gram
massa endapan di katoda (wp) = 0,5 gram
Menghitung endapan Cu secara teoritis dengan I = 1 A dan t = 600 detik
e . i. t
Wt =
n. F
63,5 .1 .600
=
2. 96500
= 0, 1974 gram
Menghitung efisiensi benda atau sistem yang digunakan :
Dengan Wp = 0,5 gram dan Wt= 0,1974 gram
Wp
E= x 100 %
Wt
0,5
= x 100%
0,1974
= 253,29 %
Menghitung persentase dari kesalahan penggunaan alat
W t −W p
%kesalahan = | Wt | x 100 %
0,1974−0,5
= x 100 %
0,1974
= 153,2928 %