Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

KARAKTERISTIK BEBERAPA ELEMEN LISTRIK

Disusun Oleh :

1. Erdiana Putri Pertiwi 062118057


2. Hafiyyanti Zharfani S 062118075
3. Naufal Yusuf Fadhillah 062118048

Kelas : Kimia Reguler


Tanggal Percobaan : 3 Mei 2019
Asisten Dosen : Rissa Ratimanjari., S.Si

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Umum
1. Mengenal karakteristik beberapa elemen listrik : lampu wolfram, hambatan
gulung, hambatan karbon dan paralel.
2. Mengenal hubungan seri dan paralel.

1.2 Tujuan Khusus


1. Mengamati karakteristik beberapa elemen listrik.
2. Mengamati adanya percobaan hasil pengamatan bila digunakan voltmeter
di depan amperemeter atau di belakang amperemeter.
3. Membuat koreksi-koreksi terhadap hambatan dalam alat ukur listrik.
4. Membandingkan hasil ramalan dan hasil pengamatan, untuk karakteristik
dua elemen listrik yang dihubungkan secara seri atau pararel.
5. Melihat kenyataan bahwa hukum ohm hanya berlaku pada elemen listrik
yang linear (hukum hanya berlaku pada keadaan khusus tidak berlaku
umum untuk semua elemen)

1.3 Dasar Teori

Suatu elemen listrik x bila diberi beda potensial mengalir arus listrik di
dalamnya. Untuk suatu hambtan biasa pada umumnya grafik karakteristik V
vs I adalah linier sedangkan elemen-elemen lain tidak linier. Daya (power)
yang diberikan pada suatu elemen listrik adalah P= V.I Dalam percobaan ini
digunakan rangkaian metode I dan metode II.
A

PS V X
S

Gambar 4-2 Metode II

Keterangan :
PS = Power supply
V = Voltmeter
A = Amperemeter
X = Beban yang diukur (elemen listrik)
Pada hubungan seri maka arus I yang melalui elemen I sama dengan arus I yang
melalui elemen 2 sedangkan V = V1 + V2 Pada hubungan pararel maka V1 = V2
= V dan I = I1 + I2
Elemen aktif adalah elemen yang menghasilkan energi, pada sumber tegangan
dan sumber arus. yang berkaitan dengan elemen atau komponen ideal. Yang
dimaksud dengan kondisi ideal adalah bahwa sesuatunya berdasarkan dari sifat
karakteristik dari elemen atau komponen tersebut dan tidak terpengaruh oleh
lingkungan luar. Jadi untuk elemen listrik seperti sumber tegangan, sumber arus,
kompone R, L, dan C yang diasumsikan semuanya dalam kondisi ideal.
1. Sumber Tegangan (Voltage Source)
Sumber tegangan ideal adalah suatu sumber yang menghasilkan tegangan yang
tetap, tidak tergantung pada arus yang mengalir pada sumber tersebut, meskipun

PS V X
S

Gambar 4-1
Metode I
tegangan tersebut merupakan fungsi dari t. Sifat lain : Mempunyai nilai resistansi
dalam Rd = 0 (sumber tegangan ideal)
a. Sumber Tegangan Bebas/ Independent Voltage Source
Sumber yang menghasilkan tegangan tetap tetapi mempunyai sifat khusus yaitu
harga tegangannya tidak bergantung pada harga tegangan atau arus lainnya,
artinya nilai tersebut berasal dari sumber tegangan dia sendiri. Simbol :

b. Sumber Tegangan Tidak Bebas/ Dependent Voltage Source


Mempunyai sifat khusus yaitu harga tegangan bergantung pada harga tegangan
atau arus lainnya. Simbol :

2. Sumber Arus (Current Source)


Sumber arus ideal adalah sumber yang menghasilkan arus yang tetap, tidak
bergantung pada tegangan dari sumber arus tersebut. Sifat lain : Mempunyai nilai
resistansi dalam Rd = ∞ (sumber arus ideal)
a. Sumber Arus Bebas/ Independent Current Source
Mempunyai sifat khusus yaitu harga arus tidak bergantung pada harga tegangan
atau arus lainnya. Simbol :

b. Sumber Arus Tidak Bebas/ Dependent Current Source


Mempunyai sifat khusus yaitu harga arus bergantung pada harga tegangan atau
arus lainnya.
Simbol :

Elemen Pasif
1. Resistor (R)
Sering juga disebut dengan tahanan, hambatan, penghantar, atau resistansi
dimana resistor mempunyai fungsi sebagai penghambat arus, pembagi arus , dan
pembagi tegangan. Nilai resistor tergantung dari hambatan jenis bahan resistor itu
sendiri (tergantung dari bahan pembuatnya), panjang dari resistor itu sendiri dan
luas penampang dari resistor itu sendiri.
Secara matematis : R = ρ l / A
ρ = hambatan jenis
l = panjang dari resistor
A = luas penampang
Satuan dari resistor : Ohm ( Ω)

Jika suatu resistor dilewati oleh sebuah arus maka pada kedua ujung dari resistor
tersebut akan menimbulkan beda potensial atau tegangan. Hukum yang didapat
dari percobaan ini adalah: Hukum Ohm V =IR

2. Kapasitor (C)
Sering juga disebut dengan kondensator atau kapasitansi. Mempunyai fungsi
untuk membatasi arus DC yang mengalir pada kapasitor tersebut, dan dapat
menyimpan energi dalam bentuk medan listrik. Nilai suatu kapasitor tergantung
dari nilai permitivitas bahan pembuat kapasitor, luas penampang dari kapsitor
tersebut dan jarak antara dua keping penyusun dari
kapasitor tersebut. Secara matematis : C = ε A / d
ε = permitivitas bahan
A = luas penampang bahan
d = jarak dua keping
Satuan dari kapasitor : Farad (F)

3. Induktor/ Induktansi/ Lilitan/ Kumparan (L)


Seringkali disebut sebagai induktansi, lilitan, kumparan, atau belitan. Pada
induktor mempunyai sifat dapat menyimpan energi dalam bentuk medan magnet.
Satuan dari induktor : Henry (H)

4. Dioda

Dioda atau diode adalah komponen aktif yang memiliki dua kutub dan


bersifat semikonduktor yang memiliki fungsi untuk menghantar arus listrik kesatu
arah atau sebagai penyerang arus dan menghambat arus listrik dari arah
sebaliknya diada terdiri dari dua elektroda yaitu anodadan katoda. Berdasarkan
fungsinya dioda terdiri atas:
a. Dioda penyearah, sebagai penyearah arus bolak-balik(AC) dan arus
searah(DC).
b. Dioda zener sebagai pengaman rangkaian setelah tegangan yang
ditentukan oleh dioda zener sendiri. Tegangan tersebut sering disebut
tegangan zener.
c. LED (Light Emithing Diode) dida yang dapat memancarkan cahaya
monokromatik
d. Dioda foto yaitu dioda yang peka terhadap cahaya sehingga sering
dijadikan sebagai sensor.
e. Dioda schottky adalah dioda yang memiliki fungsi sebagai pengendali.

5. Transistor

Transistor merupakan komponen aktif elektronika yang memiliki banyak


fungsi dan merupakankomponen yang memegang peranan yang sangat
penting dalam dunia elektronika modern ini.Beberapa fungsi dari transistor
adalah sebagai penguat arus, sebagai pemutus atau pembagi arus dan
penghubung arus,strabilisasi tegangan, modulasi. Sinyal penyearah, dan
sebagainya. Transistor terdiri dari tiga terminal(kaki) yaitu base atau basis
(B), emitor (E), dan collector atau korektor (K), transisor terdiri dari duatipe
struktur yaitu PNP dan NPN

. .
Arus (I) listrik terdapat dalam suatu area ketika muatan listrik total
dipindahkan dari satu titik ke titik lain dalam area tersebut, misalnya muatan
bergerak melewati sebuah kawat. Jika suatu muatan Q dipindahkan melewati
suatu luas penampang kawat yang diketahui dalam suatu waktu (t) maka arus
yang melewati kawat tersebut adalah I , Disini Q dalam coloumb, t dalam
detik dan I dalam ampere (1A = 1 C/det). Sesuai dengan arah arus sama
dengan arah aliran positif jadi aliran elektron kekanan bersesuaian dengan
arah arus ke kiri. Hambatan (R) sebuah kawat atau benda lain adalah beda
potensial (V) yang harus terpasang dalam antara benda tersebut sehingga arus
sebesar satu ampere dapat mengalir melewatinya R.

Suatu hambatan adalah Ohm, dimana symbol Ω digunakan 1Ω = 1 V/A.


Hukum Ohm pada mulanya terdiri dari dua bagian. Bagian pertamanya hanya
merumuskan persamaan hambatan V = I.R. kita sering kali merujuk pada
persamaan ini sebagai hukum Ohm, akan tetapi Ohm juga menyatakan bahwa
R adalah sebuah kostanta yang indipenden terhadap V dan I. Hubungan V =
I.R dapat diterapkan pada resistor apapun dimana V adalah beda potensial
(p.d) antara kedua ujung resistor tersebut. I adalah arus yang melewati resistor
itu dan R adalah hambatan resistor pada kondisi-kondisi tertentu.

Pengukuran hambatan dengan menggunakan amperemeter dan voltmeter.


Rangkaian seri terdiri dari hambatan yang akan diukur. Sebuah amperemeter
dan digunakan sebuah baterai. Arusnya diukur oleh amperemeter (hambatan
rendah). Beda potensial diukur dihubungkan terminal-terminal sebuah
voltmeter (hambatan tinggi) dengan hambatanya yaitu secara paralel
dengannya. Hambatannya dihitung dengan membagi pembacaan voltmeter
dengan pembacaan amperemeter menurut hukum ohm, R= V/I

Beda potensial terminal ( tegangan jepit, voltase) dari sebuah baterai atau
generator ketika menghasilkan arus I berkaitan dengan gaya listrik dan
hambatan dalam R sebagai berikut :

a. Ketika mengalirkan arus


Tegangan terminal = (ggl)-( penurunan teganggan pd hambatan dalam) 
V= ε - I r.

b. Ketika menerima arus

Tegangan terminal = (ggl)- (penurunan tegangan pada hambatan dalam).

c. Ketika tidak ada arus

Tegangan arus terminal = ggl baterai atau generator hambatan jenis.

Hambatan R dari sebuah kawat dengan panjang L dan luas penampang A


adalah R= ρ Dimana ρ adalah konstanta yang disebut hambatan jenis
(resistivitasi). Hambatan jenis adalah karakteristik bahan kawat. Untuk L dalam
m, dalam m2 dan R pada temperature R dalam Ω. Satuan ρ adalah Ω.m
BAB II
ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat dan Bahan


 Sumber arus searah
 DC amperemeter
 DC multi voltmeter
 Kabel – kabel penghubung
  Beberapa elemen listrik, hambat gulung, hambat karbon, NTC, diode
dan sebagainya.
BAB III
METODE PERCOBAAN

1. Disusun rangkaian seperti gambar 4-1 untuk lampu Honda (metode I)


2. Diamati harga arus untuk beberapa harga beda potensial rendah sampai
potensial tinggi dan sebaliknya diamati pula harga arus bila lampu tersebut
diberi beda potensial negatif (diperhatikan potensial maksimum dangan
dilampaui).
3. Diulangi percobaan 1 dan 2 untuk beberapa elemen listrik yang diberi oleh
asisten (dua atau tiga elemen saja).
4. Diulangi percobaan 1 dan 2 untuk dua buah elemen listrik yang dihubungkan
secara seri (ditentukan oleh asisten).
5. Diulangi percobaan 1 dan 2 untuk dua buah elemen listrik yang dihubungkan
secara paralel.
6. Diulangi percobaan 1 s/d 5 untuk rangkaian seperti pada gambar 4-2 (metode
II).
Catatan :
a.  Diperhatikan betul – betul batas ukur sumber arus dan alat – alat ukur
yang lain.
b. Diperhatikan dengan mengubah batas ukur suatu alat ukur berarti
mengubah hambatan dalam alat ukur tersebut.
BAB IV

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Data pengamatan


Berdasarkan data percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan
pada tanggal 03 Mei 2019, maka dapat dilaporkan hasil sebagai berikut :

Keadaan ruangan P (cm)Hg T (0C) C (%)


Sebelum percobaan 75,55 26 56
Sesudah percobaan 75,5 27 55

Data pengamatan metode 1 :


Resistor yang digunakan pada metode 1 yaitu resistor dengan hambatan :
1. R1 = 100 Ω
2. R2 = 200 Ω
3. R3 = 200 Ω

NO Elemen listrik METODE 1


V I R = V/I P = V.I
1 R1 5 0,05 100 0,25
2 R2 5,5 0,025 220 0,138
3 R1+R2 6 0,015 400 0,09
4 R2+R3 6,5 0,012 541,67 0,078
5 R1+R2+R3 6 0,02 300 0,012
6 R1//R2 6 0,028 214,2 0,168
7 R2//R3 6 0,03 200 0,18
8 R1//R2//R3 6 0,029 206,9 0,174
9 Hambatan gulung 3 0,121 24,79 0,363
10 Diode 1 1 0,19 5,263 0,19
11 Diode 2 1 0,19 5,263 0,19
Data pengamatan metode 2 :
Resistor yang digunakan pada metode 2 yaitu resistor dengan hambatan :
1. R1 =100 Ω
2. R2 = 200 Ω
3. R3 = 200 Ω

NO Elemen listrik METODE 2


V I R = V/I P = V.I
1 R1 2,5 0,0025 100 0,0625
2 R2 3 0,0015 200 0,045
3 R1+R2 3 0,0010 300 0,03
4 R2+R3 3,2 0,008 400 0,0256
5 R1+R2+R3 3,2 0,009 355,5 0,0288
6 R1//R2 2,5 0,0025 100 0,0625
7 R2//R3 2,5 0,0028 89.3 0,07
8 R1//R2//R3 2,5 0,0028 89,3 0,07
9 Hambatan gulung 0,5 0,0070 7,14 0,035
10 Diode 1 0,55 0,0075 12 0,0675
11 Diode 2 0,55 0,0070 7,85 0,0385

4.2 Data perhitungan


1. Metode 1
 R1 rangkaian seri dengan V= 5 volt dan I = 0,05 A

V
R= P = V.I
I
5
= = 5 . 0,0
0,05
= 100 Ω = 0,25 W
 R2 dengan V = 5,5 V dan I = 0,025 A

V
R= P = V.I
I
5,5
= = 5,5 . 0,025
0,025
= 220 Ω = 0,138 W
 R1 + R2 diserikan dengan V = 6V dan I = 0,015A

V
R= P = V.I
I
6
= = 6 . 0,015
0,015
= 400 Ω = 0,09 W
 R2 + R3 diserikan dengan V = 6,5V dan I = 0,012 A

V
R= P = V.I
I
6,5
= = 6,5 . 0,012
0,012
= 541,67 Ω = 0,078 W
 R1 + R2 + R3 diserikan dengan V = 6V dan I = 0,02 A

V
R= P = V.I
I
6
= = 6 . 0,02
0,02
= 300 Ω = 0,12 W
 R1 // R2 dengan V = 6V dan I = 0,028 A

V
R= P = V.I
I
6
= = 6 . 0,028
0,028
= 214,2 Ω = 0,168 W
 R2 // R3 dengan V = 6V dan I = 0,03 A

V
R= P = V.I
I
6
= = 6 . 0,03
0,03
= 200 Ω = 0,18 W
 R1 // R2 // R3 dengan V = 6V dan I = 0,029 A

V
R= P = V.I
I
6
= = 6 . 0,029
0,029
= 206,9 Ω = 0,174 W
 Hambatan gulung dengan V = 3V dan I = 0,121 A

V
R= P = V.I
I
3
= = 3 . 0,121
0,121
= 24,79 Ω = 0,363 W
 Ioda I dengan V = 1 V dan I = 0,19 A

V
R= P = V.I
I
1
= = 1 . 0,19
0,19
= 5,263 Ω = 0,19 W
 Ioda II dengan V = 1 V dan I = 0,19 A

V
R= P = V.I
I
1
= = 1 . 0,19
0,19
= 5,263 Ω = 0,19 W
UNTUK PERHITUNGAN HAMBATAN SECARA TEORITISNYA :
Dengan R1 = 100Ω R2 = 200Ω danR3 = 200Ω
 R1 = 100Ω
 R2 = 200Ω
 R1 + R2 = 100 + 200 = 300Ω
 R2 + R3 = 200 + 200 = 400Ω
 R1 + R2 + R3 = 100 + 200 + 200 = 500Ω
1 1 3
 R1//R2 = + =
100 200 200
200
=
3
= 66,67 Ω
1 1 2
 R2//R3 = + =
200 200 200
200
=
2
= 100 Ω
1 1 1 4
 R1//R2//R3 = + + =
100 200 200 200
200
=
4
= 50 Ω

2. Metode 2
 R1 rangkaian seri dengan V= 2,5volt dan I = 0,0025 A

V
R= P = V.I
I
2,5
= = 2,5 . 0,0025
0,0025
= 100 Ω = 0,0625 W
 R2 dengan V = 3 V dan I = 0,0015 A

V
R= P = V.I
I
3
= = 3 . 0,015
0,015
= 200 Ω = 0,045 W
 R1 + R2 diserikan dengan V = 3V dan I = 0,0010A
V
R= P = V.I
I
3
= = 3 . 0,0010
0,0010
= 300 Ω = 0,03 W
 R2 + R3 diserikan dengan V = 3,2V dan I = 0,008 A

V
R= P = V.I
I
3,2
= = 3,2 . 0,008
0,008
= 400 Ω = 0,0256 W

 R1 + R2 + R3 diserikan dengan V = 3,2V dan I = 0,009 A

V
R= P = V.I
I
3,2
= = 3,2 . 0,009
0,009
= 355,5 Ω = 0,0288 W
 R1 // R2 dengan V = 2,5V dan I = 0,0025 A

V
R= P = V.I
I
2,5
= = 2,5 . 0,0025
0,0025
= 100 Ω = 0,0625 W
 R2 // R3 dengan V = 2,5V dan I = 0,0028 A

V
R= P = V.I
I
2,5
= = 2,5 . 0,0028
0,0028
= 89,3 Ω = 0,07 W
 R1 // R2 // R3 dengan V = 2,5V dan I = 0,0028 A

V
R= P = V.I
I
2,5
= = 2,5 . 0,0028
0,0028
= 89,3 Ω = 0,07 W
 Hambatan gulung dengan V = 0,5V dan I = 0,0070 A

V
R= P = V.I
I
0,5
= = 0,5 . 0,0070
0,0070
= 7,14 Ω = 0,035 W

 Ioda I dengan V = 0,55 V dan I = 0,0075 A

V
R= P = V.I
I
0,55
= = 0,55 . 0,0075
0,0075
= 12 Ω = 0,0675 W
 Ioda II dengan V = 0,55 V dan I = 0,0070 A

V
R= P = V.I
I
0,55
= = 0,55 . 0,0070
0,0070
= 7,85 Ω = 0,0385 W
UNTUK PERHITUNGAN HAMBATAN SECARA TEORITISNYA :
Dengan R1 = 100Ω R2 = 200Ω danR3 = 200Ω
 R1 = 100Ω
 R2 = 200Ω
 R1 + R2 = 100 + 200 = 300Ω
 R2 + R3 = 200 + 200 = 400Ω
 R1 + R2 + R3 = 100 + 200 + 200 = 500Ω
1 1 3
 R1//R2 = + =
100 200 200
200
=
3
= 66,67 Ω
1 1 2
 R2//R3 = + =
200 200 200
200
=
2
= 100 Ω
1 1 1 4
 R1//R2//R3 = + + =
100 200 200 200
200
=
4
= 50 Ω

BAB V

PEMBAHASAN

Fisika merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang gejala


alam melalui pengamatan atau observasi dan memperoleh kebenaran secara
empiris melalui panca indera  karena itu pengukuran merupakan bagian yang
sangat penting dalam proses membangun konsep-konsep fisika. Pengukuran
dilakukan langsung untuk mengetahui kuantitas besaran-besaran fisika seperti
yang sudah dibahas dalam besaran dan pengukuran.

Pada praktikum “ Karakteristik Beberapa Elemen Listrik “ yang dilakukan dengan


dua metode yakni metode pertama dengan penempatan voltameter diantara
ampermeter dan beban yang diukur. Metode kedua dengan penempatan
amperemeter diantara voltameter dan beban yang diukur.

Untuk hasil dari kedua metode ini diantaranya ada yang berbeda jauh ada juga
yang sama. Pengukuran ini yang diketahui adalah Tegangan ( V ) dan Kuat arus
( I ) dan yang dihitung adalah Daya ( P ) dan Hambatan ( R ).

                                    Rumus  Daya ( P ) = V x I dengan satuan watt

                              Rumus Hambatan ( R ) =   dengan satuan Ohm ( Ω )

Karena grafik pada karakteristik hukum ohm tegangan berbanding lurus dengan
kuat arus. Maka hal ini berpengaruh pada daya yang dihasilkan. Dari data
pengamatan dapat dilihat bahwa daya mengikuti dari tegangan dan kuat arus
tersebut. Maka daya ini pun berbanding lurus dengan tegangan dan kuat arus.
Semakin besar tegangan maka akan semakin besar pula kuat arusnya dan daya
yang dihasilkan akan besar pula. Maka untuk metode 1 dan metode 2 dalam daya
hampir semuanya berbanding lurus dengan kuat arus dan tegangannya.

Maka perbandingan dalam hambatanlah yang menjadi acuan seperti yang


dijelaskan pada tujuannya yaitu membuat koreksi-koreksi pada hambatan pada
elemen listrik. Berdasarkan dari data pengamatan dan diambil rata-ratanya dapat
di bandingkan.

Pada data tabel diatas bisa terlihat bahwa metode 2 alat yang lebih akurat
dibandingkan metode 1 dengan perbadingan seprti berikut:

·         Pada R1 = 100 Ω hambatan yang dihasilkan metode 1 dan 2 sudah hasil


hambatan sama. Sedangkan daya yang dihasilkan metode 2 lebih kecil
dibandingkan metode 1.

·         Pada R2 = 200Ω hambatan yang dihasilkan metode 1 hampir mendekati


sedangkan pada metode kedua hasil hambatan sama. Sedangkan daya yang
dihasilkan metode 1 lebih besar dari metode 2.

·         Pada susunan seri R1 + R2 = 300 Ω hambatan yang dihasilkan metode 1 lebih
besar melebihi hambatan teoritis sedangkan pada metode 2 hasil hambatan sesuai
dengan hambatan teoritis, daya yang dihasilkan metode 1 lebih besar
dibandingkan metode 2.

·         Pada susunan seri R2 + R3 = 400 Ω yang dipasang pada metode 1 dihasilkan


hambatan 541,67Ω, yang dipasang pada metode 2 dihasilkan hambatan 400Ω.
Daya yang dihasilkan metode 2 lebih besar dari metode 1.
·         Pada R1 +R2+ R3=500  Ω hasil yang didaptkan dari metode 1 dan 2 tidak
mendekati nilai hambtan teoritis dikarenakan alat yang digunakan tidak stabil atu
kurang kalibrasi dan kurang telitinya praktikan dalam pengukuran. Sedangkan
daya yang dihasilkan metode 2 lebih besar dari metode 1.

Pada susunan parallel metode 1 dan 2 hasil hambatan tidak sesuai dengan nilai
hambatan teoritis dan daya pada metode 1 lebih besar dibandingkan daya pada
metode 2.

·         Pada Hambatan Gulung dihasilkan metode 1 lebih besar dari metode 2.


Sedangkan daya yang dihasilkan metode 1 lebih besar dari metode 2.

·         Pada Dioda I dihasilkan hambatan metode 2 lebih besar dari metode 1.


Sedangkan daya metode 2 lebih besar juga dari metode 1.

·         Pada Dioda IN 450 2 dihasilkan hambatan metode 2 lebih besar dari metode 1.
Sedangkan daya metode 2 lebih kecil dari metode 1.

BAB VI
KESIMPULAN

Dari percobaan, pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka


dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
 Rangkaian Listrik tidak dapat dipisahkan dari penyusunnya sendiri, yaitu
berupa elemen atau komponen.
 Dalam penentuan nilai R percobaan dengan mengamati besarnya I (ampere)
pada amperemeter dan V (volt) pada voltmeter, lalu V dibagi dengan I
sehingga ditemukan nilai R
 Dalam penentuan nilai daya P (watt) V dikalikan dengan I.
 Pada karakteristik beberapa elemen listrik menghasilkan hambatan yang
berbeda-beda juga.
 Agar hambatan didapat dengan akurat tidak perlu mengukur voltmeternya dan
juga amperemeter terlalu besar karna semakin besar voltnya akan menurunkan
nilai hambatannya.
 Hambatan (Ω) yang dihasilkan berbanding terbalik dengan dayanya (watt).

DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit


Erlangga

Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit


Erlangga
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas
(terjemahan),Jakarta : Penerbit Erlangga

Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta

LAMPIRAN
Tugas Akhir
1. Buatlah grafik karakteristik V terhadap I tiap-tiap elemen yang diamati,
demikian pula grafik hubungan seri atau paralel (metode I maupun metode
II)
2. Buatlah grafik daya (P= V.I) terhadap harga arus I untuk tiap elemen
listrik yang diamati.
3. Apakah ada pengaruh panas yang timbul dalam elemen listrik terhadap
karakteristiknya? (pengaruh temperature)
4. Berikan catatan (komentar) tentang pengamatan 7c.
5. Mengapa terjadi perubahan data bila batas ukur diubah ? terangkan!
6. Gambarkan grafik karakteristik hubungan seri dan paralel (yang anda
amati) berdasarkan teori (hitungan). Kemudian bandingkan dengan hasil-
hasil yang anda dapat dari pengamatan.
7. Dari grafik karakteristik yang ada dapat, elemen-elemen apakah yang
memenuhi hokum ohm?

V
JAWABAN

1.
E1

2, Grafik daya terhadap arus


listrik atau I
E2
E3
I
Resistor Tunggal
0.3
0.2
0.1
0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2

2.1 .

Resistor Seri
0.03

0.02

0.02

0.01

0.01

0
0.08 0.08 0.09 0.09 0.1 0.1 0.11 0.11 0.12 0.12 0.13
2.2 .

Resistor Paralel
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.17 0.17 0.17 0.17 0.17 0.18 0.18 0.18 0.18
2.3 .

Hambatan Gulung
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2
2.4
Dioda
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2

2.5.

3. Ada, panas yang timbul diakibatkan dari kuat arus yang mengalir pada
rangkaian, jadi semakin kuat arus yang menaglir pada rangkaian maka
panas yang timbul pun semakin tinggi
4. Tak ada catatan ( komentar untuk pengamatan)
5. Suatu elemen listrik mempunyai beda potensial yang tidak sama jadi
jika batas ukur diubah maka rentang beda potensialnya pun akan
berubah sehingga data yang dihasilkanpun ikut berubah.

Resistor Seri
0.03

0.02

0.02

0.01

0.01

0
0.08 0.08 0.09 0.09 0.1 0.1 0.11 0.11 0.12 0.12 0.13
6.

Resistor Paralel
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.17 0.17 0.17 0.17 0.17 0.18 0.18 0.18 0.18
7. Sesuai dengan hukum ohm, Besar arus listrik (I) yang mengalir
melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan berbanding lurus
dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan kepadanya dan
berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”. maka dapat
disimpulkan bahwa grafik pada praktikum percobaan adalah
memenuhi hukum ohm.

Anda mungkin juga menyukai