BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Korosi
Korosi adalah kerusakan atau gejala degradasi logam akibat reaksi dengan
lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang
merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan
lingkungan. Contohnya pada pagar besi atau paku yang tertancap di kayu, besi
rongsokan, akan terlihat kerak coklat yang melapisi besi tersebut. Kerak itu tidak
hanya sekedar menutupi permukaan besi tetapi dapat menghancurkan besi
tersebut. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Pada peristiwa
korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Bentuk-
bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi sumuran, korosi
celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik
(corrosion fatique cracking), korosi akibat pengaruh hidrogen (corrosion induced
hydrogen), korosi intergranular, selective leaching, dan korosi erosi.
Korosi terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari korosi merata pada
seluruh permukaan logam hingga korosi yang terkonsentrasi pada bagian tertentu
saja. Korosi pada logam terjadi karena adanya aliran arus listrik dari satu bagian
ke bagian lain di permukaan logam. Aliran arus ini menyebabkan hilangnya metal
pada bagian dimana arus dilepaskan ke lingkungan. Proteksi terjadi dimana arus
kembali ke permukaan logam. Terdapat empat unsur pokok yang harus dipenuhi
agar korosi dapat terjadi yaitu:
1. Anoda (reaksi oksidasi).
2. Katoda (reaksi reduksi).
3. Elektrolit.
4. Sambungan logam, agar arus listrik dapat mengalir diantara dua
logam.
4
tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4).
Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya
gas-gas asam tersebut di dalam udara. Udara yang asam ini tentu dapat !
berinteraksi dengan apa saja, termasuk komponen-komponen renik di dalam
peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses korosi tidak dapat dihindari
lagi.
Korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen elektronika
dapat mengakibatan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini maka sifat
elektrik komponen-komponen elektronika dalam komputer, televisi, video,
kalkulator, jam digital dan sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan
terbentuknya lapisan non-konduktor pada komponen elektronik. Oleh sebab itu,
dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka barang mulai dari
komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak, bahkan
hancur karena korosi. Dalam beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi pada
peralatan elektronik dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yang menimbulkan
kerugian bukan hanya dalam bentuk kehilangan atau kerusakan materi, tetapi juga
korban nyawa.
Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia. Reaksi
elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron. Perpindahan elektron
merupakan hasil reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Mekanisme korosi melalui
reaksi elektrokimia melibatkan reaksi anodic di daerah anodik. Reaksi anodik
(oksidasi) diindikasikan melalui peningktan valensi atau produk electron-elektron.
Reaksi anodik yang terjadi pada proses korosi logam yaitu :
M --> Mn+ + ne
Proses korosi dari logam M adalah proses oksidasi logam menjadi satu ion
(n+) dalam pelepasan n elektron. Harga dari n bergantung dari sifat logam sebagai
contoh besi :
Fe--> Fe2+ + 2e
Korosi galvanik terjadi apabila berada dalam lingkungan lembab dan ada
cairan elektrolit. Jika tembaga dan besi diletakkan pada daerah lembab dan ada
elektrolit, maka akan terjadi aliran arus dari besi ke tembaga. Dalam hal ini korosi
galvanik telah berlangsung, logam yang kurang mulia akan menjadi anoda korban.
Korosi galvanik disebut juga sebagai korosi logam tak sejenis atau korosi
dwilogam. Korosi ini terjadi jika 2 buah logam atau logam paduan yang berbeda
dalam suatu lingkungan yang sama dan saling berhubungan. Hal ini terjadi karena
dihasilkan suatu beda potensial diantara logam tesebut. Korosi galvanik terjadi
apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di lingkungan
korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi, sementara logam
lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang mengalami korosi
adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah dan logam yang tidak
mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih tinggi.
Prinsip korosi galvanik sama dengan prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda
(katoda dan anoda), elektrolit dan arus listrik. Logam yang berfungsi sebagai
anoda adalah logam yang sebelum dihubungkan bersifat lebih aktif atau
mempunyai potensial korosi lebih negatif. Pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi
atau reaksi pelarutan sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi logam atau
tidak terjadi reaksi apa-apa dengan cara proteksi katodik.
carbon steel) untuk pemakaian yang lebih baik dan mengurangi biaya
perawatan. Kemudian cat pelapis pheonik juga diberikan diseluruh
permukaan-permukaan dinding tangki sedangkan bagian bawah tangki
yang dilapisi stainless steel tidak diberi lapisan cat karena mempunyai
sifat ketahanan korosi yang baik. Namun setelah beberapa bulan
dioperasikan, mulai terlihat adanya kebocoran di dinding tangki yaitu
di atas penyambung logam / las-lasnya.
BAB III
METODE PERCOBAAN
Data
Pengamatan
Pembahasan Literatur
11
Kesimpulan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
13
0.9
0.8
Laju korosi Rata-rata
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Cu/Zn Cu/Pb Pb/Zn
Material
Dibawah ini adalah grafik yang menunjukan laju korosi setiap sampel
terhadap waktu, berikut gambarnya.
14
0.6
0.4
0.3 Cu/Zn
0.2 Cu/Pb
Pb/Zn
0.1
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Waktu (menit)
Berdasarkan gambar 4.1, terlihat bahwa pada plat Cu/Zn memiliki nilai
laju korosi tertinggi yaitu berkisar diantara 0,549-0,109 volt/menit, lalu digaris
kedua atau terdapat pelat Cu/Pb yang memiliki nilai laju korosi berkisar
diantara 0,128-0,025 dan yang terakhir atau laju korosi tertinggi adalah pelat
Cu/Pb dimana nilai laju korosi berkisar diantara 0,302-0,060. Hasil laju korosi
merupakan hasil pembagian atau perbandingan antara energi potensial hasil
percobaan dibagi dengan waktu pengerjaan yang ditentukan, yaitu 1,3 dan 5
menit. Secara data teoritis seharusnya nilai pelat Cu/Zn memiliki nilai laju
korosi terbesar karena memiliki energy potensial redoks terbesar, tetapi pada
percobaan yang dilakukan yang memiliki laju korosi terbesar adalah pelat
Cu/Pb. Hal tersebut menurut analisa praktikan disebabkan karena faktor
penyentuhan benda kerja dengan alat pembaca voltase atau multitester tidak
sempurna sehingga data yang terbaca pada alat menjadi kurang sempurna atau
jauh berbeda dengan data teoritis. Pada grafik 4.1 terjadi penurunan untuk
setiap sampel pelat, hal tersebut disebabkan semakin lama waktu pengerjaan
15
maka akan semakin besar nilai pembagi untuk tiap energi potensial yang
dihasilkan pada alat tersebut..
0.7
0.6
0.5
E korosi (volt)
0.4
Cu/Zn
0.3
Cu/Pb
0.2 Pb/Zn
0.1
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
waktu (menit)
proses korosi mulai terjadi, dengan diperolehnya nilai laju korosi pada
masing-masing sel percobaan. Proses korosi yang terjadi ini kemungkinan
menyebabkan terjadinya pengurangan nilai potensial redoks atau potensial sel
yang dimiliki oleh suatu sel galvanik. Laju korosi yang diperoleh untuk setiap
percobaan menurun berdasarkan pada peningkatan waktu reaksi sel galvanik
dalam media korosif yang digunakan.
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
1. Korosi galvanik terjadi karena ada 2 logam dalam suatu lingkungan
dan terjadi karena ada perbedaan E0 pada dua logam tersebut.
2. E0 reduksi secara teori untuk Cu/Zn adalah 1,10 volt, Cu/Pb 0,470 volt
dan Pb/Zn 0,630 volt.
3. E0 reduksi yang didapat adalah untuk Cu/Zn, Cu/Pb, dan Pb/Zn adalah
0,551 volt, 0,342 volt, dan 0,328 volt.
4. Laju korosi tercepat untuk kurun waktu 1 menit adalah Cu/Zn dengan
0,549 volt, Pb/Zn dengan 0,302 volt dan Cu/Pb dengan 0,128 volt.
5.2 Saran
Setelah melakukan percobaan ini, terdapat beberapa saran yang bisa
dipertimbangkan sebagai berikut.
1. Agar mendapatkan hasil berupa data yang lebih baik, pihak
laboratorium metalurgi agar menambahkan atau mengganti secara
berkala bahan yang digunakan.
2. Lebih memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil
data pengamatan, terutama dalam pengambilan sampel dan
pengamatan.
18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
20
= 510,8
(510,8)
Galat (Error)
teori
60
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
22
Jawaban Pertanyaan
1. Buat tabel dan susun data hasil percobaan!
Mine B.J +60# Berat = 18,3 gr -60# Berat = 81,7 gr Jumla Galat
ral Butiran Juml % Butiran Jumla % h Total
ah berat h butir berat
I II butir I II x B.J
x B.J
Besi 4,3 33 52 365,5 7,94 182 165 1492,1 55,51 63,45 33,45
Kuars 2,2 140 77 477,4 10,36 155 165 704 26,19 36,55
a
Jumla 173 129 842,9 18,3 337 330 2196,1 81,7 100
h
(510,8)
%Jumlah total pasir besi = 78,29 %
Untuk Sampel dengan ukuran -60#
Berat sampel = 91 gram = (91/99,5) x 100% = 91,46%
Jumlah butiran besi x berat jenis = (407+195) x 4,3 =
2588,6
Jumlah butiran kuarsa x berat jenis = (134+87) x 2,2 =
486,2 +
= 3074,8
Tugas Khusus
1. Industri yang melakukan mineral Sampling
Jawab
1. Mineral sampling digunakan pada indutri biasanya pada tahap observasi
sebelum adanya proses pertambangan, contohnya untuk industri
pengolahan emas pada PT. Freeport, pada ratusan tahun yang lalu proses
observasi material tersebut dilakukan bertujuan mencari suatu lahan
tambang emas yang memiliki nilai konsentrasi tinggi.
25
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT & BAHAN
26
LAMPIRAN D
BLANKO PERCOBAAN