Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGENDALIAN KOROSI

Dhea Pranita 1509065018


Agatha Permatasari Mayang 1509065021
Meisyita Paramitha 1509065013

TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
A. Latar Belakang
Barang-barang apapun yang terbuat dari logam dapat mengalami korosi jika
dibiarkan di lingkungan terbuka. Definisi korosi sendiri ialah perkaratan terjadi
sebagai akibat interaksi antara material dengan lingkungannya yang menyebabkan
kerusakan dan penurunan kualitas material tersebut. Hal ini dapat menjadi
berbahaya dan merugikan jika terjadi pada peralatan-peralatan industri. Karena itu,
manajemen pengendalian korosi sangatlah penting.

Sebelum lebih lanjut mengetahui sistem manajemen yang diperlukan, terlebih


dahulu dketahui elemen-elemen dasar terjadinya korosi. Konsep dari korosi, tidak
jauh dari proses elektrokimia yang dijabarkan sebagai berikut :
 Anodik yaitu elektrode negatif, area yang mengalami reaksi oksidasi sehingga ion
logam mengalami kenaikan bilangan oksidasi.
 Katodik yaitu elektrode positif, area yang mengalami reaksi reduksi, yakni gas
oksigen di udara yang mengalami reaksi tersebut.
 Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai dalam bentuk ion-ion dan
selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-atom
yang bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa ataupun senyawa
kimia lainnya.
 Penghantar merupakan media penghubung antara anodik – katodik serta elektrolit.
Jika tidak penghantar maka korosi tidak akan terjadi.

Reaksinya sangat mudah terjadi bila semua elemennya terpenuhi. Karena itu,
dampak korosi yang dibiarkan terlalu lama, menjadi tidak mudah diprediksi.
Dampak yang ditimbulkan korosi bisa berupa kerugian secara langsung dan tidak
langsung.

Dampak kerugian langsung yang dialami misalnya berupa kerusakan karena korosi
pada peralatan, permesinan atau struktur fasilitas produksi migas, petrochemical,
infrastruktur, fasilitas umum. Contohnya, kebocoran pada jaringan perpipaan atau
tangki menyebabkan kerugian minyak mentah ataupun bahan bakar.

Sedangkan, kerugiaan secara tidak langsung dapat berupa terjadinya kecelakaan


kerja yang menimbulkan korban jiwa dan kebocoran karena korosi bisa
menyebabkan kebakaran, dampak lebih fatal adalah proses produksi berhenti yang
berakibat kerugian ekonomi yang lebih besar.
B. Pengertian Korosi
Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan
lingkungannya. Penurunan mutu logam tidak hanya melibatkan reaksi kimia namun
juga reaksi elektrokimia, yaitu antara bahan-bahan bersangkutan terjadi perpindahan
elektron. Karena elektron adalah sesuatu yang bermuatan negatif, maka
pengangkutannya menimbulkan arus listrik.

Dalam banyak hal korosi menyebabkan penurunan daya guna suatu komponen atau
peralatan yang dibuat dari logam seperti peralatan pabrik, peralatan kimia,
pembuatan jembatan dan sebagainya. Peristiwa korosi tidak akan terjadi dengan
sendirinya melainkan ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan timbulnya
peristiwa korosi. Faktor tersebut dapat menimbulkan terjadinya peristiwa korosi
apabila komponen- komponen tersebut terjadi hubungan satu sama lain yang
menimbulkan terjadinya aliran elektron. Korosi juga dapat mengakibatkan suatu
material mengalami suatu reaksi oksidasi yang jika dibiarkan terus menerus akan
menyebabkan material terdegradasi. Degradasi tersebut menyebabkan logam
menipis, berlubang, terjadi perambatan reaktan, sifat mekanik berubah sehingga
terjadi kegagalan tiba – tiba pada struktur, sifat fisik dan penampilan logam berubah
(Fachri, 2011).

Korosi diartikan sebagai penurunan mutu logam akibat reaksi elektriokimia dengan
lingkungannya. Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvani yang mempunyai
“hubungan pendek” dimana beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai
katoda dan lainnya sebagai anoda, dan “rangkaian listrik” dilengkapi oleh rangkaian
elektron menuju besi itu sendiri seperti di ilustrasikan pada Gambar berikut:
Pembentukkan karat (Haryono, 2010)

Prinsip Dasar Pengendalian Korosi Korosi telah didefinisikan sebagai penurunan


mutu logam oleh reaksi elektrokimia dengan lingkungannya. Pada kebanyakan
situasi praktis serangan ini tidak dapat dicegah, kita hanya dapat berupaya
mengendalikannya sehingga struktur atau komponen mempunyai masa pakai yang
lebih panjang. Adapun pengendalian korosi bisa dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya yang paling penting adalah:
a. Modifikasi rancangan
b. Modifikasi lingkungan
c. Pemberian lapisan pelindung
d. Pemilihan bahan
e. Proteksi katodik dan anodik

C. Macam-macam Pengendalian Korosi


a) Pengendalian Korosi melalui Perancangan
Komponen-komponen akan menghadapi berbagai macam lingkungan baik selama
tahapan-tahapan pembuatan, pemindahan dan penyimpanan, maupun ketika kelak
harus menjalankan tugas sehari-hari. Laju korosi atau perusakan lapisan pelindung
yang diberikan kepada logam akan dipengaruhi oleh perubahan-perubahan faktor
diantaranya kelembaban relatif, temperatur, pH, konsentrasi oksigen, bahan
pengotor padat atau terlarut, konsentrasi, dan kecepatan elektrolit. Variasi-variasi
kondisi lingkungan ini sedapat mungkin harus sudah diidentifikasi sejak tahapan
perancangan (Trethewey, 1991).

Pengendalian Korosi Melalui Pengubahan Lingkungan


Menurut Haryono, (2010), terdapat beberapa faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi proses korosi antara lain, yaitu:
1. Suhu
Kenaikan suhu akan menyebabkan bertambahnya kecepatan reaksi korosi. Hal ini
terjadi karena semakin tingginya energi kinetik dari partikel-partikel yang bereaksi
sehingga melampaui besarnya harga energi aktivasi dan akibatnya laju korosi juga
akan semakin cepat, begitu juga sebaliknya.
2. Kecepatan alir fluida atau kecepatan pengadukan
Laju korosi cenderung bertambah jika laju atau kecepatan aliran fluida bertambah
besar. Hal ini karena kontak antara zat perekasi dan logam akan makin banyak yang
lepas sehingga logam akan mengalami kerapuhan (korosi).
3. Konsentrasi bahan korosif.
Hal ini berhubungan dengan pH atau keasaman dan kebasaan suatu larutan. Larutan
yang bersifat asam sangat korosif terhadap logam dimana logam yang berada di
dalam media larutan asam akan lebih cepat terkorosi karena merupakan reaksi
anoda. Sedangkan larutan yang bersifat basa dapat menyebabkan korosi pada
katodanya karena reaksi katoda selalu serentak dengan reaksi anoda.
4. Oksigen
Adanya oksigen yang terdapat di dalam udara dapat bersentuhan dengan permukaan
logam yang lembab. Sehingga kemungkinan menjadi korosi lebih besar. Di dalam
air (lingkungan terbuka), adanya oksigen menyebabkan korosi cepat terjadi.
5. Waktu kontak
Aksi inhibitor diharapkan dapat membuat ketahanan logam terhadap korosi lebih
besar. Dengan adanya penambahan inhibitor ke dalam larutan, maka akan
menyebabkan laju reaksi menjadi lebih rendah, sehingga waktu kerja inhibitor
untuk melindungi logam dari korosi akan hilang atau habis pada waktu tertentu. Hal
itu dikarenakan semakin lama waktunya maka inhibitor akan semakin habis
terserang oleh larutan. Baik proses korosi di udara maupun proses korosi basah
dapat dikendalikan menggunakan bahan kimia khusus yang disebut inhibitor.
Apabila bahan ini ditambahkan ke dalam lingkungan, laju serangan korosi akan
berkurang (Trethewey, 1991).

Korosi dapat dikurangi dengan berbagai macam cara, dan cara yang paling mudah
dan paling murah adalah dengan menambahkan inhibitor ke dalam media. Inhibitor
berasal dari kata inhibisi: menghambat, jadi inhibitor ditambahkan untuk
menghambat reaksi antarmuka antara material dengan lingkungan. Inhibitor terdiri
dari dua jenis yaitu inhibitor organik dan anorganik. Inhibitor dapat dianggap
sebagai katalisator yang memperlambat (retarding catalyst) (Haryono, 2010).

Rani, (2012) menyebutkan bahwa inhibitor akan mereduksi kecepatan


korosi dengan cara:
1. Adsorpsi ion/molekul inhibitor ke permukaan logam.
2. Meningkatkan atau menurunkan reaksi anoda dan atau katoda.
3. Menurunkan kecepatan difusi reaktan ke permukaan logam.
4. Menurunkan hambatan listrik dari permukaan logam.
5. Inhibitor mudah membentuk lapisan in situ pada permukaan logam.

Inhibitor organik umumnya bersifat heteroatom. Atom O, N, dan S ditemukan


dalam kepadatan tinggi dan atom-atom tersebut bertindak sebagai inhibitor korosi.
Atom O, N, dan S merupakan pusat aktif untuk proses adsorpsi pada permukaan
logam. Efisiensi inhibisi dari logam ini adalah O < N < S < P. Penggunaan senyawa
organik yang mengandung oksigen, sulfur, dan khususnya nitrogen sangat baik
untuk mereduksi serangan korosi pada baja. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kerja inhibitor adalah panjang rantai, berat molekul, ikatan (aromatis atau
konjugasi), kemungkinan ikat silang, serta kelarutannya dalam lingkungan yang
digunakan. Inhibitor bahan alam (green inhibitor) bersifat biodegradable (mudah
terurai) dan tidak mengandung logam berat atau senyawa racun lainnya. Beberapa
penelitian telah melaporkan keberhasilan penggunaan senyawa bahan alam untuk
menghambat korosi dari logam dalam lingkungan asam dan basa. Green inhibitor
yang cocok untuk baja karbon adalah inhibitor yang mengandung asam amino alami
seperti alanin, glisin dan leusin (Rani, 2012).

Inhibitor organik bekerja dengan membentuk senyawa kompleks yang mengendap


pada permukaan logam sebagai lapisan pelindung yang bersifat hidrofobik yang
dapat menghambat reaksi logam dengan lingkungannya. Reaksi yang terjadi dapat
berupa reaksi katodik, anodik, atau keduanya. Hal ini bergantung dari reaksi pada
permukaan logam dan potensial logam tersebut. Selain itu juga dapat berfungsi
untuk menetralisir konstituen korosif dan mengabsorbsi konstituen korosif tersebut.
Penggunaan dengan konsentrasi yang tepat dapat mengoptimalkan perlindungan
pada seluruh logam. Inhibitor organik akan teradsorbsi pada permukaan tergantung
dari muatan inhibitor dan muatan logam untuk membentuk ikatan dari senyawa
kompleks tersebut sebagi contoh kation inhibitor seperti amin atau anion inhibitor
seperti sulfonat akan teradsorbsi tergantung muatan logam tersebut apakah negatif
atau positif. Efektifitas dari inhibitor organik dipengaruhi oleh komposisi kimia,
struktur molekul, dan gugus fungsi, ukuran dan berat molekul, serta afinitas
inhibitor terhadap logamnya. Mekanisme proteksi ekstrak bahan alam terhadap
besi/baja dari serangan korosi diperkirakan hampir sama dengan mekanisme
proteksi oleh inhibitor organik. Reaksi yang terjadi antara logam Fe2+ degan
medium korosif yang mengandung ion-ion klorida seperti NaCl, MgCl2, KCl akan
bereaksi dengan Fe dan diperkirakan menghasilkan FeCl2. Jika ion klorida yang
bereaksi semakin besar, maka FeCl2 yang terbentuk juga akan semakin besar,
seperti tertulis dalam reaksi berikut:
NaCl →Na+ + Cl- (2.4)
MgCl2 → Mg2+ + 2Cl- (2.5)
KCl → K+ + Cl- (2.6)
Ion klorida pada reaksi diatas akan menyerang logam besi (Fe) sehingga besi akan
terkorosi menjadi:
2Cl- + Fe2+ → FeCl2 (2.7)
Dan reaksi antara Fe2+ dengan inhibitor ekstrak bahan alam menghasilkan senyawa
kompleks. Inhibitor ekstrak bahan alam yang mengandung nitrogen mendonorkan
sepasang elektronnya pada permukaan logam mild steel ketika ion Fe2+ terdifusi ke
dalam larutan elektrolit, reaksinya adalah:
Fe → Fe2+ + 2e- (melepaskan elektron) (2.8)
Fe2+ + 2e- → Fe (menerima elektron) (2.9)
Mekanisme inhibisi ekstrak bahan alam ditunjukkan pada Gambar berikut:

Gambar Mekanisme Inhibisi Ekstrak Bahan Alam (Ilim, 2008)

Produk yang terbentuk diatas mempunyai kestabilan yang tinggi disbanding dengan
Fe saja, sehingga sampel besi/baja yang diberikan inhibitor ekstrak bahan alam akan
lebih tahan (terproteksi) terhadap korosi (Haryono, 2010).

Inhibitor akan membentuk lapisan pelindung in situ karena reaksi antara larutan
dengan permukaan logam. Proses penginhibisiannya disebabkan adanya adsorpsi
molekul pada permukaan logam. Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam
membentuk lapisan pasif yang hidrofobik yang melindungi logam terhadap korosi
lebih lanjut. Adsorpsi inhibitor ke permukaan logam disebabkan oleh gaya tarik
elektrostatik antara muatan ion dengan muatan listrik antarmuka logam. Secara
keseluruhan, senyawa inhibitor adalah netral. Tetapi, gugus nitrogen pada senyawa
tersebut memiliki pasangan elektron bebas yang menyebabkan inhibitor cenderung
bermuatan negatif sehingga inhibitor akan tertarik ke permukaan logam dan
membentuk lapisan (Purwanto, 2013).

Inhibitor korosi dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya,


yaitu inhibitor anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor
teradsorpsi.
1) Inhibitor anodik
Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara
menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang
banyak digunakan adalah senyawa kromat dan senyawa molibdat.
2) Inhibitor katodik
Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara
menghambat salah satu tahap dari proses katodik, misalnya penangkapan gas
oksigen (oxygen scavenger) atau pengikatan ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor
katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam sulfit.
3) Inhibitor campuran
Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat proses di
katodik dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial berfungsi
ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah
senyawa silikat, molibdat, dan fosfat.
4) Inhibitor teradsorpsi
Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi permukaan
logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi
pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini adalah merkaptobenzotiazol dan
1,3,5,7–tetraaza–adamantane.

b) Pengendalian Korosi dengan Lapisan Pelindung


Salah satu cara pengendalian korosi dengan cara memberi lapisan perlindungan
(coating protection). Pelapisan biasanya dimaksudkan untuk memberikan suatu
lapisan padat dan merata sebagai bahan isolator atau penghambat aliran listrik
diseluruh permukaan logam yang dilindungi, fungsi dari lapisan tersebut adalah
untuk mencegah logam dari kontak langsung dengan elektrolit dan lingkungan
sehingga reaksi logam dan lingkungan terhambat (Fachri, 2011).

Lapisan penghalang yang dikenakan ke permukaan logam dimaksudkan baik untuk


memisahkan lingkungan dari logam, maupun untuk mengendalikan lingkungan
mikro pada permukaan logam. Banyak cara pelapisan yang digunakan untuk
maksud ini termasuk cat, selaput organik, vernis, lapisan logam, dan enamel. Sejauh
ini yang paling umum adalah cat (Trethewey, 1991).

c) Pengendalian Korosi dengan Pemilihan Bahan


Banyak faktor yang dapat membatasi pemakaian bahan pilihan kita. Di luar industri
minyak dan kimia, kebanyakan struktur besar dibuat dari baja lunak atau baja
paduan rendah, aluminium, atau beton dengan penguat baja, atas dasar
pertimbangan murah, mudah tersedia, dan kuatnya bahan-bahan tersebut. Pemilihan
bahan-bahan tersebut terutama didasarkan pada pola tegangan dalam struktur,
teknik fabrikasi dan penyambungan yang hendak digunakan, dan tersedianya tenaga
kerja yang memiliki keahlian untuk menangani konstruksinya. Sifat menghambat
korosi yang sudah ada dengan sendirinya pada suatu bahan, umumnya hampir tidak
berperan dalam proses pemilihan. Seorang perekayasa akan mencari lapisan
penghalang atau cara lain unttuk menghambat rusak atau hilangnya logam. Paduan-
paduan canggih yang memiliki sifat tahan korosi hanya akan digunakan dalam
situasi-situasi khusus yang selalu dihantui bencana, misalnya industri minyak serta
kimia, atau bila keandalan merupakan faktor pertimbangan yang luar biasa penting
(Trethewey, 1991).

d) Proteksi Katodik dan Anodik


Proteksi katodik adalah suatu perlindungan permukaan logam dengan cara
melakukan arus searah yang memadai ke permukaan logam dan mengkonversikan
semua daerah anoda di permukaan logam menjadi daerah katodik. Sistem ini hanya
efektif untuk system-sistem yang terbenam dalam air atau di dalam tanah.
Sedangkan pada perlindungan secara anodik, tegangan sistem yang dilindungi
dinaikkan sehingga memasuki daerah anodiknya. Pada kondisi ini system
terlindungi karena terbentuknya lapisan pasif. Syarat yang harus dipenuhi agar
sistem ini berjalan dengan baik adalah bahwa karakteristik lingkungannya harus
stabil. Pada jenis lingkungan yang tidak stabil (berfluktuasi) penerapan system
proteksi anodik tidak dianjurkan (Fachri, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Fachri, A. 2011. Studi Pengaruh Konsentrasi Ubi Ungu Sebagai Green Inhibitor Pada
Material Baja Karbon Rendah Di Lingkungan Air Laut Pada Temperature 60oC.
Prosiding Skripsi. Depok : Universitas Indonesia.

Haryono, G. 2010. Ekstrak Bahan Alam Sebagai Inhibitor Korosi. Prosiding Seminar
Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”. Yogyakarta: UPN “Veteran”.

Purwanto, S. 2013. Pengaruh Inhibitor Kafeina Pada Laju Korosi Dan Struktur Mikro
Baja Karbon KS01 Dan AISI 1045 Dalam Medium Air Laut. Jurnal. Bandung:
Universitas Pajajaran.

Rani, B.E. dan Bharathi Bai. 2012. Green Inhibitors For Corrosion Protection Of Metals
And Alloys: An Overview. Review Article. International Journal Of Corrosion.
Hindawi Publishing Corporation. Article ID 380217.

Trethewey, K.R. 1991. Korosi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai