Anda di halaman 1dari 14

Tugas Kimia Dasar

Essay
Nama : Novita Nur Fitriana
Nim : I0123132
Prodi : S-1 Teknik Sipil

Proses Korosi pada Logam: Penyebab dan Upaya


Pencegahannya
Pendahuluan
Korosi, sebagai suatu proses alamiah yang terjadi pada logam, telah menjadi tantangan yang
tak terhindarkan dalam berbagai sektor kehidupan. Keberadaannya membawa dampak serius terhadap
keandalan dan umur pakai material logam, memicu kebutuhan mendalam untuk memahami akar
penyebabnya dan merancang strategi pencegahan yang efektif. Dalam konteks ini, penelitian dan
pemahaman mendalam mengenai proses korosi pada logam menjadi krusial, tidak hanya dalam ranah
industri, tetapi juga dalam aplikasi sehari-hari.
Ketika logam berinteraksi dengan lingkungannya, terutama melalui pemaparan terhadap
oksigen, air, atau senyawa korosif lainnya, proses korosi terjadi. Fenomena ini seringkali tidak terlihat
secara langsung, tetapi dampak jangka panjangnya dapat merusak struktur logam, mengurangi
kekuatan, dan mengancam integritas berbagai komponen atau perangkat. Oleh karena itu, pemahaman
mendalam terkait dengan proses korosi pada logam menjadi landasan esensial bagi upaya mencegah
dan mengatasi dampak negatif yang ditimbulkannya.
Tulisan ini akan mengulas secara komprehensif bagaimana proses korosi terjadi pada logam,
mengidentifikasi penyebab utama yang mempercepat reaksi korosif, dan merinci berbagai upaya
pencegahan yang dapat diimplementasikan. Pemahaman ini tidak hanya berguna dalam menghadapi
tantangan teknis, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap keberlanjutan dan efisiensi
penggunaan logam dalam berbagai konteks kehidupan.
Seiring perkembangan teknologi dan perluasan pemanfaatan logam dalam berbagai aplikasi,
memahami aspek korosi menjadi semakin penting. Sebagai contoh, dalam industri konstruksi,
kehandalan struktur baja dan logam lainnya adalah kunci utama untuk memastikan keamanan dan
ketahanan bangunan. Begitu juga dalam industri otomotif, perlindungan terhadap korosi menjadi
faktor kritis untuk memastikan umur pakai dan kinerja optimal kendaraan. Karenanya, menggali lebih
dalam tentang proses korosi dan mengidentifikasi strategi efektif untuk mencegahnya menjadi
prioritas yang tidak dapat diabaikan.
Melalui pemahaman yang lebih baik terhadap korosi pada logam, kita dapat mengembangkan
inovasi yang mendorong efisiensi material, mengurangi dampak lingkungan, dan meningkatkan
keberlanjutan secara keseluruhan. Dengan merinci faktor penyebab korosi dan menyusun rencana
pencegahan yang terarah, kita dapat membuka jalan bagi penggunaan logam yang lebih berkelanjutan
dan tahan lama. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menjelajahi secara menyeluruh aspek-
aspek tersebut, memberikan landasan yang kokoh untuk menghadapi dan mengelola tantangan korosi
pada logam.
Proses Terjadinya Korosi pada Logam
1. Reaksi Kimia Korosi
Reaksi kimia pada proses korosi melibatkan interaksi antara logam dengan unsur-unsur atau
senyawa tertentu dalam lingkungannya. Proses ini dapat bervariasi tergantung pada jenis logam yang
terlibat, jenis lingkungan, dan kondisi spesifik. Di bawah ini, saya akan memberikan gambaran umum
mengenai reaksi kimia korosi, dengan contoh utama fokus pada korosi besi, yang umumnya dikenal
sebagai pembentukan karat.
Contoh Reaksi Kimia Korosi pada Besi:
Pertama-tama, kita dapat menyederhanakan reaksi korosi besi dengan melibatkan oksigen (dari udara)
dan air:
4Fe+3O2+6H2O→4Fe(OH)34Fe+3O2+6H2O→4Fe(OH)3
Dalam reaksi ini:
 Besi (FeFe) bereaksi dengan oksigen (O2O2) yang hadir dalam udara.
 Air (H2OH2O) memainkan peran penting dalam membantu terjadinya reaksi.
 Hasil akhirnya adalah pembentukan senyawa besi hidroksida (Fe(OH)3Fe(OH)3), yang
merupakan senyawa padat dan bersifat korosif.
Lebih rinci, reaksi ini dapat dipecah menjadi dua tahap utama:
Tahap 1: Oksidasi Besi: 2Fe→2Fe3++6e−2Fe→2Fe3++6e−
Pada tahap ini, atom besi kehilangan elektron dan mengalami oksidasi, membentuk ion besi
(Fe3+Fe3+).
Tahap 2: Reduksi Oksigen: 3O2+12e−+12H2O→12OH−3O2+12e−+12H2O→12OH−
Pada tahap ini, oksigen dan air menerima elektron dan mengalami reduksi, membentuk ion hidroksida
(OH−OH−).
Gabungan kedua tahap ini menghasilkan persamaan kimia utama reaksi korosi besi di atas.

2. Faktor Lingkungan yang Memengaruhi Korosi


Faktor lingkungan memainkan peran kunci dalam memengaruhi proses korosi pada logam.
Kelembaban, tingkat keasaman (pH), jenis senyawa yang hadir dalam lingkungan, serta suhu adalah
faktor-faktor yang dapat mempercepat atau memperlambat kecepatan korosi. Berikut adalah
penjelasan lebih rinci tentang faktor lingkungan yang memengaruhi korosi:

a) Kelembaban:
 Pengaruh: Kelembaban adalah faktor kritis dalam proses korosi karena
memungkinkan air hadir sebagai elektrolit yang memungkinkan reaksi elektrokimia
pada permukaan logam.
 Dampak: Lingkungan yang lembab cenderung mempercepat korosi. Logam yang
terpapar air atau kelembaban tinggi lebih rentan terhadap oksidasi dan pembentukan
senyawa korosif.
b) Tingkat Keasaman (pH):
 Pengaruh: Tingkat keasaman air atau lingkungan dapat memengaruhi tingkat korosi.
Lingkungan yang bersifat asam dapat meningkatkan kecepatan korosi, sedangkan
lingkungan yang bersifat basa dapat memperlambatnya.
 Dampak: Asam dapat mengakibatkan pelepasan ion logam, mempercepat reaksi
korosi. Sebaliknya, lingkungan basa dapat membentuk lapisan pelindung oksida pada
permukaan logam, mengurangi tingkat korosi.
c) Jenis Senyawa Korosif:
 Pengaruh: Keberadaan senyawa-senyawa seperti garam atau polutan industri dapat
meningkatkan tingkat korosi. Garam, khususnya, dapat meningkatkan konduktivitas
air dan meningkatkan reaksi elektrokimia pada permukaan logam.
 Dampak: Logam yang terpapar air laut atau senyawa-senyawa korosif lainnya lebih
rentan terhadap kerusakan akibat korosi.
d) Suhu:
 Pengaruh: Suhu memengaruhi laju reaksi kimia secara umum, termasuk reaksi korosi.
Pada suhu tinggi, reaksi korosi cenderung lebih cepat.
 Dampak: Lingkungan dengan suhu tinggi dapat meningkatkan laju korosi, sehingga
material logam dapat mengalami kerusakan lebih cepat.

e) Keberadaan Mikroorganisme:
 Pengaruh: Lingkungan yang mengandung mikroorganisme, terutama bakteri dan alga,
dapat mempercepat korosi. Beberapa mikroorganisme dapat memproduksi senyawa
yang merangsang reaksi korosi.
 Dampak: Pada lingkungan tertentu, pertumbuhan mikroorganisme dapat
menyebabkan korosi mikrobial, yang dapat menjadi masalah serius pada instalasi
pipa dan struktur logam di lingkungan seperti industri perminyakan atau instalasi air.

3. Korosi Galvanik
Korosi galvanik adalah suatu bentuk korosi elektrokimia yang terjadi ketika dua logam yang
berbeda berada dalam kontak langsung dan terhubung secara elektrik di dalam suatu lingkungan
elektrolit. Proses ini dinamakan "galvanik" karena sering kali terkait dengan prinsip yang sama seperti
sel galvanik atau sel elektrokimia.
Mekanisme Korosi Galvanik:
a) Logam Anoda dan Katoda:
 Dalam pasangan logam yang berbeda, satu logam akan berfungsi sebagai anoda, dan
yang lainnya sebagai katoda.
 Logam anoda mengalami oksidasi, melepaskan elektron dalam prosesnya.
 Logam katoda menerima elektron dan mengalami reduksi.
b) Pertukaran Elektron melalui Lingkungan Elektrolit:
 Elektron yang dilepaskan oleh logam anoda bergerak melalui logam dan dapat
mengalir ke logam katoda melalui jalur konduktif, yang dapat mencakup air, tanah,
atau kelembaban di sekitar logam.
c) Ion-Ion dalam Lingkungan Elektrolit:
 Seiring dengan aliran elektron, ion-ion dari logam anoda dilepaskan ke lingkungan
elektrolit (biasanya air atau larutan elektrolit) sebagai hasil dari oksidasi logam
tersebut.
d) Reaksi Reduksi pada Logam Katoda:
 Pada logam katoda, ion-ion dari lingkungan elektrolit menerima elektron dan
mengalami reduksi, membentuk senyawa baru yang mungkin kurang korosif atau
lebih stabil.
Contoh Korosi Galvanik:
Contoh yang umum terjadi adalah ketika dua logam yang berbeda secara elektronegativitas
dihubungkan secara langsung, seperti aluminium dan besi. Misalnya, jika aluminium dan besi
ditempatkan dalam kontak dan terpapar kelembaban atau air, aluminium, yang memiliki tingkat
elektronegativitas yang lebih tinggi, akan bertindak sebagai katoda dan besi sebagai anoda.
Fe→Fe2++2e−(Oksidasi di Anoda)Fe→Fe2++2e−(Oksidasi di Anoda)
2Al3++6e−→2Al(Reduksi di Katoda)2Al3++6e−→2Al(Reduksi di Katoda)
Pada akhirnya, besi mengalami oksidasi menjadi ion besi positif (Fe2+Fe2+), dan aluminium
mengalami reduksi, membentuk aluminium yang lebih stabil. Dalam proses ini, besi akan mengalami
korosi yang lebih cepat karena menjadi logam anoda.
Penyebab Korosi pada Logam
1. Oksidasi dan Reduksi
Penyebab korosi pada logam dapat dijelaskan melalui proses oksidasi dan reduksi, yang
merupakan bagian dari reaksi elektrokimia. Korosi adalah hasil dari reaksi kimia kompleks antara
logam dengan unsur-unsur atau senyawa tertentu dalam lingkungannya.
 Gabungan Reaksi: Gabungan reaksi oksidasi besi dan reduksi oksigen membentuk reaksi
global korosi besi: Fe+O2+H2O→Fe(OH)3Fe+O2+H2O→Fe(OH)3 Di sini, besi mengalami
oksidasi dan membentuk senyawa besi hidroksida (Fe(OH)3Fe(OH)3), yang dikenal sebagai
karat.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Korosi dengan Oksidasi dan Reduksi:
 Kelembaban: Kelembaban memainkan peran penting dalam memfasilitasi reaksi oksidasi-
reduksi karena air bertindak sebagai elektrolit yang memungkinkan aliran elektron.
 Suhu: Suhu yang tinggi dapat meningkatkan laju reaksi oksidasi-reduksi, mempercepat
proses korosi.
 Kontaminasi Lingkungan: Adanya senyawa-senyawa kontaminan, seperti garam atau asam,
dapat mempercepat reaksi korosi melalui proses oksidasi-reduksi.
 Sifat Elektrokimia Logam: Sifat elektrokimia logam, seperti potensial elektroda,
memengaruhi kemungkinan terjadinya oksidasi-reduksi dan tingkat korosi.

2. Kontaminasi Lingkungan
Kontaminasi lingkungan dapat menjadi penyebab utama korosi pada logam. Faktor-faktor ini
mencakup keberadaan senyawa-senyawa yang dapat mempercepat proses oksidasi dan reduksi, yang
pada gilirannya memicu korosi. Berikut adalah beberapa penjelasan lebih rinci tentang bagaimana
kontaminasi lingkungan dapat menyebabkan korosi pada logam:
a) Senyawa Korosif:
 Garam: Keberadaan garam, terutama garam anorganik seperti natrium klorida, dapat
meningkatkan konduktivitas air dan mempercepat laju korosi. Garam juga dapat
meningkatkan kelarutan oksigen dalam air, yang diperlukan dalam reaksi oksidasi-
reduksi.
 Asam: Lingkungan yang mengandung senyawa asam dapat meningkatkan laju
korosi, karena asam dapat bertindak sebagai agen oksidasi, meningkatkan
kemungkinan oksidasi logam.
b) Polusi Industri:
 Gas dan Partikel Udara: Partikel-partikel yang terdapat dalam udara, seperti sulfur
dioksida dan oksida nitrogen, dapat berkontribusi pada pembentukan senyawa korosif
di permukaan logam. Gas-gas ini dapat bereaksi dengan air dan membentuk asam
yang dapat menyebabkan korosi.
 Polutan Kimia: Kontaminasi lingkungan oleh senyawa-senyawa kimia, seperti
amonia, hidrogen sulfida, atau senyawa organik tertentu, dapat memicu reaksi kimia
yang mempercepat korosi logam.
c) Air Laut:
 Keberadaan Garam: Air laut mengandung tingkat garam yang tinggi, terutama
natrium klorida. Garam dapat meningkatkan konduktivitas air, memungkinkan aliran
listrik dan mempercepat proses elektrokimia yang terlibat dalam korosi.
 Aerosol Laut: Aerosol laut, yaitu partikel-partikel kecil air laut yang terbawa oleh
angin, dapat menempel pada permukaan logam dan meningkatkan kelembaban, yang
mendukung proses korosi.
d) Kontaminasi Tanah:
 Senyawa Korosif dalam Tanah: Tanah yang mengandung senyawa-senyawa korosif,
seperti asam humat atau tanah yang kaya akan logam berat, dapat menyebabkan
korosi pada logam yang terkubur di dalam tanah.
e) Kelembaban dan Suhu:
 Kondisi Lingkungan Ekstrem: Lingkungan dengan suhu yang tinggi atau rendah
ekstrem dapat mempengaruhi laju korosi. Kelembaban tinggi juga mendukung korosi
dengan memberikan lingkungan yang baik untuk reaksi elektrokimia.

3. Sifat Elektrokimia Logam


Penyebab korosi pada logam dapat dijelaskan melalui sifat elektrokimia logam, yang terkait erat
dengan reaksi oksidasi dan reduksi pada permukaan logam. Sifat-sifat elektrokimia ini memainkan
peran penting dalam menentukan tingkat korosivitas suatu logam dalam suatu lingkungan tertentu.
Berikut adalah beberapa poin penting mengenai penyebab korosi melalui sifat elektrokimia logam:
a) Potensial Elektroda:
 Setiap logam memiliki potensial elektroda standar, yang mengukur kecenderungan
suatu logam untuk melepaskan atau menerima elektron. Potensial elektroda standar
dapat dinyatakan sebagai potensial standar sel elektrokimia (E∘).
 Logam dengan potensial elektroda negatif cenderung lebih mudah teroksidasi,
sementara yang dengan potensial elektroda positif cenderung lebih mudah mengalami
reduksi.
b) Skala Potensial Elektroda Standar:
 Skala potensial elektroda standar disusun dari logam yang memiliki kecenderungan
teroksidasi lebih besar di bagian atas hingga logam yang lebih cenderung mengalami
reduksi di bagian bawah.
 Logam yang lebih tinggi dalam skala dapat bertindak sebagai anoda dan mengalami
oksidasi, sedangkan yang lebih rendah dapat bertindak sebagai katoda dan mengalami
reduksi.
c) Efek Oksigen dan Air:
 Keberadaan oksigen dalam air atau udara sangat memengaruhi proses korosi. Logam
yang mudah teroksidasi oleh oksigen, seperti besi, akan membentuk senyawa oksida
yang dapat menyebabkan korosi.
 Logam yang kurang reaktif terhadap oksigen, seperti emas atau platinum, cenderung
lebih inert terhadap korosi.
d) Reaksi Elektrokimia di Permukaan Logam:
 Reaksi elektrokimia yang terjadi pada permukaan logam melibatkan oksidasi dan
reduksi. Pada anoda, logam melepaskan elektron dan membentuk ion logam positif,
sedangkan pada katoda, ion logam positif menerima elektron dan tereduksi.
 Contoh reaksi elektrokimia pada korosi besi adalah: Fe→Fe2++2e−Fe→Fe2++2e−
(anoda) O2+4e−+2H2O→4OH−O2+4e−+2H2O→4OH− (katoda)
e) Sifat Katalitik:
 Beberapa logam dapat berperan sebagai katalis untuk reaksi elektrokimia korosif.
Misalnya, ion-ion logam tertentu dapat mempercepat oksidasi atau reduksi pada
logam yang berbeda, mempercepat proses korosi.
Cara Mencegah Korosi pada Logam
1. Pelapisan Protektif
Pelapisan protektif merupakan salah satu cara efektif untuk mencegah korosi pada logam.
Pelapisan ini memberikan lapisan tambahan yang berfungsi sebagai penghalang fisik antara logam
dan lingkungan korosif, melindungi permukaan logam dari oksidasi dan reduksi yang dapat
menyebabkan korosi. Berikut adalah beberapa metode umum pelapisan protektif yang digunakan
untuk mencegah korosi pada logam:
a) Cat Anti-Korosi:
 Penggunaan cat anti-korosi adalah metode pelapisan yang umum digunakan. Cat ini
mengandung bahan-bahan yang memberikan perlindungan terhadap korosi.
 Cat anti-korosi dapat mengandung senyawa-senyawa seperti zinc chromate, zinc dust,
epoxy, atau polyurethane, yang membentuk lapisan pelindung pada permukaan
logam.
b) Pelapisan Oksida:
 Beberapa logam membentuk lapisan oksida alami pada permukaan mereka, yang
dapat berfungsi sebagai pelapisan protektif. Contohnya, aluminium membentuk
lapisan oksida aluminium yang keras dan tahan korosi.
 Proses anodisasi pada aluminium secara sengaja meningkatkan pembentukan lapisan
oksida dan meningkatkan ketahanan korosi logam tersebut.
c) Pelapisan Galvanis:
 Pelapisan galvanis melibatkan pemberian lapisan zinc pada permukaan logam. Zinc
memiliki potensial elektroda yang lebih rendah dibandingkan logam ferroso (seperti
besi), sehingga berperan sebagai anoda dan memberikan perlindungan katodik pada
logam dasar.
 Contoh pelapisan galvanis termasuk galvanisasi panas atau pelapisan zinc melalui
proses elektrolisis.
d) Pelapisan Krom:
 Pelapisan krom efektif dalam mencegah korosi pada logam, terutama pada logam
seperti besi atau baja. Lapisan krom membentuk penghalang oksidasi yang kuat.
 Proses pelapisan krom dapat melibatkan teknik elektroplating atau proses kimia
tertentu.
e) Pelapisan Nikel:
 Pelapisan nikel sering digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap korosi
dan meningkatkan tahan aus logam. Nikel membentuk lapisan yang tahan terhadap
korosi dan memberikan estetika yang baik.
 Nikel dapat diaplikasikan melalui elektroplating atau teknik pelapisan kimia lainnya.

f) Pelapisan Polimer:
 Pelapisan polimer, seperti cat epoksi atau polyurethane, memberikan perlindungan
mekanis dan kimia terhadap logam. Pelapisan ini dapat menahan serangan korosif
dan memberikan ketahanan terhadap cuaca dan bahan kimia.
 Pelapisan polimer juga umum digunakan pada logam yang terpapar lingkungan
ekstrem atau aplikasi industri.
g) Pelapisan Aluminium pada Baja (Aluminizing):
 Proses aluminizing melibatkan aplikasi lapisan aluminium pada permukaan baja.
Lapisan aluminium membentuk oksida yang kuat dan tahan korosi, memberikan
perlindungan tambahan terhadap logam dasar.

2. Pemberian Sistem Proteksi Katodik


Sistem proteksi katodik adalah suatu metode yang efektif untuk mencegah korosi pada logam
dengan mengendalikan potensial elektroda logam. Sistem ini melibatkan pemberian perlindungan
katodik pada logam yang rentan terhadap korosi. Berikut adalah beberapa cara mencegah korosi pada
logam dengan pemberian sistem proteksi katodik:

a) Penyambungan dengan Anoda Galvanis:


 Salah satu metode pemberian perlindungan katodik yang umum adalah
menyambungkan logam yang akan dilindungi dengan anoda galvanis (sacrificial
anode). Anoda ini umumnya terbuat dari logam yang lebih aktif secara elektrokimia
daripada logam yang dilindungi.
 Anoda galvanis secara selektif teroksidasi, memberikan elektron ke logam yang akan
dilindungi dan mencegah terjadinya korosi pada logam tersebut.
b) Sistem Proteksi Katodik dengan Arus Impressed (Impressed Current Cathodic
Protection, ICCP):
 ICCP adalah metode proteksi katodik yang melibatkan penggunaan arus listrik yang
dihasilkan dari suatu sumber daya eksternal. Arus ini diberikan ke logam yang akan
dilindungi untuk mendorong reaksi elektrokimia yang menghasilkan perlindungan
katodik.
 Elektroda yang ditempatkan di tanah atau dalam air berperan sebagai katoda,
sedangkan logam yang akan dilindungi berperan sebagai anoda.

c) Galvanic Coupling atau Galvanic Isolation:


 Menggunakan penghubung galvanik atau isolasi galvanik untuk membatasi kontak
langsung antara logam yang berbeda adalah cara lain untuk memberikan
perlindungan katodik. Ini mengurangi potensi elektrokimia dan meminimalkan risiko
korosi.
 Penggunaan isolasi galvanik dapat mencakup penggunaan bahan isolator atau pelapis
yang tidak menyebabkan potensi korosif.
d) Proses Elektrolisis:
 Proses elektrolisis dapat digunakan untuk memberikan perlindungan katodik pada
logam. Dalam konteks ini, elektroda yang dihasilkan dari logam yang lebih aktif
ditempatkan dekat dengan logam yang akan dilindungi.
 Aliran arus listrik yang dikendalikan dapat merangsang reaksi elektrokimia yang
menghasilkan perlindungan katodik pada logam yang akan dilindungi.
e) Penambahan Inhibitor Korosi:
 Pemberian zat penghambat korosi (corrosion inhibitor) dapat dianggap sebagai
bentuk perlindungan katodik. Inhibitor korosi dapat diberikan secara langsung ke
logam atau melalui sistem air atau fluida yang bersentuhan dengan logam.
 Inhibitor korosi berfungsi menghambat reaksi elektrokimia yang menyebabkan korosi
pada logam.
f) Kontrol Lingkungan Elektrolit:
 Pengendalian konsentrasi ion-ion elektrolit dalam lingkungan sekitar logam juga
dapat menjadi cara untuk memberikan perlindungan katodik. Menjaga lingkungan
elektrolit dalam keseimbangan yang tepat dapat membantu mencegah proses korosi.

3. Pemilihan Logam yang Tepat


Pemilihan logam yang tepat adalah strategi pencegahan korosi yang sangat efektif. Beberapa
logam memiliki sifat alami yang membuatnya lebih tahan terhadap korosi daripada yang lain. Berikut
adalah beberapa cara untuk mencegah korosi pada logam dengan pemilihan logam yang tepat:
a) Pilih Logam yang Kurang Reaktif:
 Memilih logam yang kurang reaktif secara elektrokimia dapat membantu mencegah
korosi. Contohnya, stainless steel mengandung chromium yang membentuk lapisan
oksida pelindung pada permukaannya, mengurangi risiko korosi.
b) Logam Khusus untuk Lingkungan Tertentu:
 Pilih logam yang tahan terhadap kondisi lingkungan spesifik di mana logam tersebut
akan digunakan. Misalnya, logam yang tahan terhadap korosi oleh air laut dapat lebih
cocok untuk aplikasi di lingkungan maritim.
c) Logam Bersifat Pasif:
 Beberapa logam bersifat pasif dan membentuk lapisan oksida atau karbida yang dapat
memberikan perlindungan terhadap korosi. Contohnya, aluminium dan titanium
membentuk lapisan oksida yang melindungi permukaan logam dari oksidasi lebih
lanjut.
d) Pelapisan Protektif Tambahan:
 Memilih logam yang mungkin kurang tahan terhadap korosi namun melapisi
permukaannya dengan bahan protektif, seperti cat anti-korosi atau lapisan polimer,
dapat meningkatkan ketahanan terhadap korosi.
e) Logam Khusus untuk Aplikasi Khusus:
 Untuk aplikasi yang memerlukan ketahanan khusus terhadap korosi, pemilihan logam
yang dirancang khusus untuk tugas tersebut dapat menjadi pilihan yang bijaksana.
Contohnya, logam nikel dan paduan nikel sering digunakan dalam lingkungan yang
memerlukan ketahanan terhadap korosi dan suhu tinggi.
f) Kombinasi Logam (Bimetal):
 Menggunakan kombinasi logam atau bimetal dalam suatu struktur dapat mengurangi
risiko korosi. Kombinasi logam dengan potensial elektrokimia yang berbeda dapat
membantu mencegah korosi galvanik.
g) Pemilihan Logam dengan Sertifikasi atau Standar Industri:
 Beberapa industri memiliki standar atau sertifikasi khusus untuk logam yang
digunakan dalam aplikasi tertentu. Memilih logam yang memenuhi standar ini dapat
membantu memastikan ketahanan terhadap korosi.
h) Pemilihan Logam Berdasarkan Kelembaban dan Suhu Lingkungan:
 Lingkungan dengan tingkat kelembaban yang tinggi atau suhu yang ekstrem dapat
mempengaruhi korosi. Memilih logam yang tahan terhadap kelembaban tinggi atau
suhu ekstrem sesuai dengan kebutuhan aplikasi.
i) Evaluasi Potensial Korosi Logam:
 Melakukan evaluasi terhadap potensial korosi logam melalui tes korosi atau
pengetesan spesifik untuk kondisi lingkungan tertentu sebelum penggunaan dapat
membantu memilih logam yang sesuai.
j) Perawatan Rutin dan Pemantauan:
 Rutin memantau kondisi logam dan melakukan perawatan yang tepat dapat
membantu mencegah atau mengatasi masalah korosi sejak dini, menjaga keandalan
struktur atau komponen.

4. Kontrol Lingkungan
Kontrol lingkungan adalah faktor kunci dalam mencegah korosi pada logam. Beberapa strategi yang
dapat diadopsi untuk mengontrol lingkungan dan mencegah korosi melibatkan pengelolaan
kelembaban, suhu, dan paparan logam terhadap agen korosif. Berikut adalah beberapa cara mencegah
korosi pada logam dengan mengontrol lingkungan:
a) Pemantauan dan Kontrol Kelembaban:
 Kelembaban tinggi dapat mempercepat laju korosi. Pemantauan dan kontrol
kelembaban di sekitar logam dapat membantu mencegah kondisi yang mendukung
korosi.
 Penggunaan dehumidifier atau sistem ventilasi yang baik dapat membantu
mengurangi kelembaban di ruangan atau area yang memiliki logam terpapar.
b) Kontrol Suhu:
 Suhu lingkungan dapat mempengaruhi laju korosi. Suhu yang tinggi cenderung
meningkatkan reaksi kimia yang terlibat dalam korosi. Kontrol suhu lingkungan dapat
dilakukan melalui sistem pendingin atau insulasi termal.
 Perawatan dan isolasi termal pada permukaan logam yang terpapar suhu ekstrem
dapat membantu mencegah korosi.
c) Kontrol Paparan terhadap Air atau Kelembaban:
 Mengurangi paparan logam terhadap air atau kelembaban dapat membantu mencegah
korosi. Ini dapat mencakup penyimpanan logam di tempat kering atau penggunaan
pelapisan yang melindungi logam dari paparan langsung kelembaban.
 Melindungi logam dari hujan atau paparan kondisi cuaca ekstrem dapat mengurangi
risiko korosi.
d) Pembersihan Rutin:
 Membersihkan permukaan logam secara teratur dapat membantu menghilangkan
kotoran atau zat-zat yang dapat meningkatkan kemungkinan korosi. Pembersihan
secara rutin juga membantu mengidentifikasi tanda-tanda awal korosi.
 Penggunaan bahan pembersih yang sesuai untuk logam tertentu perlu diperhatikan
agar tidak merusak lapisan pelindung alami atau buatan.
e) Penggunaan Bahan Anti-Korosi:
 Penggunaan bahan anti-korosi, seperti pelapisan khusus atau zat penghambat korosi,
dapat membantu melindungi logam dari serangan korosif. Ini dapat melibatkan
pengaplikasian cat anti-korosi atau lapisan pelindung lainnya.
 Memilih bahan pelapisan yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan jenis logam
sangat penting.

f) Kontrol Paparan terhadap Zat-Zat Kimia:


 Mengontrol paparan logam terhadap zat-zat kimia yang dapat mempercepat korosi.
Ini dapat mencakup penempatan penghalang atau penggunaan bahan yang tahan
terhadap zat-zat korosif.
 Pemantauan dan kontrol penggunaan bahan kimia di sekitar logam juga dapat
membantu mencegah korosi.
g) Kontrol Kontaminasi Udara:
 Kontaminasi udara oleh gas-gas atau partikel-partikel tertentu dapat mempercepat
korosi. Pemantauan dan pengendalian kontaminasi udara dapat membantu mencegah
kerusakan pada logam yang terpapar.
 Penggunaan sistem filtrasi atau pemurnian udara dapat membantu mengurangi risiko
korosi.
h) Pemilihan Lokasi dan Desain:
 Pemilihan lokasi dan desain struktur atau peralatan dapat meminimalkan paparan
logam terhadap kondisi lingkungan yang mempromosikan korosi. Perencanaan yang
baik dapat membantu melindungi logam dari faktor-faktor yang merugikan.
Kesimpulan
Korosi pada logam merupakan fenomena kompleks yang memerlukan pemahaman mendalam
terhadap interaksi antara logam, lingkungan, dan faktor-faktor lainnya. Proses terjadinya korosi,
penyebabnya, dan strategi pencegahannya memiliki peran krusial dalam menjaga integritas dan umur
pakai material logam. Dengan menerapkan metode pencegahan yang tepat, kita dapat mengurangi
dampak negatif korosi dan memastikan keberlanjutan struktur logam dalam berbagai aplikasi.
Pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengembangkan solusi inovatif untuk
mencegah korosi semakin meningkat, terutama dalam menghadapi tantangan keberlanjutan di masa
depan. Eksplorasi mekanisme korosi, identifikasi penyebabnya, dan implementasi strategi pencegahan
yang efektif menjadi landasan untuk mencapai penggunaan logam yang lebih tahan lama dan
berkelanjutan.
Dengan terus melakukan penelitian dan menerapkan solusi pencegahan korosi, kita dapat
membuka pintu untuk material logam yang lebih tahan lama, mengurangi dampak lingkungan, dan
memenuhi kebutuhan infrastruktur modern. Oleh karena itu, peran aktif dalam mengatasi tantangan
teknologi dan lingkungan global saat ini menjadi penting untuk mencapai masa depan yang lebih
berkelanjutan.
Daftar Pustaka
https://kimiastudycenter.com/korosi-dan-pencegahannya/
https://www.siswapedia.com/proses-korosi-pada-logam-dan-cara-pencegahannya/
https://dropshiper.co.id/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-korosi/
https://indotech-group.co.id/mengenali-korosi-pada-logam-faktor-penyebab-jenis-dan-cara-
pencegahannya/
https://www.wikiwand.com/id/Korosi_galvanik
https://id.wikipedia.org/wiki/Korosi_galvanik
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/kimia/korosi-kimia-kelas-12-pengertian-faktor-faktor-dan-
pencegahan/
https://www.pakarkimia.com/korosi/
https://solarindustri.com/blog/penyebab-korosi/
https://www.kajianpustaka.com/2019/12/korosi-pengkaratan-reaksi-jenis-penyebab-dan-
perlindungan.html
https://www.rumuskimia.net/2017/09/pengertian-korosi.html
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/kimia/korosi-kimia-kelas-12-pengertian-faktor-faktor-dan-
pencegahan/
https://www.zenius.net/blog/apa-itu-korosi
https://id.theasianparent.com/korosi
https://indotech-group.co.id/mengenali-korosi-pada-logam-faktor-penyebab-jenis-dan-cara-
pencegahannya/
https://www.ruangguru.com/blog/cara-pencegahan-korosi
https://www.etsworlds.id/2021/12/cara-mencegah-korosi-pada-logam.html
http://www.panduankimia.net/2017/02/cara-atau-metode-pengendalian-korosi.html

Anda mungkin juga menyukai