Anda di halaman 1dari 14

DRAF PRAKTIKUM

LABORATORIUM METALURGI I

KOROSI LINGKUNGAN

Disusun oleh :
Nama Praktikan : Kharisma Mahayuda
NPM : 3334190102
Kelompok : 16
Rekan : 1. Andri Sihotang
2. Ahmad Yusron Halim
3. Regina Cahyani N. A.
Tanggal Praktikum :
Tanggal Pengumpulan Lap. :
Asisten :

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2021
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korosi merupakan proses degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan
yang korosif. Adapun prosesnya yakni merupakan reaksi redoks antara suatu
logam dengan berbagai zat di sekililingnya. Dalam Bahasa sehari-hari, korosi
dapat kita sering katakan perkaratan. Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat
kita jumpai terjadi pada berbagai jenis logam bangunan-bangunan maupun
peralatan elektronik yang memakai komponen logam seperti seng, tembaga, besi
baja dan sebagainya terserang oleh korosi ini. Selain pada perkakas logam ukuran
besar, korosi juga ternyata mampu menyerang logam pada komponen-komponen.
Pencegahan korosi merupakan salah satu masalah penting dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi bahan modern. Kerugian yang dapat ditimbulkan oeh
korosi tidak hanya biaya langsung seperti pergantian peralatan industri, perawatan
jembatan, konstruksi dan sebagainya. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh
korosi juga ada biaya tidak langsung, serta yang lebih merugikan adalah hilangnya
nyawa seseorang diakibatkan seperti terganggunya proses produksi dalam industri
serta kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya
langsung. Oleh sebab itu, pemahaman tentang cara-cara pencegahan dan dampak-
dampak yang ditimbulkan harus benar-benar dipelajari oleh para teknis, agar
meminimalisir bahaya yang ditimbulkan.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari praktikum korosi lingkungan adalah untuk memahami
uniform corrosion dan pengaruh inhibitor terhadap lingkungan yang korosif.

1.3 Batasan Masalah


Dalam percobaan korosi lingkungan terdapat dua variabel yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah media korosi, sedangkan
variabel terikatnya adalah laju korosi dan massa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Korosi


Korosi merupakan kerusakan material karena lingkungannya. Korosi
menjadi masalah utama di seluruh belahan dunia karena korosi menyebabkan
tergradasinya material. Korosi menyebabkan pembangkit listrik berhenti
terkontaminasinya produk, pengurangan efisiensi produk, meningkatkan biaya
perawatan, dan mengancam keselamatan[1]. Korosi adalah kerusakan atau
degradasi material logam yang diakibatkan karena reaksi secara kimia maupun
elektrokimia dengan lingkungannya. Kerusakan akibat keadaan fisik tidak dapat
disebut korosi, namun dapat disebut erosi dan galling. Pada beberapa kejadian,
serangan kimia diikuti dengan kerusakan secara fisika terjadi dapat disebut korosi-
erosi (erosion-corrosion), corrosive wear atau fretting corrosion[2].
Korosi disebut juga suatu penyakit dalam dunia teknik, walaupun secara
tidak langsung termasuk produk teknik. Studi dari korosi adalah sejenis usaha
pengendalian kerusakan supaya serangannya serendah mungkin dan dapat
melampaui nilai ekonomisnya, atau jangan ada logam jadi rongsokan sebelum
waktunya. Caranya adalah dengan pengendalian secara preventif supaya
menghambat serangan korosi. Cara ini lebih baik daripada memperbaiki secara
represif yang biayanya akan lebih besar[3]. Korosi dapat berjalan secara cepat
ataupun lambat tergantung dari material, bahan, lingkungan, temperature dan
sebagainya. Dalam dunia teknik, material korosi yang sering disinggung adalah
korosi pada logam, dimana besi yang dibentuk sesuai kegunaanya dapat terkorosi
akibat lingkungan yang dihadapi pada aplikasinya[4]. Korosi pada besi terjadi
karena kontak dengan air. Pada besi tersebut ada yang menjadi anoda dan katoda.
Berdasarkan nilai potensial reaksinya, besi merupakan logam yang mudah
mengalami korosi. Logam-logam lain yang mempunyai nilai potensial elektroda
lebih dari 0,4 V akan sulit mengalami korosi, sebab dengan potensial tersebut
akan menghasilkan E0 reaksi < 0 (negatif) ketika kontak dengan oksigen di udara.
Logam-logam perak, platina, dan emas mempunyai potensial elektroda lebih besar
dari 0,4 V sehingga sulit mengalami korosi.

2.2 Mekanisme Korosi Merata


Korosi dalam larutan elektrolit merupakan proses elektrokimia. Teori ini
didasarkan pada terbentuknya sel listrik bila permukaan metal ditutupu elektrolit.
Logam yang terkorosi meninggalkan logam di daerah anoda sebagai kation metal
yang larut atau diubah menjadi padatan. Reaksi oksidasi anoda ini diikuti oleh
reduksi oleh unsur-unsur pokok elektrolit di katoda. Anoda dan katoda dapat
berupa metal yang sama atau metal yang berbeda (korosi bimetal).
Laju korosi bergantung pada suhu, konsentrasi reaktan, jumlah mula-mula
partikel (massa) logam, dan faktor mekanik seperti tegangan. Korosi dapat
dianggap sebagai proses balik dari pemurnian logam atau ekstraksi. Beda
potensial antara anoda dan katoda merupakan gaya gerak listrik dari aksi korosi.
Besarnya arus ditentukan oleh beda potensial sirkuit terbuka antara anoda dan
katoda, besarnya polarisasi elektrokimia yang terjadi anoda dan katoda dan
tahanan listrik larutan. Adapun reaksi korosi besi dalam media asam dan larutan
garam netral, sebagai berikut :
Fe(Metal) Fe2+ (aq) + 2e.....................................(2.1)
Dalam larutan asam tanpa oksigen reaksi katoda :
2H+ + 2e(Metal) H2(Gas)....................................(2.2)
Dalam larutan garam netral, tidak terjadi pelapisan hidrogen dan reaksi
katoda merupakan reduksi oksigen larut :
1/2 O2 + H2O + 2e(Metal) 2(OH)-.......................(2.3)
Dengan demikian reaksi anoda sama, reaksi katoda dapat berbeda tergantung
kemampuan oksigen mencapai metal. Jika kandungan oksigen dalam larutan
garam netral dikurangi berarti laju reaksi (2.3) berkurang. Ini berarti laju korosi
besi berkurang (cathodic control) karena perpindahan muatan di anoda harus
sama di katoda. Hal ini sama juga terjadi bila anoda tidak larut dengan mudah
karena misalnya ada suatu lapis penghalang, reaksi dikendalikan oleh faktor ini
(anodic control). Produk proses anoda dan katoda sering bereaksi lebih lanjut
menghasilkan produk korosi yang kelihatan misalnya: ion hydroxyl pada reaksi
katoda (2.2) dalam perjalanannya bertemu dengan ion ferrous, bersatu membentuk
ferrous hydroxide.

2.3 Korosi Merata


Korosi merata (Uniform corrosion) adalah korosi yang terjadi pada
permukaan logam dengan laju korosi yang sama pada seluruh permukannya[5].
Korosi jenis ini terjadi pada seluruh permukaan logam yang kontak dengan air
pada intensitas yang sama. Akibat dari korosi ini biasanya terjadi kehilangan
massa yang lebih besar dibandingkan dengan korosi jenis lain. Korosi merata
terjadi secara lambat dan dipicu oleh korosi yang sebelumnya terjadi pada
sebagian permukaan logam dengan bertambahnya waktu akan menyebar
keseluruh permukaan logam. Jenis korosi ini mengakibatkan rusaknya konstruksi
secara total, tetapi secara teknis tidak berbahaya karena laju korosinya dapat
diketahui dan diukur dengan ketelitian yang tinggi.
Korosi merata merupakan korosi yang paling umum dimana korosi terjadi
secara menyeluruh pada permukaan logam yang terekspos lingkungan korosif.
Korosi ini terjadi karena proses anodik dan katodik yang berlangsung pada
permukaan logam terdistribusi secara merata. Daerah anodik dan katodik pada
dasarnya dapat terbentuk apabila pada permukaan logam atau paduan terdapat
perbedaan potensial antara titik yang satu dengan titik yang lainnya. Ada beberapa
faktor yang dapat mempercepat laju korosi antara lain[6]:
a. Keberadaan gas terlarut.
Adanya gas terlarut seperti CO2, O2 dan H2S dapat mempengaruhi laju
korosi. Gas-gas tersebut akan membantu mentrasnfer muatan di dalam
larutan. Selain itu, gas dapat bereaksi dengan ion dalam logam membentuk
produk korosif[6].
b. Derajat keasaman atau pH
Pada besi, laju korosi relatif rendah pada pH antara 7-13. Sedangkan
pada pH < 7 atau pH > 13, laju korosi akan meningkat[6].
c. Temperatur
Titik optimum dari temperatur yang menyebabkan korosi adalah 328-
353 K. Temperatur berpengaruh terhadap peningkatan agitasi termal dari
ion-ion. Kemungkinan pergerakannya (bertumbukan) satu sama lain akan
meningkat sehingga menjadi lebih reaktif dan mempermudah terjadinya
korosi[6].
d. Padatan terlarut
Garam klorida, khususnya ion klorida, menyerang lapisan mild steel dan
lapisan stainless steel. Ion ini menyebabkan terjadinya korosi sumuran,
korosi celah, dan pecahnya paduan logam. Garam karbonat dapat
mengontrol laju korosi dengan menghasilkan film yang melindungi
permukaan. Keberadaan garam sulfat dapat mempercepat laju korosi karena
dapat bereaksi dengan udara menghasilkan sulfida yang bersifat korosif[6].
e. Air dan kelembaban udara
Dilihat dari reaksi yang terjadi pada proses korosi, air merupakan salah
satu faktor penting untuk berlangsungnya. Udara lembab yang banyak
mengandung uap air akan mempercepat berlangsungnya proses korosi[6].
f. Elektrolit
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk
terjadinya transfer muatan. Hal ini mengakibatkan elektron lebih mudah
untuk diikat oleh oksigen diudara. Air hujan banyak mengandung asam,
sedangkan air lau banyak mengandung garam. Oleh karena itu air hujan dan
air laut merupakan penyebab korosi yang utama[6].
g. Permukaan logam yang tidak rata
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub
muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anoda dan katoda. Permukaan
logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sulit terjadi, sebab
kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anoda dan katoda sulit
terbentuk[6].
h. Terbentuknya sel elektrokimia
Jika dua logam yang berbeda potensial bersinggungan pada lingkungan
berair atau lembab, dapat terbentuk sel elektrokimia secara langsung. Logam
yang potensialnya lebih rendah akan segera melepaskan elektron ketika
bersentuhan dengan logam yang potensialnya lebih tinggi, serta akan
mengalami oksidasi oleh oksigen dari udara. Hal tersebut mengakibatkan
korosi lebih cepat terjadi pada logam yang potensialnya rendah, sedangkan
logam yang potensialnya tinggi justru lebih awet. Sebagai contoh, paku
keling yang terbuat dari tembaga untuk menyambung besi akan
menyebabkan besi disekitar paku keling tersebut berkarat lebih cepat[6].
i. Galvanik coupling
Bila besi terhubung atau menempel pada logam lain yang kurang reaktif
(tidak mudah teroksidasi, potensial reduksi lebih positif), maka akan timbul
beda potensial yang menyebabkan terjadinya aliran elektron dari besi
(anoda) ke logam yang kurang reaktif (katoda). Hal ini menyebabkan besi
akan lebih cepat mengalami korosi dibandingkan tanpa keberadaan logam
kurang reaktif. Efek ini disebut juga dengan efek galvanik coupling[6].

2.4 Pengendalian Korosi


Korosi sangat merugikan bagi kehidupan sehari-hari, diketahui bahwa korosi
tidak dapat dicegah tetapi dapat dikendalikan[7]. Cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kerugian karena korosi :
1. Seleksi material
Langkah awal yang paling umum dilakukan dalam usaha pengendalian
korosi merata adalah seleksi material atau paduan yang paling sesuai untuk
lingkungannya. Dalam langkah ini, kita harus mengetahui ketahanan korosi
logam-logam yang sering digunakan dan sifat-sifat logam dalam lingkungan
yang lebih spesifik, misalnya dalam lingkungan asam anorganik, asam
organik, basa, dan beberapa lingkungan lainnya. Perlu diingat bahwa
kecepatan korosi hanya salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan material.
2. Rancangan benda kerja
Upaya melindungi logam dari korosi tidak hanya memadai dengan
pemilihan material yang tepat tapi juga sangat tergantung pada pengetahuan
dalam merancang bentuk atau tipe konstruksi. Dari berbagai literatur dan
pengalaman yang ada, terdapat banyak contoh-contoh konstruksi yang
memadai ditinjau dari segi ketahanannya terhadap korosi dengan tidak
mengabaikan faktor keamanan, keindahan dan efisiensi dalam jangka
pemeliharaan dan peralatannya. Sebaliknya ada juga rancangan konstruksi
yang kurang baik terhadap korosi yaitu yang memungkinkan
terperangkapnya air, debu, dan pengotor lainnya sehingga dapat menginisasi
korosi yang berujung pada kegagalan rancangan secara dini.
3. Inhibitor
Inhibitor adalah suatu zat yang bila ditambahkan dalam jumlah yang
kecil kedalam lingkungan korosif, akan menghambat atau menurunkan
kecepatan korosi.
4. Alterasi lingkungan
Pengaturan lingkungan dapat mengurangi kecepatan korosi. Bentuk-
bentuk alterasi lingkungan korosif yang sering dilakukan adalah dengan
menurunkan temperatur, menurunkan kecepatan aliran, penghilangan
oksigen atau oksidator lainnya atau dengan memperkecil konsentrasi ion-ion
agresif seperti eliminasi ion klorida. Selain itu, penambahan inhibitor juga
termasuk alterasi lingkungan.
5. Pelapisan
Guna mencegah kontak antara logam dengan lingkungannya, sering
digunakan pelapisan pada permukaan logam dengan bahan metalik,
anorganik ataupun organik yang relatif tipis.
6. Proteksi katodik
Proteksi katodik adalah penurunan potensial antar muka ke daerah imun
(ke daerah lebih katodik) dapat dilakukan dengan menghubungkan benda
kerja dengan anoda korban (sacrificial anode) atau dengan memberikan arus
yang dipaksakan (impress current).
Secara teknis, korosi merata tidak berbahaya karena laju korosinya dapat
diketahui dan diukur dengan ketelitian yang tinggi. Korosi merata ditandai oleh
serangan korosif yang berjalan secara merata keseluruh luas permukaan atau
sebagian besar dari luas permukaan. Korosi merata terjadi secara lambat dan
dipicu oleh korosi yang sebelumnya terjadi pada sebagian permukaan logam
sehingga dengan bertambahnya waktu akan menyebar ke seluruh permukaan
logam. Penipisan yang terjadi berlangsung sampai terjadi kegagalan material.
Distribusi seragam dari reaktan katodik atas seluruh permukaan logam yang
terekspose terjadi pada material. Pada lingkungan asam dimana pH <7 akan
terjadi reduksi ion hidrogen. Sedangkan pada lingkungan basa dimana pH >7 dan
pada pH netral terjadi reduksi oksigen. Kedua proses ini berlangsung secara
seragam dan tidak ada lokasi preferensial atau lokasi untuk reaksi anodik dan
katodik. Akibat dari korosi ini biasanya terjadi penghilangan massa yang lebih
besar dibandingkan dengan korosi jenis lain. Secara umum, korosi pada logam
disebabkan oleh proses reaksi elektrokimia yang terjadi pada permukaan logam
atau antarmuka logam dan melibatkan air baik dalam bentuk cairan maupun fasa
uapnya.

2.5 Dampak Korosi


Ditinjau dari segi kerugian akibat korosi dapat digolongkan menjadi tiga
jenis yaitu kerugian dari segi biaya korosi itu sangat tinggi atau mahal, kerugian
dari segi pemborosan sumber daya mineral yang sangat tinggi dan kerugian dari
segi keselamatan jiwa manusia juga sangat membahayakan. Korosi yang terjadi
pada logam tidak dapat dihindari, tetapi hanya dapat dicegah dan dikendalikan
sehingga struktur atau komponen mempunya masa pakai yang lebih lama. Setiap
komponen atau struktur mengalami tiga tahapan utama yaitu, perancangan,
pembuatan, dan pemakaian. Ketidak berhasilan salah satu aspek seperti korosi
menyebabkan komponen akan mengalami kegagalan. Kerugian yang akan dialami
dengan adanya korosi meliputi finansial dan safety, diantaranya :
a. Penurunan kekuatan material
b. Penipisan
c. Downtime dari equipment
d. Retak dan pitting
e. Kebocoran fluida
f. Embrittlement
g. Penurunan sifat permukaan material
h. Penurunan nilai atau hasil produksi
i. Modification
2 BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan


Berikut ini merupakan diagram alir percobaan korosi lingkungan :

¼ kg biji kopi dikeringkan dan ditumbuk

50 gram bubuk kopi dilarutkan pada 200 ml air PDAM

Larutan bubuk disaring dengan kertas saring dan menutup


larutan dengan plastik selama 24 jam

Botol yang sudah diberi nomor ditempatkan pada


tempatnya

Botol dimasukkan dengan lingkungan yang berbeda, botol I dan


II diisi dengan air PDAM (tanpa inhibitor) botol III dan IV diisi
dengan air PDAM sebanyak 500 ml dengan tambahan inhibitor
10 ml

Paku dibersihkan dengan amplas

Ditimbang massa awal paku

Paku diikat dengan tali rapia dan paku


dimasukkan kedalam botol air mineral
Botol yang sudah berisi paku dibiarkan selama tiga
hari dan diamati sesuai waktu yang ditentukan

Data pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Korosi Lingkungan

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat-alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan korosi lingkungan adalah
sebagai berikut:
a. Empat botol air mineral
b. Empat paku baja tidak berlapis
c. Gelas ukur
d. Tali rapia
e. Pengaduk kaca
f. Oven
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan korosi lingkungan
adalah sebagai berikut:
a. Air PDAM
b. Bijih kopi

3.3 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan pada percobaan korosi lingkungan adalah sebagai
berikut:
1. ¼ biji kopi dikeringkan kedalam oven kemudian ditumbuk
2. 50 gram bubuk kopi dilarutkan kedalam 200 ml air PDAM
3. Larutan bubuk disaring dengan kertas saring dan larutan ditutup dengan
plastik selama 24 jam
4. Botol yang sudah diberi nomor ditempatkan pada tempatnya
5. Botol dimasukkan dengan lingkungan yang berbeda, botol I dan II diisi
dengan air PDAM (tanpa inhibitor) botol III dan IV diisi dengan air
PDAM sebanyak 500 ml dengan tambahan inhibitor 10 ml
6. Paku dibersihkan dengan amplas
7. Massa awal paku ditimbang
8. Paku diikat dengan tali rapia dan paku dimasukkan kedalam botol air
mineral
9. Botol yang sudah berisi paku dibiarkan selama tiga hari dan
diamati sesuai waktu yang ditentukan
DAFTAR PUSTAKA

[1] Pierre R. Roberge. Handbook of Corrosion Engineering. New York.


McGraw-Hill. 1999
[2] Uhlig, Herbert. Corrosion and Corrosion Control. NewYork: John
Wiley& Sons Inc. 1971.
[3] Budi Utomo, Jenis Korosi dan Penaggulangannya, KAPAL. Juni; Vol.
6.2009
[4] B. Chalmes, Physical Metallurgy. P.445, John Willey & Sons, Inc, New
York. 1959
[5] Oediyani, Soesaptri. Diktat Bentuk-bentuk Korosi Aqueous. Cilegon: FT
UNTIRTA. 2006
[6] Ahmad, Zaki. Principles of Corrosion Engineering and Corrosion
Control. USA: Elsevier Science & Technology Books. 2006
[7] Widharto, Sri. Karat dan Pencegahannya.Jakarta: PT. Pradnya paramita,
2004.

Anda mungkin juga menyukai