Anda di halaman 1dari 31

Laporan Percobaan Kimia

Korosi

Disusun oleh :

Nama : Kantika Klarasanti

Kelas : XII MIPA 10

No. Absen : 12

SMAN 2 CIMAHI

TAHUN PELAJARAN 2021-2022

Jl. KPAD Sriwijaya IX No. 45 A, Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota

Cimahi
I. Judul Percobaan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Korosi pada Logam Besi

II. Tujuan Percobaan


 Mengetahui proses perkaratan logam besi dengan berbagai perlakuan
 Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan logam mengalami korosi
 Mengetahui cara pencegahan korosi pada logam

III. Landasan Teori


A. Pengertian Korosi
Korosi merupakan suatu kerusakan yang dihasilkan dari reaksi kimia antara
sebuah logam atau logam paduan dan didalam suatu lingkungan. Fenomena korosi
merupakan reaksi kimia yang dihasilkan dari dua reaksi setengah sel yang melibatkan
elektron sehingga menghasilkan suatu reaksi elektrokimia. Dari dua reaksi setengan sel ini
terdapat reaksi oksidasi pada anoda dan reaksi reduksi pada katoda. Terdapat dua macam
proses korosi, yakni Korosi Proses kimia dan Korosi Elektrokimia.
Korosi proses kimia merupakan serangan korosi secara langsung, tanpa adanya
aliran listrik pada logam. Contohnya adalah berkaratnya baja dalam udara terbuka. Korosi
oleh proses kimia biasanya menyebar secara merata pada seluruh permukaan logam.
Sedangkan korosi elektrokimia terjadi pada permukaan logam yang akan terbentuk
daerah–daerah anoda dan katoda, yang satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh jarak–
jarak tertentu. Karena potensial anoda “kurang mulia” atau tinggi drajatnya disbanding
potensial katoda, maka akan terjadi arus listrik diantara kedua elektroda tersebut, electron–
electron akan berpindah dari anoda ke katoda, sehingga anoda larut dan katoda mendapat
perlindungan.
B. Jenis-jenis Korosi
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Halwan Jaya dkk bahwa korosi
mempunyai berbagai macam bentuk. Bentuk dari setiap korosi mempunyai karakteristik
dan juga mekanismenya yang berbeda-beda. Jenis atau macammacam korosi tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Korosi Merata
Korosi merata merupakan bentuk dari korosi yang biasanya terjadi. Korosi merata
ditandai dengan adanya reaksi kimia atau elektrokimia pada permukaan bereaksi.
Dampknya dapat terlihat misalnya logam menjadi tipis dan akhirnya terjadi kegagalan
pada logam tersebut. Korosi merata juga keadaan kerusakaan yang besar pada
material. Namun, korosi merata kurang diperhatikan karena bergantung dari umur
suatu peralatan dan dapat di perkirakan secara akurat dengan pengujian yang lebih
sederhana. Adapun bentuk atau cara mencegah terjadinya korosi merata adalah
pelapisan inhibitor dan juga proteksi katodik.
2) Korosi Galvanik
Perbedaan yang potensian dan sering terjadi diantara kedua logam yang berbeda, pada
saat keduanya di celupkan dari laturan korosif. Saat logam itu berkontak, terjadi
sesuatu perbedaan potensial yang dapat menghasilkan aliran elektron. Elektron
tersebut mengalir dari logam yang kurang muliah (anodik) ke metal yang lebih mulia
(katodik). Akibatnya pada metal yang kurang mulia dapat berubah ke ionion yang
lebih positif karena mampu kehilangan elektron. Ion-ion positif metal dapat beraksi
dengan ionion negatif yang terdapat di dalam elektrolik menjadi garam metal. Karena
peristiwa demikian permukaan anoda dapat kehilangan metal. Korosi akan
menyerang logam yang ketahanan-korosinya lebih rendah dan serangan pada logam
yang lebih tahan-korosi akan lebih sedikit. Logam yang terserang korosi akan menjadi
anoda dan logam yang lebih tahan terhadap serangan korosi akan menjadi katoda.
Biasanya logam yang katodik akan terserang sedikit bahkan tidak terjadi korosi ketika
kedua logam tersebut disambungkan. Jenis korosi ini disebut korosi galvanik.
3) Korosi Celah
Bentuk dari korosi yang ketika terdapat celah akibat penggabungan atau suatu
penyatuan dua logam yang sama mempunyai kadar oksigen yang berbeda dengan
bagian luarnya. Jenis dari korosi tersebut pada umumnya disebabkan oleh lubang
yang kecil, dancelah-celah di bawah kepala baut dan pakunya keling.
4) Korosi Sumuran
Korosi sumuran merupakan bentuk dari adanya serangan korosi yang sangat lokal
kemudian menyerang suatu daerah tertentu yang mengakibatkan adanya lubang
dalam logam. Kemudian lubang yang berdiameter kecil ataupun besar, dalam banyak
kasus lubang tersebut relatif kecil. Lubang yang terisolasi ataupun terkadang terlihat
misalnya permukaan yang kasar. Pits umumnya bisa digambarkan sebagai rongga
atau lubang berdiameter permukaan kurang-lebih sama ataupun kurang dari
kedalaman.Korosi sumuran adalah bentuk dari suatu korosi yang paling mudah
merusak dan juga berbahaya. Hal tersebut menyebabkan suatu peralatan dapat gagal
karena denganterjadinya suatu penurunan massa yang sedikit saja dapat
mengakibatkan terjadinya suatu lubang, maka kegagalan dapat juga terjadi dengan
mudah. Terkadang sulit dalam mendeteksi pit karena ukurannya yang kecil dan juga
pada arena lubang-lubang tersebutdapat tertutup oleh produksi korosi.
5) Korosi Erosi
Korosi Erosi adalah suatu korosi yang terjadi karena tingkat percepatan kerusakan
atau serangan pada logam dari gerakan relatif antara cairan korosif dan permukaan
logam. Biasanya gerakan tersebut cukup cepat, dan ikut serta dengan abrasi. Logam
yang berada di permukaan tersebut kemudian berubah ke ion terlarut atau bentuk
produk korosi yang padat. Terkadang juga dipengaruhi dari lingkungan yang
mengurangi laju korosi, khususnya pada saat terjadi serangna logam dalam kondisi
tergenang, tapi tidak dapat disebut dengan erosion corrosion karena terjadi suatu
kerusakan tidak bertambah. Bentuk fisik dari korosi erosi dapat ditandai dalam suatu
penampilannya berupa alur, parit, gelombang, lubang bulat, lembahlembah, dan juga
dapat menunjukan pola arah.
6) Korosi Tegangan
Gaya-gaya mekanis misalnya dari tarikan atau kompresi berpengaruh sangat kecil
pada proses pengkaratan di bagian metal yang sama jika ditinjau dari laju pengkaratan
dalam mil pertahun. Namun, ketika itu merupakan bagian kombinasi antara tensile
stress dan lingkungan yang korosif, maka kondisi tersebut merupakan salah satu dari
penyebab utama dalam kegagalan material. Kegiatan tersebut dapat berupa retakan
yang biasa disebut dengan korosi tegangan. Jenis serangan yang dapat berkarat terjadi
sangat cepat, dalam ukuran menit, yaitu ketika seluruh persyaratan dapat terjadi karat
regangan (tegangan) ini telah terpenuhi pada saat tertentu yakni adanya suatu
regangan internal dan tercipta ketika kondisi korosif yang berhubungan dengna
konsentrasi zat karat (corrodent) dan juga suhu lingkungan.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Korosi
Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses korosi secara umum
antara lain, yaitu :
1) Suhu
Kenaikan suhu akan menyebabkan bertambahnya kecepatan reaksi korosi. Hal ini
terjadi karena makin tinggi suhu maka energi kinetik dari partikel-partikel yang
bereaksi akan meningkat sehingga melampaui besarnya harga energi aktivasi dan
akibatnya laju kecepatan reaksi (korosi) juga akan makin cepat, begitu juga
sebaliknya.
2) Kecepatan Alir Fluida Atau Kecepatan Pengadukan
Laju korosi cenderung bertambah jika laju atau kecepatan aliran fluida bertambah
besar. Hal ini karena kontak antara zat pereaksi dan logam akan semakin besar
sehingga ion-ion logam akan makin banyak yang lepas sehingga logam akan
mengalami kerapuhan (korosi).
3) Konsentrasi Bahan Korosif
Hal ini berhubungan dengan pH atau keasaman dan kebasaan suatu larutan. Larutan
yang bersifat asam sangat korosif terhadap logam dimana logam yang berada didalam
media larutan asam akan lebih cepat terkorosi karena karena merupakan reaksi anoda.
Sedangkan larutan yang bersifat basa dapat menyebabkan korosi pada reaksi
katodanya karena reaksi katoda selalu serentak dengan reaksi anoda.
4) Oksigen
Adanya oksigen yang terdapat di dalam udara dapat bersentuhan dengan permukaan
logam yang lembab. Sehingga kemungkinan menjadi korosi lebih besar. Di dalam air
(lingkungan terbuka), adanya oksigen menyebabkan korosi.
5) Waktu Kontak
Aksi inhibitor diharapkan dapat membuat ketahanan logam terhadap korosi lebih
besar. Dengan adanya penambahan inhibitor kedalam larutan, maka akan
menyebabkan laju reaksi menjadi lebih rendah, sehingga waktu kerja inhibitor untuk
melindungi logam menjadi lebih lama. Kemampuan inhibitor untuk melindungi
logam dari korosi akan hilang atau habis pada waktu tertentu, hal itu dikarenakan
semakin lama waktunya maka inhibitor akan semakin habis terserang oleh larutan.
D. Mekanisme Terbentuknya Sel Korosi
Secara umum mekanisme korosi yang terjadi di dalam suatu larutan berawal dari
logam yang teroksidasi di dalam larutan, dan melepaskan elektron untuk membentuk ion
logam yang bermuatan positif. Larutan akan bertindak sebagai katoda dengan reaksi yang
umum terjadi adalah pelepasan H2 dan reduksi O2, akibat ion H+ dan H2O yang tereduksi.
Reaksi ini terjadi dipermukaan logam yang akan menyebabkan pengelupasan akibat
pelarutan logam ke dalam larutan secara berulang-ulang.
Mekanisme korosi yang terjadi pada logam besi (Fe) dituliskan sebagai berikut :

Fe (s) + H2O (l) + ½ O2(g) → Fe(OH)2 (s)

Fero hidroksida [Fe(OH)2] yang terjadi merupakan hasil sementara yang dapat
teroksidasi secara alami oleh air dan udara menjadi ferri hidroksida [Fe(OH)3], sehingga
mekanisme reaksi selanjutnya adalah :

4 Fe(OH)2(s) + O2 (g) + 2H2O(l) → 4Fe(OH)3 (s)

Ferri hidroksida yang terbentuk akan berubah menjadi Fe2O3 yang berwarna
merah kecoklatan yang biasa kita sebut karat (Vogel, 1979). Reaksinya adalah :

2Fe(OH)3 → Fe2O3 + 3H2O


E. Proteksi Logam dari Korosi
Korosi logam tidak dapat dicegah, tetapi dapat dikendalikan seminimal mungkin.
Ada tiga metode umum untuk mengendalikan korosi, yaitu pelapisan (coating), proteksi
katodik, dan penambahan zat inhibitor korosi.
1) Pengendalian Korosi dengan Metode Pelapisan (Coating)
Metode pelapisan atau coating adalah suatu upaya mengendalikan korosi dengan
menerapkan suatu lapisan pada permukaan logam besi. Misalnya, dengan pengecatan
atau penyepuhan logam. Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau
timah. Kedua logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat
(pasivasi) sehingga besi terlindung dari korosi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan
film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga
dapat mencegah korosi lebih lanjut. Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi
(galvanisir), tetapi seng tidak membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau
timah, melainkan berkorban demi besi. Seng adalah logam yang lebih reaktif dari
besi, seperti dapat dilihat dari potensial setengah reaksi oksidasinya :

Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e– Eo = –0,44 V


Fe(s) → Fe2+(g) + 2e– Eo = –0,76 V

Oleh karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu daripada besi. Jika pelapis seng
habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari keadaan normal (tanpa seng).
Paduan logam juga merupakan metode untuk mengendalikan korosi. Baja stainless
steel terdiri atas baja karbon yang mengandung sejumlah kecil krom dan nikel. Kedua
logam tersebut membentuk lapisan oksida yang mengubah potensial reduksi baja
menyerupai sifat logam mulia sehingga tidak terkorosi.
2) Pengendalian Korosi dengan Proteksi Katodik
Proteksi katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi
besi yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki
penyimpan BBM. Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi.
Oleh karena logam Mg merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan
teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida maka besi
akan terkorosi.

Reaksi : 2Mg(s) + O2(g) + 2H2O ⎯⎯→ 2Mg(OH)2(s)

Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru dan selalu
diperiksa agar jangan sampai habis karena berubah menjadi hidroksidanya.
3) Zat Inhibitor
Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif
dengan kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi. Inhibitor korosi
dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor
anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor teradsorpsi.
 Inhibitor Anodik
Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara
menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang
banyak digunakan adalah senyawa kromat dan senyawa molibdat.
 Inhibitor Katodik
Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara
menghambat salah satu tahap dari proses katodik, misalnya penangkapan gas
oksigen (oxygen scavenger) atau pengikatan ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor
katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam sulfit.
 Inhibitor Campuran
Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat proses di
katodik dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial
berfungsi ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor
jenis ini adalah senyawa silikat, molibdat, dan fosfat.
 Inhibitor Teradsorpsi
Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi
permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis
yang teradsorpsi pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini adalah
merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane.
F. Dampak Korosi
Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan tidak
langsung. Kerugian langsung dapat berupa terjadinya kerusakan pada peralatan,
permesinan atau struktur bangunan. Sedangakan kerugian tidak langsung, berupa
terhentinya produktifitas/ aktifitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang
rusak kaibat korosi, kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tangki
bahan bakar atau jaringan pipa air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk
korosi pada alat penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi
perpindahan panas dan lain sebagainya. Berdasarkan kondisi lingkungannya, korosi dapat
diklasifikasikan sebagai korosi basah yaitu korosi yang terjadi dilingkungan air, dan korosi
atmosferik yang terjadi di udara terbuka. Dan korosi temperatur tinggi yaitu korosi yang
terjadi dilingkungan bertemperatur diatas 5000C.
IV. Alat dan Bahan
Alat
 Gelas plastik bening
 Label nama
 Sendok
 Termos
 Pulpen
 Plastik
 Karet
 Gunting

Bahan

 Paku besi
 Air
 Garam
 Sabun
 Oli
 Minyak goreng
 Cuka

V. Langkah Kerja
A. Langkah Kerja dengan Gelas Kosong
1) Masukkan 1 buah paku dengan kondisi baik ke dalam gelas plastik bening.
2) Ambil 1 buah label lalu beri nama menggunakan pulpen.
3) Tempel label nama tersebut pada gelas plastik bening yang berisi paku.
4) Simpan di tempat yang teduh dan aman dari gangguan sekitar.
5) Amati dan catat perubahan yang terjadi pada paku.
6) Dokumentasikan hasil percobaan setiap harinya.
B. Langkah Kerja dengan Faktor Air biasa
1) Masukkan air biasa ke dalam gelas plastik bening ± 1/2 gelas.
2) Masukkan 1 buah paku dengan kondisi dan baik ke dalam gelas yang berisi air biasa.
3) Pastikan paku terendam sempurna dalam air.
4) Ambil 1 buah label lalu beri nama menggunakan pulpen.
5) Tempel label nama tersebut pada gelas plastik bening yang berisi paku dan air biasa.
6) Gunting plastik yang akan digunakan untuk menutupi gelas disesuaikan dengan
ukuran gelas plastik bening.
7) Tutup gelas tersebut menggunakan plastik yang sudah digunting
8) Eratkan plastik penutup gelas tersebut menggunakan karet.
9) Simpan di tempat yang teduh dan aman dari gangguan sekitar.
10) Amati dan catat perubahan yang terjadi pada paku.
11) Dokumentasikan hasil percobaan setiap harinya.
C. Langkah Kerja dengan Faktor Air panas
1) Didihkan air biasa menggunakan panci lalu masukkan ke dalam termos.
2) Masukkan air yang sudah dididihkan ke dalam gelas plastik bening ± 1/2 gelas.
3) Masukkan 1 buah paku dengan kondisi dan baik ke dalam gelas yang berisi air biasa.
4) Pastikan paku terendam sempurna dalam air panas.
5) Ambil 1 buah label lalu beri nama menggunakan pulpen.
6) Tempel label nama tersebut pada gelas plastik bening yang berisi paku dan air panas.
7) Gunting plastik yang akan digunakan untuk menutupi gelas disesuaikan dengan
ukuran gelas plastik bening.
8) Tutup gelas tersebut menggunakan plastik yang sudah digunting
9) Eratkan plastik penutup gelas tersebut menggunakan karet.
10) Simpan di tempat yang teduh dan aman dari gangguan sekitar.
11) Amati dan catat perubahan yang terjadi pada paku.
12) Dokumentasikan hasil percobaan setiap harinya.
D. Langkah Kerja dengan Faktor Air garam
1) Masukkan ± 2 sendok garam ke dalam gelas plastik bening.
2) Masukkan air biasa ke dalam gelas plastik bening ± 1/2 gelas.
3) Aduk air dan garam menggunakan sendok hingga garam larut dengan sempurna.
4) Masukkan 1 buah paku dengan kondisi dan baik ke dalam gelas yang berisi air biasa.
5) Pastikan paku terendam sempurna dalam air garam.
6) Ambil 1 buah label lalu beri nama menggunakan pulpen.
7) Tempel label nama tersebut pada gelas plastik bening yang berisi paku dan air
garam.
8) Gunting plastik yang akan digunakan untuk menutupi gelas disesuaikan dengan
ukuran gelas plastik bening.
9) Tutup gelas tersebut menggunakan plastik yang sudah digunting
10) Eratkan plastik penutup gelas tersebut menggunakan karet.
11) Simpan di tempat yang teduh dan aman dari gangguan sekitar.
12) Amati dan catat perubahan yang terjadi pada paku.
13) Dokumentasikan hasil percobaan setiap harinya.
E. Langkah Kerja dengan Faktor Air cuka
1) Masukkan cuka ke dalam gelas plastik bening ± 1/2 gelas.
2) Masukkan 1 buah paku dengan kondisi dan baik ke dalam gelas yang berisi cuka
3) Pastikan paku terendam sempurna dalam air cuka.
4) Ambil 1 buah label lalu beri nama menggunakan pulpen.
5) Tempel label nama tersebut pada gelas plastik bening yang berisi paku dan air cuka.
6) Gunting plastik yang akan digunakan untuk menutupi gelas disesuaikan dengan
ukuran gelas plastik bening.
7) Tutup gelas tersebut menggunakan plastik yang sudah digunting
8) Eratkan plastik penutup gelas tersebut menggunakan karet.
9) Simpan di tempat yang teduh dan aman dari gangguan sekitar.
10) Amati dan catat perubahan yang terjadi pada paku.
11) Dokumentasikan hasil percobaan setiap harinya.
F. Langkah Kerja dengan Faktor Minyak Goreng
1) Masukkan minyak goreng ke dalam gelas plastik bening ± 1/2 gelas.
2) Masukkan 1 buah paku dengan kondisi dan baik ke dalam gelas yang berisi minyak
goreng.
3) Pastikan paku terendam sempurna dalam minyak goreng.
4) Ambil 1 buah label lalu beri nama menggunakan pulpen.
5) Tempel label nama tersebut pada gelas plastik bening yang berisi paku dan minyak
goreng.
6) Gunting plastik yang akan digunakan untuk menutupi gelas disesuaikan dengan
ukuran gelas plastik bening.
7) Tutup gelas tersebut menggunakan plastik yang sudah digunting
8) Eratkan plastik penutup gelas tersebut menggunakan karet.
9) Simpan di tempat yang teduh dan aman dari gangguan sekitar.
10) Amati dan catat perubahan yang terjadi pada paku.
11) Dokumentasikan hasil percobaan setiap harinya.
G. Langkah Kerja dengan Faktor Oli
1) Masukkan oli ke dalam gelas plastik bening ± 1/2 gelas.
2) Masukkan 1 buah paku dengan kondisi dan baik ke dalam gelas yang berisi oli.
3) Pastikan paku terendam sempurna dalam oli.
4) Ambil 1 buah label lalu beri nama menggunakan pulpen.
5) Tempel label nama tersebut pada gelas plastik bening yang berisi paku dan oli.
6) Gunting plastik yang akan digunakan untuk menutupi gelas disesuaikan dengan
ukuran gelas plastik bening.
7) Tutup gelas tersebut menggunakan plastik yang sudah digunting
8) Eratkan plastik penutup gelas tersebut menggunakan karet.
9) Simpan di tempat yang teduh dan aman dari gangguan sekitar.
10) Amati dan catat perubahan yang terjadi pada paku.
11) Dokumentasikan hasil percobaan setiap harinya.
H. Langkah Kerja dengan Faktor Air sabun
1) Masukkan ± 3 sendok sabun ke dalam gelas plastik bening.
2) Masukkan air biasa ke dalam gelas plastik bening ± 1/2 gelas.
3) Masukkan 1 buah paku dengan kondisi dan baik ke dalam gelas yang berisi air
sabun.
4) Pastikan paku terendam sempurna dalam air sabun.
5) Ambil 1 buah label lalu beri nama menggunakan pulpen.
6) Tempel label nama tersebut pada gelas plastik bening yang berisi paku dan air sabun.
7) Gunting plastik yang akan digunakan untuk menutupi gelas disesuaikan dengan
ukuran gelas plastik bening.
8) Tutup gelas tersebut menggunakan plastik yang sudah digunting
9) Eratkan plastik penutup gelas tersebut menggunakan karet.
10) Simpan di tempat yang teduh dan aman dari gangguan sekitar.
11) Amati dan catat perubahan yang terjadi pada paku.
12) Dokumentasikan hasil percobaan setiap harinya.

VI. Hasil Pengamatan


 Gelas Kosong

Hari ke- Perubahan yang terjadi Dokumentasi


1 Tidak terjadi perubahan pada paku
besi.
2 Tidak terjadi perubahan pada paku
besi.

3 Tidak terjadi perubahan pada paku


besi.

4 Tidak terjadi perubahan pada paku


besi.

5 Tidak terjadi perubahan pada paku


besi.
6 Tidak terjadi perubahan pada paku
besi.

 Gelas Air Biasa

Hari ke- Perubahan yang terjadi Dokumentasi


1 Belum terjadi perubahan pada paku
besi.

2 Terjadi perubahan, mulai timbul


korosi pada beberapa bagian paku,
timbul gelembung-gelembung kecil
di permukaan paku, dan warna air
berubah menjadi kekuningan.
3 Terjadi perubahan, terjadi korosi
pada seluruh bagian permukaan paku
(terutama bagian bawah paku) dan
warna air berubah menjadi lebih
kuning.

4 Terjadi perubahan, korosi pada paku


bertambah hampir pada seluruh
bagian paku dan warna air berubah
terlihat sama seperti hari sebelumnya.

5 Terjadi perubahan, korosi pada paku


bertambah pada seluruh bagian paku
dan warna air menjadi berwarna
kuning.

6 Terjadi perubahan, seluruh bagian


permukaan paku mengalami
pertambahan korosi dan warna air
menjadi kuning pekat.
 Gelas Air Panas

Hari ke- Perubahan yang terjadi Dokumentasi


1 Belum terjadi perubahan pada paku
besi.

2 Terjadi perubahan, mulai timbul


korosi pada bagian bawah paku,
timbul gelembung di sekitar paku, dan
warna air berubah menjadi sedikit
kekuningan.

3 Terjadi perubahan, terjadi korosi pada


seluruh bagian permukaan paku
(terutama bagian ujung atas dan
bawah paku) dan warna air berubah
menjadi kekuningan.
4 Terjadi perubahan, korosi pada paku
bertambah pada seluruh bagian paku
dan air menjadi tambah berwarna
kuning terutama pada bagian dasar
gelas.

5 Terjadi perubahan, korosi pada paku


bertambah pada seluruh bagian paku
dan warna air menjadi berwarna
kuning.

6 Terjadi perubahan, korosi pada paku


semakin bertambah pada seluruh
bagian paku dan air menjadi berwarna
kuning pekat.

 Gelas Air Garam

Hari ke- Perubahan yang terjadi Dokumentasi


1 Belum terjadi perubahan pada paku
besi.
2 Terjadi perubahan, mulai timbul
korosi pada bagian bawah paku,
timbul gelembung di sekitar paku, dan
warna air mulai berubah menjadi
kekuningan.

3 Terjadi perubahan, terjadi korosi pada


seluruh bagian permukaan paku
(terutama bagian bawah paku) dan
warna air berubah menjadi
kekuningan.

4 Terjadi perubahan, korosi pada paku


bertambah pada seluruh bagian paku
dan air menjadi tambah berwarna
kuning terutama pada bagian dasar
gelas.
5 Terjadi perubahan, korosi pada paku
bertambah pada seluruh bagian paku
dan warna air menjadi berwarna
kuning.

6 Terjadi perubahan, korosi pada paku


semakin bertambah pada seluruh
bagian paku dan air menjadi berwarna
kuning pekat.

 Gelas Air Sabun

Hari ke- Perubahan yang terjadi Dokumentasi


1 Belum terjadi perubahan pada paku
besi.
2 Terjadi perubahan, mulai terjadi
korosi pada permukaan paku
(keropos) dan air tidak mengalami
perubahan warna.

3 Terjadi perubahan, terjadi korosi pada


permukaan paku terutama pada
bagian ujung atas dan bawah paku
serta dasar air menjadi agak keruh.

4 Terjadi perubahan, korosi pada


permukaan paku terutama pada
bagian ujung atas dan bawah paku
semakin bertambah serta dasar air
menjadi agak keruh.

5 Terjadi perubahan, korosi pada


permukaan paku terutama pada
bagian ujung atas dan bawah paku
semakin bertambah serta dasar air
menjadi agak keruh
6 Terjadi perubahan, korosi pada
permukaan paku terutama pada
bagian ujung atas dan bawah paku
semakin bertambah serta dasar air
menjadi keruh

 Gelas Air Cuka

Hari ke- Perubahan yang terjadi Dokumentasi


1 Belum terjadi perubahan pada paku
besi.

2 Terjadi perubahan, timbul


gelembung-gelembung yang besar di
bagian atas paku, paku berubah
menjadi hitam, dan air tidak
mengalami perubahan warna.
3 Terjadi perubahan, timbul
gelembung-gelembung yang besar di
bagian atas paku, warna paku hitam,
dan air tidak mengalami perubahan
warna

4 Terjadi perubahan, timbul


gelembung-gelembung yang besar di
bagian atas paku, warna paku hitam,
dan air tidak mengalami perubahan
warna

5 Terjadi perubahan, timbul


gelembung-gelembung yang besar di
bagian atas paku, warna paku hitam,
dan warna air mulai berubah
kecoklatan

6 Terjadi perubahan, timbul


gelembung-gelembung yang besar di
bagian atas paku, warna paku hitam,
dan warna air menjadi lebih
kecoklatan
 Gelas Minyak Goreng

Hari ke- Perubahan yang terjadi Dokumentasi


1 Belum terjadi perubahan pada paku
besi.

2 Tidak terjadi perubahan pada paku


besi.

3 Tidak terjadi perubahan pada paku


besi.
4 Tidak terjadi perubahan pada paku
besi.

5 Tidak terjadi perubahan pada paku


besi.

6 Tidak terjadi perubahan pada paku


besi.

 Gelas Oli

Hari ke- Perubahan yang terjadi Dokumentasi


1 Belum terjadi perubahan pada paku
besi.
2 Tidak terjadi perubahan pada paku
besi.

3 Tidak terjadi perubahan pada paku


besi.

4 Tidak terjadi perubahan pada paku


besi.
5 Tidak terjadi perubahan pada paku
besi.

6 Tidak terjadi perubahan pada paku


besi.

VII. Pembahasan
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Pada peristiwa korosi, logam
mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya
adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.n H2O, suatu zat
padat yang berwarna coklat-merah.
Pada percobaan kali ini, dilakukan percobaan korosi pada paku. Diberikan 8 (delapan)
perlakuan yang berbeda pada masing-masing gelas plastik bening yang berisi paku, yaitu gelas
kosong yang dibiarkan terbuka, gelas yang diberi air biasa, gelas yang diberi air yang sudah
didihkan, gelas yang diberi air garam, gelas yang diberi cuka, gelas yang diberi minyak sayur,
gelas yang diberi oli, dan gelas yang diberi air sabun.
1) Gelas Kosong
Setelah paku dimasukkan ke dalam gelas platik yang kosong selama 6 hari, paku tidak
mengalami korosi. Hal ini dapat dilihat di gambar pada tabel percobaan bahwa paku yang
disimpan dalam gelas yang kosong tidak mengalami perkaratan/korosi
Pada gelas yang tidak ditambahkan cairan (kosong), paku tidak mengalami korosi
disebabkan kadar oksigen yang berada pada gelas tersebut hanya sedikit, tidak adanya air
atau dalam keadaalam kering (tidak lembab), dan tidak adanya faktor pendorong untuk
terjadinya korosi, sehinga tidak terjadi korosi.
2) Gelas Air Biasa
Setelah paku dimasukkan ke dalam gelas platik berisi air biasa selama enam hari, paku
menjadi berkarat dan karatnya ada yang mengelupas sehingga airnya menjadi kuning
pekat. Dengan demikian paku tersebut mengalami korosi. Hal ini dapat dilihat di gambar
pada tabel percobaan bahwa paku yang disimpan dalam gelas yang berisi air biasa
mengalami perkaratan/korosi
Pada gelas yang berisi air biasa, paku mengalami korosi disebabkan air biasa yang
berada di gelas mengandung oksigen terlarut sehingga menyebabkan korosi pada paku.
3) Gelas Air Panas
Setelah paku dimasukkan ke dalam gelas platik berisi air yang sudah didihkan selama
enam hari, paku menjadi berkarat dan karatnya ada yang mengelupas sehingga airnya
menjadi kuning pekat. Dengan demikian paku tersebut mengalami korosi. Hal ini dapat
dilihat di gambar pada tabel percobaan bahwa paku yang disimpan dalam gelas yang berisi
air yang sudah didihkan mengalami perkaratan/korosi
Pada gelas yang berisi air yang sudah didihkan, paku mengalami sedikit korosi
disebabkan karena saat dididihkan, air akan kehilangan kandungan oksigen terlarut dan
keadaan gelas tertutup, sehingga oksigen tidak dapat masuk kedalam gelas dan
menyebabkan kekurangan oksigen dan mengalami korosi yang kurang.
4) Gelas Air Garam
Setelah paku dimasukkan ke dalam gelas platik berisi air garam selama enam hari, paku
menjadi berkarat dan karatnya ada yang mengelupas sehingga airnya menjadi kuning
pekat. Dengan demikian paku tersebut mengalami korosi. Hal ini dapat dilihat di gambar
pada tabel percobaan bahwa paku yang disimpan dalam gelas yang berisi air garam
mengalami perkaratan/korosi.
Pada gelas yang berisi air garam, paku mengalami korosi disebabkan pada larutan
garam, terdapat kandungan air (H2O) kandungan oksigen dalam larutan garam ini
menyebabkan korosi dan proses korosi yang terjadi dipercepat oleh kandungan NaCl yang
bersifat elektrolit.
5) Gelas Air Sabun
Setelah paku dimasukkan ke dalam gelas platik berisi air sabun selama enam hari, paku
menjadi berkarat dan karatnya ada yang mengelupas sehingga air sabun menjadi keruh.
Hal ini dapat dilihat di gambar pada tabel percobaan bahwa paku yang disimpan dalam
gelas yang berisi air sabun mengalami perkaratan/korosi.
Pada gelas yang berisi air sabun, paku mengalami korosi disebabkan karena air sabun
mengandung air (H2O) dan juga air sabun merupakan larutan yang bersifat basa.
6) Gelas Air Cuka
Setelah paku dimasukkan ke dalam gelas platik berisi cuka selama enam hari, paku
menjadi berwarna hitam dan menyebabkan cuka menjadi berwarna kecoklatan. Dengan
demikian paku tersebut mengalami korosi. Hal ini dapat dilihat di gambar pada tabel
percobaan bahwa paku yang disimpan dalam gelas yang berisi cuka mengalami
perkaratan/korosi.
Pada gelas yang berisi cuka, paku mengalami korosi disebabkan karena adanya air
(lembab) dan oksigen di dalam gelas plastik. Pada suasana yang lebih asam, reaksi korosi
besi akan lebih cepat, sebagaimana reaksi reduksi oksigen dalam suasana asam lebih
spontan yang ditandai dengan potensial reduksinya yang besar.
7) Gelas Minyak Goreng
Setelah paku dimasukkan ke dalam gelas platik berisi minyak goreng selama enam hari,
paku tidak mengalami korosi. Hal ini dapat dilihat di gambar pada tabel percobaan bahwa
paku yang disimpan dalam gelas yang berisi minyak sayur tidak mengalami
perkaratan/korosi.
Pada gelas yang berisi minyak goreng, paku tidak mengalami korosi disebabkan
minyak sayur tidak mengandung oksigen dan tidak dapat berikatan dengan oksigen di
udara, sehingga paku dalam keadaan bebas oksigen dan tidak dapat mengalami perkaratan
8) Gelas Oli
Setelah paku dimasukkan ke dalam gelas platik berisi oli selama enam hari, paku tidak
mengalami korosi. Hal ini dapat dilihat di gambar pada tabel percobaan bahwa paku yang
disimpan dalam gelas yang berisi oli tidak mengalami perkaratan/korosi.
Pada gelas yang berisi oli, paku tidak mengalami korosi disebabkan oli tidak
mengandung oksigen dan tidak dapat berikatan dengan oksigen di udara, sehingga paku
dalam keadaan bebas oksigen dan tidak dapat mengalami perkaratan.

VIII. Kesimpulan
Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa korosi adalah kerusakan atau degradasi
logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki.
Pada percobaan ini, paku yang mengalami korosi adalah paku pada gelas B (air biasa),
gelas C (air yang sudah didihkan), gelas D (air garam), gelas E (cuka), dan gelas H (air sabun).
Sedangkan paku yang tidak mengalami korosi adalah paku pada gelas A (kosong), gelas F
(minyak sayur), dan gelas G (oli).
Faktor utama yang dapat menyebabkan korosi adalah air (H2O) dan oksigen (O2) dan
faktor pendukungnya adalah elektrolit (asam, basa, garam), permukaan besi yang tidak merata,
serta pemanasan.
Cara pencegahan korosi pada logam, yaitu dengan teknik pelapisan logam dan teknik
pelindungan katoda atau proteksi katoda. Teknik pelapisan logam meliputi pengecatan,
pelapisan dengan plastik, pelapisan dengan minyak atau oli, tin plating (pelapisan dengan
timah), chrome plating (pelapisan dengan krom), dan pelapisan dengan seng (galvanisasi).
Sedangkan teknik pelindungan katoda atau proteksi katoda meliputi pengorbanan anoda.

IX. Daftar Pustaka


Kimia Study Center “Korosi dan pencegahannya”. Kimia kelas XII \ http://ki miastudy center.
com/kimia-xii/69-korosi-dan-pencegahannya (Diakses 9 desember 2015)
Harnanto, Arie. 2009. Kimia 3 untuk kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Pratana, Fajar. 2009. Mari Belajar Kimia : Untuk XII SMA IPA. Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Das, Amsori M. 2012.Studi Dampak Korosi Terhadap Material Baja,Vol.12 No.2. Jambi:
Universitas Batanghari. Sidiq, M. Fajar. 2013. Analisa Korosi Dan Pengendaliannya,Vol. 3 No.
1 ISSN :2087-2259.Jawa Tengah: Akademi Perikanan Baruna Slawi.
https://www.ruangguru.com/blog/pengertian-korosi-dan-faktor-penyebabnya

X. Lampiran
Alat dan Bahan
Langkah Kerja

Anda mungkin juga menyukai