Anda di halaman 1dari 24

Materi Uas Korosi

1. Bentuk-Bentuk Korosi
2. Coating dan Lining
3. Inhibitor
4. Praktikum Korosi
5. Inhibitor Proteksi katodik

1. General (Uniform) Corrosion

Gambar Uniform Corrosion pada kaleng minuman

Pada korosi jenis korosi menyeluruh, seluruh permukaan logam yang terekspose dengan
lingkungan, terkorosi secara merata. Jenis korosi ini mengakibatkan rusaknya konstruksi secara
total.
Mekanisme Uniform Corrosion : dengan distribusi seragam dari reaktan katodik atas
seluruh permukaan logam yang terekspose. Pada lingkungan asam (pH < 7), terjadi reduksi ion
hidrogen dan pada lingkungan basa (pH > 7) atau netral (pH = 7), terjadi reduksi oksigen. Kedua
berlangsung secara "seragam" dan tidak ada lokasi preferensial atau lokasi untuk reaksi katodik
atau anodik. Katoda dan anoda terletak secara acak dan bergantian dengan waktu. Hasil akhirnya
adalah hilangnya kurang lebih yang seragam dimensi.

Cara pengendalian korosi menyeluruh, sebagai berikut :

 Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih anodik
 Melakukan inhibitas dan proteksi katodik (cathodik protection)

2. Intergranular Corrosion

Gambar korosi batas butir pada pipa

Intergranular corrosion kadang-kadang juga disebut "intercrystalline korosi" atau "korosi


interdendritik". Dengan adanya tegangan tarik, retak dapat terjadi sepanjang batas butir dan
jenis korosi ini sering disebut "intergranular retak korosi tegangan (IGSCC)" atau hanya
"intergranular stress corrosion cracking".

Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini diawali dari beda potensial dalam
komposisi, seperti sampel inti “coring” biasa ditemui dalam paduan casting. Pengendapan
pada batas butir, terutama kromium karbida dalam baja tahan karat, merupakan mekanisme
yang diakui dan diterima dalam korosi intergranular.
Gambar mekanisme korosi batas butir

 Cara pengendalian korosi batas butir adalah:


 Turunkan kadar karbon dibawah 0,03%.
 Tambahkan paduan yang dapat mengikat karbon.
 Pendinginan cepat dari temperatur tinggi.
 Pelarutan karbida melalui pemanasan.
 Hindari pengelasan.

3. Galvanic Corrosion

Gambar Korosi Galvanic pada Sambungan Baut


Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua macam logam
yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif.
Mekanisme korosi galvanik : korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua macam
metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana electron
mengalir dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik), akibatnya
metal yang kurang mulia berubah menjadi ion – ion positif karena kehilangan electron. Ion-ion
positif metal bereaksi dengan ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal.
Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur -
sumur karat (Surface Attack) atau serangan karat permukaan.

Gambar Mekanisme Korosi Galvanis

Metode-metode yang dilakukan dalam pengendalian korosi ini adalah:

 Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi anoda dan katoda
 Mengisolasi logam dari lingkungannya
 Mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal dengan mineralisasi
 Mengurangi oksigen yang larut dalam air
 Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis
 Memilih logam-logam yang memiliki unsure-unsur yang berdekatan
 Mencegah celah atau menutup celah
 Mengadakan proteksi katodik,dengan menempelkan anoda umpan.

4. Crevice Corrosion
Gambar korosi celah pada sambungan pipa

Korosi celah mengacu pada serangan lokal pada permukaan logam pada, atau berbatasan
langsung dengan, kesenjangan atau celah antara dua permukaan bergabung. Kesenjangan atau
celah dapat terbentuk antara dua logam atau logam dan bahan non-logam. Di luar kesenjangan
atau tanpa celah, kedua logam yang tahan terhadap korosi. Kerusakan yang disebabkan oleh
korosi celah biasanya dibatasi pada satu logam di wilayah lokal dalam atau dekat dengan
permukaan yang bergabung.
Mekanisme Crevice Corrosion : dimulai oleh perbedaan konsentrasi beberapa kandungan
kimia, biasanya oksigen, yang membentuk konsentrasi sel elektrokimia (perbedaan sel aerasi
dalam kasus oksigen). Di luar dari celah (katoda), kandungan oksigen dan pH lebih tinggi - tetapi
klorida lebih rendah.
Gambar mekanisme korosi celah

Cara pengendalian korosi celah adalah sebagai berikut:

 Hindari pemakaian sambungan paku keeling atau baut, gunakan sambungan las.
 Gunakan gasket non absorbing.
 Usahakan menghindari daerah dengan aliran udara.

6. Pitting Corrosion

Gambar korosi sumuran pada westafle


Korosi sumuran adalah korosi lokal dari permukaan logam yang dibatasi pada satu titik atau area
kecil, dan membentukn bentuk rongga. Korosi sumuran adalah salah satu bentuk yang paling
merusak dari korosi.

Mekanisme Pitting Corrosion : Untuk material bebas cacat, korosi sumuran disebabkan oleh
lingkungan kimia yang mungkin berisi spesies unsur kimia agresif seperti klorida. Klorida sangat
merusak lapisan pasif (oksida) sehingga pitting dapat terjadi pada dudukan oksida. Lingkungan
juga dapat mengatur perbedaan sel aerasi (tetesan air pada permukaan baja, misalnya) dan pitting
dapat dimulai di lokasi anodik (pusat tetesan air).

Gambar mekanisme pitting corrosion

Cara pengendalian korosi sumuran adalah sebagai berikut:


 Hindari permukaan logam dari goresan.
 Perhalus permukaan logam.
 Menghindari komposisi material dari berbagai jenis logam.

7. Erosion Corrosion
Gambar sebuah blade akibat korosi erosi

Erosi Korosi mengacu pada tindakan gabungan yang melibatkan erosi dan korosi di hadapan
cairan korosif yang bergerak atau komponen logam yang bergerak melalui cairan korosif, yang
menyebabkan percepatan terdegradasinya suatu logam.
Mekanisme erosion corrosion : efek mekanik aliran atau kecepatan fluida dikombinasikan
dengan aksi cairan korosif menyebabkan percepatan hilangnya dari logam. Tahap awal
melibatkan penghapusan mekanik film pelindung logam dan kemudian korosi logam telanjang
oleh cairan korosif yang mengalir. Proses siklus ini sampai pelubangan komponen terjadi.
Gambar mekanisme korosi erosi

 Cara pengendalian korosi erosi adalah:

 Menghindari partikel abrasive pada fluida.


 Mengurangi kecepatan aliran fluida.

7. Stress Corrosion Cracking (SCC)

Gambar korosi SCC pada sebuah logam

Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang memerlukan aksi secara bersamaan
dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk
pengurangan bagian yang terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat. Hal ini juga termasuk
intercrystalline atau transkristalin korosi, yang dapat menghancurkan paduan tanpa tegangan
yang diberkan atau tegangan sisa. Retak korosi tegangan dapat terjadi dalam kombinasi dengan
penggetasan hidrogen.

Mekanisme SCC : terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor komponen, yaitu (1) Bahan
rentan terhadap korosi, (2) adanya larutan elektrolit (lingkungan) dan (3) adanya tegangan.
Sebagai contoh, tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa amonia, baja ringan rentan
terhadap larutan alkali dan baja tahan karat rentan terhadap klorida.

Gambar mekanisme korosi SCC

 Cara pengendalian korosi tegangan adalah:


 Turunkan besarnya tegangan
 Turunkan tegangan sisa termal
 Kurangi beban luar atau perbesar area potongan
 Penggunaan inhibitor.

8. Biological Corrosion

9. Selective Leaching
Gambar selective leaching corrosion pada pipa

Selective leaching adalah korosi selektif dari satu atau lebih komponen dari paduan
larutan padat. Hal ini juga disebut pemisahan, pelarutan selektif atau serangan selektif. Contoh
dealloying umum adalah dekarburisasi, decobaltification, denickelification, dezincification, dan
korosi graphitic.
Mekanisme selective leaching : logam yang berbeda dan paduan memiliki potensial yang
berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit yang sama. Paduan modern mengandung sejumlah
unsur paduan berbeda yang menunjukkan potensial korosi yang berbeda. Beda potensial antara
elemen paduan menjadi kekuatan pendorong untuk serangan preferensial yang lebih "aktif" pada
elemen dalam paduan tersebut.
Dalam kasus dezincification dari kuningan, seng istimewa terlarut dari paduan tembaga-
seng, meninggalkan lapisan permukaan tembaga yang keropos dan rapuh.
Gambar mekanisme selective leaching corrosion

Cara pengendalian atau mencegah selective leaching adalah :

 Menghindari komposisi yang berbeda dari material penyusun

10. Liquid Metal Attack

11. Exfoliation

12.Corrosion Fatigue

13. Filiform Corrosion

Dalam aplikasi sehari-hari, lining biasa digunakan sebagai istilah untuk internal-coating pada
pressure vessel atau tanks, yang bertujuan untuk mencegah korosi pada tank akibat pengaruh
fluida yang ada dalam tank dan sekaligus mencegah agar fluida dalam tank tersebut tidak
terkontaminasi oleh kotoran maupun hasil korosi pada dinding tank. Lining biasanya
mempergunakan cement atau pelapis logam lain yang berbeda dengan material logam induk.
Cement lining pada pipa bawah laut disamping sebagai pemberat juga untuk meningkatkan
ketahanan korosi dan dipakai bersama-sama wrapping (lining ini melindungi wrappingnya ).
Painting biasanya berhubungan dengan cat, baik bitumen, coal tar epoxy, chlorinated rubber,
alkyd, vynil, polyurethane, silicate atau lainnya.
Sedang coating disamping mencakup cat tersebut diatas juga bisa berasal dari resin polimer
lainnya yang umumnya mempunyai kekuatan mekanik lebih tinggi dibandingkan dengan
painting.
Dalam bidang material, coating merupakan salah satu teknik surface treatment. Bila di
terjemahkan bebas coating berarti "pelapisan". Dengan coating, permukaan suatu material
dilapisi dengan material yang lain, dengan tujuan "memperbaiki" sifat base-materialnya, seperti:
meningkatkan ketahanan aus, ketahanan korosi, fatigue life, sebagai thermal barrier dll.
Dengan demikian, painting merupakan salah satu jenis coating, dimana cat yang dilapiskan pada
umumnya bertujuan untuk "memperbaiki" ketahanan korosi base-materialnya. Selain untuk
mencegah korosi, cat bisa berfungsi juga untuk estetika.
Beberapa jenis coating (biasanya dibedakan berdasarkan cara pelapisannya), seperti: plasma
spray coating, HVOF coating, galvanizing, electroplating dll.
Kalau dalam bidang "pengecatan", pengertian keduanya sedikit berbeda, yaitu painting
merupakan pelapisan yang bersifat dekoratif, sedangkan coating merupakan proses pelapisan
yang bersifat melindung (protection).

Pengendalian korosi dengan pelapisan


Peristiwa korosi adalah hal yang tidak luput dari logam, karena korosi
merupakan kerusakan yang dihasilkan dari reaksi antara logam dan lingkungannya
oleh karena itu di perlukan metode untuk menanggulangi hal tersebut. Pelapisan
dengan bahan organic merupakan salah satu cara yang dapat digunakan.

Perlindungan permukaan

salah satu pencegahan serangan karat pada bahan metal adalah dengan
melindungi permukaan metal yang berhubungan dengan zat koroden tersebut .
salah satu cara nya yaitu dengan pelapisan bahan organic dan anorganik.

Elektroplanting adalah salah satu cara pencegahan serangan karat pada bahan
metal dengan pelapisan menggunakan bahan organic dan an organic.
A.PELAPISAN ORGANIK (organic coating)

Coating atau lapis lindung adalah bahan yang di gunakan untuk melapisi
atau menutupi permukaan material dengan tujuan untuk memisahkan material
dari pengaruh interaksi dan lingkungannya.

Dalam pelapisan permukaan metal dengan cat ada beberapa factor yang
menentukan efektifitas pelapisan tersebut.

Tujuan pengecatan hanya sekedar kosmetik ( demi penampilan/keindahan), yang


membedakan adalah tingkat ketebalan yang menentukan mutu isolasi permukaan
metal terhadap lingkungannya tidak merupakan syarat utama. Adapula tujuan
lain dari pengecatn itu yakni sebagi tanda misalnya:

a. Colour coding mempunyai jenis indikasi material benda yang dicat.


b. Colour coding menjukan jenis fluida yang dikandung suatu peralatan misalnya
kuning untuk gas hiaju untuk oksigen , hijau muda untuk air pendingin , merah
untuk pemadam kebakaran, coklat untuk minyak pelumas , perak untuk
hidrokarbon , putih untuk zat kimia dll
Persiapan permukaan

Agar dapat dicapai tingkat perkatan yang tinggi anatara permukaan metal
dengan bahan pelindung, diperlukan persiapan permukaan yang bermacam-
macam disesuaikan degan tingkat keperluan dan mutu bahan cat. Berhasil atau
gagalnya suatu pengecatan sangat bergantung pada tingkat perekatan anatara cat
dan permukaan serta ingkat kepadatan dan perataan dari cat itu sendiri.

Persiapan permukaan ditentukan oleh :


- Kegunaan perlindungan cat
- Lama perlindungan yang efektif
- Jenis dari mutu cat
- Tingkat perekatan yang diminta serat jenis media yang diproses
- Terdapat jenis bahan pelindung khusus yang dapat diterapkan tanpatanpa
persiapan permukaan sama sekali.
Cara persiapan permukaan, segala sesuatu telat dispesifikasi dari steel structure
painting council :

 Pembersihan dengan solvent (pelarut)


 Pembersihan alat pembersih manual
 Pembersihan dengan alat pembersih mekanis
 Pembersihan dengan penyemprotan partikel padat
 Penyemprotan metal hamper putih
Selain itu cara lain untuk persiapan permukaan atau pembersihan produk karat
pada permukaan metal adalah dengan basuh kimia atau chemical cleaning.
Bahan-bahan kimia yang dapat di pakai adalah:
a. Wetting agent sebagai unsure pembasah
b. Surfactans sebagai pemberi tenaga
c. Amalgam sebagai peluntur gemuk
d. Surface active agent untuk mengahasilakan reaksi polarisasi
e. Sanitizer sebagai pencuci
f. Emulsifying additives sebagi penstabil pH
g. Purifyinf compounds
h. Inhibitor sebagai penstabil suhu
i. Scavenging agent sebagi bahan aktif
Fungsi utama perlindungan permukaan dengan cat:
1. Mencegah hubungan langsung antara metal dengan lingkungannya yang korosif
2. Menghalangi hubungan langsing antara metal dan lingkungannya
3. Menghambat langsung antara metal dengan lingkungannya
4. Mamasok arus yang melindungi permukaan metal

Komposisi Cat
Istilah cat meliputi sejumlah system pelapisan berbeda yang dirancang
untuk keperluan berbeda-beda pula. Sebelum cat disiapkan terlebih dahulu kita
harus menetapkan cara penyiapan permukaan seperti yang telah dijelaskan
diatas, cara pengecatan dan untung rugi penggunaan cat.
Cat pada dasarnya terdiri dari:
a. Wahana (vebicle ) yaitu zat yang membuat cat mempunyai fluiditas bila
mongering atau menguap meninggalkan suatu selaput padat.
b. Pigmen yaitu yang tersuspensi dalam wahan. Pigmen mengendalikan laju korosi,
atau laju difusi reaktan-reaktan pada selaput kering.
c. Aditif yaitu yang mempercepat proses pengeringan atau memungkinkan lapisan
cat kering lebih tahan terhadap lingkungan kerja.
Wahana menjadi kering melalui salah satu proses berikut:
a. Penguapan unsur pelarut dalam wahana.
b. Perubahan kimia, terutama oksidasi terhadap unsur cair dalam wahana, misalnya
minyak cat.
c. Polimerisasi yaitu reaksi kimia anatara wahana dan agen pengering yang di
campurkan kedalam cat tepat sebelum digunakan.
Macam-macam Cat
Jenis-jenis cat dibagi menjadi beberapa kelompok generic besar yang
masing-masing dinamai berdasarkan penggunaan cat atau bahan kimia
pengikatnya all :
1.Cat primer pra-fabrikasi
Cat ini dipakai untuk membersihkan, membebaskan baja dari karat untuk
melindunginya selama tahapan fabrikasi atau perakitan struktur yang memakan
waktu sampai beberapa bulan. Cat primaer biasanya terdiri dari bubuk seng atau
besi oksida merah dengan resin epoksid sebagai pengikat. Cat ini mongering
dalam 2-3 menit sesudah diulaskan dan melindungi logam sampai selama 12
bulan.
2.Cat primer pra- perlakuan
Cat ini digunakan untuk menyiapkan permukaan logam dan menjamin
diperolehnya adhesi serta unjuk kerja cat akhir yang baik. Untuk mendapatkan
hasil yang baik, permukaan baja harus bersih dan bebas dari karat. Cat ini
mongering dalam waktu yang singkat sekali.untuk mendapatkan hasil yang baik
lapisan primer pra perlakuan selalu diberikan pada pelapisan seng, khususnya bila
cat seng kromat akan digunakan sebagai lapisan primer untuk pelapisan akhir.
3.Cat minyak
Bahan dasar dari cat ini bisanya terbuat dari pengering nabati seperti
minyak rami atau minyak kayu. Pengeringannya melalui proses waktu yang lama,
karena itu cat harus dibiarkan sampai 48 jam sebelum ditimpah lapisan baru dan
harus ditunggu selama 7 hari sebelum cat akhir diberikan.
4.Cat oleoresin ( Vernis )
Cat ini biasanya berfungsi untuk memperbaiki sifat-sifat pengeringan dan
pengikatan lapisan dan merupakan penyempurnaan dari cat minyak yang
sederhana. Cat tipe resinfenolat tahan terhadp abrasi tetapi ketika dilaskan,
permukaan tidak boleh lembab.
5.Karet diklorinasi
Cat ini dibuat dengan cara melarutkan karet terklorinasi kedalam pelarut-
pelarut khusus ( aromatic ). Sesudah dipakaikan, penguapan pelarut
mengendapkan lapisan kering yang hamper tidak mengalami polimerisasi.
6.Cat berbahan pengikat air
Cat ini tersedia dalam beberapa bentuk baik itu berupa larut atau hanya
berupa emulsi. Cat ini dapat digunakan sebagai pelapis air diatas cat dasar yang
banyak mengandung seng. Pentilasi yang memadai harus disediakan selama cat
mongering agar kelembapan relative pada permukaannya tetap rendah. Jika
kelembapan terlalu tinggi maka akan banyak air yang terperangkap dibawa cat
dan akan berakibat buruk pada hasil akhirnya. Gambar 14.2 memperlihatkan
sebuah korosi mobil yang baru saja diangkat dari tangki elektroforesis. Dalam hal
ini, sederet elektroda diatur disekeliling karoseri, lalu diberi suatu potensial
sehingga partikel-partikel cat tertarik dan menempel pada logam dan melepaskan
muatan masing-masing. Lapisan endapan yang netral itu bertindak sebagai
isolator dan membatasi potensial yang diberikan, dengan demikian tebal lapisan
dapat terkendalikan.

B . PELAPISAN ANORGANIK
Pelapisan anorganik terdiri dari lapisan Portland cement dan vitreus enamels,
glass lining dan porcelain lining
1.Pelapisan dengan Portland cement
Pelapisan dengan Portland cement mempunyai keunggulan ekonomis karena
lebih murah, lebih mudah dirawar/di perbaiki, lebih mudah memasangnya serta
memiliki koefisien muai yang hampir sama dengan baja, yakni 1,0x10-5/oC dan
1,2x10-5/oC untuk baja.
Penerapan pelapisan ini dapat dilakukan dengan pengecoran sentrifugal/untuk
bagian dalam pipa atau benda silindris, dengan troweling dan dengan
disemprotkan (spraying).
2.Pelapisan vitereus enamel, glass lining dan porcelain lining
Pada hakekatnya vitereus enamel, glass lining dan porcelain lining adalah
pelapisan zat gelas yang memiliki koefisien muai yang sesuai dengan metal yang
dilindunginya. Cara penerapannya adalah bubuk gelas dikenakan pada permukaan
yang berbentuk asam atau seperti yang telah disiapkan.
Melindungi permukaan logam adalah cara pencegahan korosi tertua dan yang
biasa diterapkan tetapi perlindungan tidak terbatas dengan bahan organik saja.
Contohnya timah putih dapat digunakan sebagai lapisan "inert" pada permukaan
baja. Lembaran tembaga, lembaran nikel, lembaran perak merupakan permukaan
yang tahan korosi. Logam dapat dilapisi dengan logam lainnya dengan proses
pencelupan ke dalam logam cair proses ini disebut galvanisasi. Bahan keramik
inert dapat juga digunakan sebagai lapisan pelindung. Sebagai contoh enamel
adalah lapisan oksida berbentuk serbuk gelas dan cairan, sehingga terbentuk
lapisan seperti kaca. Pada lapisan organik misal lapisan cat mengisolir logam
dibawahnya dari elektrolit yang dapat menimbulkan korosi. Batas keampuhan
cara ini ditentukan oleh perilaku lapisan pelindung ini selama pemakaian. Lapisan
organik ini tidak tahan suhu tinggi dan gesekan. Pada gejala pasivasi dimana
beberapa jenis logam membentuk lapisan pelindung seperti contoh (logam
alumunium dan baja tahan karat) mungkin terpasifasi karena bereaksi dengan
oksigen pada permukaan terbentuk lapisan pelindung logam yang terisolasi listrik
tidak mungkin terkorosi.

Syarat bahan pelapis dari logam :


1. Logam pelapis harus jauh lebih tahan terhadap serangan lingkungan dibanding
logam yang dilindungi.
2. Logam pelapis tidak boleh memicu korosi pada logam yang dilindungi seandainya
mengalami goresan atau pecah di permukaan.
3. Sifat-sifat fisik seperti kelenturan dan kekerasannya harus cukup memenuhi
persyaratan operational struktur atau komponen bersangkutan.
4. Metode pelapisannya harus bersesuaian dengan proses fabrikasi yang digunakan
untuk membuat produk akhir.
5. Tebal lapisan harus merata dan bebas dari pori-pori.
Metode – metode pelapisan dengan logam
1. Penyalutan listrik (penyepuhan , electroplating)
2. Galvanisasi pencelupan panas ( hot dipping )
3. Pelapisan dengan penyemprotan
4. Pelapisan dengan penempelan (clad coating )
5. Pelapisan difusi
A.Elektroplating
Metode electroplating adalah sebagai berikut:Pelapisan menggunakan arus
searah. Cara kerjanya mirip dengan elektrolisa, dimana logam pelapis bertindak
sebagai anoda,sedangkan logam dasarnya sebagai katoda. Cara terakhir ini yang
disertai dengan perlakuan awal terhadap benda kerja yang baik mempunyai
berbagai keuntungan dibandingkan dengan cara-cara yang lain. Keuntungan-
keuntungan tersebut antara lain :
a. Lapisan relatif tipis.
b. Ketebalan dapat dikontrol.
c. Permukaan lapisan lebih halus.
d. Hemat dilihat dari pemakaian logam khrom.

B.Galvanisasi pencelupan panas ( hot dipping)

Galvanisasi merupakan proses pelapisan logam induk dengan logam lain


dengan tujuan agar logam induk mempunyai ketahanan korosi yang lebih baik.
Galvanisasi umumnya menggunakan logam yang memiliki titik cair yang lebih
rendah . Galvanisasi bersama dengan electroplating, cladding, thermal spray,
aluminizing dan sherardizing adalah metode-metode untuk melapiskan logam
pada permukaan substrat (metallic coating).

Penggunaan metallic coating memiliki dua tujuan:


1. Sebagai pelindung korosi
2. Sebagai anoda korban
Galvanisasi baja biasanya digunakan seng atau aluminum. Pada proses galvanisasi
celup panas baja dengan seng, awalnya baja dicelupkan dalam seng cair (450-475
oC). Pencelupan ini menyebabkan logam seng akan menempel pada logam induk
(baja). Pembentukan intermetallic Fe dengan Zn dapat meningkatkan kekuatan
lekat lapisan ini. Selain itu parameter lain yang menentukan pelekatan adalah
tingkat kebersihan permukaan, temperatur, waktu, dan komposisi kimia logam
induk dan pelapis. Umur pakai tergantung pada lingkungan dan ketebalan lapisan.

Galvanisasi celup panas mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.


Kelebihannya diantaranya memiliki umur panjang dan tidak memerlukan topcoat
untuk lingkungan pH 5-10, dapat memproteksi bentuk struktur yang komplek dan
rumit, serta sekali celup dapat melapisi permukaan luar dan dalam secara
bersamaan. Kekurangannya diantaranya besar struktur yang akan dilapisi dibatasi
dengan ukuran penampung, tidak baik untuk struktur yang selalu terendam serta
tidak cocok struktur yang diaplikasikan untuk lingkungan pH <5 dan >10. Kalau
akan dilakukan topcoating, permukaan yang porous harus ditutupi dengan sealer.

Urutan proses:
1. Persiapan permukaan
Untuk mendapatkan gaya pelekatan yang baik, permukaan substrat harus bersih
dari kontaminan seperti welding slag, mill scale, cat, oli, debu dan grease. Oli,
debu dan grease dihilangkan dengan solven cleaning (SSPC SP 1), yaitu dengan
mencelupkan ke dalam causatic panas. Karat, mill scale dan kontaminan organik
dihilangkan dengan hot mineral acid pickling (SSPC SP 8).
2. Fluxing
Merupakan pembersihan lapisan oksida dengan pencelupan ke dalam larutan
preflux seperti zinc ammonium chloride pada temperatur 40-60 oC.
3. Dipping
Proses ini adalah proses utama. Pencelupan pada logam cair dapat dilakukan
selama 8 detik hingga 8 jam tergantung pada jenis logam dan ketebalan.
4. Postdipping treatment
Setelah dilakukan pencelupan, logam yang telah dilapisi didinginkan dengan udara
atau dicelupkan ke dalam air. Tampilan dapat diperbaiki dengan chromating atau
phosphating.

C.Pelapisan dengan penyemprotan

Pemakaian suatu lapisan metalik dengan proses penempatan cairan logam


atau yang telah dilunqkkan dengan pemanasan yang disemprotkan ke bahan
dasar.

D.Pelapisan dengan penempelan (


clad coating )

Penerapan lapisan logam terhadap logam lainnya dengan cara las, rol
atau ledak.
E.Pelapisan
difusi

Anda mungkin juga menyukai