Anda di halaman 1dari 14

Korosi Pada Kapal

Dosen Pengampu: Ir. Sarjito Joko Sisworo, M.Si


• Infographic Style
Assalamu’alaikum Warahmatullahi
wabarakatuh
Perkenalkan Saya Alfi Bayu Aji, Saya Selaku Pembuat
PPT semoga karya saya dapat menjadi refferensi bahan
pembelajaran dan Mohon dimaklumi apabila ada
kekurangan dalam pembuatan PPT dikarenakan saya
masih tahap pembalajaran.

Alfi Bayu Aji

Mahasiswa S-1 Teknik


Perkapalan “17
Universitas Diponegoro
Pengertian Korosi

korosi adalah reaksi antara logam dengan zat-zat disekitarnya


seperti udara atau air sehingga menimbulkan senyawa baru.
Munculnya senyawa baru tersebut biasa disebut dengan
pengkaratan yaitu
Insert the munculnya
Sub zat padat
Title of Your berwarna merah
Presentation
kecoklatan yang bersifat rapuh dan berpori.
PENYEBAB KOROSI PADA
KAPAL

Korosi pada kontruksi kapal baja yang diakibatkan air laut


dapat mengakibatkan menurunnya kekuatan kontruksi
dan umur dari kapal, sehingga mengurangi jaminan
keselamatan muatan dan penumpang kapal. Untuk
01 kerugian yang lebih besar akibat
menghindari 03korosi
pada kontruksi kapal akibat air laut maka diperlukan
perlindungan korosi pada pelat kapal antara lain dengan
cara menggunakan cat kapal dan penggunaan zinc
anode pada bagian kontruksi kapal yang tercelup air laut.
Mengutip dari National Association of Corrosion
Engineers (NACE International), menurut buku
yang ditulis oleh Fontana dan Greene pada
tahun 1967 ada 8 jenis korosi dan cara yang
penangulangan korosi pada kapal yang dapat
anda lakukan :

1. Uniform Attack (Korosi Seragam)


2. Galvanic or Two-Metal Corrosion (Korosi
Galvanis)
3. Crevice Corrosion (Korosi Celah)
4. Pitting Corrosion (Korosi Lubang)
5. Intergranular Corrosion
6. Selective leaching
7. Erosion Corrosion
8. Stress-corrosion cracking
1. Uniform Attack (Korosi Seragam)

Biasanya ditandai dengan reaksi kimia atau elektrokimia yang


berlangsung secara seragam di seluruh permukaan yang terbuka
atau di area yang luas. Reaksi kimia terjadi karena pH air yang
rendah dan udara yang lembab, sehingga makin lama pelat baja
makin menipis. Korosi jenis ini bisa dicegah dengan cara
diantaranya, pemilihan material pelat baja yang tepat beserta
pelapisannya (coating), diberi lapis lindung yang
mengandung inhibitor dan perlindungan katodik (cathodic
protection).

Gambar 1. Korosi Seragam Pada


Pipa Ballast 
2. Galvanic or Two-Metal Corrosion
(Korosi Galvanis)

Korosi yang terjadi karena adanya 2 logam yang berbeda dalam


satu elektrolit sehingga logam yang lebih anodic akan terkorosi.
Korosi ini dapat dicegah dengan cara :

- Beri isolator yang cukup tebal hingga tidak ada aliran elektolit
- Pasang proteksi katodik
- Penambahan anti korosi inhibitor pada cairan

Gambar 2. Korosi Galvanis


3. Crevice Corrosion (Korosi Celah)

Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain
diantaranya ada celah yang dapat menahan kotoran dan air sehingga
kosentrasi O2 pada mulut dibandingkan pada bagian dalam, sehingga
bagian dalam lebih anodik dan bagian mulut jadi katodik Korosi ini dapat
dicegah dengan cara :

- Isolator
- Dikeringkan bagian yang basah
- Dibersihkan kotoran yang ada

Gambar 3. Crevice Corrosion (Korosi


Celah)
4. Pitting Corrosion (Korosi Lubang)

Pitting Corrosion (Korosi Lubang) menghasilkan lubang-lubang kecil pada


logam ke arah dalam dan umumnya searah dengan gravitasi. Hal ini
disebabkan oleh adanya mekanisme autokatalitik yang menghasilkan
larutan yang pekat dan berat. Larutan ini tinggal dalam sumuran dan
menjadi sarana terjadinya serangan korosi selanjutnya.

Gambar 4. Pitting Corrosion (Korosi


Lubang)
5. Intergranular Corrosion

Intergranular Corrosion adalah bentuk korosi terlokalisasi dalam daerah yang sempit
dan terjadi di batas butir. Terjadinya korosi ini selalu diikuti dengan adanya
segregasi kimiawi atau presipitat fase tertentu di batas butir. Presipitat ini
menghasilkan zona yang resistansi korosinya menurun karena kekosongan
tersebut. Contoh yang paling sederhana adalah sensifitasi pada stainless steel.
Pengkayaan chromium pada batas butir yang berbentuk presipitat menghasil
daerah yang kurang chromium (daerah ini juga disebeut depletion zone).

Kejadian Intergranular Corrosion adalah manifestasi dari HAZ pada pengelasan


dimana panas yang berulang ulang memunculkan sensitized structure. Untuk
mencegah kejadian ini maka ditambahkan elemen penyetabil austenitic. Penyetabil
elemen ini (Titanium dan Neobium) ditambahakan untuk mencegah terjadinya
intergranular korosi dengan cara menghambat terbentuknya presipitat Cr pada
batas butir. Hal ini dikarenakan terbentuknya karbida antara elemen penyetabil
dengan Cr.

Gambar 5. Intergranular Corrosion


6. Selective leaching

Selective leaching adalah korosi selektif dari satu atau lebih


komponen dari paduan larutan padat. Hal ini juga disebut
pemisahan, pelarutan selektif atau serangan selektif. Contoh
dealloying umum adalah dekarburisasi, decobaltification,
denickelification, dezincification, dan korosi graphitic.

Mekanisme selective leaching : logam yang berbeda dan paduan


memiliki potensial yang berbeda (atau potensial korosi) pada
elektrolit yang sama. Paduan modern mengandung sejumlah unsur
paduan berbeda yang menunjukkan potensial korosi yang berbeda.
Beda potensial antara elemen paduan menjadi kekuatan
pendorong untuk serangan preferensial yang lebih "aktif" pada
elemen dalam paduan tersebut.

Gambar 6. Selective leaching


7. Erosion Corrosion

Erosi Korosi mengacu pada tindakan gabungan yang melibatkan


erosi dan korosi di hadapan cairan korosif yang bergerak atau
komponen logam yang bergerak melalui cairan korosif, yang
menyebabkan percepatan terdegradasinya suatu logam.
Mekanisme erosion corrosion : efek mekanik aliran atau kecepatan
fluida dikombinasikan dengan aksi cairan korosif menyebabkan
percepatan hilangnya dari logam. Tahap awal melibatkan
penghapusan mekanik film pelindung logam dan kemudian korosi
logam telanjang oleh cairan korosif  yang mengalir. Proses siklus ini
sampai pelubangan komponen terjadi.

Gambar 7. Erosion Corrosion pada


Blade
8. Stress-Corrosion Cracking (SCC)

Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang


memerlukan aksi secara bersamaan dari bahan perusak (karat) dan
berkelanjutan dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk
pengurangan bagian yang terkorosi akibat gagal oleh patahan
cepat. Hal ini juga termasuk intercrystalline atau transkristalin
korosi, yang dapat menghancurkan paduan tanpa tegangan yang
diberkan atau tegangan sisa. Retak korosi tegangan dapat terjadi
dalam kombinasi dengan penggetasan hidrogen.

Mekanisme SCC : terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor


komponen, yaitu (1) Bahan rentan terhadap korosi, (2) adanya
larutan elektrolit (lingkungan) dan (3) adanya tegangan. Sebagai
contoh, tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa amonia,
baja ringan rentan terhadap larutan alkali dan baja tahan karat
rentan terhadap klorida.

Gambar 8. Stress-corrosion cracking


Pencegahan korosi pada kapal

Korosi laut memiliki dampak yang signifikan terhadap umur kapal. Oleh karena itu strategi
pengendalian korosi yang efektif harus dipilih dengan pemilihan lapisan yang sesuai untuk
lingkungan laut. Pelapisan lambung kapal dengan cat memiliki fungsi khusus untuk melindungi
kontruksi lambung kapal terutama yang terletak di bawah garis air dan kontruksi kapal di atas garis
air
Pengecatan pada kapal biasanya disebut dengan marine coatings, dan terdapat 4 tipe diantaranya:

• Anti-fouling coatings
• Anti-corrosion coatings
• Foul release coatings
• Self-cleaning & self-polishing coatings
.

Anda mungkin juga menyukai