Anda di halaman 1dari 23

KOROSI DAN CARA

PENGENDALIANNYA
DISUSUN OLEH
AMI SITI MARYAM, S.PD

SMK KIMIA DHARMA BHAKTI BANDUNG


KOROSI
Korosi adalah perusakan material secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan.
Korosi adalah degedrasi material (logam dan panduannya) akibat reaksi kimia dengan
lingkungan.
Contoh : pengkaratan yang terjadi akibat gas pada temperatur tinggi.
Adapun syarat terjadinya korosi adalah :
Adanya katoda
Adanya anoda
Adanya lingkungan
Tanpa adanya salah satu syarat di atas maka korosi tidak akan terjadi. Korosi tidak dapat
dihilangkan tetapi hanya dapat di minimalisir pertumbuhannya.
REAKSI KOROSI
Pada proses korosi ada dua reaksi yang menyebabkan terjadinya korosi, yaitu :
1.Reaksi oksidasi, dimana terjadi reaksi pelepesan elektron oleh material yang lebih
bersifat anodik.
2.Reaksi reduksi, dimana pemakaian elektron oleh material yang lebih bersifat katodik.
Proses korosi secara galvanis dapat dilihat pada gambar berikut :
KOROSI BERDASARKAN SIFAT
Dibagi menjadi 2 bagian :
1.Korosi Aktif
Ciri – ciri dari korosi aktif ini antara lain :
Mudah melepaskan ion
Mudah menempel di tangan
Contoh : paku yang berkarat

2.Korosi Pasif
Ciri – ciri dari korosi pasif ini antara lain :
Sulit melepaskan ion
Sulit menempel di tangan
Contoh : korosi pada alumunium
JENIS – JENIS KOROSI
Korosi dibagi menjadi 8 jenis :
1.Uniform or General Attack Corrosion (Korosi Seragam)
2.Rithing Corrossion (Korosi Sumuran atau Kawah)
3.Crevice Corrossion (Korosi Celah)
4.Intergranular Corrossion (Korosi Batas Butir)
5.Stress Corrosion (Korosi Tegangan)
6.Errosi Corrossion (Korosi Erosi)
7.Selectif Corrossion
8.Korosi Galvanik
UNIFORM or GENERAL ATTACK
CORROSION (KOROSI SERAGAM)
Korosi seragam adalah korosi yang terjadi pada permukaan material akibat bereaksi
dengan oksigen. Biasanya korosi seragam ini terjadi pada material yang memiliki ukuran
butir yang halus dan homogenitas yang tinggi.
Cara pengendalian dari korosi seragam adalah :
Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih anodik
Melakukan inhibitas dan cathodic protection
RITHING COROSSION (KOROSI
SUMURAN ATAU KAWAH)
Korosi yang terjadi akibat cacat pada permukaan material seperti celah atau lubang kecil.
Pada daerah cacat ini akan lebih anodik dibandingkan permukaan material sehingga
korosi akan menuju bagian dalam material.
Cara pengendalian korosi sumurun adalah :
Hindari permukaan logam dari cacat goresan
Perhalus permukaan material
Hindari variasi yang sedikit pada komposisi material
CREVICE CORROSSION (KOROSI
CELAH)
Korosi yang ditemukan pada daerah berkonsentrasi rendah atau korosi yang terjadi pada celah yang
terbentuk akibat pendempetan material. Pada celah, kadar oksigen lebih rendah dari pada lingkungannya
sehingga elektron akan berpindah pada kadar oksigen yang tinggi sehingga terjadi korosi. Korosi ini
sering terjadi pada sambungan paku.
Cara pengendalian korosi celah :
Hindari pemakaian sambungan paku keling atau baut, gunakan sambungan las
Gunakan gasket non absorbing
Usahakan menghindari daerah dengan aliran udara
INTERGRANULAR CORROSSION
(KOROSI BATAS BUTIR)
Korosi yang terjadi pada atau di sepanjang batas butir yang bersifat anodik dan tengah butir bersifat
katodik. Korosi ini terjadi akibat prsipitasi dari pengootor seperti khromium di batas butir, yang
menyebabkan batas butir menjadi rentan terhadap serangan korosi. Presipitat krom karbida terbentuk
karena karbon meningkat yang ada di sekitarnya, sehingga krom di sekitarnya akan berkurang dan
terjadi korosi yang terbentuk pada suhu 500 – 800 0C. Proses ini disebut sentisiasi.
Cara pengendalian korosi batas butir adalah :
Turunkan kadar karbon di bawah 0,03%
Tambahkan paduan yang dapat mengikat karbon
Pendinginan cepat dari temperatur tinggi
Pelarutan karbida melalui pemanasan
Hindari pengelasan
STRESS CORROSSION (KOROSI
TEGANGAN)
Korosi yang disebabkan adanya tegangan tarik yang mengakibatkan terjadinya retak. Tegangan ini
disebabkan pada temperatur dan deformasi yang berbeda.
Cara pengendalian korosi tegangan adalah :
Turunkan besarnya tegangan
Turunkan tegangan sisa termal
Kurangi beban luar atau perbesar area potongan
ERROSION CORROSSION (KOROSI
EROSI)
Korosi yang disebabkan oleh erosi yang mengikis lapisan pelindung material, zat erosi itu dapat berupa
fluida yang mengandung abrasive. Korosi ini sering ditemui pada pipa – pipa minyak.
Faktor – faktor yang mempengaruhi korosi ini antara lain :
Persentase ketidaksamaan, material yang lebih anodik
Area permukaan anodik dan katodik
Temperatur
Persentase larutan elektrolit
Kesediaan oksigen
Cara pengedalian korosi erosi :
Menghidari partikel abrasive pada fluida
Mengurangi kecepatan aliran fluida
SELECTIF CORROSSION
Korosi yang menyerang unsur di dalam logam akibat perbedaan potensial unsur utamanya. Korosi ini
disebabkan karena koposisi yang tidak merata pada material. Korosi ini terjadi pada pipa – pipa besi
cor.
Cara pengendalian selective korosi :
Menghindari komposisi yang berbeda dari material penyusun.
KOROSI GALVANIK
Korosi yang terjadi pada dua logam yang berbeda jenis jika dihubungkan. Korosi ini juga terjadi karena
pasangan elektrikal pada dua logam atau paduan logam yang memiliki perbedaan komposisi. Logam
yang lebih anodik akan terkorosi sementara logam lainnya yang lebih katodik akan terlindungi.
Cara pengendalian korosi galvanic adalah :
Hindari pemakaian 2 jenis logam yang berbeda
Pergunakan logam yang lebih anodik dengan rasio yang lebih besar dibanding logam katodik
Lapisi pada pertemuan dua logam yang berbeda jenis
Gunakan logam ketiga yang lebih anodik
METODA – METODA DALAM
PENGENDALIAN KOROSI
1. Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi anoda dan katoda
2. Mengisolasi logam dari lingkungannya
3. Mengurangi ion hidrogen di dalam lingkungan yang di kenal dengan mineralisasi
4. Mengurangi oksigen yang larut dalam air
5. Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis
6. Memilih logam – logam yang memiliki unsur – unsur yang berdekatan
7. Mencegah celah atau menutup celah
8. Mengadakan proteksi katodik dengan menempelkan anoda umpan.
PENGENDALIAN KOROSI
Ada tiga metode umum untuk mengendalikan korosi, yaitu
1.pelapisan (coating)
2.Proteksi katodik
3.Penambahan zat inhibitor korosi
METODE PELAPISAN (COATING)
Yaitu suatu upaya mengendalikan korosi dengan menerapkan suatu lapisan pada permukaan logam besi.
Misalnya dengan pengecatan atau penyepuhan logam.
Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah. Kedua logam ini dapat membentuk
lapisan oksida yang tahan terhadap karat (pasivasi) sehingga besi terlindung dari korosi.
Pasivasi adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan
terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut
METODE PROTEKSI KATODIK
Yaitu metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi besi yang dipendam dalam tanah,
seperti pipa ledeng, pipa pertamina dan tangki penyimpan BBM. Logam reaktif seperti magnesium
dihubungkan dengan pipa besi, karena magnesium merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi.
Jika semua logam magnesium sudah menjadi oksida maka besi akan terkorosi. Oleh sebab itu, logam
magnesium harus selalu diganti dengan yang baru dan selalu diperiksa agar jangan sampai habis karena
berubah menjadi hidroksidanya.
METODE PENAMBAHAN ZAT
INHIBITOR KOROSI
Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif dengan kadar sangat
kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi.
Ada berbagai jenis inhibitor yang dikenal, diantaranya yaitu :
Menurut bahan dasarnya :
1.Inhibitor organik : menghambat korosi dengan cara teradsorpsi kimiawi pada permukaan logam,
melalui ikatan logam heteroatom. Inhibitor ini terbuat dari bahan organik. Contohnya : gugus amine, tio
fosfo, dan eter. Gugus amine biasa dipakai di sistem boiler.
2.Inhibitor inorganik : inhibitor yang terbuat dari bahan anorganik.
METODE PENAMBAHAN ZAT
INHIBITOR KOROSI
 Menurut reaksi yang dihambat
1. Inhibitor katodik : yang dihambat adalah reaksi reduksi. Molekul organik netral teradsorpsi di
permukaan logam, sehingga mengurangi akses ion hidrogen menuju permukaan elektroda. Dengan
berkurangnya akses ion hidrogen yang menuju permukaan elektroda, maka hydrogen overvoltage akan
meningkat, sehingga menghambat reaksi evolusi hidrogen yang berakibat menurunkan laju korosi.
Inhibitor katodik dibedakan menjadi :
a. Inhibitor racun : contoh nya As2O3, Sb2O3, yang berfungsi menghambat penggabungan atom – atom
Had menjadi molekul gas H2 di permukaan logam, dapat mengakibatkan perapuhan hidrogen pada baja
kekuatan tinggi, bersifat racun bagi lingkungan.
b. Inhibitor presipitasi katodik, yang berfungsi mengendapkan CaCO 3, CaSO4, MgSO4 dari dalam air.
Contoh : ZnSo4+ dispersan
METODE PENAMBAHAN ZAT
INHIBITOR KOROSI
c. Oxygen scavenger, mengikat O2 terlarut,
contoh N2H4 (Hydrazine) + O2 N2 + 2H2O

2.InhibitorAnodik, Adalah inhibitor yang menghambat reaksi oksidasi. Contoh : molibdat, silikat, fosfat,
borat, kromat, nitrit dan nitrat. Inhibitor ini sering dipakai/ ditambahkan pada saat chemical cleaning
peralatan pabrik
3.Inhibitor campuran yaitu campuran dari inhibitor katodik dan anodik.
METODE PENAMBAHAN ZAT
INHIBITOR KOROSI
 Menurut Mekanisme (cara kerja) inhibisi :
1. Inhibitor pasivator : menghambat korosi dengan cara menghambat reaksi anodik melalui
pembentukan lapisan pasif, sehingga merupakan inhibitor berbahaya, bila jumlah yang ditambahkan
tidak mencukupi. Inhibitor pasivator terdiri dari :
a. Inhibitor pasivator oksidator, misalnya : Cr2O72-, CrO42-, ClO3-, ClO4-
b. Inhibitor pasivator non oksidator, contohnya : ion metalat (vanadat, ortovanadat, metavandat), NO 2-.
Inhibitor vanadium dipakai di Unit CO2 Removal Pabrik Ammonia, karena larutan Benfield yang
bersifat korosif.
c. Pembentuk senyawa tak larut, misalnya NaOH, Na3PO4, Na2HPO4, Na2CO3, NaBO3
METODE PENAMBAHAN ZAT
INHIBITOR KOROSI
2. Inhibitor Presipitasi : membentuk kompleks tak larut dengan logam atau lingkungan sehingga
menutup permukaan logam dan menghambat reaksi anodik dan katodik. Contoh Na3PO4, Na2HPO4
3. Inhibitor adsorpsi, agar teradsorpsi harus ada gugus aktif (gugus heteroatom). Gugus ini akan
teradsorpsi di permukaan logam. Contoh : senyawa asetilen, senyawa sulfur, senyawa amine dan
senyawa aldehid.
4. Inhibitor aman dan inhibitor berbahaya
Inhibitor aman (tidak berbahaya) adalah inhibitor yang bila ditambahkan dalam jumlah yang kurang
(terlalu sedikit) dari mkonsentrasi kritisnya, tetap akan mengurangi laju korosi. Inhibitor aman ini
umumnya inhibitor katodik, contoh garam – garam seng dan magnesium, calcium dan polifosfat.
METODE PENAMBAHAN ZAT
INHIBITOR KOROSI
Inhibitor berbahaya adalah inhibitor apabila ditambahkan di bawah harga kritis akan mengurangi
daerah anodik, namun luas daerah katodik tidak berpengaruh. Sehingga kebutuhan arus dari anoda
yang masih aktif bertambah hingga mencapai harga maksimum sedikit di bawah konsentrasi kritis.
Laju korosi di anoda – anoda yang aktif itu meningkat dan memperhebat serangan korosi sumuran.
Yang termasuk inhibitor berbahaya adalah inhibitor anodik, contohnya adalah molibdat, silikat, fosfat,
borat, kromat, nitrit dan nitrat.

Anda mungkin juga menyukai