Anda di halaman 1dari 30

LABORATORIUM PENGENDALIAN KOROSI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016/2017


PRAKTIKUM PENGENDALIAN KOROSI
MODUL

: Inhibitor

PEMBIMBING

: Ir. Retno Indarti.,MT

Praktikum : 16 Desember 2016


Penyerahan: 09 Januari 2017
(Laporan)
Oleh :
Kelompok / Kelas

: V / 3A

Nama

: 1. M. Arilga Pamungkas

NIM. 141411018

2. M. Naufal Syarief

NIM. 141411019

3. Nadya Rimadanti

NIM. 141411020

4. Novita Deni

NIM. 141411021

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korosi dapat didefinisikan sebagai reaksi dari suatu material dengan lingkungannya
dimana konsekuensinya adalah menyebabkan kerusakan pada material penyusunnya (L.L
Shreir, 1994). Proses yang terjadi saat korosi logam adalah terlepasnya atom logam kedalam
larutan elektrolit menjadi ion logam dengan melepaskan sejumlah elektron (Abd ElMaksoud, 2008). Korosi dapat dicegah antara lain dengan pelapisan (coating), proteksi
katodik maupun anodik, dan dapat pula dicegah dengan menggunakan inhibitor (Widharto,
2001). Inhibitor korosi digunakan secara luas dalam berbagai penerapan dan banyak operasi
pabrik bergantung pada keberhasilan penerapannya. Sebagai contoh pabrik pengilangan
minyak bumi dan petrokimia, pipa saluran yang membawa produk minyak bumi dan gas,
pengeboran minyak bumi dan pengumpul cairan, air minum, pendingin air, system desalinasi,
system asam, pipa saluran bubur batubara, baja tulangan dalam beton, pusat energy atom dan
nuklir. Untuk itu dilakukan percobaan inhibitor di laboratorium korosi untuk mengetahui
bagaimana mekanisme prosesnya.
1.2 Tujuan Percobaan
a. Menjelaskan proses korosi logam baja dalam larutan NaCl.
b. Mempelajari pengaruh inhibitor K2Cr2O7, Boraks, dan CaO terhadap laju korosi
baja dalam larutan NaCl dalam kondisi dengan aerasi dan tanpa aerasi.
c. Menghitung laju korosi logam baja dalam larutan NaCl, NaCl - K2Cr2O7, NaClBoraks, serta NaCl CaO dalam kondisi dengan aerasi dan tanpa aerasi.
d. Menghitung efisiensi inhibitor.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Korosi
Menurut Jones (1992) korosi adalah degradasi atau penurunan mutu material, biasanya
logam, yang sering kita kenal sebagai karat. Fenomena ini disebabkan baik oleh proses
elektrokimia yang terjadi secara spontan dari logam yang berinteraksi dengan lingkungannya
maupun oleh sifat materialnya sendiri. Secara umum, korosi memecah atom unsur dari logam
menjadi ion ion akibat bereaksi dengan zat lain, sehingga dapat menghilangkan massa. Pada
besi, proses korosi yang terjadi pada udara normal dapat kita modelkan sebagai berikut
Fe (s) + H2O (l) + O2(g) Fe(OH)2 (s)
Fero hidroksida [Fe(OH)2] yang terbentuk pada reaksi ini kemudian akan bereaksi
kembali menjadi ferri hidroksida [Fe(OH)3] karena terpapar dengan air dan udara di
lingkungan. Reaksi tersebut dapat kita tulis menjadi:
4 Fe(OH)2(s) + O2 (g) + 2H2O(l) 4Fe(OH)3 (s)
2Fe(OH)3

Fe2O3 + 3H2O

Ferri hidroksida yang terbentuk dapat pula berubah menjadi Fe2O3 yang berwarna
merah kecoklatan yang biasa disebut karat .
2.2 Inhibitor
Inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke dalam suatu
lingkungan dapat menurunkan laju serangan korosi terhadap suatu logam dengan kadar
sangat kecil (ukuran ppm) (POLSRI, 2016) . Inhibitor berfungsi untuk memperlambat reaksi
korosi yang bekerja dengan cara membentuk lapisan pelindung pada permukaan logam.
Lapisan molekul pertama yang tebentuk mempunyai ikatan yang sangat kuat yang disebut
chemis option. Fontana (1987) menjelaskan sejumlah inhibitor menghambat korosi melalui
cara modifikasi polarisasi katodik dan anodik, mengurangi pergerakan ion ke permukaan
logam, menambah hambatan listrik pada permukaan logam dan menangkap atau menjebak
zat korosif dalam larutan melalui pembentukan senyawa tidak agresif.

Gambar 1. Lapisan Film Inhibitor Organik


Sumber : Alhakim, A., (2011)
2.3 Mekanisme Inhibitor
Suatu inhibitor kimia adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau
memperlambat suatu reaksi kimia. Secara khusus, inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia
yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju
penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam. Penambahan inhibitor dilakukan dengan
jumlah yang sedikit, baik secara kontinu maupun periodik menurut suatu selang waktu
tertentu dan laju korosi akan menurun secara drastis atau memberikan efek yang cepat dan
baik.
Menurut Alhakim, A (2011) mekanisme kerja dari inhibitor dapat dibedakan sebagai berikut :
(1) Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu lapisan tipis dengan
ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini tidak dapat dilihat oleh mata biasa,
namun dapat menghambat penyerangan lingkungan terhadap logamnya.
(2) Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat mengendap dan
selanjutnya

teradsopsi pada permukaan logam serta melidunginya terhadap korosi.

Endapan yang terjadi cukup banyak, sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh
mata.
(3) Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat kimia yang
kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi tersebut membentuk suatu
lapisan pasif pada permukaan logam.
(4) Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.
Berdasarkan sifat korosi logam secara elektrokimia, inhibitor dapat mempengaruhi
polarisasi anodik dan katodik. Bila suatu sel korosi dapat dianggap terdiri dari empat
komponen yaitu: anoda, katoda, elektrolit dan penghantar elektronik, maka inhibitor
korosi

memberikan kemungkinan menaikkan polarisasi anodik, atau menaikkan

polasisasi katodik atau menaikkan tahanan listrik dari rangkaian melalui pembentukan

endapan tipis pada permukaan logam. Mekanisme ini dapat diamati melalui suatu kurva
polarisasi yang diperoleh secara eksperimentil.
2.4 Jenis-jenis Inhibitor
Inhibitor korosi menurut bahan dasarnya, dapat dibagi menjadi dua, yaitu inhibitor dari
senyawa organik dan dari senyawa anorganik (Widharto,1999). Inhibitor organik pada
umumnya berasal dari ekstrak bahan alami yang mengandung atom N, O, P, S dan atom-atom
yang mempunyai pasangan eletron bebas. Inhibitor anorganik yang saat ini biasa digunakan
adalah sodium nitrit, kromat, fosfat, dan garam seng. Banyak jenis inhibitor yang tersedia
yang dapat dipilih untuk mengatasi permasalahan korosi. Kebanyakan inhibitor korosi
merupakan senyawa organik turunan amin yang berfungsi membentuk lapisan/film tipis
dipermukaan material yang akan melindungi dalam media yang korosif. Senyawa organik
turunan amin merupakan inhibitor yang bagus karena ada pasangan elektron bebas dari atom
nitrogen yang bisa diserap permukaan logam dan rantai hidrokarbon membentuk lapisan film
hidropobik pada permukaan. Lapisan film inhibitor memutus mata rantai korosi dengan
memisahkan logam dari media yang korosif.
Menurut Febriyanto (2010), secara umum inhibitor dibagi menjadi beberapa kategori ,
diantaranya yaitu :
a. Inhibitor Korosi Katodik
Inhibitor katodik adalah zat yang dapat menghambat terjadiya reaksi dikatoda, karena
pada daerah katodik terbentuk logam hidroksida (MOH) yang sukar larut dan menempel
kuat pada permukaan logam sehinga menghambat laju korosi. Dan karena adanya
inhibitor katodik maka potensial korosi bergeser ke arah negatif. Dua reaksi utama yang
umum terjadi yaitu:
Reaksi yang terjadi pada lingkungan netral adalah
2H2O + O2 + 4e 4OHPada reaksi ini, inhibitor bereaksi dengan ion hidroksil menghasilkan senyawa yang
mengendap di permukaan katoda, sehingga menyelimuti katoda dari elektrolit dan
mencegah masuknya oksigen. Inhibitor yang banyak digunakan untuk tipe ini adalah
larutan garam seng dan magnesium yang membentuk hidroksida tidak larut, kalsium
yang menghasilkan karbonat dan polifosfat
Reaksi katodik di lingkungan asam:
2H- + 2e H2 (reaksi pembentukan hidrogen dari proton)
Contoh senyawa yang biasa dipakai sebagai inhibitor katodik yaitu Garam kalsium
(kalsium karbonat, kalsium fosfat) , Garam magnesium dan Poli fosfat.

b. Inhibitor Korosi Anodik


Inhibitor korosi anodik menggeser kesetimbangan proses korosi ke daerah pasif yang
menyebabkan pembentukan film pasif oksida yang tidak kelihatan pada daerah anodik
yang memicu kenaikan potensial anoda dan menekan proses oksidasi. Berkurangnya
daerah anodik yang efektif menyebabkan turunnya laju korosi. Inhibitor korosi anodik
mempunyai kelemahan, bila konsentrasi inhibitor dibawah minimal yang dibutuhkan
kemungkinan permukaan material ada yang tidak terlapisi sehingga menyebabkan
terjadinya tempat anodik baru yang bisa meningkatkan laju korosi. Inhibitor korosi
anodik memerlukan dosis yang cukup untuk melapisi permukaan dalam dari sistem dan
sedikit dosis lebih untuk menjaga lapisan yang terbentuk. Sementara itu mekanisme
inhibitor anodik dalam mempertahankan lapisan pasif dapat dilihat pada Gambar 2. Pada
Gambar 2(a) terlihat korosi terjadi pada bagian selaput oksida yang terkelupas. Selaput
pelindung kemudian akan bertindak sebagai katoda, sedangkan logam yang tersingkap
sebagai anoda. Kemudian anion dalam inhibitor anodik bereaksi dengan ion logam dalam
larutan dan menutup bagian yang bersifat anodik, sehingga laju korosi menjadi terhenti
kembali ditunjukkan pada Gambar 2(b).

Gambar 2. Efek Konsentrasi terhadap inhibitor anodik


Sumber : Febriyanto (2010)
Senyawa dibawah ini biasa digunakan sebagai inhibitor anodik dintaranya yaitu
Kromat (CrO42- ), Nitrit (NO22-), Molibdat (MoO42-) dan Ortofosfat (PO43-).
c. Inhibitor Korosi Organik
Inhibitor organik sering dipakai untuk cooling tower, pendingin/pemanas. Inhibitor
korosi organik paling umum digunakan di oil field. Inhibitor ini kebanyakan membentuk
lapisan film organik. Inhibitor ini merupakan senyawa organik yang mempunyai bagian
kepala yang polar dan bagian lainnya merupakan hidrokarbon rantai panjang. Inhibitor
korosi organik biasanya berupa garam logam yang berperan mempasifkan permukaan

logam. Inhibitor korrosi organik pemakaiannya agak terbatas karena memerlukan


konsentrasi yang tetap, pH yang sensitif dan kadang tidak efektif dengan adanya klorida.
Inhibitor korosi organik biasanya berupa garam logam yang berperan mempasifkan
permukaan logam. Inhibitor korrosi organik pemakaiannya agak terbatas karena
memerlukan konsentrasi yang tetap, pH yang sensitif dan kadang tidak efektif dengan
adanya klorida. Inhibitor korosi organik paling umum digunakan di oil field. Inhibitor ini
kebanyakan membentuk lapisan film organik. Inhibitor ini merupakan senyawa organik
yang mempunyai bagian kepala yang polar dan bagian lainnya merupakan hidrokarbon
rantai panjang.
d. Inhibitor Korosi Adsorpsi
Inhibitor korosi adsorpsi menurunkan laju korosi disebabkan polarisasi logam dengan
lapisan tipis dari molekul inhibitor yang teradsorpsi pada permukaan. Berkurangnya luas
permukaan efektif bisa menurunkan laju korosi. Molekul inhibitor adsopsi mampu
membentuk chemisorbed bonds dengan atom logam pada permukaannya. Senyawa yang
biasa dipakai sebagai inhibitor adsorpsi yaitu Amin (R-NH2), Karboksil (R-COOH),
Thiourea (NH2CSNH2), Fosfonat (R-PO3H2), Benzonat (C6H5COO- ) dan Antimoni
triklorida (SbCl3).
2.5 Pengaruh Inhibitor Terhadap Laju Korosi
Menurut ASTM (2003), Perhitungan Laju korosi dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan :
r (mpy)

W ( g )
365day
1000
x
milx
2
1 years
A(cm ) xtx 2,54
r (mdd )

W (mg )
A(dm 2 ) xt

Keterangan :

= Selisih berat (berat awal dikurang akhir (gr))

= Luas benda kerja (cm2)

= Waktu (hari)

= densitas logam (g/cm3)

Sementara, Efisiensi atau penurunan dari laju korosi nya dihitung dengan
Efisiensi=

r or
x 100
ro

Dimana,

ro = Laju korosi Awal


r

= Laju korosi setelah penambahan inhibitor

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nama Alat
Gelas kimia 1000 ml 2 buah
Gelas kimia 500 ml 2 buah
Batang pengaduk 4 buah
Logam baja ukuran 2x5 cm 8 buah
Gelas plastik 350 ml 8 buah
Aluminium foil
Gelas ukur
Spatula
Timbangan Analitik
Tali rapia

Nama Bahan
Kertas ampelas
Larutan NaCl 3,56 gpl
Larutan K2Cr2O7 5% 10 ml
Larutan Borax 1% 10 ml
Larutan CaO 1% 10 ml
Label

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1

Tanpa Aerasi

4 buah logam baja

Amplas dengan air mengalir

Keringkan

Hitung luas logam. Ikat Logam dengan tali rafia

Timbang dan catat berat awal logam

Logam 1

Larutan NaCl

Logam 2

Logam 3

Logam 4

Larutan
NaCl + CaO 1%
5 ml NaCl + Borax 1% 5 ml
Larutan NaCl + Cr 5% Larutan
5 mL

Tutup dengan alumunium foil

Diamkan selama 7 hari minggu

Timbang dan catat berat akhir logam

Gambar 3. Diagram Alir Tanpa Aerasi

3.2.2

Dengan Aerasi

4 buah logam baja

Amplas dengan air mengalir

Keringkan

Hitung luas logam. Ikat Logam dengan tali rafia

Timbang dan catat berat awal logam

Logam 1

Larutan NaCl

Logam 2

Logam 3

Logam 4

Larutan
5 ml NaCl + Borax 1% 5 ml
Larutan NaCl + Cr 5%Larutan
5 mL NaCl + CaO 1%

Aduk selama 15 menit. Gelas plastik dibiarkan terbuka

Diamkan selama 7 hari minggu

Timbang dan catat berat akhir logam

Gambar 4. Diagram Alir dengan Aerasi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Ukuran logam baja yang digunakan
Panjang
: 4.9 cm
Lebar
: 1.9 cm
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Gambar 5. Kondisi Logam setelah dimasukkam kedalam lingkungan elektrolit pada hari
pertama (dengan Aerasi)

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Kondisi Logam dalam Larutan Elektrolit tanpa aerasi setelah
didiamkan selama 7 hari

No
Logam

Lingkungan Elektrolit

Gambar

Keterangan

NaCl

Larutan menjadi keruh


dan terdapat endapan
coklat. Dipermukaan
logam terdapat lapisan
dan coklat yang
merupakan karat.

NaCl + Borax

Larutan menjadi
sedikit keruh
kecoklatan dan di
permukaan logam
terjadi korosi ditandai
dengan bewarna
kehitaman pada
pemukaan logam.

14.

NaCl + K2Cr2O7

Larutan menjadi keruh


dan pada logam
terdapat sedikit
endapan coklat.
Permukaan logam
terjadi perubahan
warna menadi
kecoklatan
menandakan terjadi
proses korosi

NaCl + CaO

Larutan menjadi keruh


dan terdapat endapan
coklat. Pada logam
terdapat lapisan coklat
dan berwarna
kehitaman

4.2 Hasil Percobaan


4.2.1 Tanpa Aerasi
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Pada Percobaan Inhibitor Tanpa Aerasi

Luas
No Logam

Permukaan
(dm2)

Berat
Awal
Logam
(amg)

Berat Akhir
Logam
(bmg)

Lingkungan
Elektrolit

Laju

Efisiensi

Korosi

Inhibitor

(mdd)

(%)

Logam 1

0,21

9802,3

9454,4

NaCl

236,6

Logam 2

0,193

9875,2

9750,2

NaCl + Borax

125

47,2

Logam 3

0,202

10378,5

10253,5

NaCl + K2Cr2O7

88,4

62,6

Logam 4

0.1911

9624,6

9528,6

NaCl + CaO

71,76

69,6

4.2.2 Dengan Aerasi


Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Pada Percobaan Inhibitor Dengan Aerasi

No
Logam

Luas
Permukaan
(dm2)

Berat
Awal
Logam
(amg)

Berat Akhir
Logam
(bmg)

Lingkungan
Elektrolit

Laju

Efisiensi

Korosi

Inhibitor

(mdd)

(%)

Logam 1

0.1862

10388,5

10160,6

NaCl

174.85

Logam 2

0,1862

10064

10060,1

NaCl + Borax

2,99

98,3

Logam 3

0,1862

10317,1

10144,3

NaCl + K2Cr2O7

132,58

24,17

Logam 4

0,1862

10147,3

10005,4

NaCl + CaO

108,86

37,74

250
200
150

Laju Korosi (mdd)

100
Tanpa Aerasi
Dengan Aerasi

50
0

Axis Title

Gambar 6. Grafik Laju Korosi dengan Aerasi dan Tanpa Aerasi


120
100
80
60

Efisiensi (%)

40

Tanpa Aerasi
Dengan Aerasi

20
0

Axis Title

Gambar 7. Grafik Efisiensi Inhibitor dengan Aerasi dan Tanpa Aerasi

4.3 Pembahasan

Pembahasan oleh M Arilga Pamungkas (141411018)


Pada praktikum ini, dilakukan percobaan teknik pengendalian korosi menggunakan

inhibitor. Inhibitor korosi sendiri didefinisikan sebagai suatu zat (organik/anorganik)


yang apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit ke dalam lingkungan akan menurunkan
serangan korosi lingkungan terhadap logam. Secara prinsip, inhibitor akan membentuk
lapisan pasif pada permukaan logam di lingkungan korosif sehingga proses korosi
akan terhambat. Dalam pratikum ini, digunakan logam Fe yang dimasukan kedalam
larutan NaCl 3.56 g/L (3.56%) selama 7 hari. Larutan NaCl berfungsi sebagai
lingkungan tempat terjadinya korosi pada logam Fe. Inhibitor yang digunakan dalam
oleh praktikan yaitu K2Cr2O7 5%, boraks, dan CaO dengan konsentrasi masing-masing
1%. Variasi yang dilakukan adalah dengan mengamati proses korosi terhadap kondisi
dengan aerasi dan tanpa aerasi.
Pada kondisi dengan aerasi, larutan elektrolit NaCl akan saling berkontak dengan
udara sehingga jumlah oksigen terlarut dalam larutan elektrolit akan meningkat dan
menyebabkan laju korosi terhadap logam Fe menjadi lebih parah karena selain bereaksi
dengan ion Cl-, logam Fe juga bereaksi dengan oksigen terlarut. Sehingga dapat
dikatakan bahwa laju korosi dari logam Fe akan meningkat pada kondisi teraerasi akan
tetapi dari hasil percobaan, laju korosi dengan aerasi, logam Fe dalam larutan NaCl
3.56% memiliki laju korosi paling besar yaitu sebesar 174,85 mdd lebih kecil
dibandingkan dengan tanpa aerasi sebesar 236,67 mdd hal yang paling memungkinkan
adalah isolasi pada tanpa aerasi tidak tertutup rapat. Jika dibandingkan dengan logam Fe
lain yang diberi inhibitor, laju korosi dari logam Fe yang diberi inhibitor memiliki nilai
yang lebih rendah. Hal tersebut sesuai dengan prinsip inhibitor, dimana inhibitor (secara
umum) dapat menghambat laju korosi pada logam Fe.
Menurut Pierre (1999), boraks merupakan inhibitor non oksidator yang akan bekerja
efektif dengan adanya oksigen terlarut. Sehingga pada kondisi ter-aerasi, inhibitor
boraks akan bekerja dengan baik dengan membentuk lapisan pasif pada permukaan
logam Fe yang akan menghambat terjadinya korosi, hal ini terbukti pada hasil percobaan
laju korosi dengan perlakuan aerasi sebesar 2,99 mdd lebih rendah disbandingkan tanpa
aerasi sebesar 125 mdd.
Menurut Pierre (1999), K2Cr2O7 merupakan inhibitor anodik oksidator yang
bekerja dengan efektif tanpa oksigen. Berdasarkan teori tersebut, inhibitor K2Cr2O7
akan mempasifkan anoda (logam Fe) menjadi lapisan oksida Fe2O3 dan Cr2O3.

Menurut Pierre (1999), reaksi yang terjadi antara logam Fe dalam larutan NaClK2Cr2O7 adalah sebagai berikut,
Oksidasi

: 2 Fe + 3 H2O Fe2O3 + 6 H(+) + 6e

Reduksi

: 2 CrO42- + 10 H(+) + 6e Cr2O3 + 5 H2O


: 2 Fe + 2 CrO42- + 4 H(+) Fe2O3 + Cr2O3 + 2 H2O

Redoks

Berdasarkan reaksi tersebut, ion Cr2O7- dari senyawa K2Cr2O7 akan mengoksidasi
logam Fe secara langsung untuk membentuk lapisan pasif dalam keadaan teraerasi,
berdasarkan hasil percobaan terbukti dengan perlakuan tanpa aerasi laju korosi nya lebih
rendah dengan laju korosi sebesar 88,4 mdd dibandingkan dengan kondisi teraerasi
sebesar 132,58 mdd.
Untuk logam Fe yang dimasukkan kedalam larutan NaCl-CaO 1% dengan aerasi,
laju korosi dari logam Fe adalah sebesar 108,86 mdd sedangkan tanpa aerasi laju korosi
sebesar 71,76 mdd. Dari hasil percobaan efisiensi inhibitor terbaik pada kondisi tanpa
aerasi adalah penggunaan inhibitor CaO dengan efisiensi sebesar 69,6 % sedangkan
dalam kondisi teraerasi adalah penggunaan inhibitor boraks dengan nilai efisiensi sebesar
98,3 %.

Pembahasan oleh M Naufal Syarief (141411019)


Praktikum yang dilakukan adalah perlindungan logam besi dari korosi dengan

menggunakan inhibitor korosi. Inhibitor korosi merupakan zat organik maupun anorganik
yang dapat memperlambat laju korosi. Prinsip inhibitor korosi membentuk lapisan pasif
berupa lapisan tipis pada permukaan logam yang berfungsi sebagai penghalang antara
logam dengan media yang korosif. Pada praktikum ini, logam besi dimasukkan dalam
larutan NaCl 3.56% selama 7 hari. Larutan NaCl merupakan lingkungan yang
menyebabkan terjadinya korosi pada logam besi tersebut. Sementara itu, inhibitor yang
digunakan pada praktikum adalah K2Cr2O7, borax dan CaO. Dilihat berdasarkan jenisnya,
K2Cr2O7 merupakan jenis inhibitor anodik oksidator, borax merupakan jenis inhibitor
anodik non oksidator dan CaO termasuk jenis inhibitor katodik. Perlakuan dilakukan
dengan aerasi dan tanpa aerasi.
1) Kondisi Lingkungan tanpa Aerasi
Pada lingkungan tanpa aerasi, logam besi yang dimasukkan dalam larutan NaCl
memiliki laju korosi yang paling tinggi yaitu 236,6 mdd. Hal ini terjadi karena pada
kondisi ini tidak ditambahkan inhibitor korosi. Pada mekanisme korosi logam baja dalam
larutan NaCl, NaCl dalam larutan terurai menjadi ion-ionnya sesuai dengan reaksi:

Na+(aq) + Cl-(aq)

NaCl(aq)

Ion klorida (Cl-) yang ada dalam larutan garam tersebut merupakan jenis ion yang
bersifat agresif menyerang permukaan logam sehingga terjadi proses korosi (terjadi reaksi
oksidasi-reduksi) pada daerah anoda dan daerah katoda sesuai reaksi berikut:
Anoda

: Fe

Fe2+ + 2e

Katoda

: 2H2O + 2e

H2 + 2OH-

Fe + 2H2O

Fe(OH)2 + H2

Berdasarkan persamaan reaksi di atas, besi (Fe) teroksidasi menjadi Fe 2+, sedangkan
H2O tereduksi menjadi H2 dan ion OH- . Ion Fe2+ pada praktikum dapat diamati dengan
perubahan warna larutan dari bening menjadi kuning. Selain itu, terlihat adanya endapan
yang berwarna kuning yang disebabkan bereaksinya ion Fe 2+ dan OH- menghasilkan
endapan Fe(OH)2 yang berwarna kuning yang selanjutnya membentuk endapan karat
Fe2O3. xH2O sesuai persamaan reaksi :
Fe2+ + 2OH-

Fe(OH)2

Fe(OH)2 + H2O

Fe2O3.x H2O (karat besi yang berwarna kecoklatan)

Sementara itu, untuk logam besi (Fe) yang dimasukkan dalam larutan NaCl+ K2Cr2O7,
memiliki laju korosi yaitu sebesar 88,4 mdd.

Cr2O72- mempasivasi logam dengan

peningkatan reaksi katodik dari Cr2O72- menjadi Cr2O3 dan menghasilkan lapisan pasif
Cr2O3 . Mekanisme pembentukan lapisan tipis dari inhibitor kromat pada anoda adalah
sebagai berikut:
Anoda

: 2Fe + 2H2O

Katoda

: 2CrO4- + 10 H+ + 6e
2Fe + 2CrO4- + 2H+

Fe2O3 + 6H+ + 6e
Cr2O3 + 5H2O
Fe2O3 + Cr2O3 + 3H2O

Berdasarkan persamaan reaksi di atas terbentuk Fe2O3 dan Cr2O3 berupa endapan.
Endapan ini bertindak sebagai lapisan tipis/lapisan pasif yang melindungi permukaan
logam dari serangan zat-zat agresif penyebab korosi.
Pada logam besi yang dimasukkan dalam larutan NaCl+CaO, laju korosinya paling
rendah adalah 71,76 mdd. Mekanisme kerja inhibitor CaO adalah sebagai berikut:

CaO + H2O
Ca(OH)2 + H2O + CO2

Ca(OH)2
Ca(HCO3)2 + 2H2O

Meskipun terjadi pembentukan Ca(OH)2 yang dapat menghambat laju korosi, tetapi
pada kondisi tanpa aerasi inhibitor CaO kurang optimal sehingga laju korosinya hampir
sama dengan laju korosi logam Fe pada larutan NaCl+kromat. Hal ini terjadi karena
konsentrasi CO2 yang terdapat pada lingkungan tersebut. CO2 dalam larutan menyebabkan
korosi sehingga diubah menjadi garam bikarbonat yang tidak agresif.
Pada logam Fe yang dimasukkan dalam larutan NaCl+Borax, laju korosinya sama
dengan laju korosi pada larutan NaCl yaitu 125 mdd. Borax ini termasuk inhibitor anodik
non oksidator sehingga suatu anion berpindah ke permukaan anodik dan membantu proses
pasivasi yang akan menghambat reaksi oksidasi.
Dengan demikian, pada kondisi lingkungan tanpa aerasi, inhibitor terbaik yang
digunakan pada praktikum berturut-turut adalah CaO, kromat dan borax. Hal ini sesuai
dengan teori karena borax tidak memiliki pengaruh terhadap laju korosi sehingga laju
korosi yang dihambat oleh borax sangat kecil bahkan hampir tidak ada.
2) Kondisi Lingkungan dengan Aerasi
Pada lingkungan dengan aerasi hasil yang diperoleh adalah untuk logam besi (Fe)
yang dimasukkan dalam NaCl, laju korosinya paling besar yaitu 174,85 mdd. Hal ini
karena efek aerasi yang akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut yang
menyebabkan meningkatnya laju korosi. Untuk logam besi (Fe) yang dimasukkan dalam
larutan NaCl + Borax, laju korosinya paling kecil yaitu 2,99 mdd. Borax termasuk
inhibitor anodik non-oksidator sehingga efektif dalam kondisi aerasi karena inhibitor jenis
ini membutuhkan oksigen untuk mengoksidasi logam membentuk lapisan pasif. Hal ini
dibuktikan dengan penurunan laju korosi yang sangat besar dari kondisi elektrolit larutan
NaCl. Pada inhibitor CaO, laju korosinya terendah setelah borax yaitu 108,86 mdd karena
inhibitor CaO bekerja optimum ketika konsentrasi CO2 menurun yang disebabkan adanya
aerasi. Pada inhibitor K2Cr2O7, laju korosi terbesar setelah larutan NaCl tanpa inhibitor
yaitu sebesar 132,58 mdd. Kromat ini (termasuk inhibitor anodic oksidator) efektif pada
kondisi lingkungan tanpa aerasi karena inhibitor ini mengoksidasi logam secara langsung
untuk mendapatkan lapisan aktif.

Pembahasan oleh Nadya Rimadanti (141411020)

Inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke dalam suatu
lingkungan dapat menurunkan laju serangan korosi terhadap suatu logam dengan kadar
sangat kecil. Inhibitor berfungsi untuk memperlambat reaksi korosi yang bekerja dengan
cara membentuk lapisan pelindung pada permukaan logam. Pada praktikum ini, logam
besi dimasukkan dalam larutan NaCl 3.56% selama 7 hari. Larutan NaCl merupakan
lingkungan yang menyebabkan terjadinya korosi pada logam besi tersebut. Sementara itu,
inhibitor yang digunakan pada praktikum adalah K2Cr2O7, borax dan CaO.

Dilihat

berdasarkan jenisnya, K2Cr2O7 merupakan jenis inhibitor anodic oksidator, borax


merupakan jenis inhibitor anodik non oksidator dan CaO termasuk jenis inhibitor katodik.
Perlakuan dilakukan dengan aerasi dan tanpa aerasi.
Mekanisme korosi yang terjadi di larutan NaCl adalah sebagai berikut :
NaCl(aq)

Na+(aq) + Cl-(aq)

Ion klorida (Cl-) yang ada dalam larutan garam tersebut merupakan jenis ion yang
bersifat agresif menyerang permukaan logam sehingga terjadi proses korosi (terjadi
reaksi oksidasi-reduksi) pada daerah anoda dan daerah katoda sesuai reaksi berikut:
Anoda

: Fe

Fe2+ + 2e

Katoda

: 2H2O + 2e

H2 + 2OH-

Fe + 2H2O

Fe(OH)2 + H2

Kemudian membentuk endapan berupa karat, reaksinya adalah:


Fe(OH)2 (aq) + H2O = Fe2O3.xH2O
Fe2O3.xH20 merupakan karat yang dihasilkan besi yang berwarna merah kecoklatan, dan
apabila terlarut dalam air akan menghasilkan warna coklat. Pada baja pun terdapat
produk korosi berupa endapan bewarna hitam. Logam yang digunakan pada praktikum
yaitu campuran besi dengan karbon sehingga karbon yang terkorosi menjadi endapan
bewarna hitam.
1) Kondisi Lingkungan dengan Aerasi
Pada lingkungan ini, laju korosi dengan nilai tertinggi pada larutan NaCl tanpa
inhibitor yaitu sebesar 174,85 mdd. Kemudian laju korosi yang memiliki nilai terbesar
setelahnya adalah pada larutan NaCl + K2Cr2O7 yaitu sebesar 132,58 mdd. Menurut
literatur, dengan inhibitor K2Cr2O7 ini seharusnya memiliki laju korosi yang rendah. Hal
ini dikarenakan senyawa kromat yang ada akan mempasivasi logam besi, sehingga
menghasilkan lapisan pasif dan memproteksi logam tersebut. Fenomena tersebut
diprediksi terjadi karena kondisi yang diberikan yaitu dengan aerasi, oleh karena itu udara

terakumulasi ke dalam larutan dan mengoksidasi besi di dalamnya. Berikut persamaan


reaksi pembentukan lapisan tipis oleh inhibitor kromat:
Anoda

: 2Fe + 2H2O

Katoda

: 2CrO4- + 10 H+ + 6e
2Fe + 2CrO4- + 2H+

Fe2O3 + 6H+ + 6e
Cr2O3 + 5H2O
Fe2O3 + Cr2O3 + 3H2O

Endapan Fe2O3 dan Cr2O3 akan bertindak sebagai lapisan pasif atau lapisan pelindung
yang akan menghambat laju korosi. Sedangkan pada logam besi yang dimasukkan
kedalam larutan NaCl + CaO memiliki laju korosi sebesar 108,86 mdd. Dengan laju korosi
yang besar dapat dikatakan bahwa inhibitor CaO ini tidak cukup baik bekerja dalam
kondisi teraerasi untuk menghambat laju korosi logam besi. Kemudian pada larutan NaCl
+ Borax memiliki laju korosi sebesar 2,99 mdd. Borax ini termasuk inhibitor anodik non
oksidator sehingga suatu anion berpindah kepermukaan anodik dan membantu proses
pasivasi yang akan menghambat reaksi oksidas, memilik laju korosi terendah, dari data
tersebut dapat dikatakan bahwa inhibitor borax bekerja dengan baik untuk menghambat
laju korosi logam dalam keadaan teraerasi.
Berdasarkan hasil analisa diatas, pada lingkungan tanpa aerasi ini dapat digunakan
inhibitor terbaik berupa borax, CaO, dan kromat. Hal ini sesuai dengan teori karena borax
memiliki pengaruh yang cukup dominan terhadap laju korosi sehingga kinerja borax
dalam menghambat laju korosi ini cukup tinggi.
2) Kondisi Lingkungan tanpa Aerasi
Pada lingkungan tanpa aerasi, logam besi yang dimasukkan dalam larutan NaCl
memiliki laju korosi yang paling tinggi yaitu 236,6 mdd. Hal ini terjadi karena pada
kondisi ini tidak ditambahkan inhibitor korosi. Sementara itu, untuk logam besi (Fe) yang
dimasukkan dalam larutan NaCl+K2Cr2O7, memiliki laju korosi yang paling besar ketiga
setelah larutan NaCl tanpa inhibitor dan NaCl+Borax yaitu sebesar 88,4 mdd. Berdasarkan
teori, seharusnya kromat memiliki laju korosi paling rendah karena Cr2O72- mempasivasi
logam dengan peningkatan reaksi katodik dari Cr 2O72- menjadi Cr2O3 dan menghasilkan
lapisan pasif Cr2O3 . Hal ini dapat diprediksi karena masuknya udara ke dalam gelas kimia
dengan kata lain gelas tersebut tidak tertutup rapat oleh alumunium foil, sehingga larutan
dapat teroksidasi. Mekanisme pembentukan lapisan tipis dari inhibitor kromat pada anoda
adalah sebagai berikut:
Anoda

: 2Fe + 2H2O

Katoda

: 2CrO4- + 10 H+ + 6e
2Fe + 2CrO4- + 2H+

Fe2O3 + 6H+ + 6e
Cr2O3 + 5H2O
Fe2O3 + Cr2O3 + 3H2O

Berdasarkan persamaan reaksi di atas terbentuk Fe2O3 dan Cr2O3 berupa endapan. Endapan
ini bertindak sebagai lapisan tipis/lapisan pasif yang melindungi permukaan logam dari
serangan zat-zat agresif penyebab korosi.
Sementara itu logam besi yang dimasukkan dalam larutan NaCl+CaO, memiliki laju
korosi yang paling rendah yaitu 71,76 mdd. Mekanisme kerja inhibitor CaO adalah
sebagai berikut:
CaO + H2O
Ca(OH)2 + H2O + CO2

Ca(OH)2
Ca(HCO3)2 + 2H2O

Inhibitor CaO dapat menghambat laju korosi karena memiliki laju korosi terendah setelah
K2Cr2O7. Sedangkan pada logam Fe yang dimasukkan dalam larutan NaCl+Borax, laju
korosinya yaitu 125 mdd. Borax ini termasuk inhibitor anodik non oksidator sehingga
suatu anion berpindah kepermukaan anodic dan membantu proses pasivasi yang akan
menghambat reaksi oksidasi. Borax ini memiliki laju korosi terbesar kedua, tidak sesuai
dengan literatur bahwa logam yang dimasukan ke dalam larutan NaCl yang ditambahkan
inhibitor borax memiliki pengaruh untuk menghambat laju korosi terbesar.
Dengan demikian, pada kondisi lingkungan tanpa aerasi, inhibitor terbaik yang
digunakan pada praktikum berturut-turut adalah CaO, kromat dan borax.

Pembahasan oleh Novita Deni (141411021)


Praktikum yang dilakukan adalah perlindungan logam besi dari korosi dengan

menggunakan inhibitor korosi. Inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila
ditambahkan ke dalam suatu lingkungan dapat menurunkan laju serangan korosi terhadap
suatu logam dengan kadar sangat kecil (ukuran ppm) (POLSRI, 2016) . Inhibitor ini
berfungsi untuk memperlambat reaksi korosi yang bekerja dengan cara membentuk
lapisan pelindung pada permukaan logam.
Pada praktikum ini, logam besi dimasukkan dalam larutan NaCl 3.56% selama 7 hari.
Larutan NaCl merupakan lingkungan yang menyebabkan terjadinya korosi pada logam
besi tersebut. Sementara itu, inhibitor yang digunakan pada praktikum adalah K2Cr2O7,
borax dan CaO. Berdasarkan jenisnya, K2Cr2O7 merupakan jenis inhibitor anodik
oksidator, borax merupakan jenis inhibitor anodik non oksidator dan CaO termasuk jenis
inhibitor katodik yang dilakukan dengan perlakuan aerasi dan tanpa aerasi.
3) Kondisi Lingkungan tanpa Aerasi

Pada lingkungan tanpa aerasi, logam besi yang dimasukkan dalam larutan NaCl
memiliki laju korosi yang paling tinggi yaitu 236,67 mdd. Hal ini terjadi karena pada
kondisi ini tidak ditambahkan inhibitor korosi. Pada mekanisme korosi logam baja dalam
larutan NaCl, NaCl dalam larutan terurai menjadi ion-ionnya sesuai dengan reaksi:
Na+(aq) + Cl-(aq)

NaCl(aq)

Ion klorida (Cl-) yang ada dalam larutan garam tersebut merupakan jenis ion yang
bersifat agresif menyerang permukaan logam sehingga terjadi proses korosi (terjadi reaksi
oksidasi-reduksi) pada daerah anoda dan daerah katoda sesuai reaksi berikut:
Anoda

: Fe

Fe2+ + 2e

Katoda

: 2H2O + 2e

H2 + 2OH-

Fe + 2H2O

Fe(OH)2 + H2

Berdasarkan persamaan reaksi di atas, besi (Fe) teroksidasi menjadi Fe 2+, sedangkan H2O
tereduksi menjadi H2 dan ion OH- . Ion Fe2+ pada praktikum dapat diamati dengan
perubahan warna larutan dari bening menjadi kuning. Selain itu, terlihat adanya endapan
yang berwarna kuning yang disebabkan bereaksinya ion Fe 2+ dan OH- menghasilkan
endapan Fe(OH)2 yang berwarna kuning yang selanjutnya membentuk endapan karat
Fe2O3. xH2O sesuai persamaan reaksi :
Fe2+ + 2OH-

Fe(OH)2

Fe(OH)2 + H2O

Fe2O3.x H2O (karat besi yang berwarna kecoklatan)

Sementara itu, untuk logam besi (Fe) yang dimasukkan dalam larutan NaCl+ K2Cr2O7,
memiliki laju korosi sebesar 88,4 mdd dengan efisiensi inhibitor sebesar 62,6%. Cr2O72mempasivasi logam dengan peningkatan reaksi katodik dari Cr2O72- menjadi Cr2O3 dan
menghasilkan lapisan pasif Cr2O3 . Mekanisme pembentukan lapisan tipis dari inhibitor
kromat pada anoda adalah sebagai berikut:
Anoda
Katoda

Fe2O3 + 6H+ + 6e

: 2Fe + 2H2O
: 2CrO72- + 10 H+ + 6e
2Fe + 2CrO72- + 2H+

Cr2O3 + 5H2O
Fe2O3 + Cr2O3 + 3H2O

Berdasarkan persamaan reaksi di atas terbentuk Fe 2O3 dan Cr2O3 berupa endapan. Endapan
ini bertindak sebagai lapisan tipis/lapisan pasif yang melindungi permukaan logam dari
serangan zat-zat agresif penyebab korosi.
Pada logam besi yang dimasukkan dalam larutan NaCl+CaO, laju korosi yang
didapatkan paling rendah yaitu sebesar 71,76 mdd dengan efisiensi yang paling tinggi
yaitu sebesar 69,6%. Mekanisme kerja inhibitor CaO adalah sebagai berikut:
CaO + H2O

Ca(OH)2

Ca(OH)2 + H2O + CO2

Ca(HCO3)2 + 2H2O

Berdasarkan persamaan reaksi diatas terjadi pembentukan Ca(OH)2 yang dapat


menghambat laju korosi. Inhibitor CaO pada lingkungan tanpa aerasi paling optimal
karena laju korosinya paling rendah diantara Cr, CaO dan Borax.
Pada logam Fe yang dimasukkan dalam larutan NaCl+Borax, laju korosi yang
didapatkan yaitu sebesar 125 mdd dengan efisiensi sebesar 47,2%. Borax ini termasuk
inhibitor anodik non oksidator sehingga suatu anion berpindah ke permukaan anodik dan
membantu proses pasivasi yang akan menghambat reaksi oksidasi.
Dengan demikian, pada kondisi lingkungan tanpa aerasi, inhibitor terbaik yang
digunakan pada praktikum berturut-turut adalah CaO, kromat dan. Borax.
4) Kondisi Lingkungan dengan Aerasi
Pada kondisi lingkungan dengan aerasi, hasil yang diperoleh adalah laju reaksi
meningkat pada semua logam. Untuk logam besi (Fe) yang dimasukkan dalam NaCl, laju
reaksinya paling tinggi yaitu sebesar 174,85 mdd. Hal ini karena efek aerasi yang akan
meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut yang menyebabkan meningkatnya laju reaksi.
Pada Logam Fe dengan lingkungan elektrolit NaCl terjadi perubahan larutan dari warna
bening menjadi keruh dan terdapat endapan coklat. Dipermukaan logam terdapat lapisan
dan coklat yang merupakan karat.
Pada logam besi (Fe) yang dimasukkan dalam larutan NaCl + Kromat, laju korosinya
paling tinggi yaitu 132,58 mdd dengan efisiensi inhibitor sebesar 24,17%. Hal ini
berdasarkan teori yang menyatakan bahwa kromat ini (termasuk inhibitor anodik
oksidator) efektif pada kondisi lingkungan tanpa aerasi karena inhibitor ini mengoksidasi
logam secara langsung untuk mendapatkan lapisan aktif. Pada Logam Fe dengan
lingkungan elektrolit NaCl+K2Cr2O7 terjadi perubahan larutan dari warna orang menjadi

kuning keruh dan pada logam terdapat sedikit endapan coklat. Permukaan logam terjadi
perubahan warna menadi kecoklatan menandakan terjadi proses korosi
Pada logam besi (Fe) yang dimasukkan dalam larutan NaCl + CaO, laju korosinya
paling tinggi yaitu 108,86 mdd dengan efisiensi inhibitor sebesar 37,74%. Pada inhibitor
CaO, seharusnya adanya proses aerasi dapat menurunkan laju korosi karena inhibitor CaO
bekerja optimum ketika konsentrasi CO2 menurun yang disebabkan adanya aerasi. Namun
yang terjadi adalah peningkatan laju korosi. Hal ini disebabkan karena pada saat perlakuan
tanpa aerasi penutup yang digunakan kurang rapat sehingga oksigen masuk. Pada Logam
Fe dengan lingkungan elektrolit NaCl+CaO terjadi perubahan larutan dari warna bening
menjadi keruh dan terdapat endapan coklat. Pada logam terdapat lapisan coklat dan
berwarna kehitaman
Pada logam besi (Fe) yang dimasukkan dalam larutan NaCl + Borax, laju korosinya
paling rendah yaitu 2,99 mdd dengan efisiensi inhibitor sebesar 98,3%. Borax termasuk
inhibitor anodik non-oksidator sehingga efektif dalam kondisi aerasi karena inhibitor jenis
ini membutuhkan oksigen untuk mengoksidasi logam membentuk lapisan pasif. Hal ini
dibuktikan dengan penurunan laju korosi yang sangat besar dari kondisi elektrolit larutan
NaCl. Pada Logam Fe dengan lingkungan elektrolit NaCl+Borax terjadi perubahan larutan
dari warna bening menjadi sedikit keruh kecoklatan dan di permukaan logam terjadi
korosi ditandai dengan bewarna kehitaman pada pemukaan logam.
Dengan demikian, pada kondisi lingkungan tanpa aerasi, inhibitor terbaik yang
digunakan pada praktikum berturut-turut adalah Borax, CaO dan kromat.

BAB V
KESIMPULAN

1) Pada proses korosi baja dalam larutan NaCl, baja akan mengalami oksidasi, sementara air
dalam larutan NaCl akan mengalami reduksi. Reaksinya :
Anoda

: Fe Fe2+ + 2e

Katoda

: 2 H2O + 2e H2 + 2OH-

2) Pada proses korosi tanpa aerasi, penambahan CaO, Cr, dan Borax pada larutan NaCl
semakin memperlambat laju korosi. Penurunan laju korosi paling besar terjadi setelah
penambahan CaO. Sedangkan, pada proses korosi dengan aerasi, penambahan Borax,
CaO, dan Cr pada larutan NaCl semakin memperlambat laju korosi. Penurunan laju
korosi paling besar terjadi setelah penambahan Borax.
3) Laju korosi logam pada masing-masing lingkungan elektrolit dapat dilihat pada tabel 4.3
dan 4.4
4) Efisiensi inhibitor dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4.

DAFTAR PUSTAKA
Alhakim, A., 2011, Pengaruh Inhibitor Korosi, Departemen Metalurgi dan Material, Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia, http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20295414-S1785Pengaruh%20inhibitor.pdf , [online] diakses pada tanggal 21 Desember 2016
ASTM, 2003, Metal Test Methods and Analitycal Procedurs, Anual Book of ASTM
Standard, sc.3 Vol 03.01,E647-00, pp.615-657, Bar Harbor Drive Weat
Conshohocken.
Febrianto, 2010, Analisis Laju Korosi dengan Penambahan Inhibitor, http://papers.sttnbatan.ac.id/prosiding/2010/75.pdf, [online] diakses pada tanggal 21 Desember
2016
Fontana, Mars.G., 1986, Corrosion Engineering, 3rd Edition. Houston : McGraw-Hill
Jones, D.A., 1992, Principles and Prevention of Corrosion, Maxwell Macmillan, Singapura.
POLSRI. 2016. BAB II. http://eprints.polsri.ac.id/2019/3/13%20BAB%20II.pdf. [online]
diakses pada 21 Desember 2016
Widharto. Sri., 1999, Karat dan Pencegahannya, Cet.1, Jakarta : Pradnya Paramitha

LAMPIRAN
Tabel L-01. Perhitungan Laju Korosi dan Efisiensi Inhibitor dengan Aerasi
Laju Korosi (a-b)/(A x t)
Logam 1A (NaCl ):
=

( 10388,510160,6 )
0.1862 x 7

= 174,85 mdd
Logam 3A(NaCl+K2Cr2O7) :
=

( 10317,110144,3 )
0.1862 x 7

= 132,58 mdd
Logam 1A (NaCl ):
(laju korosi tanpa inhibitor)

Logam 3A(NaCl+K2Cr2O7) :
E=

( 174,85132,58 ) mdd
x 100
174,5 mdd

E Kalium Dikromat = 24,17%

[t dalam 7 hari]
Logam 2A (NaCl + Borax) :
=

( 1006410060,1 )
0.1862 x 7

= 2,99 mdd
Logam 4A (NaCl + CaO):
=

( 10147,310005,4 )
0.1862 x 7

= 108,86 mdd
Efisiensi Inhibitor
Logam 2A (NaCl + Borax) :
E=

( 174,852,99 ) mdd
x 100
174,5 mdd

Eborax = 98,3%
Logam 4A (NaCl + CaO):
E=

( 174,85108,86 ) mdd
x 100
174,5 mdd

ECaO = 37,74 %

Tabel L-02. Perhitungan Laju Korosi dan Efisiensi Inhibitor tanpa Aerasi

Laju Korosi (a-b)/(A x t)


[t dalam 7 hari]

Logam 1B (NaCl ):

Logam 2B (NaCl + Borax) :

( 9802,39454,4 )
0.21 x 7

9875,29750,2
0.193 x 7

= 236,67 mdd

= 125 mdd

Logam 3B(NaCl+K2Cr2O7) :

Logam 4B (NaCl + CaO):

( 10378,510253,5 )
0.202 x 7

= 88,4

( 9624,69528,6 )
0.1911 x 7

= 71,76

Efisiensi Inhibitor
Logam 1B (NaCl ):

Logam 2B (NaCl + Borax) :

(laju korosi tanpa inhibitor)

E=

( 174,852,99 ) mdd
x 100
174,5 mdd

E= 47,2 %
Logam 3B(NaCl+K2Cr2O7) :
E=

236,6788,4
236,67

E=62,6 %

x 100%

Logam 4B (NaCl + CaO):


E=

236,6771,76
236,67

E = 69,6%

x 100%

Anda mungkin juga menyukai