Anda di halaman 1dari 8

Analisis Laju Korosi Dengan Penambahan Inhibitor Korosi

Berupa Caco3 Dan Tapioka Pada Logam Baja

Arif Tyan Prasetyawan, Risky Firdaus Riawanto, Azmi Uci P


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang.
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang, East Java, Indonesia 65144
Phone : +62 341 4641418-19 (Hunting)
Fax : +62 341 460782

ABSTRAK

Korosi merupakan reaksi kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan


sehari-hari. Pada suatu benda yang terbuat dari besi seperti baja terkadang lama
kelamaan timbul bercak-bercak coklat tua pada permukaannya. Bercak cokelat tua
tersebut, semakin lama akan semakin banyak sampai menutupi seluruh permukaan
besi. Bercak cokelat tua tersebut adalah karat atau korosi. Karat terbentuk karena
adanya suatu reaksi kimia besi dengan uap air di udara.
Fenomena alam dan material khususnya logam mempunyai suatu
keterikatan dalam suatu sistem dan proses. Hubungan tersebut diimplementasikan
dalam suatu proses kerusakan yang dinamakan korosi. Korosi adalah kerusakan
material khususnya logam secara umum akibat reaksi dengan lingkungan
sekitarnya. Korosi merupakan penurunaan kualitas yang disebabkan oleh reaksi
kimia bahan logam dengan unsur-unsur lain yang terdapat di alam.
Baja adalah suatu logam dengan bahan yang memiliki kesamaan yang besar
dengan besi, terdiri dari kandungan Ferrum (Fe) dalam bentuk hablur dan 1,6 % zat
arang (C), Baja dapat mengalami korosi jika permukaannya berhubungan langsung
dengan udara atau berada dalam lingkungan yang korosif. Korosif pada permukaan
baja dipengaruhi oleh kadar kelembaban udara di sekelilingnya.
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau
memperlambat suatu reaksi kimia. Sedangkan inhibitor korosi adalah suatu zat
kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan, guna menurunkan laju
korosi pada suatu logam.

Kata Kunci : Logam Baja, Korosi, kalsium karbonat, tapioca, Laju Reaksi
PENDAHULUAN
Korosi, pembusukan pada permukaan baja tidak akan
makanan, dan pembentukan lemak terjadi korosi, keadaan seperti ini
pada tanaman adalah merupakan terdapat pada lingkungan di dalam
reaksi kimia yang sering dijumpai bangunan gedung.
dalam kehidupan sehari-hari. Pada Jika kelengasan tinggi, atau besar
suatu benda yang terbuat dari besi oksigen dari udara akan bereaksi
seperti baja terkadang lama kelamaan dengan besi dan membentuk karat
timbul bercak-bercak coklat tua pada atau korosi :
permukaannya. Bercak cokelat tua 4 Fe + 3 O2 + 2 H2 = 2FeO3H2O
tersebut, semakin lama akan semakin Dari kajian pakar-pakar material
banyak sampai menutupi seluruh sebelumnya terindikasi laju korosi
permukaan besi. Bercak cokelat tua ratarata pada komponen baja yang
tersebut adalah karat atau korosi. ada pada lingkungan laut, laju
Karat terbentuk karena adanya suatu korosinya sebesar 0,15 mm pertahun.
reaksi kimia besi dengan uap air di Oleh karena itu, suatu elemen baja
udara. dua sisi yang tanpa perlindungan,
Baja merupakan suatu bahan akan terserang karat sebanyak 2 mm
dengan keserba samaan yang besar, dalam waktu sepuluh tahun.
terdiri dari kandungan Ferrum (Fe) Jika elemen baja tebalnya 10 mm,
dalam bentuk hablur dan 1,6 % zat maka tebalnya akan berkurang 40%
arang (C), Zat arang diperoleh dengan dalam jangka waktu dua puluh tahun,
jalan membersihkan bahan pada sehingga keamanan bangunan
temperatur yang sangat tinggi tersebut jelas tidak terjamin. Agar
(dilebur). Sifatsifat baja tergantung bangunan baja dapat berumur
kepada kadar zat arang, semakin panjang, maka diperlukan cara
tinggi kadar zat arangnya (C), perlindungan yang tepat terhadap
semakin tinggi tegangan patahnya. korosi. Bangunan baja yang
Baja mengalami korosi jika umumnya mendapat lindungan secara
permukaannya berhubungan khusus, antara lain: Rangka atap baja,
langsung dengan udara atau berada tiang pancang baja, jembatan baja,
dalam lingkungan yang korosif. pipa baja di dalam tanah, platform
Korosif pada permukaan baja pemboran minyak, kapal laut, dinding
dipengaruhi oleh kadar kelembaban (baja) pemecah gelombang, dinding
udara di sekelilingnya. Jika baja penahan tanah dan lainlain.
kelembaban udara kurang dari 70 %
KAJIAN PUSTAKA Korosi yang menyerang pada batas
Korosi di definisikan sebagai butir akibat adanya segregasi dari
penurunan mutu logam akibat reaksi unsur pasif seperti krom meninggalkan
elektrokimia dengan lingkungannya batas butir sehingga pada batas butir
(Trethewey, 1991). Secara umum, tipe bersifat anodic.
dari korosi dapat diklasifikasikan 8. Dealloying
sebagai berikut : Dealloying adalah lepasnya unsur-
1. Korosi Seragam ( Uniform unsur paduan yang lebih aktif (anodik)
Corrosion ) dari logam paduan
Korosi seragam merupakan korosi 9. Korosi Erosi
dengan serangan merata pada seluruh Korosi erosi adalah naiknya korosi
permukaan logam. Korosi terjadi pada dikarenakan benturan secara fisik pada
permukaan logam yang terekspos pada permukaan oleh partikel yang terbawa
lingkungan korosif. fluida..
2. Korosi Galvanik 10. Korosi Aliran (Flow induced
Korosi galvanik terjadi jika dua logam Corrosion)
berbeda tersambung melalui elektrolit Korosi aliran adalah peningkatan laju
sehingga satu dari logam tersebut akan korosi yang disebabkan oleh
terserang korosi sedang lainnya turbulensi fluida dan perpindahan
terlindungi dari korosi. massa akibat dari aliran fluida diatas
3. Korosi Celah permukaan logam.
Mirip dengan korosi galvanik, dengan
pengecualian pada perbedaan Laju Korosi
konsentrasi media korosifnya. Untuk menghitung laju korosi,
4. Korosi Sumuran terdapat dua metode yang dapat
Korosi sumuran terjadi karena adanya digunakan antara lain metode
serangan korosi lokal pada permukaan kehilangan berat atau weight gain loss
logam sehingga membentuk cekungan (WGL) dan metode elektrokimia. Laju
atau lubang pada permukaan logam. korosi dihitung menggunakan
5. Retak Pengaruh Lingkungan percobaan korosi dalam kurun waktu
(environmentally induced cracking ) tertentu dimana diketahui perubahan
Merupakan patah getas dari logam berat suatu material akibat korosi,
paduan ulet yang beroperasi di kemudian dihitung dengan metode
lingkungan yang menyebabkan kehilangan berat atau weight gain loss
terjadinya korosi seragam. (WGL):
6. Kerusakan Akibat Hidrogen
(Hidrogen damage )
Kerusakan ini disebabkan karena
serangan hydrogen yaitu reaksi antara
hydrogen dengan karbida pada baja
7. Korosi Batas Butir ( intergranular
corrosion )
Keterangan: molekul inhibitor yang teradsorpsi
R = Laju korosi (mm/year) pada permukaan.
D = Density (gr/cm3)
METODOLOGI PENELITIAN
W = Berat yang hilang (gram)
Alat dan bahan yang digunakan dalam
T = Waktu (jam) penelitian ini disajikan pada tabel
A = Luas permukaan (cm2) berikut:
K = Konstanta (8,76 x 104)
Tabel 1.
Alat dan bahan pada penelitian.
1. Inhibitor Korosi
N0 Alat/Bahan KEgunaan
1 Pelat baja 6 mm, Uji spesimen
Inhibitor Korosi panjang 40 mm,
Beberapa cara yang dapat dan lebar 20mm.
memperlambat laju reaksi korosi
2 Kikir Menghaluskan
antara lain dengan cara pelapisan
permukaan
permukaan logam agar terpisah dari specimen potongan
medium korosif, membuat paduan 3 Amplas Menghaluskan
logam yang cocok sehingga tahan permukaan
korosi, dan dengan penambahan zat specimen pengikiran
tertentu yang berfungsi sebagai 4 Kalsium karbonat Inhibitor
5 Tepung tapioka Inhibitor
inhibitor reaksi korosi (Hadi, 1983).
6 Timbangan Menimbang inhibitor
Secara umum inhibitor korosi digital
di bagi atas 7 Alat tulis Mencatat hasil
beberapa katagori yakni; penelitian
1. Inhibitor korosi katodik
2. Inhibitor korosi anodik Prosedur Pengujian
3. Inhibitor korosi organik Spesimen yang digunakan
4. Inhibitor korosi adsorpsi pada penelitian ini adalah baja jenis
hot rolled plate (baja hitam)
1. Inhibitor Korosi Katodik spesifikasi Klasifikasi Indonesia
Inhibitor katodik menurunkan laju Grade A sebanyak 21 buah ketebalan
korosi dengan 6 mm, panjang 40 mm, dan lebar 20
cara memperlambat reaksi katodik[7]. mm. Adapun kondisi pengujian dan
Inhibitor data yang diperlukan untuk
2. Inhibitor Korosi Anodik Inhibitor perhitungan laju korosi yaitu sebagai
anodik menurunkan laju korosi dengan berikut :
cara memperlambat reaksi anodik. Suhu : 25-30C
3. Inhibitor Korosi Organik Larutan perendam : Air laut
Inhibitor organik sering dipakai untuk pH air laut : 6,94
cooling tower, pendingin/pemanas. Salinitas air laut : 28,0 ppt
Inhibitor korosi organik paling umum Inhibitor : Kalsium karbonat dan
digunakan di oil tapioka
4. Inhibitor Korosi Adsorpsi Dosis inhibitor : 0 ppm, 1.000 ppm,
Inhibitor korosi adsorpsi menurunkan 2.000 ppm dan 3.000 ppm
laju korosi disebabkan polarisasi Waktu perendaman : 30 x 24 jam
logam dengan lapisan tipis dari
Media perendaman spesimen yaitu air PEMBAHASAN
laut dengan nilai pH 6,94 dan salinitas Perhitungan Laju korosi
28,0 ppt. Larutan uji yang digunakan a) Specimen pada media tanpa
yaitu sebanyak 7 variasi, dan di penambahan inhibitor:
lakukan masing-masing 3 kali Specimen 1
pengulangan. Adapun variasi dosis w = 0,2106 gram
inhibitor yang digunakan yaitu 0 ppm, A = 23,2 cm
1.000 ppm, 2.000 ppm dan 3.000 ppm. T = 720 jam
D= 7,86 gr/cm3
Langkah-langkah yang 8,76 . 104
Laju Korosi (r) =
dilakukan untuk mendapatkan nilai ..
8,76.104 0,2106
laju korosi yaitu sebagai berikut: = 23,2 720 7,86
1. Menentukan luas permukaan = 0,1405 mm/year
spesimen (A). Specimen 2
2. Menimbang berat awal spesimen w = 0,2515 gram
menggunakan timbangan A = 23,2 cm
digital/elektrik ketelitian 0,0001 gr. T = 720 jam
3. Spesimen direndam dalam larutan D= 7,86 gr/cm3
yang telah disediakan selama 30 x 24 8,76 . 104
Laju Korosi (r) =
jam. Spesimen diikat dengan benang ..
8,76.104 0,2515
untuk memudahkan dalam proses = 23,2 720 7,86
peletakan spesimen dan pengangkatan = 0,1678 mm/year
pada saat direndam. Specimen 3
4. Setelah spesimen direndam dan w = 0,2549 gram
mengalami proses pengkorosian A = 23,2 cm
selanjutnya spesimen diangkat dari T = 720 jam
wadah kemudian dibersihkan dan D= 7,86 gr/cm3
dilakukan penimbangan untuk
mengetahui berat akhir spesimen. 8,76 . 104
Laju Korosi (r) =
5. Setelah diketahui berat akhir ..
8,76.104 0,2549
spesimen maka akan diketahui selisih = 23,2 720 7,86
berat yang selanjutnya akan digunakan
= 0,1701 mm/year
untuk menghitung laju korosi.
Hasil perhitungan laju korosi
6. Menghitung laju korosi spesimen yang direndam pada media
menggunakan metode pengurangan air laut tanpa penambahan inhibitor
berat atau weight gain loss (WGL). atau inhibitor 0 ppm dapat dilihat
7. Membandingkan keefektifan pada tabel 2 sebagai berikut:
inhibitor yang digunakan sebagai
bahan pertimbangan menghambat laju Tabel 2.
korosi pada pelat baja tangki ballast air Laju korosi spesimen pada media air laut
laut kapal. tanpa penambahan inhibitor.
No Laju korosi Rata-rata laju korosi
(mm/year) (mm/year)
1 0,1405
2 0,1678 0,1595
3 0,1701
b) Spesimen pada media air laut Tabel 4.
dengan penambahan inhibitor Laju korosi spesimen pada media air laut
kalsium karbonat. dengan penambahan inhibitor tapioka.

Dosis Nomor Laju Rata-Rata


Laju korosi spesimen pada
Inhibitor Spesimen Korosi Laju
media air laut dengan penambahan (ppm) (mm/year) Korosi
inhibitor kalsium karbonat dapat (mm/year)
dilihat pada tabel berikut:
13 0,0875
Tabel 3. 1.000 14 0,0807 0,0849
Laju korosi spesimen pada media air 15 0,0865
laut dengan penambahan inhibitor 16 0,0723
kalsium karbonat. 2.000 17 0,0729 0,0741
18 0,0773
19 0,0695
Laju
3.000 20 0,0695 0,0682
Dosis No Korosi Rata-Rata
Spesimen (mm/year) Laju 21 0,0656
Inhibitor
(ppm) Korosi
(mm/year) Perbandingan Efektifitas Inhibitor
4 0,1334 Kalsium Karbonat dan Inhibitor
1.000 5 0,1358 0,1352 Tapioka
6 0,1364 Dari perhitungan laju korosi
7 0,1204 spesimen pada media air laut tanpa
2.000 8 0,1198 0,1208 penambahan inhibitor (0 ppm)
9 0,1222 didapatkan rata-rata laju korosi yaitu
10 0,1168 0,159 mm/year. Sedangkan
3.000 11 0,1152 0,1111 Perbandingan laju korosi spesimen
12 0,1015 dengan penambahan inhibitor kalsium
karbonat dan tapioka untuk variasi
Spesimen pada Media Air Laut dosis 1.000 ppm, 2.000 ppm, dan
dengan Penambahan Inhibitor 3.000 ppm dapat dilihat pada tabel 5
Tapioka berikut:
Laju korosi spesimen pada media air laut
dengan penambahan inhibitor tapioka Tabel 5.
dapat dilihat pada tabel berikut: Perbandingan laju korosi spesimen
dengan penambahan inhibitor kalsium
karbonat dan tapioka pada setiap
variasi dosis.

Rata-rata Rata-rata
Dosis laju korosi laju korosi
Caco3 Tapioka
(mm/year) (mm/year)
1.000 0,1352 0,0849
2.000 0,1208 0,0741
3.000 0,1111 0,0682
Laju korosi terkecil spesimen pada
Dari hasil perhitungan laju media air laut dengan menambahkan
korosi terdapat perbandingan dalam inhibitor tapioka yaitu pada dosis
menghambat laju korosi antara 3.000 ppm, laju korosi yang
inhibitor kalsium karbonat dan tapioka didapatkan yaitu sebesar 0,0682
setiap variasi dosis. Perbandingan mm/year. Laju korosi pada dosis
tersebut dapat dilihat pada grafik 1.000 ppm yaitu 0,0849 mm/year dan
berikut: pada 2.000 ppm yaitu 0,0741
mm/year.
Semakin besar dosis inhibitor
semakin kecil laju korosi yang
terjadi.
Sebagai bahan pertimbangan dalam
menghambat laju korosi pada pelat
baja tangki ballast digunakan
penambahan inhibitor dengan nilai
laju korosi terkecil yaitu pada
Dari grafik menunjukkan inhibitor inhibitor tapioka pada dosis 3.000
tapioka lebih baik dalam menghambat ppm, untuk setiap 1 ton berat ballast
laju korosi dibandingkan inhibitor air laut diperlukan tapioka dengan
kalsium karbonat. Pada inhibitor massa 2,926 kg.
tapioka, penurunan laju korosi
Daftar Pustaka
dikarenakan inhibitor yang
Amsori M Dasi, Study Dampak
membentuk lapisan tipis pada
Korosi Terhadap Material Baja
permukaan spesimen. Penurunan ini A.P Potma, J.E. De Vries, 1994.
karena adanya adsorbsi jumlah dan Konstruksi Baja, Pradnya Paramita
wilayah dari inhibitor pada spesimen Jakarta.
meningkat dengan penambahan dosis Achmad Antono, 1986. Beton
inhibitor. Adsorbsi ini akan menjadi Bertulang, Andi Offset Yogyakarta.
pembatas yang memisahkan F. Hart, 1985. Multi Storey Buildings
permukaan spesimen dari media. in Steel, Collins & Co. Ltd & Grafton
St. London.
SIMPULAN Heriwarsianto, 2000. Karat. Media
Inhibitor tapioka lebih efektif dalam Komunikasi. Jakarta.
menghambat laju korosi Febrianto, Geni Rina Sunaryo Dan
dibandingkan inhibitor kalsium Sofia L. Butarbutar, Analisis Laju
Korosi Dengan Penambahan Inhibitor
karbonat.
Korosi Pada Pipa Sekunder Reaktor
Laju korosi terkecil spesimen pada Rsg-Gas
media air laut dengan menambahkan P. Yatiman, Penggunaan Inhibitor
inhibitor kalsium karbonat yaitu pada Organik Untuk Pengendalian Korosi
dosis 3.000 ppm, laju korosi yang Logam Dan Paduan Logam
didapatkan yaitu sebesar 0,1111 Asdim, (2007), Penghambatan Reaksi
mm/year. Pada dosis 1.000 ppm laju Korosi Baja dengan Menggunakan
korosi yang terjadi yaitu 0,1352 Ekstrak Kulit Buah Manggis
mm/year dan untuk dosis 2.000 ppm (Garcinia Mangostana L) sebagai
yaitu 0,1208 mm/year. Inhibitor dalam Larutan Garam,
Jurnal Gradien Vol.4 No.1 Januari
2008: 304-307, Jurusan Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Volume 4. Pusat Penelitian Kimia
Pengetahuan Alam, Universitas LIPI, Tanggerang.
Bengkulu, Bengkulu. Budi Utomo, Jenis Korosi Dan
Dalimunthe, Indra Surya, (2004), Penanggulangannya, Program
Kimia dari Inhibitor Korosi, Progran Diploma Iii Teknik Perkapalan
Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Universitas Sumatera Utara, Medan. Indra Surya Dalimunthe, Kimia Dari
Heri Sunaryo, (2008), Teknik Inhibitor Korosi, Progran Studi
Pengelasan Kapal Jilid 1, Direktorat Teknik Kimia Fakultas Teknik
Pembinaan Sekolah Menengah Universitas Sumatera Utara
Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta.
IGA Kade Suriadi dan IK Suarsana,
(2007), Prediksi Laju Korosi dengan
Perubahan Besar Derajat Deformasi
Plastis dan Media Pengkorosi pada
Material Baja Karbon, Jurnal Ilmiah
Teknik Mesin CAKRAM Vol. 1,
Desember 2007 (1-8). Jurusan Teknik
Mesin Universitas Udayana, Kampus
Jimbaran, Bali.
Martinez, S. dan Stern, I., (2001),
Inhibitory Mechanism of Low-
Carbon-Steel Corrosion by Mimosa
Tannin in Sulfuric Acid Solutions,
Journal of Applied Electrochemistry
31. Kluwer Academic Publisher :
Zagreb, Croatia.
Nurul Hidayat, Robbie Nur Rachman,
Naily Ulya, (2010), Pengaruh
Konsentrasi Asam Klorida terhadap
Laju Korosi Baja AISI 304 Dengan
Inhibitor Kalium Kromat 0,1%.
Program Studi Fisika Fakultas MIPA
Universitas Negeri Malang, Malang.
Zuas, Oman, (2003), Inhibisi Besi
dengan Inhibitor Natrium Nitrit
dalam Media Air Laut: pengaruh
Konsentrasi dan pH, Widyariset

Anda mungkin juga menyukai