Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Setelah melakukan praktikum, mahasiswa mampu:


a. Menghitung laju korosi dengan metoda kehilangan berat;
b. Menentukan pengaruh konsentrasi inhibitor terhadap laju korosi;
c. Menghitung efisiensi inhibisi korosi;
d. Menganalisis visual logam sebelum dan setelah terkorosi.

1.2 Keselamatan Kerja

a. Gunakan alat pelindung diri selama bekerja di laboratorium.


b. Indentifikasi bahaya yang mungkin timbul selama bekerja di laboratorium.
c. Dilarang menggunakan sandal dan sepatu hak tinggi selama bekerja di
laboratorium.
d. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia
e. cDilarang makan dan minum dalam laboratorium
f. Jagalah kebersihan meja praktikum
g. Buanglah sampah pada tempatnya

1.3 Dasar Teori


Korosi merupakan degradasi logam akibat interaksi dengan lingkungannya. Korosi dapat
terjadi secara alamiah yang tidak dapat dicegah namun dapat dikendalikan. Banyak
sekali masalah yang dapat ditimbulkan oleh proses korosi. Di antara masalah-masalah
tersebut adalah hancurnya peralatan karena lapuk oleh korosi sehingga tidak bisa dipakai
lagi sebagai bahan konstruksi, dan harus diganti dengan yang baru, pecahnya peralatan
bertekanan dan/atau bersuhu tinggi karena korosi, yang selain merusak alat juga
membahayakan keselamatan, patahnya peralatan yang berputar karena korosi, yang
merugikan dari segi materil dan mengancam keselamatan jiwa, bocornya peralatan,
seperti: tangki, pipa dan sebagainya,
sehingga tidak bisa berfungsi optimal. Peralatan yang bocor/rusak juga mengakibatkan
produk ataupun fluida kerja terkontaminasi oleh fluida atau bahan-bahan lain, maupun
oleh senyawa-senyawa hasil korosi.

1.3.1 Mekanisme Korosi

Korosi merupakan proses degradasi material akibat interaksi dengan lingkungannya.


Secara elektrokimia, korosi terjadi akibat interaksi komponen:

1. Adanya anoda dan katoda


2. Adanya lingkungan yang bersifat elektrolit
3. Adanya konduktor listrik

Proses korosi dimulai dengan pelarutan ion-ion logam (reaksi oksidasi) dalam
larutan elektrolit pada Anoda, ditinjau suatu logam saja, maka reaksinya adalah
sebagai berikut:

Fe Fe2+ + 2 e (1)

Elektron yang dilepaskan oleh logam akan ditangkap oleh katoda melalui reaksi
reduksi. Reaksi reduksi tergantung kondisi lingkungan, yang paling umum adalah
reduksi ion hidrogen dalam lingkungan asam. Untuk lingkungan air yang teraerasi,
maka reaksi reduksi yang terjadi adalah :

O2 + 2H2O + 4 e 4OH- (2)

Ion-ion negatif seperti ion hidroksil (OH-) yang dihasilkan pada katoda
berpindah ke anoda dalam sel korosi, sementara ion-ion yang bermuatan positif
bergerak ke permukaan katoda. Pergerakan ion-ion tersebut akan menyebabkan reaksi
pada anoda sebagai berikut:

Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2 (3)

Ferro hidroksida (Fe(OH)2) merupakan lapisan penahan difusi oksigen ke


permukaan besi, pH larutan Fe(OH)2 jenuh sekitar 9,5, sehingga permukaan besi yang
terkorosi dalam air yang teraerasi selalu dalam keadaan basa.

Pada permukaan bagian luar lapisan Fe(OH)2, oksigen terlarut mengkonversi


oksida Ferro oksida menjadi Ferri Hidroksida, dengan reaksi:

4Fe(OH)2 + 2H2O + O2 4Fe(OH)3 (4)


Ferri hidroksida berwarna oranye sampai merah kecoklatan yang merupakan
produk korosi dan besi.

1.3.2 Mekanisme Inhibitor

Pengendalian korosi dapat dilakukan dengan pemilihan material, mengurangi


interaksi logam dengan lingkungan dan pengendalian lingkungan itu sendiri. Metoda
pengendalian harus menjadi bagian dari konsep perancangan secara keseluruhan yang
harus dipantau terus menerus sepanjang struktur.

Pengendalian korosi dengan menggunakan inhibitor merupakan salah satu cara


yang efektif menghambat laju korosi karena murah dan sederhana. Inhibitor korosi
adalah zat yang ditambahkan dalam jumlah sedikit ke dalam suatu logam dan akan
mengurangi laju korosi. Pada umumnya inhibitor korosi merupakan senyawa organik
dan anorganik yang mengandung pasangan elektron bebas, seperti

nitrit, kromat, fosfat, urea, fenilalanin, dan amina yang berbahaya, tidak ramah
lingkungan, dan mahal. Maka diperlukan inhibitor korosi yang aman, murah,
biodegradable dan ramah lingkungan (Wahyuni & Ab, 2014). Kajian bahan alam
sebagai inhibitor korosi banyak dikaji oleh berbagai peneliti karena lebih ramah
lingkungan (Haryono et al., 2010).

Inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang ditambahkan dalam jumlah yang
sedikit baik secara kontinyu maupun periodik menurut suatu selang waktu tertentu.
kedalam lingkungan yang dapat menghambat atau memperlambat laju korosi logam.

Adapun mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut:


1. Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu lapisan tipis
dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini tidak dapat dilihat
oleh mata biasa, namun dapat menghambat penyerangan lingkungan terhadap
logamnya.
2. Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat
mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam serta
melidunginya terhadap korosi.
3. Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat kimia
yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi tersebut
membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam.
4. Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.

1.3.3 Pengukuran Laju Korosi dan efisiensi Inhibisi

Pengukuran Laju Korosi dilakukan dengan rumus :


534 W
r=
D At
Keterangan : r = laju korosi, mpy (mils per year = 1/1000 in) W =
kehilangan berat, (wo – w1), mg

D = densitas logam baja karbon, g/cm3 A


= luas permukaan, in2

t = waktu pemaparan, jam

Efisiensi Inhibisi dihitung dengan Persamaan :

laju korosi tanpa inhibitor−laju korosi dengan inhibitor


E= x 100%
laju korosi tanpa inhibitor
BAB II
METODE

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat :
a. Seperangkat alat uji korosi;
b. Mikrometer skrup;
c. Mesin polishing;
d. Timbangan analitik;
e. Pompa diffuser;
f. Penunjuk waktu

2.1.2 Bahan

a Plat baja karbon;


b. Kertas amplas 400, 600, 800, 1000, dan 1200 grit;

c. Inhibitor korosi;
d. Kawat penggantung;
e. Larutan korosif.

2.2 Prosedur Pratikum

a. Sampel baja karbon diamplas dengan kertas amplas mulai dari nomor 400, 600,
800, 1000, dan 1200 grit.
b. Masing-masing sampel diberikan label penomoran dan diukur panjang, lebar,
tebal dan diameter lubang.
c. Kemudian masing-masing sampel ditimbang berat awalnya (wo).
d. Diambil gambar sebagai kondisi awal setiap logam sebelum terkorosi.
e. Siapkan larutan korosif sebanyak 1000 mL dan masukkan masing-masing ke
dalam 5 wadah uji korosi.
f. Masukkan inhibitor korosi sesuai dengan tugas yang diberikan ke dalam wadah
uji korosi dan diaduk sampai rata.

Anda mungkin juga menyukai