Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

ACARA I

TERMOKIMIA

DISUSUN OLEH:

NAMA: VARADILA JULIANTI

NIM: 200109039

JURUSAN TADRIS KIMIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM (UIN)

MATARAM

2022
ACARA I
TERMOKIMIA
I. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Praktikum : 1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan
terhadap korosi.
2. untuk mengetahui factor-faktor penyebab
korosi
B. Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 27 september 2022
C. Tempat Praktikum : Laboratorium Terpadu UIN Mataram
II. LANDASAN TEORI
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi
redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam
bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Karat disebut sebagai
autokatalis karena karat yang terjadi pada logam akan mempercepat
proses pengaratan berikutnya. Contoh korosi yang paling lazim adalah
perkaratan besi.Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya
adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah
Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah. Korosi
merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari
besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
(Subardjo. 2021:13)
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak
logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan
lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah
kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.
Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk
senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah,
akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja
paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi
oksida). Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat
mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat
tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan
oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial
terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih
dari oksida. (Giyatmi. 2020: 101).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Halwan Jaya dkk
bahwa korosi mempunyai berbagai macam bentuk. Bentuk dari setiap
korosi mempunyai karakteristik dan juga mekanismenya yang
berbeda-beda. Jenis atau macam-macam korosi tersebut adalah
sebagai berikut : Korosi Merata, korosi merata merupakan bentuk
dari korosi yang biasanya terjadi. Korosi merata ditandai dengan
adanya reaksi kimia atau elektrokimia pada permukaan bereaksi.
Dampknya dapat terlihat misalnya logam menjadi tipis dan akhirnya
terjadi kegagalan pada logam tersebut. Korosi Galvanik, perbedaan
yang potensial dan sering terjadi diantara kedua logam yang berbeda,
pada saat keduanya di celupkan dari laturan korosif. Saat logam itu
berkontak, terjadi sesuatu perbedaan potensial yang dapat
menghasilkan aliran elektron. Elektron tersebut mengalir dari logam
yang kurang muliah (anodik) ke metal yang lebih mulia (katodik).
Korosi Celah, bentuk dari korosi yang ketika terdapat celah akibat
penggabungan atau suatu penyatuan dua logam yang sama
mempunyai kadar oksigen yang berbeda dengan bagian luarnya. Jenis
dari korosi tersebut pada umumnya disebabkan oleh lubang yang
kecil, dan celah-celah di bawah kepala baut dan pakunya keling.
Korosi Sumuran, korosi sumuran merupakan bentuk dari adanya
serangan korosi yang sangat lokal kemudian menyerang suatu daerah
tertentu yang mengakibatkan adanya lubang dalam logam. Korosi
sumuran adalah bentuk dari suatu korosi yang paling mudah merusak
dan juga berbahaya. Hal tersebut menyebabkan suatu peralatan dapat
gagal karena dengan terjadinya suatu penurunan massa yang sedikit
saja dapat mengakibatkan terjadinya suatu lubang, maka kegagalan
dapat juga terjadi dengan mudah. Terkadang sulit dalam mendeteksi
pit karena ukurannya yang kecil dan juga pada arena lubang-lubang
tersebut dapat tertutup oleh produksi korosi. Korosi Erosi, korosi
Erosi adalah suatu korosi yang terjadi karena tingkat percepatan
kerusakan atua serangan pada logam dari gerakan relatif antara cairan
korosif dan permukaan logam. Biasanya gerakan tersebut cukup cepat,
dan ikut serta dengan abrasi. Logam yang berada di permukaan
tersebut kemudian berubah ke ion terlarut atau bentuk produk korosi
yang padat. (Agus. 2019: 7)
Proses terjadinya korosi yaitu karat besi, Fe2O3∙nH2O yang
merupakan senyawa padatan yang berwarna coklat kemerahan,
terbentuk pada reaksi redoks yang berbeda dengan reaksi sebelumnya.
Ion-ion Fe2+ yang terbentuk pada daerah anode terdispersi dalam air
dan bereaksi dengan O2 membentuk Fe3+ dalam karat. Beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya korosi diantaranya : Konsentrasi H2O
dan O2, dalam kondisi kelembaban yang lebih tinggi, besi akan lebih
cepat berkarat. Selain itu, dalam air yang kadar oksigen terlarutnya
lebih tinggi, perkaratan juga akan lebih cepat. Hal ini sebagaimana air
dan oksigen masing-masing berperan sebagai medium terjadinya
korosi dan agen pengoksidasi besi. PH, pada suasana yang lebih asam,
pH < 7, reaksi korosi besi akan lebih cepat, sebagaimana reaksi
reduksi oksigen dalam suasana asam lebih spontan yang ditandai
dengan potensial reduksinya lebih besar dibanding dalam suasana
netral ataupun basa. Keberadaan elektrolit, keberadaan
elektrolit seperti garam NaCl pada medium korosi akan mempercepat
terjadinya korosi, sebagaimana ion-ion elektrolit membantu
menghantarkan elektron-elektron bebas yang terlepas dari reaksi
oksidasi di daerah anode kepada reaksi reduksi pada daerah katode.
Suhu, semakin tinggi suhu, semakin cepat korosi terjadi. Hal ini
sebagaimana laju reaksi kimia meningkat seiring bertambahnya suhu.
(Kusuma. 2018: 17)
Kerugian yang ditimbulkan oleh korosi diantaranya adalah:
adanya kerugian teknis dan depresiasi, bersifat racun, mudah larut dan
bercampur dengan bahan lainnya, menurunnya efisiensi, menurunnya
kekuatan konstruksi, apperance yang buruk, karat merupakan polusi
dan menambah biaya maintenance. Selain menimbulkan kerugian
korosi juga menguntungkan diantaranya adalah adanya pabrik cat
(coating), adanya pekerjaan cathodic protection. (Suharjo. 2018: 89)
III. ALAT DAN BAHAN PRKATIKUM
A. Eksperimen 1(penentuan konsentrasi CH3COOH sebelum adsorpsi)
1. Alat-alat praktikum
a. Erlenmeyer
b. Statif dan klem
c. Corong
d. Buret
e. Pipet tetes
2. Bahan-bahan Praktikum
a. CH3COOH 1M
b. CH3COOH 0,5 M
c. CH3COOH 0,25 M
d. Indikator PP
e. NaOH 1M
f. Tissue
g. Kertas label
B. Eksperimen II (penentuan konsentrasi CH3COOH setelah adsorpsi)
1. Alat-alat Praktikum
a. Erlenmeyer
b. Statif dan klem
c. Spatula
d. Corong
e. Buret
f. Pipet tetes
g. Neraca analitik
h. Bola hisab
i. Cawan petri
j. Stopwatch
k. Batang pengaduk
l. Labu ukur
2. Bahan-bahan praktikum
a. CH3COOH 1M
b. CH3COOH 0,5M
c. CH3COOH 0,25M
d. Indikator PP
e. NaOH 1M
f. Tissue
g. Kertas label
h. Aquadest
i. Kertas saring
IV. PROSEDUR KERJA
1. Eksperimen I (Penentuan konsentrasi CH3COOH sebelum adsorpsi )

a. Dibuat larutan CH3COOH 0.5M dan CH3COOH 0.25M


sebanyak 100 mL dari larutan CH3COOH 1M.
b. Dimasukkan larutan CH3COOH 1M, CH3COOH 0.5M, dan
CH3COOH 0.25M ke dalam erlenmeyer sebanyak 10 mL.
Masing-masing konsentrasi 2 erlenmeyer.
c. Ke dalam erlenmeyer berisi CH3COOH ditambahkan indikator
PP sebanyak 3 – 5 tetes.
d. Dimasukkan NaOH 1M ke dalam buret dan diletakkan pada
statif dan klem.
e. Dilakukan titrasi masing-masing konsentrasi larutan CH3COOH
sebanyak 2 kali (duplo).
f. Dicatat volume NaOH yang terpakai sampai larutan CH3COOH
berubah dari bening menjadi berwarna.
g. Hitung rata-rata volume NaOH yang terpakai pada
masingmasing konsentrasi CH3COOH.
2. Eksperimen II (Penentuan konsentrasi CH3COOH setelah adsorpsi)

a. Diambil 25 mL larutan CH3COOH pada masing konsentrasi dan


dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
b. Ditimbang 1g karbon aktif kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang berisi 25 mL CH3COOH.
c. Erlenmeyer ditutup dengan penyumbat karet, diaduk dan
didiamkan selama 30 menit.
d. Disaring dan filtratnya dipisahkan.
e. Setiap larutan CH3COOH diambil 10 mL, ditambah indikator
PP, dan dititrasi dengan NaOH 1M seperti pada prosedur
pertama.
f. Dilakukan duplo pada masing-masing konsentrasi CH3COOH.

g. Dicatat volume NaOH yang terpakai sampai larutan CH3COOH


berubah dari bening menjadi berwarna.
h. Hitung rata-rata volume NaOH yang terpakai pada
masingmasing konsentrasi CH3COOH.

V. HASIL PENGAMATAN
No Gambar Hasil pengamatan
1 Eksperimen I (penentuan
konsentrasi CH3COOH sebelum - Erlenmeyer 1 dan 2 10
adsorpsi). ml larutan CH3COOH
a 1M
- Erlenmeyer 3 dan 4 10
ml larutan CH3COOH
0,5 M.
- Erlenmeyer 5 dan 6 10
ml larutan CH3COOH
0,25 M.
- Berwarna bening

2
- 5 tetes indikator pp
- Indikator pp berwarna
bening
- Larutan berwarna
bening

3 c.

- 25 ml NaOH 1 M
- Berwarna bening

4
- Larutan berwarna ungu
muda
- V1 = 11 ml
- V2 = 10,5 ml
- Vrata-rata = V1 + V2
11+10,5
=
2
= 10,75 ml
5
- Larutan betrwarna ungu
muda
- V1 = 4,5 ml
- V2 = 4,4 ml
- Vrata-rata = V1 + V2
4,5+ 4,4
=
2
- = 4,45 ml
6 f.
- Larutan berwarna ungu
muda
- V1 = 2,6 ml
- V2 = 2,6 ml
- Vrata-rata = V1 + V2
2,6+2,6
=
2
= 2,6 ml
2. Eksperimen 2 (penentuan
konsentrasi CH3COOH sesudah
adsorpsi). - 25 ml CH3COOH 1M,
0,5 M dan 0,25 M
- Berwarna bening

. .

- 1 gram karbon aktif


- Berwarna hitam
- Berbentuk serbuk

- CH3COOH + karbon
aktif
- Larutan berwarna hitam
pekat
- Larut sebagian

- Filtrat berwarna bening


- Residu tertinggal di
kertas saring

- Erlenmeyer 1 dan 2 10
ml larutan CH3COOH
1M
- Erlenmeyer 3 dan 4 10
ml larutan CH3COOH
0,5 M.
- Erlenmeyer 5 dan 6 10
ml larutan CH3COOH
0,25
- Larutan berwarna
bening

- 5 tetes indikator pp
- Berwarna bening

.
- Larutan berwarna ungu
muda
- V1 = 9,9 ml
- V2 = 10,3 ml
- Vrata-rata = V1 + V2
9,9+10,3
=
2
- = 10,1 ml

- Larutan berwarna ungu


muda
- V1 = 5 ml
- V2 = 5 ml
- Vrata-rata = V1 + V2
5+5
=
2
= 5 ml
- Larutan berwarna ungu
muda
- V1 = 2,2 ml
- V2 = 2,1 ml
- Vrata-rata = V1 + V2
2,2+ 2,1
=
2
- = 2,15 ml

VI. ANALISIS DATA


a) Persamaan Reaksi
1. Eksperimen 1 (penentuan konsentrasi CH3COOH sebelum
adsorpsi)
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) ------> CH3COONa(aq) + H2O(l)
2. Eksperimen 2 (penentuan konsentrasi CH3COOH setelah
adsorpsi)
-------
b) Perhitungan
------
VII. PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2019. 2020. Kimia Fisika 4 jilid 1. Jakarta: Bumi Gora.
Hal:7

Faizah. 2021. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti edisi 3 jilid 2.


Bandung: Gramedia. Hal: 1-3

Giyatmi. 2020. Tuntunan Praktikum. Yogyakarta: Erlangga.


Hal:101

Kusuma. 2018. 2018. Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.


Hal: 17

Marlina. 2019. Pengembangan Biosorben. Jakarta: Gramedia. Hal:


67

Subardjo. 2021. Kesetimbangan dan Kinetika Adsorpsi. Bandung.


Bumi Gora. Hal: 13

Suharjo. 2018. Kimia Fisika I. Jakarta. Gramedia. Hal: 89

Anda mungkin juga menyukai