PERCOBAAN II
Oleh :
NIM : M0318009
Kelompok :7
PROGRAM STUDI
2020
PERCOBAAN II
I. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari pengaruh kekuatan ligan NH3 terhadap
spektra kompleks Cu(II).
II. Dasar Teori
Senyawa kompleks adalah senyawa dimana terdapat atom yang bertindak sebagai atom
pusat dan kelompok pengurai molekul yang dapat berupa ion netral atau bermuatan. Kelompok
tersebut disebut dengan ligan. Senyawa kompleks yang terbentuk dipengaruhi oleh sifat ligan, yang
meliputi alkalinitas, ikatan, dan khelat (Sucipto dan Martak, 2016).
Ion tembaga Cu2+ memiliki konfigurasi elektronik d9 dan telah berpasangan elektron.
Senyawanya berwarna dan paramagnetik. Ion Cu (II) dengan konfigurasi d9 sebagai disebutkan di
atas sangat rentan terhadap Jahn – Teller distorsi. Jahn- Distorsi Teller adalah operasi, terlepas dari
kenyataan itu konstanta kopling spin-orbital besar mungkin menghasilkan pemisahan yang cukup
dari kondisi dasar 2T2, hanya memiliki satu pita serapan d-d yang sesuai dengan 2Eg → transisi 2T2g
(Kumar dkk., 2014).
Amonia (NH3) adalah salah satu ligan dan merupakan senyawa gas korosif serta berwarna
adalah salah satu polutan gas alkali serta sumber daya gas kimia yang penting. Emisi besar NH3
dapat memiliki dampak serius pada kesehatan masyarakat, lingkungan dan perekonomian.
Ammonia dapat digunakan dalam produksi pupuk, sintesis produk kima, pendinginan, dan
penangkapan CO2 (Chen dkk., 2017).
Spektroskopi ultraviolet (UV) adalah teknik fisik spektroskopi optic yang digunakan cahaya
dalam rentang inframerah tampak, ultraviolet, dan dekat. Hukum Beer-Lambert menyatakan bahwa
absorbansi suatu larutan berbanding lurus dengan konsentrasi spesies penyerap dalam larutan dan
panjang jalur. Jadi, untuk panjang jalur yang tetap, spektroskopi UV/Vis dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi penyerap dalam suatu larutan (Shah dkk., 2015). Spektrofotometri UV-Vis
adalah metode analisis berdasarkan interaksi antara radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-
380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer dengan suatu
materi (senyawa). Metode ini berdasarkan penyerapan sinar ultraviolet maupun sinar tampak yang
menyebabkan terjadinya transisi elektron (perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah
ketingkat energi yang lebih tinggi). Beberapa sumber radiasi polikromatik yang dipakai pada
spektrofotometer UV-Vis adalah lampu deuterium, lampu tungsten dan lampu merkuri (Octaviani
dkk., 2014).
Prinsip dari spektreskopi UV-Vis yaitu sebuah molekul atau ion akan menunjukkan
penyerapan di wilayah ultraviolet yang terlihat atau ketika radiasi menyebabkan transisi elektronik
dalam strukturnya. Dengan demikian penyerapan cahaya oleh sampel di daerah ultraviolet atau
visible akan disertai dengan perubahan keadaan elektronik dari molekul dalam sampel. Energi yang
disuplai oleh cahaya akan mendorong elektron dari keadaan dasar ke energi yang lebih tinggi, orbital
keadaan tereksitasi atau orbital anti-ikatan. Tiga jenis orbital keadaan dasar yang mungkin terlibat
adalah molekul (ikatan), orbital molekul (ikatan), dan n orbital atom (tidak terikat) (Verma dan
Mishra, 2018).
III. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Spektofotometer UV-Vis 1 set
2. Pengaduk 1 buah
3. Labu ukur 25 mL (pyrex) 2 buah
4. Pipet tetes 4 buah
5. Corong kaca 3 buah
6. Gelas beaker 100 mL (pyrex) 2 buah
7. Cawan arloji 1 buah
8. Flakon 9 buah
9. Pipet volume 5 mL (pyrex) 1 buah
10. Pipet volume 10 mL (pyrex) 1 buah
11. Glassfin 2 buah
12. Gelas ukur 50 mL (pyrex) 1 buah
B. Bahan
1. Larutan CuSO4.5H2O 1M 5 mL
2. Larutan NH4OH 1M 12,5 mL
3. Larutan NH4OH 2M 16,67 mL
4. Larutan NH4OH 3M 30 mL
5. Larutan NH4Cl 2M 15 mL
6. NH4Cl padat 0,975 gram
7. Akuades 70 mL
8. Kertas saring 3 buah
C. Gambar Alat
B. Pembahasan
Percobaan pengaruh kekuatan ligan terhadap spektra kompleks Cu(II) ini bertujuan
untuk mempelajari pengaruh kekuatan ligan NH3 terhadap spektra kompleks Cu2+. Prinsip
dari percobaan ini adalah menentukan kekuatan ligan NH3 pada konsentrasi tertentu
sehingga dapat diketahui pegaruh konsentrasi ligan terhadap pergeseran panjang gelombang
maksimum ke arah panjang gelombang yang lebih rendah menggunakan spektrofotometri
UV-Vis. Hal tersebut didasarkan pada teori jorgensen yang menyatakan bahwa besarnya
energi atau kekuatan ligan dipengaruhi oleh panjang gelombang serapannya dimana pada
percobaan ini apabila ligan NH3 ditambahkan dalam kompleks [Cu(H2O)6]2+ maka ligan
akan mensubtitusi ligan H2O karena energi pada ligan NH3 lebih kuat daripada ligan H2O,
sehingga membentuk kompleks [Cu(H2O)m(NH3)n]2+. Menurut Crabtree (2005) kekuatan
ligan adalah Br − <Cl− <H2 O<NH3 .
Sedangkan untuk prinsip dari spektrofotometri UV-Vis yaitu adanya interaksi dari
cahaya monokromtis dengan materi yang berupa molekul menyebabkan elektron tereksitasi
dari keadaan ground state menjadi tingkat energi yang lebih tinggi, elektron pada keadaan
ini menjadi tidak stabil sehingga akan kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan
energi. Dimana energi ini akan terdeteksi oleh detektor dan terbaca sebagai absorbansi
(Octaviani dkk., 2014). Larutan yang dianalisa dengan menggunakan spektrofotometri harus
memenuhi bebrapa syarat, yaitu berbentuk larutan, memiliki gugus kromofor, gugus
pembawa warna, ikatan rangkap terkonjugasi, konsentrasinya kecil dan tidak terdapat
endapan agar dapat terbaca oleh spektrofotometer UV-Vis. Gugus kromofor adalah gugus
tidak jenuh kovalen yang dapat menyerap sinar radiasi elektromagnetik pada daerah UV-
Vis. Dan gugus oksokrom adalah gugus jenuh yang bila terikat pada gugus kromofor akan
menyebabkan perubahan intensitas atau panjang gelombang (Sastrohamidjojo, 2018).
Percobaan ini menggunakan ion pusat Cu(II), karena Cu(II) adalah golongan transisi
yang memiliki orbital d yang tidak terisi penuh sehingga dapat membentuk kompleks ketika
berikatan dengan suatu ligan. Dimana kekosongan pada orbital d logam transisi akan diisi
oleh pasangan elektron bebas dari ligan. Ikatan yang terbentuk dari interaksi ini adalah
ikatan kovalen koordinasi. Ketika terjadi suatu ikatan kovalen kkordinasi maka interaksi
tersebut memakai pasangan elektron secara bersama-sama untuk menjadi stabil. Konfigurasi
dari Cu adalah [Ar] 3d9 4s2, maka Cu2+ memiliki term simbol 2D yang tersplit menjadi dua,
yaitu Eg dan T2g sehingga Cu2+ memiliki satu puncak. Berikut adalah hibridisasi dari Cu2+:
29Cu : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9
2+
29Cu : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s0 3d9
3d 4s 4p 4d
2
T2g
b. Kompleks [Cu(H2O)4(NH3)2]2+
• Panjang gel. = 667 nm = 667 x 10-9
ℎ𝑐 6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108
E= = = 2,98 x 10-19 J
λ 667 x 10−9
c. Kompleks [Cu(H2O)3(NH3)3]2+
• Panjang gel. = 653 nm = 653 x 10-9
ℎ𝑐 6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108
E= = = 3,044 x 10-19 J
λ 653 x 10−9
d. Kompleks [Cu(NH3)6]2+
• Panjang gel. = 622 nm = 622 x 10-9
e. Kompleks [Cu(H2O)6]2+
• Panjang gel. = 804 nm = 804 x 10-9
ℎ𝑐 6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108
E= = = 2,472 x 10-19 J
λ 804 x 10−9
LAMPIRAN
GRAFIK PERCOBAAN
0,3
0,25
Absorbansi
0,2
0,15 Series1
0,1
0,05
0
0 200 400 600 800 1000
Panjang gelombang(nm)
0,9
0,8
0,7
0,6
Absorbansi
0,5
0,4
0,3 Series1
0,2
0,1
0
0 200 400 600 800 1000
Panjang gelombang(nm)
3. Grafik panjang gelombang vs absorbansi pada [Cu(H2O)3(NH3)3]2+
0,2
0,1
0
Absorbansi
-0,3
-0,4
Panjang gelombang(nm)
0,5
0,4
Absorbansi
0,3
Series1
0,2
0,1
0
0 200 400 600 800 1000
Panjang gelombang(nm)
5. Grafik panjang gelombang vs absorbansi pada [Cu(NH3)6]2+
0,2
Absorbansi
0,15
0,1 Series1
0,05
0
0 200 400 600 800 1000
Panjang gelombang(nm)