Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

PERCOBAAN II

PENGARUH KEKUATAN LIGAN TERHADAP SPEKTRA KOMPLEKS Cu(II)

Oleh :

Nama : Alfani Mahmudah

NIM : M0318009

Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 22 April 2020

Kelompok :7

Asisten Praktikum : Intan Ayu Zuhaela

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK

PROGRAM STUDI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2020
PERCOBAAN II

PENGARUH KEKUATAN LIGAN TERHADAP SPEKTRA KOMPLEKS Cu(II)

I. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari pengaruh kekuatan ligan NH3 terhadap
spektra kompleks Cu(II).
II. Dasar Teori
Senyawa kompleks adalah senyawa dimana terdapat atom yang bertindak sebagai atom
pusat dan kelompok pengurai molekul yang dapat berupa ion netral atau bermuatan. Kelompok
tersebut disebut dengan ligan. Senyawa kompleks yang terbentuk dipengaruhi oleh sifat ligan, yang
meliputi alkalinitas, ikatan, dan khelat (Sucipto dan Martak, 2016).
Ion tembaga Cu2+ memiliki konfigurasi elektronik d9 dan telah berpasangan elektron.
Senyawanya berwarna dan paramagnetik. Ion Cu (II) dengan konfigurasi d9 sebagai disebutkan di
atas sangat rentan terhadap Jahn – Teller distorsi. Jahn- Distorsi Teller adalah operasi, terlepas dari
kenyataan itu konstanta kopling spin-orbital besar mungkin menghasilkan pemisahan yang cukup
dari kondisi dasar 2T2, hanya memiliki satu pita serapan d-d yang sesuai dengan 2Eg → transisi 2T2g
(Kumar dkk., 2014).
Amonia (NH3) adalah salah satu ligan dan merupakan senyawa gas korosif serta berwarna
adalah salah satu polutan gas alkali serta sumber daya gas kimia yang penting. Emisi besar NH3
dapat memiliki dampak serius pada kesehatan masyarakat, lingkungan dan perekonomian.
Ammonia dapat digunakan dalam produksi pupuk, sintesis produk kima, pendinginan, dan
penangkapan CO2 (Chen dkk., 2017).
Spektroskopi ultraviolet (UV) adalah teknik fisik spektroskopi optic yang digunakan cahaya
dalam rentang inframerah tampak, ultraviolet, dan dekat. Hukum Beer-Lambert menyatakan bahwa
absorbansi suatu larutan berbanding lurus dengan konsentrasi spesies penyerap dalam larutan dan
panjang jalur. Jadi, untuk panjang jalur yang tetap, spektroskopi UV/Vis dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi penyerap dalam suatu larutan (Shah dkk., 2015). Spektrofotometri UV-Vis
adalah metode analisis berdasarkan interaksi antara radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-
380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer dengan suatu
materi (senyawa). Metode ini berdasarkan penyerapan sinar ultraviolet maupun sinar tampak yang
menyebabkan terjadinya transisi elektron (perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah
ketingkat energi yang lebih tinggi). Beberapa sumber radiasi polikromatik yang dipakai pada
spektrofotometer UV-Vis adalah lampu deuterium, lampu tungsten dan lampu merkuri (Octaviani
dkk., 2014).
Prinsip dari spektreskopi UV-Vis yaitu sebuah molekul atau ion akan menunjukkan
penyerapan di wilayah ultraviolet yang terlihat atau ketika radiasi menyebabkan transisi elektronik
dalam strukturnya. Dengan demikian penyerapan cahaya oleh sampel di daerah ultraviolet atau
visible akan disertai dengan perubahan keadaan elektronik dari molekul dalam sampel. Energi yang
disuplai oleh cahaya akan mendorong elektron dari keadaan dasar ke energi yang lebih tinggi, orbital
keadaan tereksitasi atau orbital anti-ikatan. Tiga jenis orbital keadaan dasar yang mungkin terlibat
adalah molekul (ikatan), orbital molekul (ikatan), dan n orbital atom (tidak terikat) (Verma dan
Mishra, 2018).
III. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Spektofotometer UV-Vis 1 set
2. Pengaduk 1 buah
3. Labu ukur 25 mL (pyrex) 2 buah
4. Pipet tetes 4 buah
5. Corong kaca 3 buah
6. Gelas beaker 100 mL (pyrex) 2 buah
7. Cawan arloji 1 buah
8. Flakon 9 buah
9. Pipet volume 5 mL (pyrex) 1 buah
10. Pipet volume 10 mL (pyrex) 1 buah
11. Glassfin 2 buah
12. Gelas ukur 50 mL (pyrex) 1 buah
B. Bahan
1. Larutan CuSO4.5H2O 1M 5 mL
2. Larutan NH4OH 1M 12,5 mL
3. Larutan NH4OH 2M 16,67 mL
4. Larutan NH4OH 3M 30 mL
5. Larutan NH4Cl 2M 15 mL
6. NH4Cl padat 0,975 gram
7. Akuades 70 mL
8. Kertas saring 3 buah
C. Gambar Alat

Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4


Spektrofotometer UV-Vis Pengaduk Labu Ukur Pipet Tetes
Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8
Corong Kaca Gelas Beaker Kaca Arloji Flakon

Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11


Pipet Volume Glassfin Gelas Ukur

IV. Cara Kerja


A. Pembuatan [Cu(H2O)5(NH3)]2+, [Cu(H2O)4(NH3)]2+, [Cu(H2O)3(NH3)]2+
NH4Cl padat ditambahkan pada 1 mL larutan CuSO4.5H2O sampai jenuh. Kemudian
ditambahkan perlahan-lahan 1 mL NH4OH 1M, 1 mL NH4OH 2M, dan 1 mL NH4OH 3M
yang didapatkan dari pengenceran NH4OH 5M dalam 50 mL . didiamkan sebentar sampai
terbentuk 2 lapisan kemudian disaring dan didapat filtrat. Masing-masing filtrat ditambah 5
mL NH4Cl 2 M dan didapat [Cu(H2O)5(NH3)]2+, [Cu(H2O)4(NH3)]2+, [Cu(H2O)3(NH3)]2+.
B. Pembuatan [Cu(NH3)6]2+
3 mL larutan NH4OH 3M dimasukkan dalam 1 mL CuSO4.5H2O 1M dan λmax
[Cu(NH3)6]2+ diukur.
C. Pembuatan [Cu(H2O)6]2+
1 mL larutan CuSO4.5H2O 1M diencerkan dalam 25 mL akuades dan λmax
[Cu(H2O)6]2+ diukur.
V. Data pengamatan dan Pembahasan
A. Data pengamatan

No. Parameter Absorbansi Panjang gelombang Warna


(nm)
1 [Cu(H2O)5(NH3)]2+ 0,30745 805 Biru kehijauan
bening
2 [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ 0,82803 667 Biru tua bening

3 [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ 0,16125 653 Biru muda bening

4 [Cu(NH3)6]2+ 0,22453 622 Biru tua pekat

5 [Cu(H2O)6]2+ 0,54674 804 Biru muda

B. Pembahasan
Percobaan pengaruh kekuatan ligan terhadap spektra kompleks Cu(II) ini bertujuan
untuk mempelajari pengaruh kekuatan ligan NH3 terhadap spektra kompleks Cu2+. Prinsip
dari percobaan ini adalah menentukan kekuatan ligan NH3 pada konsentrasi tertentu
sehingga dapat diketahui pegaruh konsentrasi ligan terhadap pergeseran panjang gelombang
maksimum ke arah panjang gelombang yang lebih rendah menggunakan spektrofotometri
UV-Vis. Hal tersebut didasarkan pada teori jorgensen yang menyatakan bahwa besarnya
energi atau kekuatan ligan dipengaruhi oleh panjang gelombang serapannya dimana pada
percobaan ini apabila ligan NH3 ditambahkan dalam kompleks [Cu(H2O)6]2+ maka ligan
akan mensubtitusi ligan H2O karena energi pada ligan NH3 lebih kuat daripada ligan H2O,
sehingga membentuk kompleks [Cu(H2O)m(NH3)n]2+. Menurut Crabtree (2005) kekuatan
ligan adalah Br − <Cl− <H2 O<NH3 .
Sedangkan untuk prinsip dari spektrofotometri UV-Vis yaitu adanya interaksi dari
cahaya monokromtis dengan materi yang berupa molekul menyebabkan elektron tereksitasi
dari keadaan ground state menjadi tingkat energi yang lebih tinggi, elektron pada keadaan
ini menjadi tidak stabil sehingga akan kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan
energi. Dimana energi ini akan terdeteksi oleh detektor dan terbaca sebagai absorbansi
(Octaviani dkk., 2014). Larutan yang dianalisa dengan menggunakan spektrofotometri harus
memenuhi bebrapa syarat, yaitu berbentuk larutan, memiliki gugus kromofor, gugus
pembawa warna, ikatan rangkap terkonjugasi, konsentrasinya kecil dan tidak terdapat
endapan agar dapat terbaca oleh spektrofotometer UV-Vis. Gugus kromofor adalah gugus
tidak jenuh kovalen yang dapat menyerap sinar radiasi elektromagnetik pada daerah UV-
Vis. Dan gugus oksokrom adalah gugus jenuh yang bila terikat pada gugus kromofor akan
menyebabkan perubahan intensitas atau panjang gelombang (Sastrohamidjojo, 2018).
Percobaan ini menggunakan ion pusat Cu(II), karena Cu(II) adalah golongan transisi
yang memiliki orbital d yang tidak terisi penuh sehingga dapat membentuk kompleks ketika
berikatan dengan suatu ligan. Dimana kekosongan pada orbital d logam transisi akan diisi
oleh pasangan elektron bebas dari ligan. Ikatan yang terbentuk dari interaksi ini adalah
ikatan kovalen koordinasi. Ketika terjadi suatu ikatan kovalen kkordinasi maka interaksi
tersebut memakai pasangan elektron secara bersama-sama untuk menjadi stabil. Konfigurasi
dari Cu adalah [Ar] 3d9 4s2, maka Cu2+ memiliki term simbol 2D yang tersplit menjadi dua,
yaitu Eg dan T2g sehingga Cu2+ memiliki satu puncak. Berikut adalah hibridisasi dari Cu2+:
29Cu : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9
2+
29Cu : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s0 3d9

3d 4s 4p 4d

Ligan H2O / NH3


Berdasarkan hibridisasi di atas dapat terlihat bahwa ligan H2O/NH3 mampu
mendesak elektron dari Cu yang tidak berpasangan pada 1 orbital 3d untuk terpisah ke
orbital 4p sehingga kompleks Cu(II) memiliki bentuk sp3d2 (oktahedral). Tembaga yang
memiliki d9 mempunyai term symbol 2D sehingga akan mengalami splitting menjadi dua
yaitu Eg dan T2g (Kumar dkk., 2014). Berdasarkan teori kompleks Cu2+ memiliki transisi
2
dengan 1 puncak yaitu : Eg

Dimana transisinya, yaitu:


2
D
2
T2g → 2Eg

2
T2g

Tahap pertama percobaan yaitu pembuatan kompleks Cu(II) dengan penambahan


larutan NH4Cl pekat ke dalam CuSO4.5H2O. Penambahan NH4Cl berfungsi untuk mencegah
terbentuknya endapan Cu(OH)2 yang mana akan mengganggu jalannya reaksi antara Cu(II)
dengan NH4OH. Penambahan NH4OH 1 M berfungsi sebagai spesi pembentuk atau
pendonor ligan NH3 sehingga terbentuk kompleks [Cu(H2O)5(NH3)]2+, serta NH4OH
diberikan secara berlebih agar semua molekul air yang terkoordinasi pada atom pusat
terlepas dan tergantikan oleh ligan ammonia. Kompleks ini berwarna biru kehijauan bening.
Reaksi yang terjadi adalah :

CuSO4.5H2O(aq) + NH4OH(aq) [Cu(H2O)5(NH3)]2+(aq)+ H2O(l) + SO42-(aq)


Kompleks tersebut dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis menghasilkan absorbansi
0,30745 dengan gelombang maksimum 805 nm, sehingga diperoleh energi sebesar 2,469 x
10-19 J.
Kompleks kedua dibuat dengan menambahkan larutan NH4OH 2M yang mana akan
menyumbangkan 2 ligan NH3, sehingga dihasilkan kompleks [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ yang
berwarna biru tua bening. Reaksi yang terjadi adalah:
CuSO4.5H2O(aq) + 2NH4OH(aq) [Cu(H2O)4(NH3)2]2+(aq)+3H2O(l)+ SO42-(aq)
Kemudian kompleks tersebut dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis menghasilkan
absorbansi 0,82803 dengan panjang gelombang maksimum 667 nm, sehingga diperoleh
energi sebesar 2,98 x 10-19 J.
Larutan kompleks selanjutnya adalah dibuat dengan penambahan NH4OH 3M yang
mana akan mendonorkan 3 ligan NH3, sehingga diperoleh kompleks [Cu(H2O)3(NH3)3]2+
yang berwarna biru muda bening. Reaksi yang terjadi adalah:
CuSO4.5H2O(aq) + 3NH4OH(aq) [Cu(H2O)3(NH3)3]2+(aq)+ 5H2O(l) + SO42-(aq)
Kompleks tersebut dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis menghasilkan panjang
absorbansi 0,16125 dengan gelombang maksimum 653 nm, sehingga diperoleh energi sebesar
3,044 x 10-19 J.
Kompleks selanjutnya adalah dengan menambahkan NH4OH 3M, sehingga terbentuk
larutan kompleks [Cu(NH3)6]2+ yang berwarna biru tua pekat. Reaksi yang terjadi adalah:
CuSO4.5H2O(aq) + 6NH3 (aq) → [Cu(NH3)6]2+(aq) + 5 H2O(l) + SO42-(aq)
Kompleks tersebut dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis menghasilkan panjang
absorbansi 0,22453 dengan gelombang maksimum 622 nm, sehingga diperoleh energi sebesar
3,195 x 10-19 J.
Kompleks terakhir dibuat dengan pengenceran CuSO4.5H2O menggunakan akuades.
Dimana kompleks yang dihasilkan berwarna biru muda. Reaksi yang terjadi adalah:
Cu2+(aq) + 5 H2O(l) + SO42-(aq) + H2O(l) → [Cu(H2O)6]2+(aq) + SO42-(aq)
Kemudian kompleks tersebut dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis menghasilkan
absorbansi 0,54674 dengan panjang gelombang maksimum 804 nm, sehingga diperoleh
energi sebesar 2,472 x 10-19 J.
Hasil perhitungan dari data yang diperoleh:
Kompleks λ (nm) Energi
[Cu(H2O)5(NH3)]2+ 805 2,469 x 10-19 J
[Cu(H2O)4(NH3)2]2+ 667 2,98 x 10-19 J
[Cu(H2O)3(NH3)3]2+ 653 3,044 x 10-19 J
[Cu(NH3)6] 2+ 622 3,195 x 10-19 J
[Cu(H2O)6] 2+ 804 2,472 x 10-19 J

Menurut teori seharusnya semakin besar konsentrasi NH4OH, maka panjang


gelombang maksimun senyawa kompleks Cu2+ yang diperoleh semakin pendek. Hal ini
disebabkan karena semakin besar konsentrasi NH4OH, maka semakin banyak penggantian
ligan oleh NH3 yang menyebabkan spektra bergeser ke arah panjang gelombang yang lebih
pendek. Nilai energi yang lebih tinggi terjadi pada kompleks yang mengandung ligan NH3
yang lebih banyak, dimana semakin banyak ligan yang membentuk kompleks dengan Cu2+
maka energinya juga semakin besar. Hal ini dikarenakan ligan NH3 memiliki satu pasangan
elektron bebas sedangkan ligan H2O dua pasangan elektron bebas. Hal ini menyebabkan
ikatan antar ligan NH3 dengan ion Cu2+ lebih kuat sehingga energinya lebih besar. Dari hasil
percobaan dapat dilihat bahwa terjadi ketidaksesuaian pada tingkat energi kompleks Cu(II)
dari kecil ke besar, yaitu [Cu(H2O)5(NH3)]2+ < [Cu(H2O)6]2+ < [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ <
[Cu(H2O)3(NH3)3]2+ < [Cu(NH3)6]2+. Dimana seharusnya kompleks yang memiliki energi
terkecil adalah [Cu(H2O)6]2+. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan oleh ketidaktepatan
dalam pengenceran, sehingga ketika diuji dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
hasilnya tidak sesui dengan literatur.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kekuatan ligan
NH3 lebih kuat dibandingkan dengan H2O yang ditandai denagn adanya pergeseran panjang
gelombang kearah yang lebih pendek. Semakin banyak ligan NH3 yang mensubtitusi ligan H2O
pada kompleks Cu, maka energinya akan semakin besar karena terjadi pergeseran 𝜆 maksimum ke
𝜆 yang lebih pendek. Urutan energi hasil percobaan adalah energi kompleks Cu(II) dari kecil ke
besar, yaitu [Cu(H2O)5(NH3)]2+ < [Cu(H2O)6]2+ < [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ < [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ <
[Cu(NH3)6]2+.
VII. Daftar Pustaka
Chen, Y., Wang, Y., Yang, C., Wang, S., Yang, J., dan Li, J. 2017. Antenna Protected Metal
Organic Squares for Water/Ammonia Uptake with Excellent Stability and Regenerability.
ACS Sustainable Chemistry Engineering, 5(1): 5082-5089.
Crabtree, R.H. 2005. The Organometallic Chemistry of The Transition Metals. New Jersey: John
& Wiley.
Kumar, T.S., Kuamr, A.S., dan Methuku, K.R. 2014. Multi Dentate Ligands and Metal Complexes
Derived from Ninhydrin and Ethylen Diamine. International Journal of Modern Chemistry
and Applied Science, 1(4): 39-43.
Octaviani, T., Guntarti, A., dan Susanti, H. 2014. Penetapan kadar ß-karoten pada beberapa jenis
cabe (Genus Capsicum) dengan metode spektrofotometri tampak. Pharmaciana, 4(2), 101-
109.
Shah, R.S., Shah, R.R., Pawar, R.B., dan Gayakar, P.P. 2015. UV-Visible Spectroscopy – A
Review. International Journal of Institutional Pharmacy and Life Sciencesi, 5(5): 490-505.
Sastrihamidjojo, H. 2018. Dasar-Dasar Spektroskopi. Yogyakarta: UGM Press.
Sucipto, T.H. dan Martak, F. 2016. Synthesis of Metal-Organic (Complexes) Compounds
Copper(II)-Imidazole for Antiviral HIV Candidate. Indonesian Journal of Tropical and
Infectious Disease.
Verma, G. dan Mishra, M. 2018. Development and Optimization of UV-Vis Spetroscopy – A
Review. World Journal of Pharmaceutical Research, 7(11): 1170-1180.
VIII. Lampiran
1. Jurnal
2. Perhitungan
3. Grafik
Mengetahui, Surakarta, 28 April 2020
Asisten Praktikum Praktikan

(Intan Ayu Zuhaela) (Alfani Mahmudah)


LAMPIRAN
PERHITUNGAN
Perhitungan Energi
a. Kompleks [Cu(H2O)5(NH3)]2+
• Panjang gel. = 805 nm = 805 x 10-9
ℎ𝑐 6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108
E= = = 2,469 x 10-19 J
λ 805 x 10−9

b. Kompleks [Cu(H2O)4(NH3)2]2+
• Panjang gel. = 667 nm = 667 x 10-9
ℎ𝑐 6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108
E= = = 2,98 x 10-19 J
λ 667 x 10−9

c. Kompleks [Cu(H2O)3(NH3)3]2+
• Panjang gel. = 653 nm = 653 x 10-9
ℎ𝑐 6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108
E= = = 3,044 x 10-19 J
λ 653 x 10−9

d. Kompleks [Cu(NH3)6]2+
• Panjang gel. = 622 nm = 622 x 10-9

ℎ𝑐 6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108


E= = = 3,195 x 10-19 J
λ 622 x 10−9

e. Kompleks [Cu(H2O)6]2+
• Panjang gel. = 804 nm = 804 x 10-9
ℎ𝑐 6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108
E= = = 2,472 x 10-19 J
λ 804 x 10−9
LAMPIRAN
GRAFIK PERCOBAAN

1. Grafik panjang gelombang vs absorbansi pada [Cu(H2O)5(NH3)]2+

Grafik Hubungan Panjang Gelombang(λ) terhadap


absorbansi pada [Cu(H2O)5(NH3)]2+
0,35

0,3

0,25
Absorbansi

0,2

0,15 Series1

0,1

0,05

0
0 200 400 600 800 1000
Panjang gelombang(nm)

2. Grafik panjang gelombang vs absorbansi pada [Cu(H2O)4(NH3)2]2+

Grafik Hubungan Panjang Gelombang(λ) terhadap


absorbansi pada [Cu(H2O)4(NH3)2]2+

0,9
0,8
0,7
0,6
Absorbansi

0,5
0,4
0,3 Series1
0,2
0,1
0
0 200 400 600 800 1000
Panjang gelombang(nm)
3. Grafik panjang gelombang vs absorbansi pada [Cu(H2O)3(NH3)3]2+

Grafik Hubungan Panjang Gelombang(λ) terhadap


absorbansi pada [Cu(H2O)3(NH3)3]2+

0,2

0,1

0
Absorbansi

0 200 400 600 800 1000


-0,1
Series1
-0,2

-0,3

-0,4
Panjang gelombang(nm)

4. Grafik panjang gelombang vs absorbansi pada [Cu(H2O)6]2+

Grafik Hubungan Panjang Gelombang(λ) terhadap


absorbansi pada [Cu(H2O)6]2+
0,6

0,5

0,4
Absorbansi

0,3

Series1
0,2

0,1

0
0 200 400 600 800 1000
Panjang gelombang(nm)
5. Grafik panjang gelombang vs absorbansi pada [Cu(NH3)6]2+

Grafik Hubungan Panjang Gelombang(λ) terhadap


absorbansi pada [Cu(NH3)6]2+
0,25

0,2
Absorbansi

0,15

0,1 Series1

0,05

0
0 200 400 600 800 1000
Panjang gelombang(nm)

Anda mungkin juga menyukai