Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

PERCOBAAN II
PENGARUH KEKUATAN LIGAN TERHADAP SPEKTRA
KOMPLEKS Cu(II)

64

Oleh :

Nama : Andi Aisyah Macorawalie

NIM : M0318014

Hari/Tgl. Praktikum : Rabu,29 April 2020

Kelompok : 18

Asisten Pembimbing : Intan Ayu Zuhaela

LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
PERCOBAAN II

PENGARUH KEKUATAN LIGAN TERHADAP SPEKTRA KOMPLEKS Cu(II)

I. TUJUAN
Mempelajari pengaruh kekuatan ligan NH3 terhadap spektra kompleks Cu2+

II. DASAR TEORI


Kompleks adalah penggabungan ion logam dominan yang dikelilingi oleh molekul netral atau ion
yang mewakili ligan. Kompleks logam transisi ini biasanya memiliki warna. Warna-warna ini
disebabkan oleh perubahan energi antara kulit elektron d yang terpisah. Jumlah pemisahan kulit d,
bergantung pada ukuran, bilangan oksidasi, geometri kompleks dan sifat ion logam, di sisi lain juga
tergantung pada sifat dan geometri ligan. Oleh karena itu, penggabungan ion logam dan ligan dapat
menghasilkan kompleks logam. Ikatan ion blok d memiliki orbital d kosong yang berenergi rendah dan
orbital p. Orbital jenis ini dapat mengambil sepasang elektron tunggal dari spesies tertentu, yang dikenal
sebagai ligan untuk menghasilkan ikatan koordinat antara ligan dan ion logam (Barzinjy, 2017).
Pilihan dasar Terbaik yang ditetapkan dalam kompleks logam transisi tidak jelas dan bahkan bisa
dinamis dalam beberapa kasus.Fluktuasi tingkat energi yang disebabkan oleh zat terlarut − interaksi
cenderung melokalisasi keadaan tereksitasi dalam transisi kompleks logam, sedangkan sambungan
elektronik antara ligan mempromosikan delokalisasi.Status transfer biaya seharusnya diperlakukan
sebagai terlokalisasi jika kopling elektronik interligand jauh lebih kecil dari fluktuasi level energi.
Umum seperti itu aturan praktis telah diterapkan secara luas untuk membedakan eksitasi elektronik
terlokalisasi dari ekskursi Frenkel di Jakartaagregat molekuler, kristal molekuler, dan fotosintesis
complexes.Frenkel model seperti exciton telah diadaptasi untuk kompleks logam transisi dalam
pekerjaan terbaru(Guo dkk.,2016).
Kompleks tembaga adalah spesies penting pada banyak bidang kimia karena kelimpahannya dan
sintesis yang mudah serta murah. Sebagai contoh, katalis berbasis tembaga dapat menggantikan
beberapa katalis yang mahal berdasarkan logam platinum untuk oksidasi air. Dalam aplikasinya pada
fotokimia dan fotofisika, kompleks Cu sangat menarik karena tidak adanya orbital d tereksitasi.
Kebanyakan senyawa Cu (I) cukup mudah teroksidasi menjadi Cu(II). Pada umumnya Cu(II)
membentuk kompleks dengan bilangan koordinasi 4, 5, atau 6 dengan geometri square planar, square
pyramidal, atau oktahedral (Xu dkk., 2015).

Amonia adalah produk akhir dari pencernaan protein secara anaerob,urea dan asam nukleat
Berbeda dengan pentingnya amoniak bagi pertumbuhan bakteri pada konsentrasi yang lebih rendah,
konsentrasi amonia yang tinggi dapat menyebabkan agangguan berat pada kinerja proses anaerobik,
misalnyapenurunan aktivitas mikroba yang penting .Penghambatan proses AD biasanya ditunjukkanoleh
penurunan tingkat produksi metana steady state danpeningkatan produk pencernaan menengah seperti
lemak volatil konsentrasi asam (VFA)( Rajagopal dan Massé,2013).

Spektroskopi UV-VIS: Spektroskopi ultraviolet (UV) adalah teknik fisik dari spektroskopi optik
yang menggunakan cahaya dalam rentang yang terlihat, ultraviolet, dan inframerah-dekat didasarkan
pada hukum Beer-Lambert menyatakan bahwa absorbansi suatu larutan berbanding lurus untuk
konsentrasi spesies penyerap dalam larutan dan panjang jalur.Prinsip Spektroskopi Uv-Vis: Sebuah
molekul atau ion akan menunjukkan penyerapan di wilayah yang terlihat atau ultraviolet ketika radiasi
menyebabkan transisi elektronik dalam strukturnya. Dengan demikian, penyerapan cahaya oleh sampel
di daerah ultraviolet atau terlihat disertai dengan perubahan keadaan elektronik dari molekul dalam
sampel. Energi yang disuplai oleh cahaya akan mendorong elektron dari keadaan dasar orbital ke energi
yang lebih tinggi, orbital keadaan tereksitasi atau orbital anti-ikatan. Secara potensial, tiga jenis orbital
keadaan dasar mungkin terlibat (Verma dan Mishra, 2018) :

1. Molekul σ (Ikatan)

2. π orbital molekul (ikatan)

3. n (orbital atom) tidak terikat

III. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1. Spektrofotometer UV-Vis 1 set
2. Kaca pengaduk 3 buah
3. Labu ukur 50 mL 1 buah
4. Labu ukur 25 mL 2 buah
5. Pipet tetes 3 buah
6. Corong kaca 2 buah
7. Gelas beker 60 mL 1 buah
8. Gelas beker 60 mL 1 buah
9. Cawan arloji 1 buah
10. Pipet ukur 1 mL 2 buah
11. Pipet ukur 10 mL 1 buah
12. Glassfin 1 buah
13. Erlenmeyer 25 mL 1 buah
14. Erlenmeyer 50 mL 1 buah
15. Erlenmeyer 100 mL 1 buah

B. BAHAN
1. Akuades 100 mL
2. Larutan CuSO4.5H2O 1M 5 mL
3. Larutan NH4OH 1 M 12,5 mL
4. Larutan NH4OH 2 M 16 mL
5. Larutan NH4OH 3 M 11 mL
6. NH4Cl padat secukupnya
7. Larutan NH4Cl 2 M 5 mL
8. Kertas saring 3 lembar

C. GAMBAR ALAT

Gelas beaker Gelas Ukur Labu ukur Pengaduk kaca Cawan Arloji

Spektrofotometer UV-VIS Pipet Ukur Corong Kaca Pipet Tetes Glassfin

IV. CARA KERJA


kamu praktikum ga pake caker ya??
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan

Kompleks Absorbansi Pajang gel. (nm) Warna


Biru kehijauan
[Cu(H2O)5(NH3) ] 2+ 0.30745 805 nm
bening
[Cu(H2O)4(NH3)2 ] 2+ 0.82803 667 nm Biru tua bening
[Cu(H2O)3(NH3)3 ] 2+ 0.16125 653 nm Biru muda bening
[Cu(H2O)6 ] 2+ 0.54674 804 nm Biru tua pekat
[Cu(NH3)4 ] 2+ 0.22453 622 nm Biru muda

B. Pembahasan

Pada percobaan pengaruh kekuatan ligan terhadap spektra kompleks Cu(II) ini memiliki tujuan yaitu untuk
mempelajari pengaruh kekuatan ligan NH3 terhadap spektra kompleks Cu2+. Prinsipnya yaitu pemberian
2+
NH3 pada larutan kompleks [Cu(H2O)6 ] akan menyebabkan molekul air tersubstitusi oleh amonia
2+
menjadi kompleks [Cu(H2O)n(NH3)6-n ] dimana ligan NH3 memiliki kekuatan yang lebih besar
dibandingkan ligan H2O sehingga semakin tinggi konsentrasi NH3 yang diberikan maka kompleks yang
terbentuk memiliki kekuatan medan ligan yang semakin besar dan mengakibatkan spektra UV-VIS
menghasilkan panjang gelombang yang semakin kecil karena panjang gelombang berbanding terbalik
dengan kekuatan ligan. Menurut Priyadi dkk., (2014) menyatakan bahwa unsur-unsur logam melepaskan
elektron, cara ini dilakukan oleh karena mempunyai energi ionisasi yang relative kecil. Atom unsur
logam yang melepaskan elektron berubah menjadi positif (bersifat elektro posistif). Keelektropositifan
(sifat logam) adalah kemampuan relative suatu atom untuk melepaskan elektron pada kulit terluarnya.

Digunakan alat spektrofotometer UV-VIS untuk menentukan kekuatn ligan yang bisa dilihat dari
panjang gelombang serta absorbansi yang dihasilkan dari spektra masing masing larutan kristal. Prinsip
kerja dari spektrofotometer UV-VIS itu sendiri yaitu terjadinya interaksi antara energi yang berasal dari
sinar monokromatis dengan suatu materi atau sampel berupa molekul. Saat sinar monokromatis
ditembakkan melalui sampel dengan konsentrasi tertentu, maka jumlah gelombang yang diserap sampel
akan menyebabkan elektron pada molekul sampel tereksitasi dari energi rendah (ground state) ke energi
yang lebih tinggi (excited state). Namun keadaan itu tidak stabil sehingga akan kembali ke bentuk semula
dengan melepaskan energi yang sebanding dengan absorbansinya dan dibaca oleh detektor sebagai
absorbansi.

Senyawa yang berasal dari logam transisi dalam hal ini yaitu Cu merupakan logam kuat yang logam berat
apabila tidak dikendalikan dapat menimbulkan dampak perubahan(Priyadi dkk.,2018). Cu (II) merupakan
salah satu unsur essensial di dalam tubuh manusia. Logam yang dapat dijadikan atom pusat ini, berperan
besar dalam mengatur transpor air di dalam tubuh manusia (Mohadi dkk.,2007).Cu juga merupakan
senyawa yang memiliki warna tertentu dimana Cu memiliki warna biru. Adanya warna pada senyawa
tersebut dikarenakan pada masing masing atom tersebut memiliki orbital d yang tidak terisi penuh oleh
elektron. Selain itu, tingkat warna biru pada kompleks Cu juga dipengaruhi oleh ligan yang terikat pada
kompleks tersebut dimana semakin kuat ligan atau semakin banyak konsentrasi NH 3 yang dimasukkan
maka warna akan semakin biru gelap sampai ungu dan sebaliknya jika ligan yang terikat lemah atau lebih
banyak H2O yang terikat maka warnanya lebih terang mendekati hijau.
Perubahan warna larutan menjadi biru tua menandakan terjadinya pergantian ligan H 2O menjadi
ligan NH3 yang memiliki kekuatan lebih besar, oleh karena itu terjadi pergeseran spektra yang dihasilkan
oleh kompleks Cu2+ yang disebabkan panjang gelombang NH3 lebih kecil dari H2O sehingga energi NH3
mampu menggantikan ligan H2O dalam kompleks. Kompleks Cu memiliki konfigurasi yaitu sebagai
berikut:

29Cu = [Ar] 4s1 3d10

Hibridisasi :

3d 4s 4p
Berdasarkan hibridisasi serta konfigurasi Cu2+ dapat diketahui bahwa terjadi pengisian orbital
kosong 4s dari ion pusat dengan ligan. Hal tersebut menyebabkan hibridisasi dsp 2 yang memiliki bentuk
geometri tetrahedral. Sedangkan transisi yang terjadi pada Cu 2+ yaitu dapat dilihat dalam diagram berikut
ini

2Eg T2g → Eg

2
D

2T2g

Karena Cu hanya memiliki satu buah transisi energi dari T2g menjadi Eg maka puncak spektra yang
dihasilkan berdasarkan teori yaitu satu puncak saja. Sedang data kuantitatif yang didapat yaitu absorbansi
dan panjang gelombang kemudian digunakan untuk menentukan energi atau kekuatan ligan.
Pada percobaan ini, larutan CuSO4.5H2O berperan sebagai penyumbang kation dan atom pusat yaitu
Cu2+ dimana akan direaksikan dengan NH4OH yang merupakan penyumbang ligan NH3 yang akan
mensubstitusi H2O, kemudian penambahan NH4Cl yang berfungsi untuk menjenuhkan larutan. Jika larutan
yang didapat belum jenuh maka akan didapatkan endapan Cu(OH) 2 dengan reaksi sebagai berikut :
CuSO4.5H2O(aq) + NH4Cl(s)+ NH4OH(aq)→ Cu(OH)2(s)+ (NH4)2SO4(aq) + HCl(aq) + H2O(l)
Penambahan NH4OH dengan konsentrasi tertentu menyebabkan perubahan warna dari hijau
menjadi biru dikarenakan terjadi substitusi NH3 menjadi ligan kompleks Cu. Reaksi yang terjadi yaitu
sebagai berikut:

[Cu(H2O)6 ] 2+ + NH3 ↔ [Cu(H2O)5(NH3) ] 2+


[Cu(H2O)5(NH3) ] 2+ + NH3 ↔ [Cu(H2O)4(NH3)2 ] 2+
[Cu(H2O)4(NH3)2 ] 2+ + NH3 ↔ [Cu(H2O)3(NH3)3 ] 2+
[Cu(H2O)3(NH3)3 ] 2+ + NH3 ↔ [Cu(H2O)2(NH3)4 ] 2+
[Cu(H2O)2(NH3)4 ] 2+ + NH3 ↔ [Cu(H2O)1(NH3)5 ] 2+
[Cu(H2O)(NH3)5 ] 2+ + NH3 ↔ [Cu(NH3)6 ] 2+
Selain kompleks dengan variasi konsentrasi ligan NH3 dibuat juga larutan kompleks [Cu(H2O)6 ] 2+
melalui pengenceran CuSO4.5H2O dimana larutan ini akan menjadi larutan kompleks dengan ligan lemah,
serta dibuat juga larutan kompleks ligan kuat yaitu [Cu(NH3)4 ] 2+.
Selanjutnya pengukuran serapan atau absorbansi pada masing masing larutan kompleks dengan
spektrofotometer UV-VIS. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran didapatkan kekuatan ligan (E)
yang dihitung berdasarkan nilai panjang gelombang pada absorbansi maksimal masing masing larutan yaitu
sebagai berikut:
No. Larutan Kompleks Pajang gel. (nm) Energi (J)
805 nm 2,469 x 10-19 J
2+
1 [Cu(H2O)5(NH3) ]
2 [Cu(H2O)4(NH3)2 ] 2+ 667 nm 2,980 x 10-19 J
3 [Cu(H2O)3(NH3)3 ] 2+ 653 nm 3,044 x 10-19 J
4 [Cu(H2O)6 ] 2+ 804 nm 2,472 x 10-19 J
5 [Cu(NH3)4 ] 2+ 622 nm 3.196 x 10-19 J
Berdasarkan teori yang menyebutkan bahwa semakin tinggi kekuatan ligan maka nilai panjang
gelombang yang didapat akan semakin kecil dan energi semakin besar, seharusnya urutan panjang
gelombang dari yang tertinggi yaitu dari larutan nomor 4>1>2>3>5 dan urutan larutan dengan energi
tertinggi yaitu 1>4>2>3>5. Namun berdasarkan data yang didapat terdapat penyimpangan dimana larutan
nomor 4 yang seharusnya memiliki panjang gelombang tertinggi karena hanya memiliki ligan H2O yang
lemah justru memiliki panjang gelombang lebih rendah dari larutan 1 dan 2. Hal tersebut dikarenakan
beberapa faktor yaitu karena H2O yang tidak tersubstitusi secara sempurna akibat kurang tepatnya
penambahan reagen, adanya bahan yang terkontaminasi dengan bahan lain dari luar, atau adanya pengotor
saat pengujian spektrofotometer sehingga menyebabkan absorbansinya terganggu.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kekuatan ligan amonia
(NH3) memiliki pengaruh terhadap spektra kompleks Cu 2+ dimana semakin banyak konsentrasi NH3 yang
ditambahkan (kekuatan besar) maka kompleks Cu yang dihasilkan memiliki kekuatan ligan yang besar
sehingga pada spektra yang dihasilkan memiliki panjang gelombang yang lebih kecil, begitu pula
sebaliknya semakin sedikit konsentrasi NH3 yang ditambahkan (kekuatan kecil) maka panjang gelombang
pada spektra akan semakin besar karena kekuatan ligan berbanding terbalik dengan panjang gelombang.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Barzinjy, A.A.A., 2017. Comparative Crystal Field Studies of Some Ligand of Cr 3+ Complexes.
Eurasian Journal of Science & Engineering. 3(1): 109-116.
Guo,Z., Giokas,P,G., Cheshire,T.P., Williams,O.F., Dirkes,D.J., You,W.,dan M. Moran,A.M.2016.
Ultrafast Spectroscopic Signatures of Coherent Electron-Transfer Mechanisms in a
Transition Metal Complex . Journal Physical Chemistry A,120(29): 5773-5790.
Mohadi,R.,Hidayati,N.,dan Melany,N.R Preparasi Dan Karakterisasi Kompleks Kitosan Hidrogel-
Tembaga(II). Molekul, 2(1):35 – 43.
Priyadi,S., Darmadji,P.,Santoso,U., Hastuti,P.2014.Distribusi Plumbum, Cadmium Pada Biji
Kedelai, Dan Deprotonasi Gugus Fungsional Karboksil Asam Sitrat Dalam
Khelasi.Agritech,34(4), 407-414.
Priyadi,S., Soelistijono., Harieni,S.,dan Prasetyowati.2018. Identifikasi Logam Berat Dalam Biji
Jagung Manis Dan Kedelai Pada Transisi System Pertanian Organik.Agritech, 38(4):456-
462.
Rajagopal,R. dan Massé,D.I.2013. Gursharan Singh A critical review on inhibition of anaerobic
digestion process by excess ammonia,Bioresource Technology, 143(2013):632–641.
Verma,G and Mishra,M.2018.Development And Optimization Of Uv-Vis Spectroscopy - A
Review.World Journal of Pharmaceutical Research,7(11):1170-1180.

Xu, S., Gozem, S., Krylov, A.I., Christopher, C.R. and Weber, J.M., 2015. Ligand influence on the
electronic spectra of monocationic copper–bipyridine complexes. Physical Chemistry
Chemical Physics. 17(47): 31938-31946.

VIII. LAMPIRAN
1. Perhitungan
2. Grafik spektra
3. Jurnal

IX. PENGESAHAN

Mengetahui, Surakarta, 29 April 2020

Asisten Pembimbing Praktikan

(Intan Ayu Zulaeha) (Andi Aisyah Macorawalie)


LAMPIRAN

PERHITUNGAN

Perhitungan Energi :
ℎ.𝑐
𝐸= 𝜆

 [Cu(H2O)5(NH3) ] 2+
𝜆=805 nm =805 x 10-9 m  [Cu(H2O)6 ] 2+
6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108 𝜆= 804 nm = 804 x 10-9 m
𝐸=
805 𝑥 10−9
6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108
𝑬 = 2,469 x 10 -19
J 𝐸=
804 10−9
𝑬 = 2,472 x 10-19 J
 [Cu(H2O)4(NH3)2 ] 2+
𝜆= 667nm = 667 x 10-9 m  [Cu(NH3)4 ] 2+
6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108 𝜆= 622 nm = 622 x 10-9 m
𝐸=
667 𝑥 10−9
6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108
𝑬 = 2,980 x 10 -19
J 𝐸 =
622 𝑥 10−9
𝑬 = 3.196 x 10-19 J
 [Cu(H2O)3(NH3)3 ] 2+
𝜆= 653 nm = 653 x 10-9 m
6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108
𝐸=
653 𝑥 10−9
𝑬 = 3,044 x 10-19 J
LAMPIRAN GRAFIK

Grafik Hubungan Panjang Gelombang terhadap


absorbansi pada [Cu(H2O)5(NH3)]2+
0.35
0.3
0.25
Absorbansi

0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 200 400 600 800 1000
Panjang Gelombang (nm)

Grafik 8.1 Grafik Hubungan Panjang Gelombang terhadap absorbansi pada [Cu(H2O)5(NH3)]2+

Grafik Hubungan Panjang Gelombang terhadap


absorbansi pada [Cu(H2O)4(NH3)2]2+
0.9
0.8
0.7
Absorbansi

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 200 400 600 800 1000
Panjang Gelombang (nm)

Grafik 8.2 Grafik Hubungan Panjang Gelombang terhadap absorbansi pada [Cu(H2O)4(NH3)2]2+
Grafik Hubungan Panjang Gelombang
terhadap absorbansi pada [Cu(H2O)6]2+
0.6

0.5

Ansorbansi
0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 200 400 600 800 1000
Panjang Gelombang (nm)

Grafik 8.3 Grafik Hubungan Panjang Gelombang terhadap absorbansi pada [Cu(H2O)6]2+

Grafik Hubungan Panjang Gelombang


terhadap absorbansi pada [Cu(NH3)6]2+
0.25

0.2
Absorbansi

0.15

0.1

0.05

0
0 200 400 600 800 1000
Panjang Gelombang (nm)

Grafik 8.4 Grafik Hubungan Panjang Gelombang terhadap absorbansi pada [Cu(NH3)6]2+

Grafik Hubungan Panjang Gelombang terhadap


absorbansi pada [Cu(H2O)3(NH3)3]2+
0.2

0.1

0
Absorbansi

0 200 400 600 800 1000


-0.1

-0.2

-0.3

-0.4
Panjang Gelombang (nm)

Grafik 8.5 Grafik Hubungan Panjang Gelombang terhadap absorbansi pada [Cu(H2O)3(NH3)3]2+

Anda mungkin juga menyukai