PERCOBAAN II
PENGARUH KEKUATAN LIGAN TERHADAP SPEKTRA
KOMPLEKS Cu(II)
64
Oleh :
NIM : M0318014
Kelompok : 18
LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
PERCOBAAN II
I. TUJUAN
Mempelajari pengaruh kekuatan ligan NH3 terhadap spektra kompleks Cu2+
Amonia adalah produk akhir dari pencernaan protein secara anaerob,urea dan asam nukleat
Berbeda dengan pentingnya amoniak bagi pertumbuhan bakteri pada konsentrasi yang lebih rendah,
konsentrasi amonia yang tinggi dapat menyebabkan agangguan berat pada kinerja proses anaerobik,
misalnyapenurunan aktivitas mikroba yang penting .Penghambatan proses AD biasanya ditunjukkanoleh
penurunan tingkat produksi metana steady state danpeningkatan produk pencernaan menengah seperti
lemak volatil konsentrasi asam (VFA)( Rajagopal dan Massé,2013).
Spektroskopi UV-VIS: Spektroskopi ultraviolet (UV) adalah teknik fisik dari spektroskopi optik
yang menggunakan cahaya dalam rentang yang terlihat, ultraviolet, dan inframerah-dekat didasarkan
pada hukum Beer-Lambert menyatakan bahwa absorbansi suatu larutan berbanding lurus untuk
konsentrasi spesies penyerap dalam larutan dan panjang jalur.Prinsip Spektroskopi Uv-Vis: Sebuah
molekul atau ion akan menunjukkan penyerapan di wilayah yang terlihat atau ultraviolet ketika radiasi
menyebabkan transisi elektronik dalam strukturnya. Dengan demikian, penyerapan cahaya oleh sampel
di daerah ultraviolet atau terlihat disertai dengan perubahan keadaan elektronik dari molekul dalam
sampel. Energi yang disuplai oleh cahaya akan mendorong elektron dari keadaan dasar orbital ke energi
yang lebih tinggi, orbital keadaan tereksitasi atau orbital anti-ikatan. Secara potensial, tiga jenis orbital
keadaan dasar mungkin terlibat (Verma dan Mishra, 2018) :
1. Molekul σ (Ikatan)
B. BAHAN
1. Akuades 100 mL
2. Larutan CuSO4.5H2O 1M 5 mL
3. Larutan NH4OH 1 M 12,5 mL
4. Larutan NH4OH 2 M 16 mL
5. Larutan NH4OH 3 M 11 mL
6. NH4Cl padat secukupnya
7. Larutan NH4Cl 2 M 5 mL
8. Kertas saring 3 lembar
C. GAMBAR ALAT
Gelas beaker Gelas Ukur Labu ukur Pengaduk kaca Cawan Arloji
A. Hasil Percobaan
B. Pembahasan
Pada percobaan pengaruh kekuatan ligan terhadap spektra kompleks Cu(II) ini memiliki tujuan yaitu untuk
mempelajari pengaruh kekuatan ligan NH3 terhadap spektra kompleks Cu2+. Prinsipnya yaitu pemberian
2+
NH3 pada larutan kompleks [Cu(H2O)6 ] akan menyebabkan molekul air tersubstitusi oleh amonia
2+
menjadi kompleks [Cu(H2O)n(NH3)6-n ] dimana ligan NH3 memiliki kekuatan yang lebih besar
dibandingkan ligan H2O sehingga semakin tinggi konsentrasi NH3 yang diberikan maka kompleks yang
terbentuk memiliki kekuatan medan ligan yang semakin besar dan mengakibatkan spektra UV-VIS
menghasilkan panjang gelombang yang semakin kecil karena panjang gelombang berbanding terbalik
dengan kekuatan ligan. Menurut Priyadi dkk., (2014) menyatakan bahwa unsur-unsur logam melepaskan
elektron, cara ini dilakukan oleh karena mempunyai energi ionisasi yang relative kecil. Atom unsur
logam yang melepaskan elektron berubah menjadi positif (bersifat elektro posistif). Keelektropositifan
(sifat logam) adalah kemampuan relative suatu atom untuk melepaskan elektron pada kulit terluarnya.
Digunakan alat spektrofotometer UV-VIS untuk menentukan kekuatn ligan yang bisa dilihat dari
panjang gelombang serta absorbansi yang dihasilkan dari spektra masing masing larutan kristal. Prinsip
kerja dari spektrofotometer UV-VIS itu sendiri yaitu terjadinya interaksi antara energi yang berasal dari
sinar monokromatis dengan suatu materi atau sampel berupa molekul. Saat sinar monokromatis
ditembakkan melalui sampel dengan konsentrasi tertentu, maka jumlah gelombang yang diserap sampel
akan menyebabkan elektron pada molekul sampel tereksitasi dari energi rendah (ground state) ke energi
yang lebih tinggi (excited state). Namun keadaan itu tidak stabil sehingga akan kembali ke bentuk semula
dengan melepaskan energi yang sebanding dengan absorbansinya dan dibaca oleh detektor sebagai
absorbansi.
Senyawa yang berasal dari logam transisi dalam hal ini yaitu Cu merupakan logam kuat yang logam berat
apabila tidak dikendalikan dapat menimbulkan dampak perubahan(Priyadi dkk.,2018). Cu (II) merupakan
salah satu unsur essensial di dalam tubuh manusia. Logam yang dapat dijadikan atom pusat ini, berperan
besar dalam mengatur transpor air di dalam tubuh manusia (Mohadi dkk.,2007).Cu juga merupakan
senyawa yang memiliki warna tertentu dimana Cu memiliki warna biru. Adanya warna pada senyawa
tersebut dikarenakan pada masing masing atom tersebut memiliki orbital d yang tidak terisi penuh oleh
elektron. Selain itu, tingkat warna biru pada kompleks Cu juga dipengaruhi oleh ligan yang terikat pada
kompleks tersebut dimana semakin kuat ligan atau semakin banyak konsentrasi NH 3 yang dimasukkan
maka warna akan semakin biru gelap sampai ungu dan sebaliknya jika ligan yang terikat lemah atau lebih
banyak H2O yang terikat maka warnanya lebih terang mendekati hijau.
Perubahan warna larutan menjadi biru tua menandakan terjadinya pergantian ligan H 2O menjadi
ligan NH3 yang memiliki kekuatan lebih besar, oleh karena itu terjadi pergeseran spektra yang dihasilkan
oleh kompleks Cu2+ yang disebabkan panjang gelombang NH3 lebih kecil dari H2O sehingga energi NH3
mampu menggantikan ligan H2O dalam kompleks. Kompleks Cu memiliki konfigurasi yaitu sebagai
berikut:
Hibridisasi :
3d 4s 4p
Berdasarkan hibridisasi serta konfigurasi Cu2+ dapat diketahui bahwa terjadi pengisian orbital
kosong 4s dari ion pusat dengan ligan. Hal tersebut menyebabkan hibridisasi dsp 2 yang memiliki bentuk
geometri tetrahedral. Sedangkan transisi yang terjadi pada Cu 2+ yaitu dapat dilihat dalam diagram berikut
ini
2Eg T2g → Eg
2
D
2T2g
Karena Cu hanya memiliki satu buah transisi energi dari T2g menjadi Eg maka puncak spektra yang
dihasilkan berdasarkan teori yaitu satu puncak saja. Sedang data kuantitatif yang didapat yaitu absorbansi
dan panjang gelombang kemudian digunakan untuk menentukan energi atau kekuatan ligan.
Pada percobaan ini, larutan CuSO4.5H2O berperan sebagai penyumbang kation dan atom pusat yaitu
Cu2+ dimana akan direaksikan dengan NH4OH yang merupakan penyumbang ligan NH3 yang akan
mensubstitusi H2O, kemudian penambahan NH4Cl yang berfungsi untuk menjenuhkan larutan. Jika larutan
yang didapat belum jenuh maka akan didapatkan endapan Cu(OH) 2 dengan reaksi sebagai berikut :
CuSO4.5H2O(aq) + NH4Cl(s)+ NH4OH(aq)→ Cu(OH)2(s)+ (NH4)2SO4(aq) + HCl(aq) + H2O(l)
Penambahan NH4OH dengan konsentrasi tertentu menyebabkan perubahan warna dari hijau
menjadi biru dikarenakan terjadi substitusi NH3 menjadi ligan kompleks Cu. Reaksi yang terjadi yaitu
sebagai berikut:
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kekuatan ligan amonia
(NH3) memiliki pengaruh terhadap spektra kompleks Cu 2+ dimana semakin banyak konsentrasi NH3 yang
ditambahkan (kekuatan besar) maka kompleks Cu yang dihasilkan memiliki kekuatan ligan yang besar
sehingga pada spektra yang dihasilkan memiliki panjang gelombang yang lebih kecil, begitu pula
sebaliknya semakin sedikit konsentrasi NH3 yang ditambahkan (kekuatan kecil) maka panjang gelombang
pada spektra akan semakin besar karena kekuatan ligan berbanding terbalik dengan panjang gelombang.
Xu, S., Gozem, S., Krylov, A.I., Christopher, C.R. and Weber, J.M., 2015. Ligand influence on the
electronic spectra of monocationic copper–bipyridine complexes. Physical Chemistry
Chemical Physics. 17(47): 31938-31946.
VIII. LAMPIRAN
1. Perhitungan
2. Grafik spektra
3. Jurnal
IX. PENGESAHAN
PERHITUNGAN
Perhitungan Energi :
ℎ.𝑐
𝐸= 𝜆
[Cu(H2O)5(NH3) ] 2+
𝜆=805 nm =805 x 10-9 m [Cu(H2O)6 ] 2+
6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108 𝜆= 804 nm = 804 x 10-9 m
𝐸=
805 𝑥 10−9
6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108
𝑬 = 2,469 x 10 -19
J 𝐸=
804 10−9
𝑬 = 2,472 x 10-19 J
[Cu(H2O)4(NH3)2 ] 2+
𝜆= 667nm = 667 x 10-9 m [Cu(NH3)4 ] 2+
6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108 𝜆= 622 nm = 622 x 10-9 m
𝐸=
667 𝑥 10−9
6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108
𝑬 = 2,980 x 10 -19
J 𝐸 =
622 𝑥 10−9
𝑬 = 3.196 x 10-19 J
[Cu(H2O)3(NH3)3 ] 2+
𝜆= 653 nm = 653 x 10-9 m
6,6261 𝑥 10−34 𝑥 3 𝑥 108
𝐸=
653 𝑥 10−9
𝑬 = 3,044 x 10-19 J
LAMPIRAN GRAFIK
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 200 400 600 800 1000
Panjang Gelombang (nm)
Grafik 8.1 Grafik Hubungan Panjang Gelombang terhadap absorbansi pada [Cu(H2O)5(NH3)]2+
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 200 400 600 800 1000
Panjang Gelombang (nm)
Grafik 8.2 Grafik Hubungan Panjang Gelombang terhadap absorbansi pada [Cu(H2O)4(NH3)2]2+
Grafik Hubungan Panjang Gelombang
terhadap absorbansi pada [Cu(H2O)6]2+
0.6
0.5
Ansorbansi
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 200 400 600 800 1000
Panjang Gelombang (nm)
Grafik 8.3 Grafik Hubungan Panjang Gelombang terhadap absorbansi pada [Cu(H2O)6]2+
0.2
Absorbansi
0.15
0.1
0.05
0
0 200 400 600 800 1000
Panjang Gelombang (nm)
Grafik 8.4 Grafik Hubungan Panjang Gelombang terhadap absorbansi pada [Cu(NH3)6]2+
0.1
0
Absorbansi
-0.2
-0.3
-0.4
Panjang Gelombang (nm)
Grafik 8.5 Grafik Hubungan Panjang Gelombang terhadap absorbansi pada [Cu(H2O)3(NH3)3]2+