Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

INDUSTRI CAT

Oleh :

1. Galang Andreanto (M03160)


2. Hana Catur Wulandari (M03160)
3. Intan Ayu Zuhaela (M0316038)

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat- Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang industri cat.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai ilmu tersebut. Penulis mohon maaf apabila terdapat kalimat
yang salah atau yang kurang berkenan bagi para pembaca. Penulis siap menerima
kritik serta saran yang konstruktif.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, 26 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................
A. Pengertian Kurikulum...................................................................................
B. Komponen Kurikulum.................................................................................
C. Fungsi-Fungsi Kurikulum..............................................................................
D. Manfaat Kurikulum..................................................................................
E. Tentang KKNI..........................................................................................
F. Peran KKNI...............................................................................................
BAB III PENUTUP.....................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan penduduk dan perkembangan akan kebutuhan properti
juga semakin tinggi. Berbagai hunian yang marak dibangun membuat
kebutuhan bahan bangunan semakin tinggi, salah satunya adalah
kebutuhan akan cat. Cat akan menambah nilai estetika dalam hunian
tersebut (Setiyani dkk., 2018). Industri cat adalah salah satu industri tertua
didunia. Cat telah dikenal sejak zaman prasejarah. Hal ini terbukti dari
bentuk lukisan pada dinding-dinding goa yang berasal dari peninggalan
zaman pra sejarah. Cat pada zaman prasejarah dibuat dari bahan-bahan
alami seperti kulit kayu, dan getah daun.
Cat (coating) merupakan materi yang pada suhu kamar berupa fluida
zat cair berfungsi menjadi sebuah lapisan proteksi yang melidungi suatu
permukaan dari ekses lingkungan (Lusiana dan Cahyanto, 2014).Tujuan
dari pelapisan dengan cat adalah untuk memperindah, memperkuat, atau
melindungi bahan/objek. Cat juga dapat memerpanjang usia dari suatu
produk karena cat memiliki sifat melindungi dari berbagai kondisi
lingkungan, misalnya dari suhu yang ektrim atau korosi. Pelekatan cat ke
permukaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu diusapkan,
dilumurkan, dikuaskan maupun disemprotkan (Rahman dan Maulana,
2014).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi cat?
2. Bagaimana sejarah perkembangan cat?
3. Bagaimana klasifikasi cat?
4. Apa fungsi cat?
5. Apa bahan penyusun cat?
6. Bagaimana uji kualitatif dan uji kuantitatif cat?
7. Apa saja aplikasi pada cat?
8. Apa dampak negatif dari cat?
C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari cat
2. Mengetahui sejarah perkembangan cat
3. Mengetahui klasifikasi cat
4. Mengetahui fungsi cat
5. Mengetahui bahan penyusun cat
6. Mengetahui uji kualitatif dan kuantitatif dari cat
7. Mengetahui aplikasi pada cat
8. Mengetahui dampak negatif dari cat
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI CAT

Cat didefinisikan sebagai suatu cairan yang dipakai untuk


melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan memperindah,
memperkuat, atau melindungi bahan tersebut. Setelah dilapisi pada
permukaan dan mengering, cat akan membentuk lapisan tipis yang
melekat kuat pada permukaan tersebut. Pelekatan cat ke permukaan
dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya diusapkan,
dilumurkan, dikuaskan atau disemprotkan (Rahman dan Farid
Maulana 2014).

Cat diaplikasikan ke permukaan, pada saat itu proses


pengeringan dimulai. Bagian cair mulai menguap dan meninggalkan
lapisan film, lapisan film terdiri dari binder, aditif dan pigmen. Pada
saat cat mengering pelarut, pigmen, binder dan aditif tidak secara
kimiawi mengkilat. Namun partikel-partikel bergerak merapat atau
menyatu bersama-sama untuk mengisi celah yang ditinggalkan oleh
menguapnya pelarut, dengan istilah coalescence atau penyusutan. Cat
yang berkualitas memiliki nilai lebih, seperti daya tahan terhadap
cuaca, anti jamur, tidak pudar, mudah dibersihkan, dapat menutupi
retak rambut, dan dilengkapi pengharum (Arianto dkk., 2016).
B. SEJARAH PERKEMBANGAN CAT
Sejarah cat diawali pada masa 38.000 tahun sebelum Masehi.
Pada masa pra sejarah masyarakat Mesir mewarnai dinding dengan
arang, tanah, dan darah binatang. Para ahli sejarah menemukan bahwa
masyarakat Mesir kuno juga menambahkan warna biru dan hijau.
Masyarakat Romawi dan Yunani menggunakan campuran timah
dengan anggur dan cuka, serta alat yang digunakan pun masih sangat
sederhana, yakni ujung batang tumbuhan yang telah ditumbuk menjadi
lembaran serat-serat seperti sapu.

Ratusan dan ribuan tahun berikutnya, orang-orang mulai


menggunakan zat pewarna pada cat. 3.000 tahun sebelum masehi,
orang-orang Mesir mengawali pencampuran warna dengan minyak
dan lemak. Bahan yang digunakan untuk mengecat pada saat itu
adalah campuran kaca bumi dengan batu permata, timbal, tanah, dan
darah binatang. Pada abad ke-13 akhirnya terbentuk serikat pekerja cat
(tukang cat) yang mengesahkan standard pengecatan. Beberapa abad
berikutnya, perkembangan teknologi memengaruhi inovasi proses
pembuatan cat.

Orang-orang mulai menggunakan campuran air dan minyak


pada bahan-bahan cat pada abad ke-17. Kedua bahan pelarut tersebut
memiliki keunggulannya sendiri-sendiri. Untuk dinding dan langit-
langit, mereka akan menggunakan cat berbahan dasar air. Sementara
itu, cat berbahan dasar minyak digunakan untuk mengecat permukaan
kayu. Masyarakat Amerika Serikat pada saat itu menyukai corak yang
memberi kesan mewah. Mereka menyewa tukang cat khusus yang
mampu mengecat tembok dengan corak marmer, perunggu, atau kayu.
Mereka menyukai corak cat menyerupai langit asli dengan tebaran
awan-awan putih untuk warna lagit-langit.

Penemuan penting mengenai teknik pengecatan lahir di tahun


1638. Ketika itu, sebuah toko penjual daging babi dicat ulang. Para
pengecat memberikan cat dasar sebanyak 2 lapis, lalu melapisinya
dengan cat akhir. Metode pengecatan inilah yang masih digunakan
hingga sekarang. Pengecat pada masa itu mencampurkan zat pewarna
(pigmen) dengan minyak dan mortar untuk menghasilkan campuran
yang lebih padat. Proses penggilingan pigmen dengan minyak
bertujuan agar pigmen bisa tercampur selarut mungkin dengan
minyak. Sampai abad ke-18, proses ini dikerjakan secara manual oleh
para pekerja sehingga mengakibatkan banyak pekerja yang mati
keracunan akibat bersinggungan langsung dengan timah puth. Cat
berbahan timah sangat populer pada saat itu karena diyakini mampu
bertahan selama ratusan tahun. Kemudian, tempat produksi cat dilapisi
dengan sistem penyaring udara untuk mengurangi jumlah bubuk timah
yang terhirup, dengan resiko kesehatan yang tinggi, sungguh
mencengangkan bahwa pemerintah baru mengeluarkan larangan
penggunaan timah sebagai bahan cat pada akhir tahun 1970-an. Inggris
menjadi pusat inovasi dan teknologi industri pembuatan cat pada abad
18. Seorang warga Inggris bernama Marshall Smith menemukan alat
pengaduk yang lebih efisien sehingga dapat menghasilkan banyak cat
dalam waktu relatif singkat. hal ini memicu pesatnya industri cat di
Inggris sejak saat itu. Industri cat lebih berkembang lagi pada awal
abad ke-19 bersamaan dengan ditemukannya mesin uap. Hampir pada
waktu yang sama, di Eropa ditemukan komposisi baru untuk membuat
cat warna dasar (putih), yakni dengan mencampurkan oksida besi
sebagai pengganti timah. Beberapa puluh tahun kemudian, para
pemilik pabrik cat mulai membayar buruh untuk menggiling dan
mencampur bahan-bahan cat. Saat itu pulalah terbentuk serikat dagang
produsen cat. Proses pembuatan cat menjadi lebih mudah dan cepat.
Apalagi dengan ditemukannya ide pencampuran minyak biji rami
sebagai zat pengikat, industri cat berkembang semakin pesat. Cat
berbahan dasar minyak dianggap mampu melindungi permukaan
dinding dengan sangat baik. Industri ini mencapai titik puncaknya
ketika mengecat bukan hanya karena keinginan menciptakan
keindahan di rumah, tapi telah menjadi suatu keharusan dan
kebutuhan. Tidak hanya mempercantik tampilan dinding luar, cat juga
membuatnya awet dan terlindung dari kerusakan akibat cuaca.

Perusahaan pertama yang memproduksi dan menjual cat siap


pakai adalah Sherwin-Williams & Co., pada tahun 1866. Produsen ini
menjual cat berbahan dasar minyak yang siap pakai dalam kemasan
kaleng. Penemunya, Henry Sherwin, kemudian menciptakan inovasi
dengan membuat kemasan kaleng yang bisa ditutup kembali. Tak mau
kalah dengan Sherwin-Williams, Benjamin Moore akhirnya berdiri
pada tahun 1883. Pada tahun 1907, untuk pertama kalinya produsen
cat menyewa jasa ahli kimia untuk melakukan penelitian. Di antara
sekian banyak inovasi Benjamin Moore, teknologi kombinasi warna
terkomputerisasi, yang ditemukan tahun 1982,merupakan penemuan
yang paling berpengaruh dan berkesan.

Cat yang paling populer pada abad ke-20 adalah cat acrylic
(berbahan dasar air) Cat akrilik yang dibuat pertama kali mengandung
VOC (Volatile Organic Compound). Cat latex, di sisi lain, juga
mengandung gas kimia berbahaya. Kontak langsung dengan VOC jika
terlalu lama bisa merusak hati, ginjal, dan pusat sistem syaraf.
Berdasarkan hasil uji coba di laboratorium,. Senyawa VOC bisa
menyebabkan kanker. Dengan adanya hasil ini, para peneliti
menyimpulkan bahwa VOC juga bisa menimbulkan kanker pada
manusia. Semakin banyak pabrik yang memproduksi cat bebas-VOC.
Label “bebas-VOC” ini lebih tepatnya berarti bahwa cat tersebut
memiliki kandungan VOC kurang dari 5 gram per liternya. Cat
berbahan dasar tanah liat dan air mengandung minyak tumbuh-
tumbuhan, resin, dan pewarna alami sebagai pengganti VOC . Cat
dengan kadar VOC yang rendah bisa lebih aman digunakan, bahkan
bagi orang yang alergi atau berkulit sensitif. Selain itu, cat seperti ini
tidak menghasilkan bau menyengat.
C. KLASIFIKASI CAT
Klasifikasi cat ditunjukkan pada Tabel 1. berikut.

Dasar pengelompokan Jenis dan keterangan


Bahan baku Berdasarkan jenis resin yang dipakai: cat
epoxy, polyurethane, acrylic, melamine, alkyd,
nitro cellulose, polyester, vinyl, chlorinated
rubber, dll
Berdasarkan ada tidaknya pigment dalam cat
tersebut, yaitu varnish atau lacquer (transparent,
tidak mengandung pigment); duco atau enamel
(berwarna dan menutup permukaan bahan,
mengandung pigment).
Fungsi Cat dempul (filler), anti karat (anti corrosion),
anti jamur (anti fungus), tahan api, tahan panas
(heat resistance), anti bocor (water proofing),
decorative, protective , industrial dll.
Metode pengecatan Cat kuas, spray, celup, wiping, elektrostatik,
roll, dll.
Dasar pengelompokan Jenis dan keterangan
Letak pemakaian Cat primer (sebagaidasar), undercoat,
intermediate (ditengah-tengah), top
coat/finishing (pada permukaan paling atas dari
beberapa lapisan cat), interior (di dalam tidak
terkena secaralangsung sinar matahari) dan
exterior (di luar), dll.
Jenis substrat Cat besi (metal protective), lantai (flooring
systems), kayu (wood finishing), beton
(concrete paint), kapal (marine paint), mobil
(automotive paint, plastik, kulit, tembok, dll.

Dasar pengelompokan Jenis dan keterangan


Kondisi dan bentuk Cat pasta, ready-mixed, emulsi, aerosol, dll.
campuran
Ada tidaknya solvent Water base, cat solvent base, tanpa solvent,
powder, dll.
Mekanisme Cat kering udara (varnish dan syntetic enamel),
pengeringan cat stoving (panggang), cat uv curing, cat
penguapan solvent (lacquer dan duco), dll.

D. FUNGSI CAT
Cat rumah diklasifikasikan menjadi cat interior dan cat
eksterior. Cat interior adalah cat yang diperuntukkan didalam rumah
sehingga lebih menonjolkan asppek keindahan, sedangkan cat
eksterior adalah cat yang diperuntukkan diluar rumah sehingga
memiliki sifat protektif terhadap cuaca. Cat interior kurang cocok
digunakan untuk esterior dan begitu pula sebaliknya.
Cat interior menghasilkan kehalusan penampilan lapisan cat
serta warna, mudah dibersihkan, mudah dalam perawatan, tidak
mudah berjamur untuk bagian-bagian lembab, lapisan cat dapat
menutup retakan-retakan halus pada dinding, dan bebas kandungan
logam berat (heavy metal). Cat eksterior di samping memberikan
aspek keindahan juga berfungsi melindungi tembok dari cuaca.
Dinding tembok adalah bagian yang paling ekstrim terkena perubahan
cuaca seperti terpaan angin dan sinar matahari, guyuran hujan, serta
perubahan suhu. Akibatnya dinding luar lebih cepat mengalami
kerusakan. Karenanya membutuhkan cat yang tahan terhadap cuaca
agar tidak mudah rusak. Kerusakan menyebabkan rembesan air pada
saat musim hujan ke dinding dalam. Hal ini bisa mengakibatkan flek-
flek pada dinding dalam. Cat digunakan mulai dari cat rumah, perabot
rumah, dan berbagai peralatan sampai kepada mobil. Gunanya, selain
untuk menambah keindahan barang yang dicat juga untuk melindungi
bahan yang dicat dari karat, khususnya logam. Mulai dari pagar besi,
teralis dan sampai kepada perut kapal laut ataupun tanker.
E. KOMPONEN PENYUSUN CAT
Komponen atau bahan penyusun cat terdiri dari binder (resin),
pigmen, solven, dan zat aditif (Rahman dan Maulana, 2014).
1. Binder
Binder berfungsi untuk merekatkan partikel-
partikel pigmen kedalam lapisan film cat dan membuat
cat merekat pada permukaan. Tipe binder dan
persentase binder dalam suatu formula cat menentukan
banyak hal dari peforma cat seperti washability
(kekentalan saat dicuci dengan air), scrubbability
(ketahanan saat digosok), colour retention (kekentalan
warna) dan adhesi (daya lekat). Semakin banyak binder
atau resin dalam cat, semakin baik cat nya, semakin
mengkilap, dan semakin tahan lama. Syarat senyawa
digunakan sebagai binder adalah memiliki gaya adhesi
atau gaya tarik menarik antar partikel yang baik
(Kurniawan , 2013).
2. Pigmen
Pigmen adalah padatan (serbuk) warna, yang
memberi warna pada suatu cat dan daya tutup (hiding
power). Pigmen tersuspensi dalam carrier, inilah
mengapa cat harus diaduk sebelum digunakan.
Komponen lainnya binder atau pengikat yang menahan
material-material cat, kemudian bahan aditif untuk
menambah fitur cat yang digunakan (Guritno, 2008).
3. Solven (pelarut)
Cairan pada suatu cat disusun oleh pelarut
minyak dan atau diluent. Pelarut minyak dan diluent
merupakan suatu cairan yang dapat melarutkan
material. Keduanya juga disebut thinner karena
keduanya mempunyai kemampuan untuk
mengencerkan cat kekentalan yang diinginkan. Pelarut
cat tembok biasanya digunakan air, sedangkan cat besi
atau kayu biasanya digunakan pelarut organik seperti
wjite spirit, etil alkohol atau etil asetat, minyak, dan
lain-lain. Secara garis besar pelarut dibagi menjadi dua
bagian yaitu solvent hidrokarbon dan solvent
oxygenated. Solvent oxygenated juga disebut sebagai
solvent kimia, sebuah istilah karena solvent
hidrokarbon dibuat hanya dari turunan minyak bumi,
dan solvent oxygenated dibuat dari hasil sintesis
(Guritno, 2008).
4. Zat Aditif
Zat aditif suatu cat dapat mengandung satu
atau lebih zat tambahan yang berfungsi untuk
meningkatkan performasi, dan biasanya digunakan
dalam jumlah yang sangat kecil. Komponen ini juga
digunakan untuk menurunkan kandungan hara namun
demikian ada juga yang penambahannya ditujukan
untuk memperbaiki sifat cat, misalnya untuk
menurunkan refractive index (index pantul) atau
meningkatkan daya tutup.
Bahan aditif sekaligus sebagai extender atau
pengisi (filler) yang biasa digunakan antara lain
kalsium karbonat, kaolin, dan magnesium silikat.
Kasium karbonat, PV AC dan titanium dioksida
digunakan sebagai bahan baku utama dan perekat,
Kaolin sebagai bahan pengisi pigmen warna untuk
memberi warna yang diinginkan, dan pine oil sebagai
pengharum dan penguat warna agar tidak cepat pudar.
Contoh bahan aditif lain adalah wetting
agent,dispersing agent, anti skinning agent, anti settling
agent, anti foaming,dan lain sebagainya.
F. UJI KUALITATIF DAN KUANTITATIF CAT
1. Uji kualitatif
a. Keadaan dalam kemasan
Cat harus tidak berbau busuk, tidak mengandung
endapan keras saat diaduk, tidak menggumpal, tidak
mengulit, serta tidak terjadi pemisahan warna
b. Sifat pengulasan
Cat siap pakai harus mudah diulaskan dengan kuas
pada lempeng uji krisotil semen. Lapisan cat kering harus
halus, rata, tidak berkerut, dan tidak turun.
c. Kestabilan dalam penyimpanan dan sifat lapisan kering
Cat yang telah 6 bulan dikemas oleh pabrik dan
disimpan pada suhu 21-32ºC atau disimpan selama satu
bulan pada suhu 52ºC cat tidak akan mengalami perubahan.
d. Ketahanan terhadap alkali
Cat tidakakan mengalami perubahan warna,
gelembung, pengerutan, pengapuran, dan pengelupasan
setelah dikeringkan selama 30 menit.
2. Uji kuantitatif menurut SNI (Standar Nasional Indonesia)
Standar baku mutu cat pada SNI 3564: 2009 dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar baku mutu cat pada SNI 3564: 2009

Parameter Nilai
Daya tutup:
Warna Cerah min 8 m2/L
Warna Gelap min 11 m2/L
Density (suhu 28-30oC) min 1,2 g/cm3
Kehalusan maks 50 mikron
Waktu pengeringan:
Kering Sentuh maks 30 menit
Kering Keras maks 60 menit
Padatan total min 40 %berat
Kekentalan (suhu 28-30oC) min 90 KU (Krebs Unit)
pH 7-9,5
Logam berat (Pb, Cu, Hg, Tidak Terdeteksi
Cd, Cr 6+)
Sumber: SNI 3564: 2009 dalam kurniawan, 2013.

G. APLIKASI PADA CAT


1. Aplikasi Binder : Pengaruh Penggunaan Senyawa Akrilik dan
Poliester Sebagai Cat Tembok beserta Uji SNI-nya
Akrilik merupakan polimer adisi sintetik yang tersusun atas
monomer monomer asam akrilat dan metil metakrilat. Senyawa
akrilik berbentuk cairan tidak berwarna, bau tajam khas, mudah
terbakar, berat molekulnya 72,06 g/mol, titik didih 141 ºC dan titik
nyala nya 50ºC. Akrilik digunakan sebagai resin karena memiliki
sifat kimia dan fisika seperti kemampuan membentuk lapisan film
yang baik, hidrofobik ,tidak tembus air, dan stabil dalam
lingkungan asam maupun basa (Chiantore dan Lazzari , 1996).
Dalam penelitian Hamid J.N, dkk(2004) mengenai resin akrilik
menyatakan bahwa resin akrilik memiliki kadar padatan 43% dan
dapat digunakan dalam cat emulsi sebagai pengikat.Struktur resin
akrilik ditunjukkan pada gambar 1 berikut.

Gambar 1 . Struktur poliakrilik


Poliester merupakan suatu polimer kondensasi sintetik
(sebuah rantai karbon dari unit yang berulang-ulang) dimana
masing-masing unit dihubungkan oleh sebuah sambungan ester.
Nama lain dari poliester adalah polietilen tereftalat. Struktur
poliester ditunjukkan oleh gambar 2 berikut.

Gambar 2 . Struktur poliester


Uji SNI pada cat emulsi merujuk pada SNI 3564:2009 yang
ditunjukkan pada tabel 2 pada halaman sebelumnya yang terdiri
dari uji densitas, uji viskositas, uji waktu mengering cat, dan uji
padatan total. Hasil uji optimum dalam penelitian Kurniawan
(2013) untuk cat tembok menggunakan binder akrilik adalah uji
densitas 1,30 g/cm3, uji viskositas 23.000 cp, uji padatan total
41,97%, pH 7, uji ketahanan terhadap alkali tidak mengalami
perubahan warna, gelembung, pengerutan, pengapuran dan
pengelupasan, uji waktu mengering dengan waktu kering sentuh
24:23 menit dan waktu kering keras 32:31 menit. Cat tembok
dengan binder poliester uji densitas 1,28 g/m3, uji viskositas
22.250 cp, uji padatan total 41,45%, pH 7, uji ketahanan terhadap
alkali tidak mengalami perubahan warna, terjadi gelembung,
pengerutan, terjadi pengapuran dan tidak terjadi pengelupasan, uji
waktu mengering dengan waktu kering sentuh 26:12 menit dan
waktu kering keras dengan waktu 37:47 menit. Dengan demikian,
densitas , viskositas atau kekentalan cat , dan jumlah padatan total
cat yang menggunakan binder akrilik > cat dengan binder
poliester . Waktu untuk mengering pada cat dengan binder akrilik
juga lebih cepat daripada cat dengan binder poliester (Kurniawan ,
2013).
2. Aplikasi Bahan Aditif : Pengaruh Penggunaan Bahan Aditif Metil
Etil Ketoxime sebagai Anti-skinning Agent Cat
Anti-skinning agent adalah bahan aditif yang ditambahkan
untuk mencegah proses pengulitan pada permukaan cat berbahan
resin oil atau alkyd selama penyimpanan dalam kaleng. Contoh
anti-skinning agent pada cat adalah metil etil ketoxime . Pengulitan
pada cat disebabkan oleh terbentuknya radikal bebas peroksi
karena adanya oksigen sehingga menghambat terjadinya
polimerisasi pada monomer resin sehingga terbentuk lapisan yang
keras. Proses pengulitan cat dapat dihambat dengan metil etil
ketoxime yang mekanisme kerja nya adalah radikal bebas dari
peroksi akan menyerang C=N pada metil etil ketoxime sehingga
terbentuk senyawa lain yang lebih stabil. Contoh reaksi nya
ditunjukkan pada persamaan reaksi 1 dan 2 berikut yang mana
radikal bebas dari tert-butoksi dari resin alkyd pada cat akan
menyerang C=N pada metil etil ketoxime sehingga terbentuk
senyawa lain yang lebih stabil (Tanase dkk ., 2003):

t
BuO. + (CH3) (C2H5 )C=N-OH → (tBuO) (CH3) (C2H5 )C-NH-O. ...(1)
BuO. + (CH3) (C2H5 )C-NH-O. → tBuO. + (CH3) (C2H5 )CN=O .....(2)
t

Struktur metil etil ketoxime ditunjukkan oleh gambar 3 berikut.


Gambar 3 . Struktur metil etil ketoxime
Pengaruh penambahan anti-skining agent ini adalah proses
pembentukan kulit pada cat dapat berjalan lebih lambat. Hal ini
ditunjukkan oleh tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 3 . Pengaruh penambahan anti-skinning agent (aax, pax,
bax, mmko, dan meko).
Anti-skinning agent Waktu Pembentukan kulit
pada cat (hari)
Tidak ada penambahan anti- < 1 hari
skinning agent
Aax 14
Pax 8
Bax 15
Mmko 9
Meko 11

Terbukti bahwa setelah penambahan anti-skinning agent


maka pembentukan kulit pada cat bisa diperlambat dalam waktu
minimal seminggu
H. DAMPAK NEGATIF CAT
Cat terdiri dari bahan-bahan yang berbahaya bila
kandungannya melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan. Salah
satu bahan yang berbahaya adalah VOC (volatile organic compound)
atau kandungan senyawa organik yang mudah menguap. Yang
termasuk dalam kategori VOC di antaranya solvent dan tiner. VOC
ditandai dengan adanya bau, walaupun menurut Chandra Budiono dari
Pacific Paint, cat yang tidak berbau belum tentu bebas VOC. Solvent
memegang peranan dalam pembentukan film yang baik. Solvent
digunakan sebagai pencampur cat karena dengan takaran yang pas bisa
membuat cat memiliki kekentalan yang juga pas. Ini membuat cat
menjadi mudah diaduk, mudah diaplikasikan, dan cepat kering.
Penambahan solvent yang bersifat tidak ramah lingkungan serta tidak
ramah bagi kesehatan manusia. Polimerisasi (salah satu tahap dalam
pembuatan cat) yang menggunakan teknologi terbaru memungkinkan
proses pembuatan cat tidak membutuhkan solvent lagi.
Solvent yang ada dalam kandungan cat akan menguap setelah
cat diaplikasikan. Setelah solvent menguap, cat akan mengering dan
membentuk lapisan di pemmuaaan benda. Karena itu cat yang sudah
diaplikasikan pada dinding dan sudah mengering, sebenarnya sudah
tidak lagi mengandung solvent. Tapi gas atau uap yang dihasilkan
tersebut membutuhkan waktu untuk benar-benar hilang dari udara di
dalam ruang yang baru dicat. Uap solvent yang menyebar di udara ini
bisa mencemari lingkungan dan menyebabkan gangguan kesehatan
bila terhirup secara berlebihan. Efek solvent bisa dirasakan secara
instan ketika memasuki ruang yang mengandung gas akibat penguapan
solvent. Secara instan, bahan ini bisa menyebabkan gangguan
kesehatan ringan seperti seperti mata pedas, kulit perih, gangguan
saluran pernafasan, atau alergi. Sedangkan bila dihirup dalam jangka
waktu lama, bahan ini bisa menyebabkan kanker, kerusakan hati, dan
gangguan sistem saraf.
Bahan berbahaya lainnya yang terkandung dalam cat selain
VOC adalah timbal dan merkuri. Timbal sering digunakan dalam
campuran cat untuk menghasilkan warna-warna cerah. Timbal ini
terkandung di dalam pigmen, yaitu bahan untuk memberi warna pada
cat., cat warna kuning dan oranye memiliki kandungan timbal yang
lebih tinggi dibandingkan warna-warna lain dan biasanya penambahan
timbal ini berlaku untuk cat minyak.
Seperti juga timbal, merkuri merupakan bahan logam berat yang
ada dalam kandungan cat. Merkuri salah satunya digunakan dalam
campuran antijamur tetapi merkuri termasuk senyawa yang mudah
menguap (VOC) yang berbahaya saat uapnya terhirup, merkuri dan
timbal akan memberi efek buruk bila masuk ke dalam tubuh. Hal Ini
bisa terjadi apabila menyentuh dinding, serbuknya menempel di
tangan dan kemudian memegang makanan tanpa mencuci tangan
terlebih dulu. Timbal bisa menyebabkan gangguan sistem saraf dan
organ reproduksi. Pada tubuh anak-anak, timbal yang melebihi
ambang batas akan memengaruhi tingkat kecerdasan dan
prilaku. Sedangkan merkuti bisa menyebabkan gangguan pada
susunan saraf, otak dan ginjal. Lebih parah lagi, baik VOC, timbal
maupun merkuri selain merusak tubuh juga lingkungan.
Hal penting yang harus diperhatikan saat memilih cat adalah
kandungan zat berbahaya di dalamnya. Beberapa bahan berbahaya,
seperti logam berat biasanya digunakan dalam pewarna dan aditif.
Jenis pigmen yang berbahaya dalam kandungan cat adalah lead
Chromate yang biasa digunakan untuk memberi warna hijau, kuning
dan merah; Chromium pemberi warna hijau, kuning dan oranye; serta
Cadmium sebagai pemberi warna hijau, kuning, oranye dan merah.
BAB III
PNUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini dapat ditentukan
beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2. Kurikulum mempunyai 4 komponen utama, yaitu tujuan, isi
atau materi, strategi pelaksaan dan evaluasi.
3. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah
kerangka penjenjangan kualifikasi sumber daya
manusia Indonesia yang menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan sektor pendidikan dengan
sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu skema
pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan
struktur di berbagai sektor pekerjaan[1]. KKNI merupakan
perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait
dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan
kerja nasional, dan sistem penilaian kesetaraan
capaian pembelajaran (learning outcomes) nasional, yang
dimiliki Indonesia untuk menghasilkan sumber daya
manusia nasional yang bermutu dan produktif.
4. mengasah potensi mahasiswa untuk menjadi agen yang
berwawasan luas serta memiliki skill yang sesuai dengan
kriteria yang dibutuhkan di masyarakat
B. SARAN
Tenaga pengajar harus memahami dan mengerti kurikulum
yang berlaku untuk dapat memajukan pendidikan di indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2009. Standar Nasional Indonesia SNI 3564, Cat Tembok


Emulsi, Dewan Standardisasi Nasional.

Arianto, I.S., Masturi., dan Yulianti, I. 2016. Uji Penambahan Cangkang Telur
Terhadap Daya Lekat Cat Tembok. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-
Journal), 5:51-54.

Chiantore,O dan Lazzari , M. 1996. Characterization of Acrylic Resins. International


Journal of Polymer Analysis and Characterization , 2:4 .395-408

Guritno, W.M. 2008. Damar Alam Untuk Industri Cat. Jurnal Riset Teknologi
Industri, 2 (4):9-19.

Hamid, Shadpor, Neda Kayhan.2004. Synthesis and Characterization of Silicone


Modified Acrylic Resin and its Uses in the Emulsion Paints. Iranian Polymer
Journal , 14(3), 2005, 211-222.

https://media.rooang.com/2014/12/sejarah-munculnya-cat-tembok-bagian/ diakses
pada 22 April 2019 pukul 23.45 WIB.

Kurniawan,B. 2013. Pengaruh penggunaan binder akrilik dan poliester terhadap


kualitas cat tembok sesuai sni. Tugas akhir ii : Universitas Negeri Semarang.

Lusiana, U., dan Cahyanto, H. A. 2014. Penggunaan Kaolin Kalimantan Barat


sebagai Pigmen Extender dalam Pembuatan Cat Tembok Emulsi. Biopropal
Industri, 5(2): 45-51.

Rahman dan Maulana, 2014. Studi Pembuatan Cat Tembok Emulsi dengan
Menggunakan Kapur sebagai Bahan Pengisi. Jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan, 10(2):63-69.
Setiyani, S. I., Harini, C., dan Malik, D. 2018. The Effect of Prices, Quality of
Products, and Brand Image on Purchase of Cat Nippon Decisions Paint With
Promotion as a Moderation Variable. Journal of Management, 5(2): 19-27.

Tanase,S., Hierso,J.C., Bouwman,E., Reedijk,J Borg, J., Bielemanb,J.H dan


Schu,A. 2003. New insights on the anti-skinning effect of methyl ethyl
ketoxime in alkyd paints. New Journal of Chemistry.,27(1) : 854–859.

Anda mungkin juga menyukai