Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

PERCOBAAN II
PENGARUH KEKUATAN LIGAN TERHADAP SPEKTRA KOMPLEKS Cu(II)

72
Oleh :

Nama : Amalia Febiana

NIM : M0318013

Hari/Tgl. Praktikum : Rabu, 22 April 2020

Kelompok :6

Asisten Pembimbing : Intan Ayu Zuhaela

LABORATORIUM KIMIA

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2020
PERCOBAAN II

PENGARUH KEKUATAN LIGAN TERHADAP SPEKTRA KOMPLEKS Cu(II)

I. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari pengaruh kekuatan ligan NH3 terhadap
spektra kompleks Cu2+.

II. Dasar Teori


Senyawa kompleks adalah senyawa yang ada sebuah atom yang bertindak sebagai atom pusat dan
kelompok molekul yang dapat berupa ion netral atau bermuatan. Kelompok ini disebut ligan. Senyawa
kompleks terbentuk dipengaruhi oleh sifat ligan, yang meliputi efek alkalinitas, efek ikatan, dan efek
chelate ( Sucipto dan Martak, 2016 ). Ion logam pusat merupakan ion unsur transisi, yang dapat menerima
pasangan elektron bebas dari ligan. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan
ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi (Male dkk.,
2013).
Tembaga adalah logam transisi blok-d. Tembaga adalah anggota grup-1B dalam tabel periodik
dengan Perak (Ag) dan Emas (Au). Konfigurasi elektroniknya adalah 3d104s1. Ada tiga keadaan oksidasi
penting dari tembaga (Cu) yaitu nol (0), +1 dan +2. Tembaga (Cu) dapat berupa Cu+ atau Cu2+ dalam
keadaan ionik dan dikenal sebagai sufiks, membentuk Kompleks dengan ion dan radikal yang sesuai.
Tembaga (Cu) menempati status d9 di berbagai kompleks (Mustafa dan Alsharif, 2018).
Semua teknik analitik yang digunakan untuk mengumpulkan data fisikokimia dengan menyerap,
mentransmisikan energi radiasi dalam sampel disebut spektrofotometri. Pada teknik analitik ini, ada
penyerapan cahaya spektroskopi di daerah ultraviolet dan daerah tampak (UVVis) (200-800nm) sebagai
salah satu teknik yang paling sering digunakan untuk karakterisasi dan penentuan beberapa zat organik
dan anorganik. Metode analitik UV-Vis telah menjadi sangat penting dan tersebar luas di berbagai bidang
ilmiah di seluruh dunia karena ketersediaan, kesederhanaan, fleksibilitas, dan penerapannya yang luas di
beberapa bidang, termasuk biokimia dan kimia analitik(Leder dan Porcu, 2018). Spektroskopi UV adalah
teknik spektroskopi yang menggunakan cahaya dalam rentang sinar tampak, ultraviolet, dan inframerah.
Hukum Beer-Lambert menyatakan bahwa absorbansi larutan berbanding lurus dengan konsentrasi spesies
penyerap dalam larutan. Dengan demikian, untuk panjang jalur yang tetap, spektroskopi UV / VIS dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi penyerap dalam suatu larutan (Shah dkk., 2015). Koefisien
molar serapan yang mengukur intensitas penyerapan optik pada panjang gelombang tertentu dihitung
menggunakan persamaan Lambert-Beer yang ditunjukkan oleh persamaan berikut (Demissie dkk., 2015) :

A    c l ...............................................................................................................(1.1)
Berdasarkan persamaan diatas A adalah absorbansi, ε adalah koefisien absorpsi decadic molar, l adalah
jarak dalam media penyerap dan c adalah konsentrasi senyawa penyerap.
III. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Labu ukur 10 mL 2 buah
2. Labu ukur 50 mL 1 buah
3. Pipet ukur 1 mL 2 buah
4. Pipet ukur 10 mL 1 buah
5. Gelas beaker 50 mL 1 buah
6. Gelas beaker 100 mL 1 buah
7. Spektrofotometer UV-Vis 1 set
8. Erlenmeyer 25 mL 1 buah
9. Erlenmeyer 50 mL 1 buah
10. Erlenmeyer 100 mL 2 buah
11. Pipet tetes 1 buah
12. Pengaduk kaca 3 buah
13. Glassfin 1 buah

B. Bahan
1. NH4Cl padat secukupnya
2. Larutan CuSO4.5H2O 3M 5 mL
3. Larutan NH4OH 1 M 5 mL
4. Larutan NH4OH 2 M 5 mL
5. Larutan NH4OH 3 M 5 mL
6. Aquades secukupnya
7. Larutan NH4Cl 15 mL
8. Kertas saring 3 buah

C. Gambar Alat

Gambar 1. Labu ukur Gambar 3. Gelas beaker Gambar 4. Glasfirn


Gambar 2. Pipet ukur
Gambar 8. Pengaduk
Gambar 5. Spektrofo- Gambar 6. Gambar 7. Pipet tetes
tometer UV-Vis Erlenmeyer

IV. Cara Kerja


Larutan NH4OH 3M diencerkan hingga diperoleh larutan NH4OH 1M dan 2M. NH4Cl padat
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam 1 mL CuSO4.5H2O sampai jenuh, kemudian ditambahkan 1
mL NH4OH 1M. Larutan didiamkan sampai terbentuk dua lapisan, lalu larutan disaring. Filtrat yang
diperoleh ditambahkan 5 mL NH4Cl 2M. Lamda maksimum larutan tersebut diukur dengan
spektrofotometer UV-Vis. NH4Cl padat ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam 1 mL CuSO4.5H2O
sampai jenuh, kemudian ditambahkan 1 mL NH4OH 2M. Larutan didiamkan sampai terbentuk dua
lapisan, lalu larutan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan 5 mL NH4Cl 2M. Lamda maksimum
larutan tersebut diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. NH4Cl padat ditambahkan sedikit demi sedikit
ke dalam 1 mL CuSO4.5H2O sampai jenuh, kemudian ditambahkan 1 mL NH4OH 3M. Larutan
didiamkan sampai terbentuk dua lapisan, selanjutnya larutan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan
5 mL NH4Cl 2M. Lamda maksimum larutan tersebut diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Larutan
NH4OH 3M sebanyak 3 mL ditambahkan ke dalam 1 mL larutan CuSO4.5H2O, kemudian diukur lamda
maksimum larutan tersebut. Larutan CuSO4.5H2O sebanyak 1 mL diencerkan hingga volumenya 50 mL,
kemudian diukur lamda maksimum larutan tersebut.

V. Data Pengamatan
Kompleks λ (nm) Absorbansi Warna

[Cu(H2O)5(NH3)]2+ 805 0,30745 Biru kehijauan bening

[Cu(H2O)4(NH3)2]2+ 667 0,82803 biru tua bening

[Cu(H2O)3(NH3)3]2+ 647 0.14771 Biru muda bening

[Cu(NH3)6]2+ 653 0,24987 Biru tua pekat

[Cu(H2O)6]2+ 804 0,54674 Biru muda


VI. Pembahasan
Percobaan pengaruh kekuatan ligan terhadap spektra kompleks Cu(II) ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh kekuatan ligan terhadap spektra kompleks Cu2+. Prinsip pada percobaan ini adalah
adanya pergantian ligan H2O yang terdapat pada kompleks [Cu(H2O)6]2+ dengan ligan NH3 dalam
beberapa variasi konsentrasi sehingga akan diketahui pengaruh kekuatan ligan NH3 terhadap spektra
kompleks berdasarkan pengukuran absorbansi dan panjang gelombangnya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Pada percobaan ini tembaga digunakan sebagai atom pusat karena merupakan
logam transisi yang memiliki orbital kosong sehingga dapat berikatan dengan ligan secara kovalen
koordinasi, sedangkan ligan dalam percobaan ini adalah H2O dan NH3 dimana keduanya memiliki lone
pair electron sehingga dapat berikatan pada tembaga dengan mengisi orbital kosongnya.
Pengukuran panjang gelombang dan absorbansi dilakukan menggunakan instrumen
spektrofotometer UV-Vis. Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis adalah adanya interaksi antara materi
berupa molekul sampel dengan energi yang berupa sinar monokromatis yang menyebabkan elektron dari
materi tersebut tereksitasi dan berpindah dari keadaan ground state menuju ke excited state, dimana pada
keadaan ini elektron sangat tidak stabil sehingga akan kembali ke keadaan ground state dengan
memancarkan sejumlah energi yang besarnya sama dengan jumlah energi yang diserap saat elektron
tereksitasi pada panjang gelombang tertentu. Energi inilah yang akan diterima oleh detector dan dibaca
oleh recorder kemudian ditampilkan dalam bentuk spektra.
Pada percobaan ini, dibentuk lima larutan kompleks, yaitu [Cu(H2O)5(NH3)]2+,
[Cu(H2O)4(NH3)2]2+, [Cu(H2O)3(NH3)3]2+, [Cu(NH3)6]2+, dan [Cu(H2O)6]2+. Jika ammonia ditambahkan
ke dalam larutan maka air akan disubstitusi oleh ammonia menjadi ion kompleks. Substitusi molekul air
oleh molekul ammonia ditentukan oleh kekuatan ligan NH3. Kekuatan ligan NH3 lebih besar
dibandingkan H2O. Substitusi H2O oleh ammonia ditujukkan dengan pergeseran max ke  yang lebih
pendek.
Kompleks [Cu(H2O)5(NH3)]2+ dibuat dengan cara menambahkan padatan NH4Cl dalam larutan
CuSO4.5H2O hingga larutan menjadi jenuh. Suatu larutan dikatakan jenuh jika ke dalam larutan tersebut
ditambahkan solut maka solut tersebut tidak larut dan cenderung membentuk endapan. Setelah NH4Cl
dicampurkan dengan CuSO4.5H2O akan terjadi perubahan warna dari biru muda menjadi biru kehijauan.
Penambahan NH4OH dilakukan saat larutan telah jenuh, karena apabila NH4OH ditambahkan saat larutan
belum jenuh maka akan terbentuk endapan Cu(OH)2. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
CuSO4.5H2O(aq)+NH4Cl(s)+NH4OH(aq) → Cu(OH)2(s)+(NH4)2SO4+4H2O+HCl.........................(6.1)
Pengenceran larutan kompleks akan menghasilkan reaksi yaitu:
Cu2+(aq) + 6H2O(l) → [Cu(H2O)6]2+(aq) ....................................................................................(6.2)
Penambahan NH4OH berlebih akan menghasilkan reaksi yaitu:
Cu2+(aq) + 6NH3(aq) → [Cu(NH3)6]2+(aq)..................................................................................(6.3)
Penambahan NH4OH berfungsi sebagai pembentuk ligan NH3 yang akan
menggantikan/mensubsitusi ligan H2O, sedangkan penambahan NH4Cl berlebih berfungsi untuk menekan
terbentuknya endapan Cu(OH)2 karena tidak adanya OH- yang berlebih pada larutan sehingga kompleks
dapat terbentuk tanpa adanya endapan Cu(OH)2 serta menjada kesetimbangan dalam larutan.
Setiap penambahan NH4OH, maka larutan kompleks akan semakin berwarna pekat, yaitu biru
yang lebih pekat. Perbedaan kekuatan ligan NH3 dan H2O dapat dipelajari dengan spektrofotometer UV-
Vis dengan mengetahui panjang gelombang serapan suatu kompleks yang terbentuk. Hal ini sesuai
dengan teori Jorgenson yang menyatakan bahwa besarnya energi atau kekuatan dipengaruhi oleh panjang
gelombangnya.
Kompleks yang pertama, yaitu [Cu(H2O)5(NH3)]2+, dilakukan penambahan NH4Cl padat dalam
larutan Cu2+ hingga jenuh kemudian dilakukan penambahan NH4OH 1M dan terjadi perubahan warna
menjadi biru kehijauan bening. Reaksi yang terjadi adalah:
CuSO4.5H2O(aq) + NH4OH(aq) → [Cu(H2O)5(NH3)]2+(aq) + 5H2O(l) + SO42-(aq)............................(6.4)
Kompleks yang kedua adalah [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ yang dibuat dengan penambahan larutan NH4OH 2M
yang kemudian akan mengubah warna larutan menjadi berwarna biru tua bening. Reaksi yang terjadi
yaitu:
CuSO4.5H2O(aq) + 2NH4OH(aq) → [Cu(H2O)4(NH3)2]2+(aq) + 4H2O(l) + SO42-(aq)....................(6.5)
Kompleks [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ substitusi ligan H2O menggunakan larutan NH4OH3 3M yang berfungsi
untuk mendonorkan 3 atom ligan NH3 serta terjadi perubahan warna menjadi biru muda bening. Reaksi
yang terjadi adalah:
CuSO4.5H2O(aq) + 3NH4OH(aq) → [Cu(H2O)3(NH3)3]2+(aq) + 3H2O(l) + SO42-(aq)...................(6.6)
Selanjutnya, pembentukan larutan kompleks [Cu(NH3)6]2+ yang dilakukan dengan mereaksikan larutan
Cu2+ dengan NH4OH 3M dan terjadi perubahan warna menjadi biru tua pekat. Reaksi yang terjadi adalah:
CuSO4.5H2O(aq) + 6NH3(aq) → [Cu(NH3)6]2+(aq) + 5H2O(l) + SO42-(aq)..................................(6.7)
Larutan kompleks [Cu(H2O)6]2+ dibuat dengan melarutkan dan mengencerkan Cu2+ dengan aquades, yang
menghasilkan warna biru muda. Reaksi yang terjadi yaitu:
Cu2+(aq) + 5H2O(l) + SO42-(aq) + H2O(l) → [Cu(H2O)6]2+(aq) + SO42-(aq)...................................(6.8)
Berdasarkan hasil analisis spektrofotometer UV-Vis dan data perhitungan diperoleh energi kompleks
tersebut di atas adalah sebagai berikut.
Kompleks λ (nm) Absorbansi Energi (J)

[Cu(H2O)5(NH3)]2+ 805 0,30745

[Cu(H2O)4(NH3)2]2+ 667 0,82803

[Cu(H2O)3(NH3)3]2+ 647 0.14771

[Cu(NH3)6]2+ 653 0,24987

[Cu(H2O)6]2+ 804 0,54674

Tabel 6.1. Panjang gelombang, absorbansi, dan energi kompleks Cu2+.


Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa ligan NH3 lebih kuat dari ligan H2O.
Semakin kecil panjang gelombang, maka semakin besar energinya. Hal tersebut sesuai dengan
persamaan E = dimana energi berbanding terbalik dengan panjang gelombang. Urutan kekuatan

ligan menurut teori yaitu [Cu(NH3)6]2+ > [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ > [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ >
[Cu(H2O)5(NH3)]2+ > [Cu(H2O)6]2+. Namun berdasarkan data yang diperoleh terdapat penyimpangan
dimana kompleks [Cu(H2O)6]2+ yang seharusnya memiliki panjang gelombaang tertinggi karena
hanya memiliki ligan H2O namunpada hasil percobaan menunjukkan panjang gelombang yang lebih
rendah dibandingkan kompleks [Cu(H2O)5(NH3)]2+ dan kompleks [Cu(H2O)4(NH3)2]2+. Hal tersebut
disebabkankarena beberapa faktor kesalahan seperti yaitu H2O yang tidak tersubstitusi secara
sempurna akibat kurang tepatnya penambahan reagen, adanya bahan yang terkontaminasi dengan
bahan lain dari luar, adanya pengotor saat pengujian spektrofotometer sehingga menyebabkan
absorbansinya terganggu.
Berdasarkan hasil uji menggunakan spektrofotometer UV-Vis diperoleh satu puncak
spektra pada setiap kompleks yang dianalisis. Hal tersebut dikarenakan Cu2+ memiliki konfigurasi
eleltron pada sub kulit d yang belum terisi penuh, dimana Cu memiliki konfigurasi sebagai berikut:
29Cu : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9
2+
29Cu : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s0 3d9
2+
29Cu

3d 4s 4p

Ligan H2O/NH3
2+
Cu memiliki term symbol 2D yang tersplit menjadi 2 yaitu T2g dan Eg sehingga Cu2+
memiliki 1 energi transisi yang menyebabkan Cu2+ memiliki 1 puncak. Hibridisasi Cu2+ adalah sp3d2
dan memiliki bentuk geometri oktahedral.

2
T2g → 2Eg

Gambar 6.1. Diagram transisi kompleks Cu2+


VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa kekuatan ligan amonia (NH3)
memiliki pengaruh terhadap spektra kompleks Cu2+ dimana semakin banyak molaritas NH3 yang
ditambahkan maka kompleks Cu yang dihasilkan memiliki kekuatan ligan yang semakin besar
sehingga pada spektra yang dihasilkan memiliki panjang gelombang yang lebih kecil, begitu pula
sebaliknya, hal ini dikarenakan kekuatan ligan berbanding terbalik dengan panjang gelombang.

VIII. Daftar Pustaka


Demissie, E. G., Woyessa G. W. Dan Abebe, A. 2016. UV/Vis Spectrometer Determination of Caffeine
In Green Coffee Beans From. Scientific Study & Research, 109-123.

Leder, P. J. S. Dan Porcu, O. M. 2018. The Importance of UV-Vis Spectroscopy: Application In Food
Products Characterization. Scholarly Journal of Food and Nutrition, 1(3) : 59-63.

Male, Y.T., Tehubijuluw, H. dan Pelata, P.M. 2013. Synthesis Of Binuclear Complex Compound of
{[Fe(L)(NCS)2]2oks}(L=1, 10-Phenan-Trolin And 2, 2-Bypiridine) Sintesis Senyawa Kompleks
Berinti Ganda {[Fe(L)(NCS)2]2oks}(L=1, 10-Fenantrolin Dan 2, 2-Bipi-Ridin). Indonesian Journal
Of Chemical Resourch, 1 : 15-22.

Mustafa,S. K. Dan Alsharif, M. A. 2018. Copper (Cu) an Essential Redox-Active Transition Metal in
Living System— A Review Article. American Journal of Analytical Chemistry, 9 : 15-26.

Shah, R. S., Shah, R. R., Pawar, R. B., & Gayakar, P. P. 2015. UV-VISIBLE SPECTROSCOPY- A
REVIEW. International Journal Of Institutional Pharmacy And Life Sciences, 5(5) : 491-505.

Sucipto, T. H. dan Martak, F. 2016. Synthesis Of Metal-Organic (Complexes) Compounds Copper(Ii)-


Imidazole For Antiviral Hiv Candidate. Indonesian Journal Of Tropical And Infectious Disease,
6(1) : 5-11.

IX. Lampiran
1. Perhitungan
2. Grafik
3. Jurnal

Surakarta, 28 April 2020


Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan

Intan Ayu Zuhaela Amalia Febiana


LAMPIRAN

1. Perhitungan

Kompleks [Cu(H2O)5(NH3)]2+
λ = 805 nm = 805 x 10-9 m

Kompleks [Cu(H2O)4(NH3)2]2+
λ = 667 nm = 667 x 10-9 m

Kompleks [Cu(H2O)3(NH3)3]2+
λ = 647 nm = 647 x 10-9 m

Kompleks [Cu(NH3)6]2+
λ = 653 nm = 653 x 10-9 m

Kompleks [Cu(H2O)6]2+
λ = 804 nm = 804 x 10-9 m
2. Grafik
3. Jurnal

Anda mungkin juga menyukai