Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA 3

INDUSTRI CAT TEMBOK DARI KAOLIN

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Dian Masyitha 09220160036

WaOde Dian Sendu 092201600

Nur azima 09220160046

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tugas makalah “INDUSTRI CAT TEMBOK DARI KAOLIN”
ini dapat terselesaikan sebagai tugas untuk mata kuliah Proses Industri Kimia 3.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah


membantu tim penyusun, untuk menyusun makalah ini, sebagaimana yang telah
diharapkan. Ucapan terima kasih juga, terkhusus kepada Dosen yang telah
mengajarkan, membimbing, dan mendampingi mata kuliah Proses Industri Kimia 3
ini dengan baik.

Tim penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan. Kami berharap kritik dan saran dari para pembaca untuk
menjadi masukan bagi tim penulis agar menjadi masukkan untuk kedepannya.

Makassar, 14 Maret 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cat Tembok .................................................................................... 3

2.2 Kaolin ............................................................................................. 3

2.3 Pigmen ........................................................................................... 5

2.4 Bahan-Bahan Penyusun cat ........................................................... 5

2.5 Perekat Dalam Cat Tembok .......................................................... 10

2.6 Teknologi Pembuatan Cat .............................................................. 10

2.7 Proses Pembuatan Cat................................................................

2.8 Dampak Negatif Dari Cat...........................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................

3.2 Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu cara meningkatkan nilai tambah suatu bahan adalah dengan
melapisi permukaan bahan tersebut dengan bahan lain yang lebih tinggi nilainya.
Pengetahuan tentang pelapisan permukaan bahan, secara umum dikenal sebagai
surface coating knowledge. Bagian ini meliputi: metal coating (electro coating,
galvanizing), plastic coating, paper coating, powder coating dan tentang cat itu
sendiri. Jadi cat merupakan bagian kecil dari sebuah ilmu yang jauh lebih besar,
yaitu ilmu tentang surface coating ( Rofa,2012 ).surface coasting ini sangat di
minati dan berkembang hingga saat ini bahkan di produksi secara besar-besaran
baik skala domestik maupun industri terutama dalam industri cat.
Industri cat adalah salah satu industri tertua di dunia. Sekitar 20.000 tahun
lalu, manusia yang hidup di gua-gua menggunakan cat untuk kegiatan
komunikasi, dekorasi dan proteksi. Mereka menggunakan metrial-material yang
tersedia di alam seperti arang (karbon), darah, susu, dan sadapan dari tanaman-
tanaman yang memiliki warna yang menarik. Yang mengejutkan, cat-cat ini
mempunyai keawetan yang baik, seperti yang ditunjukkan pada lukisan gua di
Altamira Spanyol, Lascaux Spanyol, cat batu orang Aborigin di Arnhem Land
Australia, dan lukisan-lukisan prasejarah lainnya yang ditemukan.
Orang-orang Mesir kuno mengembangkan cat menjadi lebih kaya warna,
mereka menemukan cat warna biru, merah, dan hitam dengan mengambilnya dari
akar tanaman tertentu. Kemudian orang-orang Mesir itu menemukan kasein
sebagai perekatnya. Seiring dengan waktu, manusia mulai menemukan minyak
tanaman dan resin dari fosil untuk mengganti darah dan susu sebagai perekat cat.
Saat ini walaupun telah ditemukan perekat/resin yang semakin baik dengan
berkembangnya teknologi kimia, resin-resin natural hingga kini masih banyak
dipakai.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu cat?
b. Apa saja bahan-bahan penyusun cat?
c. Seperti apa teknologi pembuatan cat?
d. Bagaimana proses pembuatan cat?
e. Bagaimana dampak penggunaan cat?

1.3 Tujuan
a. Mempelajari apa itu cat?
b. Mempelajari bahan-bahan penyusun cat?
c. Memahami teknologi pembuatan cat?
d. Mengetahui proses pembuatan cat?
e. Meminimalisir dampak penggunaan cat?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cat Tembok


Cat merupakan suatu produk yang berfungsi untuk melindungi atau protektif
dan memperindah atau dekoratif berbagi objek. Objek tersebut mulai dari logam,
kayu, tembok, kertas, plastik, polimer dan kanvas. Suatu objek atau produk dapat
memiliki nilai lebih jika produk tersebut memiliki keindahan dari segi warna,
untuk menciptakan keindahan warna tersebut maka digunakan cat. Cat juga dapat
memperpanjang usia dari suatu produk karena cat memiliki sifat melindungi dari
pengaruh lingkungan seperti suhu dan korosi. Dalam dunia otomotif, cat
digunakan pada berbagai jenis kendaraan. Cat pada mobil selain
sebagai pelindung dan dekoratif juga dibutuhkan daya kilap cat karena semakin
mengkilap cat pada suatu mobil maka semakin mahal harga jualnya. Tingkat
kekerasan hasil pengecatan dapat melindungi mobil dari goresan.
Secara umum,cat terdiri dari pigmen,pelarut,resin, dan berbagai aditif. Pigmen
memberikan warna cat, pelarut memudahkan berlaku; resin membantu kering, dan
aditif melayani sebagai segala sesuatu dari pengisi untuk agen antifungicidal.
Ratusan pigmen yang berbeda, baik alam dan sintetis. Pigmen putih dasar
titanium dioksida, yang dipilih untuk menutupi sifat yang sangat baik, dan
pigmen hitam biasanya terbuat dari karbon hitam. Pigmen lain yang digunakan
untuk membuat cat termasuk oksida besi dan sulfida cadmium untuk merah,
garam logam untuk kuning dan jeruk, dan kuning biru dan krom besi untuk biru
dan hijau.

2.2 Kaolin
Kaolin adalah masa batu-batuan tanah lempung kualitas tinggi (high grade)
yang mengandung besi dalam kadar yang rendah sekali dan biasanya berwarna
putih atau mendekati putih. Kaolin berasal dari feldspar dan terjadi karena proses-
proses pelapukan pada permukaan bumi atau sebagai hasil pekerjaan
hydrothermal yaitu larutan dan gas panas didalam bumi yang menguap, mengalir
dan menerobos keatas. Kaolin merupakan senyawa hidro aluminium silikat
dengan komposisi kimia Al2O3. 2SiO2. 2H2O. Strukturnya digambarkan sebagai
lapisan SiO4 tetrahedral dan Al(O2OH)6 oktahedral yang berikatan bersama
dengan rantai hidrogen. Ukuran partikel berbentuk heksagonal yang kaya akan
oksigen pada satu sisi permukaan dan kaya hydroxyl pada sisi permukaan yang
lain. Kaolin bersifat hidrofil, tahan terhadap asam dan alkali serta mudah larut
dalam air (Stewart, 2007).
Kaolin digunakan untuk berbagai keperluan terutama untuk bahan baku
industri keramik, bata tahan api, pemberi warna putih dalam pengolahan kertas,
industri tekstil, industri karet, industri cat, dan lain-lain. Kaolin adalah salah satu
sumber daya alam dan merupakan bahan baku industri cat, yang belum
dimanfaatkan sebagaimana mestinya di daerah Sulawesi Utara. Endapan kaolin
di Sulawesi Utara tersebar di Kabupaten Minahasa (Toraget, Lahendong).
Kabupaten Minahasa sudah pernah dieksplorasi dan diperkirakan cadangannya
sebesar 20,000,000 M 2 (Dinas Pertambangan Propinsi Sulawesi Utara, 2006).
Dari data analisis mutu kaolin Minahasa yang pernah dilakukan ternyata kaolin
daerah ini sangat cocok untuk industri cat tembok karena bersih dan halus.
Walaupun potensi bahan baku cat tembok (kaolin) di Sulawesi Utara cukup
besar, akan tetapi sampai saat ini belum ada industri cat tembok di daerah
tersebut.
Kaolin adalah pigmen inert dan mempunyai kecenderungan memberi kualitas
terhadap cat dan memudahkan pengecatan. Karena kaolin bersifat inert sehingga
pigmen ini tidak merubah atau merusakan bahan-bahan lain yang ditambahkan
dalam pembuatan cat dan kaolin juga mencegah pengendapan dari bahan-bahan
lain yang ditambahkan (Ola, 2017).
2.3 Pigmen
Pigmen adalah unsur penting dalam lapisan opak cat. Pigmen terdiri dari
partikel-partikel halus yang tidak larut namun terdispersi pada bagian cair dari
cat pigmen yang digunakan dalam pembuatan cat terdiri dari bermacam-macam
warna dan jenis. Untuk pigmen putih dapat berupa Pb putih (white lead),
titanium dioksida, seng osida, litophon, seng sulfit dan Pb sulfat Kaolin (China
clay), talk, silika, asbes, gipsum, barit adalah ekstender atau inert dalam industri
cat yang fungsinya untuk mengurangi biaya penggunaan pigmen dan untuk
meningkatkan daya tutup dan ketahanan cuaca (Ola, 2017).
Seng oksida adalah salah satu pigmen putih yang penting dalam industri cat.
Senyawa ini mempunyai opasitas yang tinggi serta daya tutup yang lebih baik
dari pada yang lain (Shreve, 1956). Penggunaan seng oksida dalam industri cat
dapat dikombinasikan dengan pigmen putih yang lain seperti white lead, titanium
oksida dan bahan-bahan pengisi (kaolin). Fungsi seng oksida dalam cat
meningkatkan daya tahan cat dari pencucian air hujan, kerusakan cat dari gas
udara, meningkatkan retensi warna, memberikan kontribusi terhadap daya tutup.

2.4 Bahan-Bahan Penyusun Cat


1. Resin Atau Binder
Resin atau binder merupakan komponen utama dalam cat. Resin
berfungsi merekatkan komponen-komponen yang ada dan melekatkan
keseluruhan bahan pada permukaan suatu bahan. Resin pada dasarnya adalah
polymer dimana pada temperatur ruang (atau temperatur applikasi) bentuknya
cair, bersifat lengket dan kental. Ada banyak jenis resin, seperti: Natural Oil,
Alkyd, Nitro Cellulose, Polyester, Melamine, Acrylic, Epoxy, Polyurethane,
Silicone, Fluorocarbon, Venyl, Cellolosic, dll.
Pemilihan resin yang dipakai sangat dipengaruhi oleh banyak
pertimbangan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pemakaian, jika akan digunakan dengan kuas maka sebaiknya dipakai resin
yang secara alami encer dan agak lambat keringnya. Resin yang cocok
adalah alkyd dengan kadar oil yang cukup banyak (alkyd long oil). Resin
dengan kekentalan tinggi dan cepat kering sangat tidak cocok dipakai
untuk pemakain dengan kuas, akan menimbulkan permukaan yang tidak
rata setelah cat kering. Begitu juga resin yang encer dan lambat kering
sangat tidak cocok untuk pemakaian dengan spray pada permukaan
vertical.
b. Kekuatan, jika dibutuhkan cat dengan daya tahan tinggi terhadap sinar
matahari, maka resin yang tepat adalah Acrylic atau Polyurethane,
namun jika dibutuhkan cat dengan kekuatan tinggi terhadap kimia,
gesekan, benturan, dll namun untuk pemakian di dalam, maka resin Epoxy
adalah jawabannya.
2. Pigment Dan Extender (Filler)
Pigment dan dyestuff adalah bagian dari colorant. Dyestuff bersifat larut
dalam solvent, sedang pigment tidak. Pigment merupakan padatan halus
(bubuk) yang ditambahkan ke dalam cat dengan beberapa fungsi berikut:
a. Optis
Memberi karakter khas pada penampakan cat tersebut, seperti: warna,
derajat kilap (gloss) maupun daya tutupnya.
b. Protective
Memberi nilai tambah pada karakter kekutan cat tersebut, seperti: kekuatan
terhadap cuaca, korosi, panas atau api, dll.
c. Reinforcing
Meningkatkan sifat, seperti meningkatkan kekerasan, kelenturan, daya
tahan terhadap abrasi, dll.
Kekuatan, daya tahan dan sifat-sifat lain yang diinginkan dari cat dapat
dibentuk atau diciptakan dengan menambahkan pigment yang tepat dan
konsentrasi yang sesuai. Untuk memilih pigment yang tepat dan benar perlu
dipelajari sifat-sifat umum dari pigment itu sendiri. Sifat-sifat pigment
tersebut adalah:
a. Warna dasar
b. Bentuk dan ukuran partikel
c. Berat jenis density atau specific gravity
d. Oil absorption
e. Hiding power (refractive index)
f. Daya tahan terhadap panas dan asam basa
g. pH
h. Bleeding
Secara umum dimana suatu pigment terbagi dalam dua kategori besar yang
dimana sebagai berikut:
a. Pigment Organik
Pigment yang terbentuk dari senyawa-senyawa organic (karbon)
b. Pigment Anorganik
Terbentuk dari mineral-mineral atau garam-garaman logam yang terbentuk
secara alami (bahan galian) ataupun dari hasil reaksi kimia di pabrik. Pada
jenis ini dikenal true pigment (atau disebut sebagai pigment saja) dan
extender atau filler. Pigment anorganik mempunyai daya tahan solvent,
kimia, daya tutup, kemudahan terdispersi, stabilitas terhadap panas, cahaya
dan cuaca yang lebih bagus dibanding pigment organic. Namun dalam
kecerahan dan tinting strength, pigment organic umumnya lebih bagus
dibanding anorganik.
Extender atau filler ditambahkan ke dalam cat dengan tujuan untuk
menurunkan harga, namun dalam hal tertentu extender ditambahkan untuk
memberbaiki sifat cat. Extender umumnya mempunyai refractive index yang
kecil (atau rendah daya tutupnya) dibanding pigment.
3. Solvent
Seperti sudah dijelaskan dalam bagian sebelumnya bahwa masing-masing
komponen penyusun cat mempunyai fungsi dan peran yang berbeda-beda.
Resin membentuk film dan memberi kontribusi terhadap karakter film yang
terbentuk, sedang pigment disamping memberi warna juga berfungsi
menambah kekuatan mekanis film.
Pada saat pembuatan cat, solvent memberi kontribusi sedemikian rupa
sehingga campuran mempunyai kekentalan yang pas untuk diproses: diaduk,
dicampur, digiling dan lain-lain. Dengan penambahan solvent yang tepat dan
cukup akan menurunkan kekentalan dari resin atau campuran pada suatu titik
dimana kekentalannya memenuhi syarat untuk masing-masing proses.
Demikian halnya pada saat pemakaian cat, dengan penambahan jenis solvent
yang tepat dan dengan takaran pas, maka cat bisa dikuas, dispray atau
dilumurkan dengan mudah pada obyek yang akan dicat. Komposi solvent
yang tepat juga memberi pengaruh optimal pula pada mekanisme penguapan
dari solvent-solvent yang ada, sehingga akan membentuk film yang maksimal
karakteristiknya, baik textur permukaannya, sifat kilapnya maupun kecepatan
keringnya.
Cat merupakan sebuah system campuran yang kompleks, ada padatan
(solute) yang terlarut atau terdispersi dalam pelarut cair (solvent), ada juga
cairan (solvent active) yang terlarut dalam cairan lain (diluent). Jadi definisi
solvent adalah cairan (biasanya mudah menguap) yang berperan melarutkan
atau mendispersi komponen-komponen pembentuk film (resin, pigment
dan/atau additive) yang akan menguap terbuang ke lingkungan selama proses
pengeringan.
Solvent biasanya dibagi berdasarkan struktur kimia atau karakteristik
fisikanya. Penggolongan solvent berdasarkan struktur kimia adalah sebagai
berikut:
a. Hidrokarbon
Sesuai namanya maka pada golongan ini terdiri dari solvent-solvent
dimana unsur hidrogen (H) dan carbon (C) menjadi struktur dasarnya.
Golongan ini terbagi lagi menjadi tiga sub golongan, yaitu: aliphatis,
aromatis dan halogenated hidrokarbon. Sedang sub golongan aliphatis
dibagi lagi menjadi aliphatis jenuh (saturated) dan tidak jenuh
(unsaturated). Solvent-solvent golongan hidrokarbon hampir seluruhnya
berasal dari hasil distilasi minyak bumi yang merupakan campuran dari
beberapa sub-sub golongan (bukan senyawa murni), sehingga titik didihnya
berupa range dari minimum sampai maksimum, bukan merupakan titik
didih tunggal.
b. Oksigenated Solvent
Oksigenated sovent atau solvent dengan atom oksigen adalah solvent-
solvent yang struktur kimianya mengandung atom oksigen. Termasuk
dalam kategori ini adalah golongan ester, ether, ketone dan alkohol. Faktor
penting bagaimana solvent menjalankan fungsinga didalam cat adalah
kemampuannya untuk melarutkan resin, kemudian membentuk larutan
yang stabil dan homogen.
4. Additive
Penambahan additive yang ada dalam cat tidaklah serta merta muncul
begitu saja, merupakan suatu proses panjang dari beberapa percobaan atau
riset pada cat tersebut. Selama proses pembuatan, penyimpanan dan
pemakaian dinilai kualitasnya secara menyeluruh, kemudian kelemahan dan
masalah yang timbul dicoba untuk diatasi dengan variasi jenis dan takaran
beberapa additive, hingga akhirnya muncul nama jenis dan takaran additive
tertentu yang pas untuk campuran cat tersebut. Additive ditambahkan ke
dalam cat disesuaikan dengan solvent apa yang dipakai (solvent atau water
base), apa jenis resinnya, bagaimana pemakaiannya dan bagaimana
mekanisme pengeringannya. Setiap supplier additive biasanya memberi
informasi yang jelas tentang apa dan bagaimana additive harus digunakan.

2.5 Perekat Dalam Cat Tembok


Dalam industri cat juga digunakan perekat dan salah satu jenis perekat yang
sering digunakan adalah polivinil asetat yang disamping harganya relatif murah
juga stabil terhadap cuaca, tahan air, asam, cepat kering dan mudah melekat serta
mudah diolesan tanpa menimbulkan retak-retak. Disamping itu juga digunakan
natrium silikat yang berfungsi sebagai perekat dan emulsifier, dimana senyawa
ini dalam cat juga tahan korosi, panas, air, rayap dan kerusakan oleh bakteri.
Persyaratan cat dibedakan terhadap jenis cat, untuk cat minyak mutu yang
dipersyarakan berbeda dengan cat air begitu juga dalam macam pemakaian, cat
tembok emulsi ditetapkan dengan SNI 3564 – 2014 (Ola, 2017).

2.6 Teknologi Pembuatan Cat


Pada dasarnya pembuatan cat menggunakan teknologi yang berkaitan dengan
teknologi kimia organik dan kimia polimer. Prosesnya dengan memanfaatkan
kimia antar permukaan, kimia koloid, elektrokimia dan petrokimia. Rancangan
polimer untuk cat berupa komposit dengan persyaratn tinggi untuk mencapai
tinggi untuk mencapai berbagai fungsi, sebagai aplikasi utama dari kimia
polimer. Resin sintetis untuk cat berupa polimer yang dibuat dengan
menggabung beberapa monomer untuk mencapai berbagai karakteristik. Ada
banyak jenis resin seperti resin linier termoplastik, resin thermosetting yang
dapat ditaut silang, resin tak jenuh, dan masih banyak lagi jenis yang lain. Yang
diterapkan terutama teknologi sintetis resin, polimerisasi tambahan dan
polimerisasi kondensasi, sementara teknologi polimerisasi baru lainnya saat ini
banyal dikembangkan oleh para ahli kimia. Untuk mencapai mutu mendasar
sebagai cat, yang sangat penting adalah berbagai faktor yang terkait dengan
kimia antara cat dan substract, kadar basah (wettability) cat, adhesi dan absorpsi,
serta reologi. Kurang lebih 75% dari bahan utama cat seperti resin, aditif dan
pelarut bergantung pada produk minyak bumi, sehingga petrokimia dan kimia
organik sangat terkait erat dengan cat. Cat didefinisikan sebagai tebaran koloid
dari pigmen dalam sarana (resin dan pelarut). Dengan demikian properti cat
sangat tergantung pada ukuran partikel dan permukaan pigmen. Tebaran pigmen
adalah proses untuk membasahi dan melepas partikel utama pigmen dan
menebarkannya ke dalam sarana secara merata. Untuk menghindari koagulasi
dan menjaga agar kondisi tetap stabil, yang sangat penting adalah kontrol yang
didasarkan atas kimia koloid dan kimia antar permukaan. Berbagai properti cat,
seperti fluiditas, kehalusan, kilap, kekuatan menyembunyikan dan stabilitas
penyimpanan sangat dipengaruhi oleh penebaran pigmen ini (Anonim, 2007).

2.7 Proses Pembuatan Cat


Proses produksi cat dibagi menurut jenis cat yang akan dibuat:
1) Cat Tanpa Pigment, Extender atau Filler
Pembuatannya hanya melibatkan proses penuangan, mixing dan stiring
saja, yaitu menuang bahan-bahan dengan urutan dan cara sesuai dengan jenis cat
yang akan dibuat
kedalam sebuah tangki dengan ukuran pas. Kemudian mencampur bahan-bahan d
engan putaran
mixer relatif pelan, hingga diperoleh suatu campuran yang benar-benar merata di
semua titik.
Waktu stiring dan kecepatan mixer disesuikan dengan jumlah dan kekentalan ca
mpuran.
Perlakuan seperti ini juga dipakai untuk membuat tinner, hardener, wood stain (s
olvent
+ dyestuff) atau campuran bahan lain yang tidak mengandung pigment atau exten
der asli
(padatan). Namun jika pigment atau extender-nya sudah diproses menjadi bahan
setengah jadi
(pasta) terlebih dulu, maka bahan atau campuran ini bisa diproses seperti tersebut
di atas.
2) Cat Dengan Pigment dan/atau Extender
Proses pembuatan cat jenis ini juga dibagi berdasarkan pada seberapa halus padat
an
(pigment atau extender) terdispersi di dalam campuran. Jika diinginkan padatan t
erdispersi secara kasar (dengan kehalusan antara 20 –
50 mikro), maka proses yang dibutuhkan adalah
cukup dengan proses dispersi saja; namun jika dikehendaki padatan terdispersi se
cara halus (5 –
20 mikro) maka diperlukan proses penggilingan partikel padat dalam mesin gilin
g.
Contoh jenis cat yang dibuat cukup dengan proses dispersi saja adalah : dempul a
tau filler,
cat primer, undercoat, intermediate atau tembok dimana kehalusan partikel bukan
merupakan sifat yang harus dicapai.

3) Proses Dispersi Tahapan dispersi merliputi:


a) Proses pembasahan permukaan partikel-partikel pigment dan/atau extender
oleh bahanbahan cair (millbase).

b) Proses pemecahan secara mekanis terhadap


kelompok-kolompok partikel pigment
dan/extender menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil atau partikel-partikel
primernya sesuai dengan derajad kehalusan yang dikehendaki.
c) Mempertahan agar supaya kelompok-kelompok partikel yang lebih kecil atau
partikelpartikel primer ini tetap terpisah satu sama lain, tidak bersatu kembali.

Proses dispersi akan mendapatkan hasil optimal bila prinsip-prinsip disper


sinya
terpenuhi. Adapun prinsip-prinsip dispersi yang perlu mendapat perhatian adalah:
kecepatan
peripheral campuran, bentuk cakram, diameter cakram terhadap tangki, tinggi ca
kram dari
dasar tangki, diameter tangki, tinggi tangki dan perbandingan padatan dan cairan
campuran
(kadar padatan = PVC) serta penambahan secara tepat additive wetting dan dispe
rsingnya.
Jika kondisi ideal terpenuhi, maka akan terbentuk sebuah aliran yang menyerupai
donat,
terbentuk “doughnut effect”. Pada kondisi ini diperoleh proses dispersi yang opti
mal.

4) Penggilingan
Dengan hanya dispersi, kita belum mendapatkan kehalusan partikel lebih rendah
dari 20 mikro, yaitu ukuran rata-rata partikel primer dari pigment dan/atau
extender. Untuk itu
diperlukan sebuah tahap lanjutan dimana ikatan fisik partikel-partikel pigment
akan
dipecahkan lebih lanjut menjadi patikel-partikel yang lebih kecil lagi. Tahapan in
i disebut penggilingan.
Untuk memudahkan dalam pembuatan cat; biasanya pigment, extender, sebagian
resin
dan additive digiling terlebih dahulu untuk dibuat pasta (bahan setengah jadi). Pa
sta ini bisa
disimpan dalam gudang atau langsung diproses untuk dibuat cat, yaitu hanya den
gan proses
mixing biasa, seperti dijelaskan pada proses pembuatan cat tanpa pigment di atas.
Alat dan prinsip penggilingan bermacam-macam, diantaranya adalah:
a) Melewatkan millbase diantara dua buah atau lebih silinder yang berhimpita
n satu dengan
lainnya, dimana jarak diantara dua buah silinder ini bisa diatur sesuai dengan der
ajat kehalusan yang diinginkan. Contoh dari alat ini adalah Triple roll Mill.

b) Melewatkan secara vertical atau horizontal millbase ke dalam mesin


giling yang terdiri dari
agitator dan banyak glass bead di dalamnya. Di dalam silinder giling, glass bead
bersama
dengan millbase akan diputar oleh agitator pada kecepatan tertentu, menyebabka
n pigmentpigment secara mekanis akan terpecah karena tertumbuk oleh
glass bead secara terus
menerus. Millbase melalui saringan akan keluar, sedangkan glass bead akan tetap
tertahan di
dalam silinder giling. Sekalipun glass bead terbuat dari bahan yang keras dan kua
t, pada
akhirnya juga akan terpecah, ini akan menyebabkan proses penggilingan akan me
nurun
performance-nya dan glass bead harus diganti dengan yang baru. kecepatan putar
agitator,
kekentalan, kadar padatan dan waktu tinggal millbase di dalam mesin adalah fakt
or-faktor
yang mempengaruhi efektifitasnya proses penggilingan. Jika satu tahap proses pe
nggilingan
belum mencapai hasil yang diinginkan, millbase biasanya dikembalikan lagi ke d
alam mesin,
dilakukan bisa berkali-kali hingga diperoleh derajad kehalusan yang diinginkan.

c. Penyelesaian
Seperti sudah dijelaskan pada bagian di atas bahwa proses pembuatan cat dibagi
menjadi
dua bagian besar, yaitu proses yang melibatkan dispersi dan/atau penggilingan da
n proses
yang hanya melibatkan proses mixing saja. Tahap akhir dari kedua proses ini jug
a berbeda,
pada proses yang melibatkan dispersi dan/atau penggilingan pigment, maka men
gukur
derajad kehalusan dari partikel-partikelnya adalah tahap yang penting guna meng
akhiri proses tersebut.
Sedang proses lain, yang hanya melibatkan proses mixing, maka untuk melihat se
berapa
jauh campuran sudah tercampur sempurna dan sesuai komposisi yang ditentukan,
cukup
mengukur kekentalan atau viskositas campuran tersebut. Namun bila campuran t
ersebut
mengandung beberapa jenis pasta, maka menyamakan warna (colour matching) c
ampuran cat

secara kasar perlu dilakukan, agar campuran tidak terlalu jauh berbeda de
ngan warna standardnya.
Kedua tahapan ini biasanya disebut uji kualitas pendahuluan, yaitu tahapan antar
a
sebelum cat diuji secara seksama pada tahap paling akhir dari proses pembuatan
cat, yaitu tahap pengujian kualitas cat.

2.8 Dampak Negatif Dari Cat


Cat, sebagai material yang berfungsi sebagai pelapis, memang dibuat dari
bahan-bahan yang berbahaya bila kandungannya melebihi nilai ambang batas
yang diperbolehkan. Salah satu bahan yang berbahaya adalah VOC (volatile
organic compound) atau kandungan senyawa organik yang mudah menguap.
Yang termasuk dalam kategori VOC di antaranya solvent dan tiner. VOC
ditandai dengan bau, walaupun menurut Chandra Budiono dari Pacific Paint, cat
yang tidak berbau belum tentu bebas VOC.
Sejak pembuatan di pabrik, cat sudah menggunakan solvent atau pelarut.
Solvent memegang peranan dalam pembentukan film yang baik. Solvent
digunakan sebagai pencampur cat karena dengan takaran yang pas bisa membuat
cat memiliki kekentalan yang juga pas. Ini membuat cat menjadi mudah diaduk,
mudah diaplikasikan, dan cepat kering. Namun solvent tidak ramah bagi
lingkungan dan juga tidak ramah bagi kesehatan manusia. Polimerisasi (salah
satu tahap dalam pembuatan cat) yang menggunakan teknologi terbaru
memungkinkan proses pembuatan cat tidak membutuhkan solvent lagi.
Solvent yang ada dalam kandungan cat akan menguap setelah cat
diaplikasikan. Setelah solvent menguap, cat akan mengering dan membentuk
lapisan di pemmuaaan benda. Karena itu cat yang sudah diaplikasikan pada
dinding dan sudah mengering, sebenarnya sudah tidak lagi mengandung solvent.
Tapi gas atau uap yang dihasilkan tersebut membutuhkan waktu untuk benar-
benar hilang dari udara di dalam ruang yang baru dicat. Uap solvent yang
menyebar di udara ini bisa mencemari lingkungan dan menyebabkan gangguan
kesehatan bila terhirup secara berlebihan.
Efek solvent bisa dirasakan secara instan ketika kita memasuki ruang yang
mengandung gas akibat penguapan solvent. Secara instan, bahan ini bisa
menyebabkan gangguan kesehatan ringan seperti seperti mata pedas, kulit perih,
gangguan saluran pernafasan, atau alergi. Sedangkan bila dihfirup dalam jangka
waktu lama, bahan ini bisa menyebabkan kanker, kerusakan hati, dan gangguan
sistem saraf.
Timbal dan Merkuri. Selain VOC, bahan berbahaya lainnya yang terkandung
dalam cat adalah timbal dan merkuri. Menurut Shinta Iswandani Ameldy,
Category Head PT IC Paints Indonesia timbal sering digunakan dalam campuran
cat untuk menghasilkan warna-warna cerah. Timbal ini terkandung di dalam
pigmen, yaitu bahan untuk memberi warna pada cat. Menurut Chandra, cat warna
kuning dan oranye memiliki kandungan timbal yang lebih tinggi dibandingkan
warna-warna lain. Sementara menurut Aceng, biasanya penambahan timbal ini
berlaku untuk cat minyak. Seperti juga timbal, merkuri merupakan bahan logam
berat yang ada dalam kandungan cat. Di dalam cat, merkuri salah satunya
digunakan dalam campuran antijamur. Bila VOC berbahaya saat uapnya
terhirup, merkuri dan timbal akan memberi efek buruk bila masuk ke dalam
tubuh. Ini bisa terjadi apabila Anda atau anak Anda menyentuh dinding,
serbuknya menempel di tangan Anda dan kemudian Anda memegang makanan
tanpa mencuci tangan terlebih dulu. Timbal bisa menyebabkan di antaranya
gangguan sistem saraf dan organ reproduksi. Pada tubuh anak-anak, timbal yang
melebihi ambang batas akan memengaruhi tingkat kecerdasan dan prilaku.
Sedangkan merkuti bisa menyebabkan gangguan pada susunan saraf, otak dan
ginjal. Lebih parah lagi, baik VOC, timbal maupun merkuri selain merusak
tubuh kita juga merusak lingkungan.
Hal penting yang harus anda perhatikan saat memilih cat adalah kandungan
zat berbahaya di dalamnya. Beberapa bahan berbahaya, seperti logam berat
biasanya digunakan dalam pewarna dan additive. Jenis pigmen yang berbahaya
dalam kandungan cat adalah lead Chromate yang biasa digunakan untuk
memberi warna hijau, kuning dan merah; Chromium pemberi warna hijau,
kuning dan oranye; serta Cadmium sebagai pemberi warna hijau, kuning, oranye
dan merah. Anda harus memilih cat yang aman yang tidak mengandung bahan-
bahan berbahaya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Stewart, D. (2007). Hydrous Kaolin for Decorative Matt Emulsion Paint. European
Coating Journal.
Ola, A. L. (2017). ADHESIVE. Riset Teknologi Industri, 11(1), 59–65.

Anda mungkin juga menyukai