GLISERIN
KEGUNAAN, JENIS,
DAN SPESIFIKASI
CAT
Definisi Cat
Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu
bahan dengan tujuan memperindah, memperkuat, atau melindungi bahan
tersebut.
Emulsi merupakan suatu jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair dalam
medium pendispersi padat, cair, dan gas. Cat tembok water based disebut juga cat
emulsi, dimana terdapat emulsi antara air dan minyak dalam formulasinya. Dalam
emulsi pada masing-masing komponen pembetuknya sudah terdapat emulsifer berupa
surfactan. Komponen atau bahan penyusun dari cat terdiri dari binder (resin), pigmen,
solvent dan additive. (Fajar Anugerah, 2009).
Kegunaan Cat
Dari segi penggunaan, cat rumah diklasifikasikan ke dalam cat interior dan cat eksterior
• Bahan Pengikat
Sifat-sifat bahan pengikat:
a) Bahan-bahan pewarna harus tersebar secara merata pada atau dalam bahan-bahan
pengikat.
b) Bahan pengikat harus dapat menghubung hubungkan butir- butir bahan pewarna satu
dengan yang lainnya dengan baik.
c) Setelah diulaskan pada permukaan suatu benda campuran, bahan pengikat dan
pewarna dapat mengering.
d) Membentuk lapisan padat dengan syarat agar lapisan ini tidak mudah luntur atau
terhapus bila digosok.
Duco fik merupakan cat penutup buram yang baik sekali untuk melindungi tembok luar dan d
alam maupun beton (masanry surfaci) terhadap matahari hujan, debu
dan lumut. Selain untuk tembok, Deco Fik dipergunakan juga untuk kayu, eternit,
besi dan genteng (terbuat dari tanah atau asbes).
Spesifikasi
Cat Berdasarkan pemakaiannya:
2. Plamur
3. Cat Dasar
4. Cat Pewarna
5. Cat Istimewa
Syarat Syarat
Kualitatif Kuantitatif
21
ANALISIS MUTU DAN
PARAMETER KUALITAS CAT
Syarat Kualitatif
1. Keadaan dalam kemasan: tidak berbau busuk,
tidak mengandung endapan keras, tidak
menggumpal, tidak mengulit, dan tidak terjadi
pemisahan warna
2. Sifat pengulasan: cat siap pakai dan harus mudah
diulaskan dengan kuas pada lempeng uji krisotil
semen
3. Kestabilan dalam penyimpanan dan sifat lapisan
kering: disimpan selama 6 bulan pada suhu 21 -
32 C tidak mengalami perubahan
4. Ketahanan terhadap alkali: setelah diuji dan
dikeringkan selama 30 menit, cat tidak
mengalami perubahan warna, gelembung,
penegrutan, pengapuran atau pengelupasan
22
Tabel 1. Syarat mutu kuantitatif cat tembok emulsi (SNI 3564:2009)
Syarat
Kuantitatif
9
ANALISIS MUTU DAN
PARAMETER KUALITAS CAT
Analisis Uji kestabilan dalam penyimpanan
(ASTM D 1849, Standard Test Method for Package Stability of
Mutu paint)
Uji density
(ASTM D 1475, Standard Tesr Method for Density of Liquid
Coatings, Inks, and Realted Products)
Uji kehalusan
(ASTM D 1210, Standard Test Method for Fineness of
Dispersion of Pigment-Vehicle Systems by Hegman-Type
Gage)
26
Perkembangan
Produksi Cat /
Coating Berbasis
Oleokimia
27
Tahun 1992, total produksi minyak nabati dunia mencapai 63 MMT (million metric ton)
dimana sekitar 0,5 MMT dari produksi minyak nabati tersebut digunakan untuk
kebutuhan pelumasan dan pelapisan
Bahan Baku: berdasarkan jenis resin Minyak nabati sebagai bahan baku poliol alternatif untuk hyperbranched polyuretanes
(Polyurethane) berbasis minyak tanaman biji jarak (castor oil based hyperbranched polyuretanes ) .
(Thakur et al., 2012)
Bahan Baku: berdasarkan ada Pemanfaatan lemak amida minyak kacang (peanut oil fatty amides/PAF) sebagai bahan
tidaknya pigmen coating untuk finishing peralatan kayu. Coating yang mampu memberikan sifat mekanis,
(varnish) termal, antimikrobial sebaik jika penambahan material kimia.
(Raychura et al., 2018)
Bahan Additive: Antimikrobial Pemanfaatan biji tanaman Mesua ferea L. Dengan menggunakan minyak ini,
dikembangkan matriks poliester bercabang untuk stabilisasi nanopartikel.
(Konwar, 2010)
Kebaharuan Teknologi
Proses Produksi
31
KEBAHARUAN TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI
Ditinjau dari Cat Lainnya Cat berbasis Oleokimia
Bahan Baku: Alkyd dapat Resin alkyd berbasis minyak biji rami disintesis dalam dua tahap.
berdasarkan jenis dikombinasikan dengan Minyak dipanaskan sampai 200 °C
resin resin acrylics, vinyl Trimetilolpropana sebagai reaktan dan kalsium karbonat (katalis, minyak 0,8%)
(Alkyd) toluene, silicones, dan ditambahkan.
resin amino. Setelah penambahan minyak biji rami dipanaskan hingga 240◦C
Pada tahap kedua, campuran didinginkan hingga 140◦C dan 30.11 g (0,2
mol) anhidrida ftalat dengan xilena ditambahkan. Campuran reaksi
dipanaskan sampai 240◦C dan reaksi dipertahankan sampai angka asam
menurun
(Iseri-Caglar, 2014)
Bahan Baku: bahan yang dihasilkan hyperbranched polyurethanes (HBPUs) didapatkan disintesis menggunakan
berdasarkan jenis dari polimerisasi dari reaksi polimerisasi dari monogliserida dari minyak jarak sebagai hidroksil dan
resin urethane. Urethane toluena diisosianat (TDI) sebagai reaktan dengan 1,4 Diol butana (BD) sebagai
(Polyurethane) dihasilkan dari reaksi rantai pemanjang dan poli (ε-caprolactone) sebagai makroglikol.
antara polyisocyanate (Thakur et al., 2012)
dengan bahan yang
mempunyai gugus
hidroksil.
Ditinjau dari Cat Lainnya Cat berbasis Oleokimia
Lemak amida minyak kacang disintesis dari minyak kacang oleh Reaksi
aminolisis dan berlangsung pada suhu 120◦C. Poliuretan disiapkan melalui
reaksi dari PFA dan isocyanate dengan dibutiltin dilaurate (DBTDL) sebagai
katalis