Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA INDUSTRI

“ PROSES PRODUKSI CAT”

KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA:

Ester Putri D S 140210150007


Gita Puspita 140210150025
Nadya Putri S 140210150030
Rifqi M Fauzan 140210150037
Desmila Alfiani 140210150046
Salma Salsabila S 140210150055
Alifah Aqmarina 140210150073
Wanda Destiarani 140210150076
Theresia Adventina N 140210150089
Dinta Eka Putri A 140210150090

Nama asisten : Mirlanda

PROGRAM STUDI S1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
PROSES PRODUKSI CAT

I. TUJUAN

1.1 Mempelajari dan membuat cat tembok

1.2 Mampu menghitung kelayakan ekonomi

1.3 Merancang proses produksi pembuatan cat semi komersil

II. PRINSIP

2.1 Resin
Resin bertindak sebagai bahan pengikat yang berfungsi agar cat dapat
membentuk lapisan film tipis dan melekat pada benda yang dilapisi
2.2 Zat Pewarna / Pigmen
Zat Pewarna/ Pigmen biasanya berupa partikel padat yang mudah
terdispersi dalam cat dan memberikan karakteristik tertentu berupa
warna, daya tahan dan daya tutup dan juga sebagai pelindung cat tersebut.
2.3 Pelarut
Pelarut berfungsi untuk melarutkan zat pengikat dan mengencerkan cat
sehingga kekentalan cat dapat diatur sesuai dengan standar. Pelarut yang
digunakan biasanya air.
2.4 Zat Aditif
Zat aditif berfungsi unntuk meningkatkan performa dan biasanya
digunakan dalam jumlah sedikit

III. TEORI DASAR

Cat merupakan materi yang pada suhu kamar berupa fluida zat cair dan bila
dioleskan pada permukaan suatu benda akan mengering, membentuk suatu lapisan
padat. Pada cat emulsi, fase pendispersi adalah cairan dalam cat yang umumnya
merupakan cat water-based (Monk, 2004). Cat tembok berpelarut air (water-based)
menggunakan prinsip polimerisasi emulsi dimana air sebagai fase pendispersi,
sementara extender yang bersifat hidrofil sebagai fase terdispersi. Komposisi cat terdiri
dari pigmen 45%, Binder 35%, pelarut 15% dan aditif 5% (Lusiana & Cahyanto, 2014).
Cat merupakan salah satu produk industri yang cukup penting saat ini yang
digunakan untuk melapisi permukaan bahan sehingga permukaan tersebut nampak
menjadi lebih indah atau/dan bernilai lebih tinggi. Cat didefinisikan sebagai suatu
cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan
memperindah, memperkuat, atau melindungi bahan tersebut. Setelah dilapisi pada
permukaan dan mengering, cat akan membentuk lapisan tipis yang melekat kuat pada
permukaan tersebut. Pelekatan cat ke permukaan dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya diusapkan, dilumurkan, dikuaskan atau disemprotkan (Bently & Turner,
1997).
Pada dasarnya pembuatan cat menggunakan teknologi yang berkaitan dengan
teknologi kimia organik dan kimia polimer. Prosesnya dengan memanfaatkan kimia
antar permukaan, kimia koloid, elektrokimia dan petrokimia (Tadros, 2013).
Prinsip pembuatan cat menggunakan proses polimerisasi emulsi dimana material
cat yang berupa pasta terdispersi ke dalam pelarut. Proses pembuatan cat meliputi
2(dua) tahapan yaitu pertama mill base merupakan proses dispersi untuk memecah :
45-51 47 partikel dengan kecepatan pengadukan yang tinggi dan bahan yang digunakan
pelarut, aditif dan pigmen. Tahap kedua let down merupakan proses penghomogenan
campuran menggunakan kecepatan pengadukan lebih rendah dibanding mill base
dengan penambahan bahan perekat (binder) dan aditif. Produk cat yang berkualitas
baik harus sesuai dengan standar mutu yang dipersyaratkan. Biasanya semakin baik
kualitas cat tembok maka semakin tinggi harga di pasaran. Kualitas cat yang dijual
harus memenuhi standar yang mengacu pada SNI 3564:2009. Selain untuk penjaminan
mutu standar juga diperlukan untuk menekan biaya produksi dalam rangka
pengembangan industri cat (Lusiana & Cahyanto, 2014).
Karena cat emulsi merupakan salah satu jenis koloid, yang ukuran partikelnya
berada pada rentan larutan sejati dan suspensi kasar, maka cara pembuatannya dapat
dilakukan dengan dua cara yakni metode secara dispersi dan cara kondensasi (Tadros,
2013).
Emulsi adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair dalam
medium pendispersi padat, cair, dan gas. Cat tembok water based disebut juga cat
emulsi, dimana terdapat emulsi antara air dan minyak dalam formulasinya. Dalam
emulsi pada masing - masing komponen pembentuknya sudah terdapat emulsifer
berupa surfaktan. Komponen atau bahan penyusun cat terdiri dari bahan pengikat
(binder), bahan pengisi (filler), pigmen, pelarut dan bahan aditif (Kent, 2012).
Emulsi merupakan suatu jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair
dalam medium pendispersi padat, cair, dan gas. Cat tembok water based disebut juga
cat emulsi, dimana terdapat emulsi antara air dan minyak dalam formulasinya. Dalam
emulsi pada masing-masing komponen pembetuknya sudah terdapat emulsifer berupa
surfactan. Komponen atau bahan penyusun dari cat terdiri dari binder (resin), pigmen,
solvent dan additive (Kent, 2012).
 Binder

Zat pengikat atau binder merupakan bahan yang mengikat antara partikel
pigmen cat, sehingga cat dapat membentuk lapisan tipis yang rapat ketika digunakan.
Binder bertugas merekatkan partikel-partikel pigmen kedalam lapisan film cat dan
membuat cat merekat pada permukaan. Tipe binder dalam suatu formula cat
menentukan banyak hal dari performa cat. Binder dibuat dari material bernama resin
yang biasa dari bahan alam juga sintetis. Cat dapat berbinder natural oil, alkyd, nitro
sellulosik, poliester, melamin, akrilik, epoksi, poliurethane, silikon, fluorokarbon,
vinil, sellulosik, dan lain-lain.
 Pigmen
Pigmen berperan sebagai zat pemberi warna utama pada cat. Pigmen dapat
dibagi menjadi 2 yaitu organik dan non organik. Pigmen non organik dibuat dari
beberapa logam (oksida logam) sedangkan pigmen organik dibuat dari bahan minyak
bumi (carbon based). Pigmen lebih jauh lagidapat dibagi menjadi pigmen utama dan
pigmen extender. Pigmen utama memberikan cat dengan daya tutup dan warna.
Sedangkan pigmen extender membantu memperkuat pigmen utama.
 Solvent (Pelarut)

Solvent atau pelarut berfungsi untuk menjaga kekentalan cat agar tetap cair saat
digunakan, selain itu juga sebagai media pendispersi. Sebuah cat membutuhkan bahan
cair agar patikel pigmen, binder dan material padat lainnya dapat mengalir. Cairan pada
suatu cat disusun oleh solvent minyak dan atau diluent. Keduanya adalah suatu cairan
yang dapat melarutkan (dissolve) suatu material. Keduanya juga disebut thinner karena
keduanya mempunyai kemampuan untuk mengencerkan cat ke kekentalan yang
diinginkan.
 Additive

Additive merupakan bahan yang ditambahkan dalam cat untuk menambahkan


property atau sifat-sifat cat sehingga dapat meningkatkan kualitas cat. Sebagai
tambahan selain liquid, pigmen dan binder, suatu cat dapat mengandung satu atau lebih
aditif (zat tambahan) yang berfungsi untuk meningkatkan performansi, dan biasanya
digunakan dalam jumlah yang sangat kecil. Hal ini mempengaruhi fitur vital dari
tergantung penggunaan akhir cat terutama kemampuan flow dan leveling dari cat.

IV. ALAT DAN BAHAN

4.1 Alat
4.1.1 Mixer
4.1.2 Pengaduk
4.1.3 Plastik kemasan
4.1.4 Timbangan
4.1.5 Wadah

4.2 Bahan
4.2.1 Air bersih 800 mL
4.2.2 Hidroksietil selulosa (nitrosol) 12,5 g
4.2.3 Kalsium karbonat 1300 g
4.2.4 Pine oil 25 g
4.2.5 Polimer akrilik (poliakrilat) 250 g
4.2.6 Titanium dioksida 125 g

V. PROSEDUR
5.1 Tahap penyiapan bahan

Langkah pertama adalah penyiapan semua bahan yang akan digunakan dalam
pembuatan cat tembok yang meliputi 12,5 g hidroksietil selulosa (nitrosol),
1300 g zat pengisi (kalsium karbonat), 250 g polimer akrilik, 25 g pine oil, 125
g titanium dioksida, dan air sebagai pelarut.

5.2 Tahap pencampuran

Pertama masukkan air kemudian ditambahkan 12,5 g hidroksietil selulosa


(nitrosol), 1300 g zat pengisi (kalsium karbonat), 250 g polimer akrilik, 25 g
pine oil, dan 125 g titanium dioksida, setiap penambahan bahan harus diaduk
dengan kecepatan tinggi hingga tercampur sempurna. Setelah tercapai kondisi
tersebut kemudian pigmen baru ditambahkan sesuai dengan warna yang
dikehendaki akan tetapi pada percobaan kali ini tidak digunakan pigmen warna.
5.3 Tahap kontrol kualitas

Pada tahap ini produk dikontrol kualitasnya sesuai dengan standar yang telah
diterapkan. Parameter yang perlu diamati adalah pH dan kekentalan.

5.4 Tahap pengemasan

Tahap pengemasan produk dilakukan didalam bentuk plastik dengan ukuran 1


kg.
VI. DATA PENGAMATAN
6.1. Sifat Fisik dan Kimia
Zat Sifat Fisik Sifat Kimia
Akuades  Mr = 18g/mol  Polar
(H2O)  Tf = 0oC  Pelarut universal
O
H H  Tb = 100oC  pH netral
 p = 1 g/cm3

Hidroksietil Selulosa  Tm = 140 oC  Tidak larut


(NItrosol)  p = 1,5g/cm3 dalam air, etanol,
 Tidak berbau dan eter
 Larut dalam
larutan natrium
hidroksida
 Larut dalam air
panas
Kalsium Karbonat  Mr =  Larut dalam
(CaCO3) 100,0869g/mol asam
 Tm = 1,339 oC  Tidak larut
 p = 2,711g/cm3 dalam air
 pKa = 9,0  Bereaksi dengan
air membentuk
kalsium
bikarbonat
 Stabil pada suhu
ruang
Pine Oil  Tb= 195 ℃  Tidak larut
 Tm= 5℃ dalam air
 𝜌= 0,95 g/cm3  Cairan tidak
berwarna hingga
kuning pucat

Polimer Akrilik  Mr=53,06g/mol  Tidak berwarna


(Poliakrilat)  Tm= -84℃  Mudah terbakar
 Tb= 77℃  Beracun
 Reaktif

Titanium dioksida  Mr = 79,866 g/mol  Tidak larut


 𝜌= 4,23 g/ml dalam air
 Indeks bias =  Tidak mudah
2,488 terbakar
 Padatan putih

6.2. Tabel Pengamatan


Zat Perlakuan Hasil
Akuades - dimasukkan ke - 800mL akuades di
dalam gelas kimia dalam gelas kimia
sebanyak 800mL
- dipanaskan di atas - 800mL akuades
hot plate panas
Hidroksietil selulosa - Ditimbang - Diperoleh
sebanyak 12,5g hidroksietil
selulosa sebanyak
- Dimasukkan ke 12,51g
dalam akuades
panas dan diaduk - Hidroksietil
hingga larut selulosa terlarut
dalam akuades
Kalsium karbonat - Ditimbang - Diperoleh kalsium
sebanyak 1300g karbonat sebanyak
1300,1g
- Dimasukkan secara - Kalsium karbonat
perlahan ke dalam terlarut dalam
larutan hidroksietil larutan hidroksietil
selulosa dan diaduk selulosa
Polimer akrilik - Ditimbang - Diperoleh polimer
sebanyak 250g akrilik sebanyak
250,123g
- Dimasukkan ke - Polimer akrilik
dalam campuran terlarut dalam
dan diaduk hingga campuran
campuran rata
Pine oil - Ditimbang - Diperoleh
sebanyak 25g sebanyak 25g
- Dimasukkan ke - Pine oil terlarut
dalam campuran dalam campuran
dan diaduk hingga
campuran rata
Titanium Dioksida - Ditimbang - Diperoleh
sebanyak 125g sebanyak
- Dimasukkan ke 125,0032g
dalam campuran
dan diaduk hingga - Titanium dioksida
campuran rata terlarut dalam
campuran
Cat - Dimasukkan ke - Cat berwarna putih
dalam wadah di dalam wadah
plastic plastic

6.3 Perhitungan

Basis 1000 kg/ hari


1. Perhitungan Biaya Investasi
Modal Tetap:
a. Timbangan : Rp 525.000,00
b. Reaktor (drum bekas 100 L) : Rp 200.000,00
c. Motor pengaduk : Rp 2.318.000,00
d. Wadah-wadah : Rp 375.000,00
e. Perlengkapan lainnya : Rp 250.000,00
TOTAL : Rp 3.468.000,00
Modal Kerja:
a. Persediaan bahan baku & kemasan : Rp 5.000.000,00
b. Persediaan bahan jadi : Rp 300.000,00
TOTAL : Rp 5.300.000,00
2. Total Investasi
Total modal = modal tetap + modal kerja
Total modal = Rp 3.468.000,00 + Rp 5.300.000,00
= Rp 8.768.200,00
3. Biaya Operasional
a. Biaya bahan baku dan kemasan : Rp 25.000,00
b. Penyusutan peralatan (disperse alat) 5 tahun : Rp 1.000.000,00
c. Biaya operasional penjualan : Rp 800.000,00
d. Biaya pegawai : Rp 3.600.000,00
e. Biaya energi : Rp 575.000,00
Total Biaya Operasional : Rp 5.980.000,00
4. Perhitungan HPP
a. Air bersih (760 g (%) x Rp 3000,00 /kg) : Rp 2.280,00
b. CaCO3 (1300 g (%) x Rp 2000,00 /kg) : Rp 2.600,00
c. Acrylic (250 g (%) x Rp 20.000,00 /kg) : Rp 5.000, 00
d. Pine oil (25,2675 g (%) x Rp 25.000,00 /kg) : Rp 632, 00
e. Titanium oxide (125,0020 g (%) x Rp 5000,00 /kg) : Rp 625,00
HPP/ 2,5 kg produk : Rp 11.137,00
HPP /kg produk : Rp 4.455,00
5. Keuntungan
Keuntungan/ liter = harga penjualan /kg - HPP /kg
= Rp 6000,00 – Rp 4455,00
= Rp 1545,00
Keuntungan/ bln = keuntungn/ kg x kapasitas produksi/ bln
= Rp 1545,00 x Rp 3125,00
= Rp 4.828.125,00
6. BEP (Break Event Point)
BEP jumlah minimal produk (kg) per hari yang harus dijual agar tidak
rugi.
BEP = Biaya operasional/ bulan : Harga jual
= 5.980.000 : 5000
= 1196 kg
BEP per hari = BEP : 25 hari
= 1196 kg : 25 hari
= 47,84 kg/ hari
7. Perhitungan Pay Back Period (PBP)
PBP = [(total investasi) : ((target penjualan/hari – BEP/hari) x
(keuntungan/kg x hari kerja/bln)]
= [5.980.000 : (( 92,25 - 47,84) x (1545 x 30)]
= 3 bulan

VII. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari dan mempraktekkan proses
produksi pembuatan cat tembok, menghitung kelayakan ekonomi pembuatan cat
(HPP), biaya produksi, operasional, keuntungan, BEP, PBP, serta merancang proses
produksi pembuatan cat semi komersial. Cat adalah bahan pelapis permukaan yang
berfungsi untuk melindungi benda, seperti besi, seng, kayu, dan tembok dengan
membentuk lapisan tipis dan sebagai dekoratif yang memberikan keindahan pada
permukaan yang dilapisi.
Pembuatan cat ini tidak bisa sembarangan karena dalam pembuatan cat terdapat
beberapa karakteristik yang harus dipenuhi untuk memenuhi standar untuk pemasaran
misalnya:
a. Tahan terhadap cuaca
b. Daya tahan yang tinggi
c. Daya kering yang tinggi
d. Mampu menahan korosi
e. Tahan lama
Oleh karena itu, dalam pembuatan cat ini hal yang pertama dilakukan adalah
tahap persiapan. Pada tahap persiapan ini, dimulai dengan mempersiapkan bahan-
bahan baku sesuai dengan formula atau resep cat yang akan dibuat. Bahan-bahan
tersebut diambil dari gudang dengan syarat bahan sudah teruji kualitasnya, tidak
kadaluwarsa dan tidak pula cacat atau rusak baik fisik maupun kimia (yang ditandai
dengan adanya perubahan bau, warna, bentuk, atau kekentalan pada bahan tersebut).
Hal tersebut dilakukan dilakukan untuk memperoleh hasil yang memuaskan dalam
pembuatan cat.
Mengukur bahan yang akan diproses, bisa dilakukan dengan cara ditimbang
beratnya atau diukur volumenya, tergantung dengan basis apa yang digunakan dalam
formula atau resepnya. Ketelitian dan keakuratan penimbangan merupakan faktor
penting terhadap hasil akhir pembuatan cat, terutama pada penimbangan additive atau
pigment.
Pertama-tama HE Cellulose atau yang lebih dikenal dengan naetrosol
ditimbang dengan menggunakan neraca analitis sebanyak 12,5022 g. Digunakan neraca
analitis karena dibutuhkan keakuratan yang tinggi. Penambahan HE Cellulose atau
naetrosol bertujuan sebagai zat perekat yang akan membuat cat dapat menempel pada
tembok. Hal tersebut merupakan hal yang penting karena hal tersebut merupakan
indikator dari sebuah cat untuk melapisi sehingga cat tersebut harus merekat pada
bahan yang akan dilapisi. Setelah itu, HE Cellulose dilarutkan dalam air panas
sebanyak 760 mL. Penambahan air bertujuan sebagai pelarut yang digunakan untuk
melarutkan zat pengikat dan mengencerkan cat sehingga kekentalan cat dapat diatur
sesuai dengan standar. Air yang digunakan harus dalam keadaan panas karena
kelarutan HE Cellulosa/ naetrosol rendah dalam air dingin, sehingga agar pelarutan
berlangsung dengan cepat, HE Cellulosa /naetrosol harus dilarutkan menggunakan air
panas. Seperti telah diketahui bahwa kelarutan suatu senyawa organik akan bertambah
besar dalam pelarut pada suhu panas dibandingkan dengan pelarut pada suhu dingin.
Pada proses penambahan HE Cellulosa /naetrosol ke dalam air panas tidak dilakukan
di atas kompor listrik, karena dikhawatirkan HE Cellulosa/ naetrosol akan rusak akibat
ada tambahan panas dari kompor listrik sehingga memungkinkan cat tidak bisa
menempel pada tembok.
Pelarut yang digunakan pada cat tembok berbeda dengan cat besi atau kayu
karena bahan yang akan dilapisinya pun mempunyai bahan dan tekstur yang berbeda.
Pada cat tembok digunakan air sebagai pelarut, sedangkan pada cat besi atau kayu
biasanya digunakan pelarut organik seperti white swrit, etil alcohol, etil asetat, butyl
asetat, MEK, MBIK dan lain-lain.
Untuk memperbesar tumbukan antar molekul-molekul HE Cellulose dengan
molekul air, sehinggga proses pelarutan menjadi lebih cepat dilakukan pengadukan
dengan menggunakan mixer pada tahap 2 hingga padatan HE Cellulose larut.
Kecepatan mixer yang digunakan dalam tahap ini adalah 2 agar dapat menghindari
timbulnya buih atau busa yang akan mengganggu dalam proses selanjutnya untuk
menghasilkan tekstur cat yang lembut.
Setelah HE Cellulose larut sempurna, ditambahkan kalsium karbonat / CaCO3
sedikit demi sedikit sebanyak 1300 g sambil diaduk hingga merata. Penambahan
kalsium karbonat berfungsi sebagai bahan pengisi dan menambahkan volume cat,
sehingga dapat menurunkan harga produksi cat. . Zat pengisi lainnya yang biasanya
digunakan adalah barium sulfat, kaolin, mika, talk, dan pans white. Zat pengisi yang
digunakan tergantung dari pertimbangan produsen. Pengadukan berfungsi untuk
mempercepat proses pelarutan. Pada proses pengadukan ini digunakan alat bantu mixer
yang memiliki kecepatan yang dapat diatur. Proses pengadukan ini dapat pula
menggunakan pengaduk biasa, namun kurang efektif karena membutuhkan waktu yang
lama dan membutuhkan tenaga atau energi yang cukup besar untuk mencampurkan
larutan HE Cellulose dan kalsium karbonat. Kalsium karbonat yang ditambahkan
digunakan sebagai bahan pengisi. Kalsium karbonat ini dapat digunakan untuk
menambahkan volume cat, sehingga dapat menurunkan harga produksi cat. Zat pengisi
lainnya yang biasanya digunakan adalah barium sulfat, kaolin, mika, talk, dan pans
white. Zat pengisi yang digunakan tergantung dari pertimbangan produsen.
Setelah terbentuk larutan berwarna putih, polymer acrylic ditambahkan dan
diaduk hingga merata dengan menggunakan mixer agar proses pencampuran
berlangsung cepat. Polymer acrylic ini dapat membentuk lapisan film tipis dan merekat
pada benda yang dilapisi serta akan membuat lapisan cat yang telas dioleskan pada
dinding atau tembok telihat rata dan halus. Bahan-bahan yang biasa digunakan adalah
alkyd resin, epoxy resin, amino resin, silicon resin, dan latex. Sedangkan untuk cat
kayu dan besi biasanya digunakan alkyd resin. Sedangkan untuk cat tembok
biasanyadigunakan lateks, PVAc atau nitro cellulose.
Kemudian, pine oil ditambahkan dan diaduk hingga rata menggunakan mixer.
Pada proses pencampurannya dilakukan pada suhu kamar, karena pemanasan tidak
memberi pengaruh yang cukup berarti pada proses ini. Pine oil digunakan sebagai
pewangi yang dapat memberikan bau khas cemara pada cat. Selain itu, pine oil juga
berfungsi untuk menambah kelarutan CaCO3 dalam campuran adonan cat.
Titanium oksida ditambahkan ke dalam campuran dan diaduk kembali
menggunakan mixer. Titanium oksida ini membuat campuran berwama putih.
Campuran atau pasta yang dihasilkan memiliki kekentalan atau viskositas yang cukup
tinggi. Kekentalan sendiri menunjukkan kualitas dari cat itu sendiri. Cat yang terlalu
kental juga bukan merupakan cat yang baik tapi cat tersebut harus mempunyai tingkat
kekentalan yang pas dan sesuai dengan bahan yang akan dilapisi (misalnya tembok
untuk cat tembok).
Cat tembok yang dihasilkan ini bisa saja bukan hanya warna putih tapi dapat
saja ditambahkan dengan pewama untuk menghasilkan warna yang diinginkan sesuai
dengan selera pembuat. Zat pewarna atau pigmen yang biasanya digunakan dapat
berupa partikel padat yang mudah terdispersi di dalam cat dan dapat memberikan
karakteristik tertentu pada cat tersebut. Karakteristik tersebut antara lain dapat
memberikan wama, daya tahan, daya tutup, dan melindungi seperti melindungi besi
dan korosi. Pigmen terdiri dari berbagai warna, antara lain pigmen putih (Titanium
oksida), pigmen kuning (Zinc chromate), pigmen hijau (Chromium oxide), pigmen biru
(Prussian blue), pigmen merah (Red iron oxide), dan pigmen hitam (Carbon black).
Kadang-kadang pada proses pembuatan cat ini digunakan antifoam yang
berguna untuk menghilangkan busa selama produksi cat. Selain itu, kadang-kadang
digunakan anti jamur untuk mencegah tumbuhnya jamur pada cat setelah pelapisan
pada suatu media misalnya tembok. Kemudian terkadang pula digunakan dispersing
agent untuk mendispersikan campuran cat. Tahapan dispersi meliputi:
a. Proses pembasahan permukaan partikel-partikel pigment dan/atau extender oleh
bahan-bahan cair (millbase).
b. Proses pemecahan secara mekanis temadap kelompok-kolompok partikel pigment dan
extender menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecilatau partikef-partikel pnmernya
sesuai dengan derajad kehalusan yang dikehendaki. Mempertahan agar supaya
kelompok-kelompok partikel yang lebih kecil atau partikel-partikel primer ini tetap
terpisah satu sama lain, tidak bersatu kembali. Tetapi pada percobaan ini tidak
ditambahkan antifoam,anti jamur dan dispersing agent.
Hasilnya, dalam percobaan cat ini yang dihasilkan campuran cat yang agak
halus dan kental. Pada awalnya terdapat sedikit busa akibat tidak digunakannya
antifoam pada proses pembuatan cat ini sehingga selama proses pembuatan cat timbul
sedikit busa. Akan tetapi hal tersebut masih bisa ditanggulangi karena busa yang
dihasilkan tidak terlalu banyak. Selanjutnya campuran tersebut dikemas dalam plastik
dan dicoba dioleskan pada dinding. Hasilnya cat yang dioleskan pada tembok
menempel dengan baik. Hal ini menunjukkan hasil pembuatan cat berjalan dengan
baik.
Karena cat yang dihasilkan terlalu kental maka ditambahkan kembali air panas
dengan jumlah sekitar 100 mL. Dan dihaluskan kembali dengan menggunakan mixer.
Setelah homogen, campuran tersebut dikemas dalam plastik dan dicoba dioleskan pada
dinding. Hasilnya cat yang dioleskan pada tembok menempel dengan baik. Hal ini
menunjukkan hasil pembuatan cat berjalan dengan baik.

Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya investasidan didapatkan modal tetap


dengan jumlah Rp 3.468.000,00 dan modal kerja Rp 5.300.000,00, kemudian untuk
perhitungan total investasi yaitu bernilai Rp 8.768.200,00, perhitungan biaya
operasional sejumlah Rp 5.980.000,00, perhitungan HPP/2,5 kg produk yaitu sejumlah
Rp 11.137,00 dan HPP/kg produk sejumlah Rp 4.455,00, kemudian juga dihitung
keuntungan yang diperoleh yaitu Keuntungan/ liter dengan jumlah Rp 1545,00 dan
Keuntungan/ bln dengan jumlah Rp 4.828.125,00, dan dihitung nilai BEP (Break Event
Point) dengan hasil 1196 kg dengan BEP per hari yaitu 47,84 kg/ hari, kemudian
dihitung pula nilai PBP (payback period) yaitu 3 bulan.

VIII. KESIMPULAN

8.1 Proses pembuatan cat tembok dapat dipelajri dan dipraktikan


8.2 Kelayakan ekonomi pembuatan cat tembok dapat dihitung
8.3 Proses produksi pembuatan cat dapat dirancang
DAFTAR PUSTAKA

Bently, J., Turner, G.P.A. 1997. Introduction to Paint Chemistry and Principles
of Paint Technology. CRC Press. Bristol UK.
Kent, J.A. 2012. Pigments, Paints, Polymer Coatings, Lacquers, and Printing
Inks, Handbook of Industrial Chemistry and Biotechnology. Springer
Science Business Media. New York.
Lusiana, U & H. U. Cahyanto. 2014. The Use of Kaolin West Kalimantan as an
Extender Pigment In The Manufacture of Emulsion Paint. Baristand
Industri Pontianak. Pontianak.
Monk, P. 2004. Physical Chemistry: Understanding Our Chemical World. John
Wiley & Sons. Chichester.
Tadros, T. 2013. Paints and Coatings, Encyclopedia of Colloid and Interface
Science. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Berlin.
TUGAS PENDAHULUAN

1. Flowsheet diagram proses pembuatan cat

2. Daftar peralatan dan bahan bahan yang diperlukan dalam produksi cat :
 Peralatan
- Mixer
- Pengaduk
- Plastik kemasan
- Timbangan
- Wadah
 Bahan

- Air - Pine Oil


- Kalsium karbonat - Anti Jamur
- HE Cellulose (Natrosol) - Dispersing Agent
- Antifoam - Titanium Dioxide
- Polymer Acrylic - Pewarna
3. Kelayakan ekonomi pabrik cat dengan kapasitas 1000kg/hari

HPP /kg produk : Rp 4.455,00


Operasional : Rp 5.980.000,00
Keuntungan /bln : Rp 4.828.125,00
BEP : 47,84 kg/ hari
PBP : 3 bulan

4. Keuntungan per bulan/tahun kapasitas 1000kg/hari


Keuntungan/ liter = harga penjualan /kg - HPP /kg
= Rp 6000,00 – Rp 4455,00
= Rp 1545,00
Keuntungan/ bln = keuntungn/ kg x kapasitas produksi/ bln
= Rp 1545,00 x Rp 3125,00
= Rp 4.828.125,00

Keuntungan/ thn = keuntungan/ bln x 12


= Rp 4.828.125,00 x 12
= Rp 57.937.500,00

Anda mungkin juga menyukai