Anda di halaman 1dari 9

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi dan Minyak Jelantah ………………………Cengristitama, Vebrianti Dwi Nur Insan

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN MINYAK JELANTAH


UNTUK PEMBUATAN BIOPLASTIK

Cengristitama1), Vebrianti Dwi Nur Insan2)


1)2) Teknik Kimia, Politenik TEDC Bandung

Email : c_titama@poltektedc.ac.id1), vebriantidni@gmail.com2)

Abstrak
Masalah limbah plastik semakin tahun semakin sulit untuk ditangani. Alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan limbah tersebut yaitu melalui penggantian plastik sintetik dengan bioplastik. Indonesia
memiliki potensi limbah sekam padi dan minyak jelantah yang relatif tinggi, limbah tersebut dapat dioptimalkan
pemanfaatannya sebagai bahan baku pembuatan bioplastik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah selulosa dari sekam padi dan gliserol dari minyak jelantah dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan bioplastik dan untuk mengetahui berapa perbandingan optimum selulosa dan gliserol dalam
pembuatan bioplastik, dengan atau tanpa penambahan kitosan. Tahapan penelitian ini adalah ekstraksi selulosa
dari sekam padi, pembuatan gliserol dari minyak jelantah dan pembuatan dua variasi bioplastik. Bioplastik pertama
dari selulosa dan gliserol dengan perbandingan 1:4; 1,2:4; 1,4:4; 1:6; 1,2:6 dan 1,4:6 (b/v). Bioplastik kedua
menggunakan perbandingan selulosa dan gliserol yang sama seperti bioplastik pertama tetapi ditambahkan
kitosan sebanyak 30 ml. Parameter yang diukur adalah uji ketahanan terhadap air, sifat organoleptik bioplastik
(tekstur, bau dan warna), dan biodegradabilitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa selulosa dari sekam padi dan
gliserol dari minyak jelantah bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioplastik, tetapi hasilnya kurang
maksimal apabila tidak ditambahkan kitosan. Perbandingan optimum selulosa dan gliserol dalam pembuatan
bioplastik terdapat pada bioplastik yang ditambahkan kitosan dengan perbandingan 1:4 (b/v). Hasil ini berdasarkan
rata-rata hasil uji organoleptik yang mempunyai tekstur sedikit kasar, beraroma sedikit berbau dan memiliki warna
sedikit bening, juga berdasarkan uji biodegradasi dengan hasil persen kehilangan berat sebesar 80% dan waktu
degradasi paling cepat selama 8 hari.

Kata Kunci: biodegradasi, bioplastik, minyak jelantah, sekam padi, kitosan

Abstract
The problem of plastic waste is increasingly difficult to handle. An alternative that can be done to overcome the
problem of waste is through the replacement of synthetic plastics with bioplastics. Indonesia has high relatively
high potential of rice husk waste and used cooking oil, the use of wastes can be optimized as raw material for
bioplastics. The purpose of this research was to determine whether cellulose from rice husk and glycerol from used
cooking oil could be used as raw material to synthesize bioplastic and to find out the optimum ratio of cellulose and
glycerol in the manufacture of bioplastics, with or without the addition of chitosan. The stages of this research are
cellulose extraction from rice husk, the production of glycerol from used cooking oil and making two variations of
bioplastics. The first bioplastics of cellulose and glycerol in a ratio of 1: 4; 1,2: 4; 1.4: 4; 1: 6; 1,2: 6 and 1,4: 6 (b/v).
The second bioplastic uses the same ratio of cellulose and glycerol as the first bioplastic but 30 ml of chitosan is
added. The parameters measured were water resistance test, organoleptic properties of bioplastics (texture, odour
and colour), and biodegradability. The results showed that cellulose from rice husk and glycerol from used cooking
oil could be used as raw material for making bioplastics. The optimum comparison of cellulose and glycerol in the
manufacture of bioplastics is found in bioplastics which added chitosan with a ratio of 1: 4 (b / v). These results are
based on the average organoleptic test results that have a slightly coarse texture, smell a little smelly and have a
slightly clear colour, also based on biodegradation test with the results of percent weight loss 80% and the fastest
degradation time for 8 days.

Keywords: biodegradation, bioplastics, used cooking oil, rice husk, chitosan

I. PENDAHULUAN tersebut membuat plastik menjadi kebutuhan


Kehidupan manusia saat ini tidak terlepas dari penting sehingga produksi plastik terus meningkat.
penggunaan plastik, baik untuk keperluan sehari-hari Plastik yang sering digunakan adalah plastik
ataupun untuk keperluan industri. Plastik banyak yang disintesis dari bahan polimer hidrokarbon
digunakan diantaranya untuk pembuatan alat-alat minyak bumi, seperti polietilena (PE), polipropilena
rumah tangga, sebagai bungkus makanan dan (PP) dan lain sebagainya. Tetapi plastik tersebut
minuman serta untuk peralatan sekolah dan kantor. memiliki beberapa kekurangan, sifatnya yang sulit
Penggunaan plastic masih secara luas dikarenakan terurai secara alami karena baru terurai dalam kurun
plastik memiliki beberapa keunggulan jika waktu sangat lama yaitu sekitar 80 hingga 100 tahun
dibandingkan dengan bahan lainnya, yaitu sifat karena plastik sintetik memiliki kestabilan sifat fisik-
plastik yang ringan, fleksibel, transparan dan kimia yang kuat. Namun jika plastik dibakar maka
harganya yang terjangkau. Beberapa keunggulan dapat menimbulkan zat berbahaya yang akan
mencemari lingkungan.

TEDC Vol. 14 No. 1, Januari 2020 15


Pemanfaatan Limbah Sekam Padi dan Minyak Jelantah ………………………Cengristitama, Vebrianti Dwi Nur Insan

Semakin banyak produksi plastik maka akan kemudian dilanjutkan dengan reaksi transesterifikasi
memicu peningkatan jumlah limbah plastik yang minyak jelantah hasil reaksi tahap pertama dan
dihasilkan. Sebuah penelitian yang dipublikasikan metanol menggunakan katalisator NaOH. Di samping
pada 19 Juli 2017 di jurnal Science Advances penggunaan katalis asam, digunakan juga katalis
memaparkan bahwa dalam kurun waktu sekitar 30 basa yang berguna untuk mengurangi kadar asam
tahun ke depan jumlah limbah plastik dunia akan lemak bebas yang terdapat dalam minyak jelantah.
meningkat empat kali lipat. Pada penelitian tersebut Karena minyak jelantah yang dipakai bersumber dari
Roland Geyer dari University of California membuat minyak kelapa yang telah digunakan beberapa kali,
perkiraan jumlah limbah plastik di dunia selama dan mengandung asam kaprilat sekitar 8%, asam
beberapa tahun ke depan berdasarkan data produksi kaprat sekitar 7%, asam laurat sekitar 48%, asam
plastik dunia pada tahun 1950 hingga 2015. miristat sekitar 17.5%, asam palmitat sekitar 8,8%,
Berbagai alternatif solusi sangat diperlukan asam stearate sekitar 2%, asam oleat sekitar 6%,
dalam mengatasi masalah limbah plastik yang susah dan asam linoleate sekitar 2,5% (Kirk Othmer, 1951).
untuk ditangani saat ini. Pemerintah telah melakukan Riset tentang plastik biodegradable telah
berbagai cara untuk mensolusikan permasalahan dilakukan diberbagai negara, termasuk di Indonesia.
sampah plastik tersebut, diantaranya dengan cara Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh
reduce yaitu membatasi penggunaan plastik untuk Sumartono, dkk (2015) tentang sintesis bioplastik
mengurangi jumlah limbah yang akan ditimbulkan, dari selulosa alang-alang dengan penambahan
reuse (penggunaan kembali) dan recycle (daur kitosan dan gliserol, juga penelitian yang dilakukan
ulang). Namun cara ini masih saja belum oleh Fachry dan Sartika (2012) tentang pemanfaatan
mensolusikan total penanganan limbah plastik ini. kulit limbah udang dan pati dari singkong sebagai
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan bahan dasar pembuatan plastik biodegradable.
mengganti bahan baku pembuatan plastik dengan Kedua penelitian tersebut memberi kesimpulan
bahan baku yang mudah terurai dan tidak berbahaya bahwa dengan adanya plasticizer dan kitosan akan
untuk lingkungan. menjadikan kualitas bioplastik menjadi lebih baik.
Bioplastik (plastik biodegradable) merupakan Berdasarkan latar belakang tersebut, maka telah
plastik dengan bahan dasar yang dapat diperoleh dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
dari alam sehingga mudah terurai oleh mengetahui apakah selulosa dari sekam padi dan
mikroorganisme dan tidak menimbulkan bahaya bagi gliserol dari minyak jelantah bisa digunakan untuk
manusia maupun lingkungan. Kelebihan plastik bahan baku pembuatan bioplastik dan untuk
biodegradable lainnya adalah bahan yang digunakan mengetahui berapa perbandingan optimum antara
mudah diperoleh dan dapat diperbaharui. Bahan selulosa dari sekam padi dan gliserol dari minyak
baku dari bioplastik dapat berupa pati, protein, lipid, jelantah dalam pembuatan bioplastik, dengan atau
dan selulosa. tanpa kitosan.
Pemanfaatan limbah sampah perlu dilakukan
untuk mengatasi permasalahan lingkungan. Limbah II. LANDASAN TEORI
sekam padi adalah limbah yang dihasilkan dari Bioplastik
proses penggilingan padi. Kandungan selulosa dari Bioplastik atau plastik biodegradable,
sekam padi cukup tinggi yaitu sekitar 58,852% merupakan jenis plastik yang terbuat dari bahan
(Jalaludin dan Risal, 2005). Menurut Sumartono yang bisa diperbaharui dan bisa terurai secara alami
(2015) bahwa jika kandungan selulosa lebih dari 40% oleh bantuan bakteri, jamur, alga atau mengalami
maka bahan tersebut sudah dapat dijadikan sebagai reaksi hidrolisis dalam larutan. Biodegradable terdiri
bahan baku pembuatan bioplastik. Tentunya hal ini dari tiga kata, yaitu bio yang mempunyai arti
sangat mendukung untuk menggunakan selulosa makhluk hidup, degrade yang berarti terurai dan able
yang berasal dari limbah sekam padi sebagai bahan yang berarti dapat. Jadi plastik biodegradable
dasar untuk membuat film bioplastik. merupakan plastik yang secara alami dapat terurai di
Pada proses pembuatan bioplastik harus lingkungan (Ummah, 2013).
ditambahkan plasticizer agar plastik yang dihasilkan Bioplastik adalah bahan yang bisa berubah
menjadi tahan terhadap air, elastis dan fleksibel menjadi biomassa, air (H2O), karbon dioksida (CO2),
(Darni, dkk., 2008). Penambahan plasticizer atau metana (CH4) melalui beberapa tahapan.
fungsinya adalah untuk membuat sifat fisik dan sifat Bioplastik yang terbuat dari selulosa atau pati dapat
mekanik plastik menjadi lebih baik, juga untuk terurai oleh bakteri pseudomonas dan bacillus
melindungi plastik dari mikroorganisme yang dapat dengan cara memutuskan rantai polimer menjadi
merusak plastik. Plasticizer yang sering digunakan monomer-monomernya. Hasil samping dari
untuk pembuatan bioplastik salah satunya adalah degradasi polimer selain air dan senyawa karbon
gliserol. Hal ini dikarenakan gliserol bisa membuat dioksida adalah asam organik dan aldehid yang tidak
plastik menjadi lebih elastis jika dibandingkan berbahaya bagi lingkungan. Proses terjadinya
dengan plasticizer lain, seperti sorbitol (Paramawati, penguraian bioplastik pada alam dimulai secara kimia
2007). dengan proses oksidasi molekul dengan berat
Gliserol bisa diperoleh dari minyak jelantah molekul yang tinggi menjadi polimer dengan berat
dengan menggunakan dua tahap reaksi, yaitu reaksi molekul yang rendah, kemudian akan berhadapan
esterifikasi asam lemak bebas dalam minyak jelantah dengan mikroorganisme sehingga melalui
dengan metanol mengunakan katalisator H2SO4, dekomposisi (Ardiansyah, 2011).

TEDC Vol. 14 No. 1, Januari 2020 16


Pemanfaatan Limbah Sekam Padi dan Minyak Jelantah ………………………Cengristitama, Vebrianti Dwi Nur Insan

Dekomposisi atau proses pengomposan larutan NaOH 17,5% atau campuran basa tinggi
membentuk proses penguraian secara biologis oleh yang mempunyai derajat polimerisasi sebesar 6000-
mikroorganisme untuk meghasilkan bahan humus 15000, (2) Beta Cellulose merupakan selulosa yang
dan senyawa – senyawa sebagai sumber energi yang mempunyai rantai pendek, bersifat dapat larut dalam
dapat digunakan. Proses dekomposisi terdiri dari dua larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan derajat
tahap, yang pertama yakni tahap aktif dan yang polimerisasi sebesar 15-90, (3) Gamma Cellulose,
kedua yaitu tahap pematangan. Pada proses awal, selulosa ini sama dengan Beta Cellulose namun
oksigen dan se mknyawa lain yang mudah mempunyai derajat polimerisasi kurang dari 15.
terdegradasi akan langsung dimanfaatkan oleh Selulosa bisa digunakan sebagai bahan dasar
mikroba. Suhu dan pH akan meningkat dengan cepat bernilai ekonomis tinggi, hal itu dikarenakan selulosa
pada tumpukan kompos kemudian bahan organik memiliki sifat fisik yang kuat, tahan terhadap panas,
akan terurai menjadi CO2, panas dan uap air dengan bahan kimia maupun pengaruh biologis, tidak mudah
bantuan mikroba yang aktif pada suhu tinggi, maka tercampur di dalam air sehingga tidak mudah
suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan mengalami kerusakan (Putera, 2012).
setelah sebagian besar bahan telah terurai, (Sihaloho, Selulosa juga bisa dipakai sebagai bahan dasar
2011). pembuataan bioplastik karena merupakan
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi biopolimer yang mempunyai kadar serat yang tinggi.
tingkat biodegradabilitas antara lain adalah struktur Sifat mekanik bioplastik selulosa berbanding terbalik
polimer, bahan aditif, sifat hidrofobik, morfologi, dengan diameter serat, semakin besar diameter
proses produksi dan berat molekul bahan kemasan. serat maka semakin rendah nilai kuat tariknya. Pada
Plastik konvensional memerlukan waktu yang sangat tahun 1900, selulosa ditemukan dari suatu materi
lama sekitar 50 tahun untuk terurai. Sedangkan yang dilarutkan dalam natrium hidroksida 17,5%.
bioplastik dapat terurai lebih cepat 10 sampai 20 kali Materi tidak larut itu dinamakan sebagai α-selulosa,
dari plastik konvensional (Ummah, 2013). sedangkan materi yang larut disebut dengan β-
Jenis – jenis plastik biodegradable diantaranya selulosa dan γ-selulosa yang pada saat ini disebut
adalah yang berasal dari sel bakteri (poli-asam amino) sebagai gula-gula dan jenis karbohidrat sederhana
dan polyhidroksialkanoat (PHA), polyaktida (PLA) lainnya (Bahmid, 2014).
merupakan perubahan zat tepung kentang atau Selulosa diperoleh dengan cara ekstraksi
jagung oleh mikroorganisme dan poliaspartat tanaman. Proses ekstraksi dapat dilakukan melalui
sintesis yang dapat terdegradasi hasil dari modifikasi maserasi dan hidrolisis dengan pengasaman
asam laktat. Bahan dasar bioplastik dapat berasal (Monariqsa, dkk., 2012). Diantara tanaman yang
dari selulosa, kitosan, kitin, atau tepung yang mengandung selulosa adalah padi, terutama pada
terdapat dalam tumbuhan serta polimer lain yang bagian kulitnya (sekam padi).
terdapat pada sel tumbuhan dan sel hewan Indonesia mempunyai sawah yang luasnya
(Ardiansyah, 2011). 12,84 juta hektare yang dapat memproduksi padi
sebanyak 65,75 juta ton dan limbah padi sebanyak
Selulosa dari Sekam Padi 8,2 sampai 10,9 ton (Badan Pusat Statistik, 2011).
Selulosa yang mempunyai rumus kimia Namun dari kemampun limbah yang sangat besar ini
(C6H10O5)n adalah bahan dasar penyusun tumbuhan baru sedikit yang bias dioptimalkan. Sekam padi
yang merupakan metabolit primer. Selulosa umumnya hanya dipakai sebagai bahan bakar
termasuk homopolisakarida yang dapat diinversi konvensional (Danarto, et al., 2010).
menjadi berbagai macam senyawa kimia lain yang Sekam merupakan kulit dari bulir padi-padian
mempunyai nilai konvensional yang tinggi. Zat padat (serealia) yang berupa lembaran yang kering serta
amorf merupakan selulosa yang tidak bisa larut tidak dapat dimakan, yang berfungsi melindungi
dalam air dan pelarut organik umum. Jika dalam bagian dalam padi. Sekam padi memiliki ciri fisik
keadaan dingin, selulosa tahan terhadap pengaruh berwarna kekuningan atau keemasan. Sekam padi
asam mineral encer maupun pengaruh enzim memiliki kerapatan jenis 1,125 kg/m3 dan nilai kalori
amilase. Hidrolisis sempurna menggunakan asam dalam 1 kg sebesar 3300 kkalori. Panjang sekam
encer akan membentuk molekul-molekul glukosa padi sekitar 5-10 mm dan lebar 2,5 – 5 mm (Siahaan,
(Sumardjo, 2009). dkk., 2013).
Konstituen utama dari dinding sel tumbuhan Sekam padi sebagian besar tersusun dari 58,85%
yang banyak ditemukan di alam merupakan Selulosa, selulosa, 18,03% hemiselulosa, 0,60-1,00% abu dan
dalam kayu tertentu rata – rata menduduki sekitar 20,90% lignin (Jalaluddin dan Risal, 2005).
50%. Selulosa juga memerankan konstituen utama Perpaduan kimia sekam padi diantaranya adalah
dari beraneka macam serat alam misalnya kapas, kandungan air sebesar 9,02%, protein kasar 3,03%,
batang dan konstituen berserat dari beberapa lemak 1,18%, serat kasar 35,68%, kadar abu 17,17%
tangkai daun. Selulosa terjalin atas unit-unit β-D- serta karbohidrat dasar 33,71% (Jahiding, dkk,
glukopiranosa yang terpaut dengan ikatan-ikatan 2011).
glikosida. Berdasarkan derajat polimerisasi serta
kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida 17,5%, Gliserol dari Minyak Jelantah
selulosa terbagi menjadi tiga jenis yaitu: (1) Alpha Gliserol merupakan senyawa netral dengan rasa
Cellulose merupakan selulosa yang mempunyai manis, tidak memiliki warna, larutan pekat dengan
rantai panjang, bersifat tidak dapat bersatu dalam titik lebur 20ºC serta titik didih yaitu 290ºC. Gliserol

TEDC Vol. 14 No. 1, Januari 2020 17


Pemanfaatan Limbah Sekam Padi dan Minyak Jelantah ………………………Cengristitama, Vebrianti Dwi Nur Insan

yang memiliki rumus kimia C3H8O3 merupakan dihasilkan pada umumnya akan bersifat hidrofilik
senyawa dari kelompok alkohol polihidrat yang (Sumartono, dkk, 2015).
mempunyai 3 buah gugus hidroksil Bersatu dalam Densitas bioplastik akan meningkat seiring
satu molekul (alcohol trivalent). Berat molekul bertambahnya jumlah kitosan. Hal ini karena kitosan
gliserol yaitu 92,1 g/mol dan massa jenisnya sebesar mengalami interaksi kimia dengan membentuk
1,23 g/cm2. Gliserol dapat ditemukan pada minyak ikatan hidrogen yang kuat yang akan menyebabkan
nabati dan lemak hewani sebagai ester gliserin dari jarak antarmolekul selulosa dan kitosan semakin
asam palmitat dan oleat. kecil sehingga densitas bioplastik akan meningkat
Gliserol bisa didapat dari minyak jelantah (Kristiani, 2015).
memanfaatkan dua tahap reaksi, tahap pertama
reaksi esterifikasi asam lemak bebas dalam minyak III. METODE PENELITIAN
jelantah dengan metanol mengunakan katalisator Alat
H2SO4, kemudian dilanjutkan tahap kedua yaitu Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
reaksi transesterifikasi minyak jelantah hasil reaksi oven, hotplate, magnetic stirrer, neraca analitik,
tahap pertama dan metanol dengan menggunakan corong pisah, gelas kimia, saringan, blender, batang
katalisator NaOH. Di samping penggunaan katalis pengaduk, plat kaca, ayakan 40 mesh, kertas saring
asam, digunakan juga katalis basa yang berguna dan autoklaf.
untuk menjadikan minyak jelantah yang ada memiliki
kadar asam lemak bebas yang semakin menurun. Bahan
Karena minyak jelantah yang dipakai berasal dari Bahan yang digunakan pada penelitian ini
minyak kelapa bekas maka di dalamnya adalah sekam padi, metanol, NaOH 17,5%, aquades,
mengandung asam kaprilat sekitar 8,0%, asam HCl 5%, minyak jelantah, KOH, kitosan dan asam
kaprat sekitar 7,0%, asam laurat sekitar 48,0%, asetat 0,6 M.
asam miristat sekitar 17,5%, asam palmitat sekitar
8,8%, asam stearate sekitar 2,0%, asam oleat Prosedur
sekitar 6,0%, dan asam linoleate sekitar 2,5%. Penelitian dilakukan menggunakan metode
Gliserol merupakan plasticizer yang dapat larut eksperimental di laboratorium dengan beberapa
dalam air, mempunyai titik didih tinggi, polar, tidak tahapan sebagai berikut:
mudah menguap, dan dapat bercampur dengan • Pembuatan selulosa dari sekam padi meliputi
protein. Penggunaan gliserol diaplikasikan dalam penghalusan dengan menggunakan blender,
pembuatan bioplastik seperti yang telah dilakukan pengayakan dengan ukuran 40 mesh,
oleh Yuniarty, et.al. (2014), yaitu sintesis dan
dimaserasi selama tujuh hari dengan metanol,
karakterisasi bioplastik berbasis pati sagu
(metroxylon sp) dengan asam asetat dan gliserol kemudian residu yang dihasilkan dicuci dan
menunjukkan bahwa perlakuan dengan didelignifikasi dengan NaOH 17,5% di dalam
menambahkan asam asetat dan gliserol dapat autoklaf selama 1 jam. Residu hasil delignfikasi
meningkatkan sifat fisik dan mekanik bioplastik. dicuci kembali dan dihidrolisis dengan HCl 5%
selama tiga jam lalu dicuci dengan aquades dan
Kitosan terakhir dipanaskan menggunakan oven 105°C
Kitosan adalah biopolimer yang diperoleh dari
selama 1 jam.
deasetilasi kitin. Kitosan bersifat tidak beracun dan
biodegradable sehingga kitosan banyak • Pembuatan gliserol dari minyak jelantah
dimanfaatkan dalam berbagai macam industri menggunakan metode transesterifikasi.
mengingat limbah industri makanan laut begitu Pertama-tama minyak jelantah disaring terlebih
besar dan perlu diolah menjadi sesuatu yang dahulu lalu dipanaskan sampai suhu 60°C
berguna. Kitosan banyak digunakan dalam berbagai dengan hotplate. Selanjutnya tambahkan
macam industri karena Kitosan merupakan turunan campuran KOH dan metanol sambil diaduk
dari kitin dengan struktur β-(1-4)-2-amina-2-deoksi-
selama 1 jam. Lalu diamkan selama kurang lebih
D-glukosa merupakan hasil dari deasetilasi kitin.
Kitosan bersifat sebagai polimer kationik karena 8 jam di dalam corong pisah sampai gliserol dan
keberadaan gugus hidroksil dan amino sepanjang biodiesel terpisah.
rantai polimer, dimana kitosan sangat efektif untuk • Pembuatan bioplastik dilakukan dengan dua
mengikat kation ion logam berat maupun kation dari variasi yaitu, yang pertama bioplastik dari
zat-zat prganik (protein dan lemak). Penambahan campuran selulosa dengan gliserol dan yang
kitosan dalam pembuatan film bioplastik akan
kedua yaitu bioplastik dari selulosa dan gliserol
menyebabkan bertambahanya ikatan hydrogen
sehingga menyebabkan ikatan semakin kuat dan dengan penambahan kitosan. Bioplastik
sulit untuk diputus karena memerlukan energi yang pertama menggunakan selulosa dan gliserol
besar. Hal ini sesuai dengan fungsi kitosan sebagai dengan perbandingan 1:4, 1,2:4, 1,4:4, 1:6,
pengawet dan perekat selulosa. Kitosan dapat 1,2:6 dan 1,4:6 (b/v). Selulosa dan gliserol
dijadikan penguat karena ikatan kationik –NH2 dihomogenkan dengan magnetic stirrer selama
(Wiyarsi dan Priyambodo, 2009). Karena kitosan 15 menit lalu dipanaskan selama 7 menit pada
bersifat hidrofobik, maka film bioplastik yang
suhu 80ºC. Selanjutnya campuran tersebut
TEDC Vol. 14 No. 1, Januari 2020 18
Pemanfaatan Limbah Sekam Padi dan Minyak Jelantah ………………………Cengristitama, Vebrianti Dwi Nur Insan

dituangkan pada plat kaca. Bioplastik kedua Gliserol dari Minyak Jelantah
yaitu dari campuran selulosa, gliserol dan Minyak jelantah yang digunakan dalam
kitosan dengan prosedur sebagai berikut: penelitian ini adalah minyak jelantah yang diambil
dari pedagang gorengan yang ada di sekitar Cimahi.
• Sebanyak 0,8 gram kitosan dimasukkan ke
Minyak jelantah yang dipakai berwarna kuning
dalam gelas kimia 100 ml kemudian dilarutkan
sedikit kecoklatan. Dari 500 ml minyak jelantah
dengan 30 ml CH3COOH 0,6 M. Campuran
dihasilkan kurang lebih 25 ml gliserol.
tersebut dipanaskan selama 15 menit sampai
Pembuatan gliserol dari minyak jelantah
suhu 50ºC. Dalam gelas kimia lain dilakukan
dilakukan dengan proses transesterifikasi.
masing-masing pencampuran antara gliserol
Transesterifikasi merupakan reaksi antara minyak
dan selulosa dengan perbandingan (b/v) yaitu
atau lemak dengan alkohol untuk membentuk ester
1:4, 1,2:4, 1,4:4, 1:6, 1,2:6 dan 1,4:6.
dan gliserol. Karena transesterifikasi merupakan
Campuran kitosan ditambahkan pada campuran
reaksi bolak balik yang relatif lambat, maka dari itu
gliserol dan selulosa kemudian dihomogenkan
perlu ditambahkan katalis agar dapat mempercepat
menggunakan magnetic stirrer selama 15 menit.
tercapainya reaksi kesetimbangan. Pembuatan
Setelah itu dilakukan pemanasan lagi selama 7
gliserol dari minyak jelantah menggunakan pereaksi
menit pada suhu 80ºC dan dituangkan pada plat
metanol dan katalis KOH. Minyak jelantah yang
kaca.
digunakan pada satu kali proses transesterifikasi
sebanyak 500 ml dengan metanol sebanyak 100 ml
Karakterisasi bioplastik meliputi uji ketahanan
dan katalis KOH sebanyak 1,5 gram. Pada proses ini
terhadap air, uji organoleptik dan uji biodegradasi.
digunakan pereaksi metanol karena metanol
merupakan alkohol yang paling reaktif dan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN digunakan katalis KOH karena merupakan katalis
Selulosa dari Sekam Padi basa dimana katalis basa akan lebih mempercepat
Sekam padi yang digunakan dalam penelitian ini reaksi transesterifikasi dibanding dengan katalis
sebanyak 500 gram yang diambil dari pabrik beras asam. Reaksi transesterifikasi dilakukan selama 60
yang berada di kawasan Bandung Barat. Hasil menit dengan suhu sebesar 60ºC.
ekstraksi selulosa sekam padi setelah melalui Setelah dilakukan reaksi transesterifikasi selama
beberapa tahapan berupa proses penghalusan, 60 menit maka terbentuklah hasil reaksi berupa
pengayakan, maserasi, delignifikasi dan hidrolisis biodiesel dan gliserol. Biodiesel dan gliserol
menghasilkan selulosa sebanyak 38,5 gram berupa dipisahkan menggunakan corong pisah selama
bubuk halus berwarna kuning kecoklatan. kurang lebih 8 jam. Keduanya akan terpisah karena
Ekstraksi selulosa sekam padi dilakukan dengan mempunyai massa jenis yang berbeda, gliserol
menggunakan cara maserasi. Proses maserasi mempunyai massa jenis yang lebih besar sehingga
selulosa dilakukan selama tujuh hari dengan akan berada di bawah lapisan biodiesel. Dalam
mengganti pelarut setiap dua hari sekali. Hasil penelitian ini dilakukan sebanyak tujuh kali
maserasi berupa residu bebas pelarut kemudian transesterifikasi sehingga gliserol yang didapat
diproses dengan metode delignifikasi yang bertujuan sebanyak kurang lebih 175 ml. Gliserol yang
untuk menghilangkan lignin. Lignin yang masih dihasilkan berwarna coklat tua dikarenakan masih
terikat kuat dengan selulosa akan mengakibatkan terdapat sisa reaktan yang tidak bereaksi yaitu
bioplastik menjadi sulit terurai. Metode delignifikasi minyak jelantah yang juga berwarna coklat tua.
menggunakan NaOH 17,5% karena lignin hanya
larut dalam alkali encer (Habibah, dkk., 2013). Hasil Hasil Bioplastik
delignifikasi berupa larutan berwarna hitam yang Hasil pembuatan Bioplastik dapat dilihat pada
menandakan bahwa lignin telah terlarut. Delignifikasi Gambar 1.
dilakukan pada suhu tinggi yang bertujuan agar
selulosa yang didapatkan memiliki tekstur yang lebih
halus. Suhu yang digunakan adalah sebesar 121°C
yang merujuk pada penelitian Widayantini, dkk.,
(2013).
Selulosa yang telah melalui tahap delignifikasi
kemudian dihidrolisis menggunakan HCl 5%.
Hidrolisis merupakan proses penguraian senyawa
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Ion H+ pada asam akan berikatan dengan ion OH −
jika pada air akan membentuk ion H3O+ yang
nantinya akan memutus ikatan glikosidik pada
Gambar 1. Hasil bioplastik (a) tanpa kitosan
hemiselulosa sehingga menjadi monomer-monomer
dan (b) dengan kitosan
sederhana. Setelah hidrolisis maka didapatkan
selulosa murni, selulosa dicuci untuk menghilangkan
Pembuatan bioplastik yang pertama adalah dari
kandungan asamnya kemudian dikeringkan untuk
selulosa dan gliserol yang dilakukan dengan berbagai
menghilangkan kadar air. Selulosa yang dihasilkan
variasi perbandingan selulosa dan gliserol yaitu 1:4,
berupa bubuk halus berwarna kuning kecoklatan.

TEDC Vol. 14 No. 1, Januari 2020 19


Pemanfaatan Limbah Sekam Padi dan Minyak Jelantah ………………………Cengristitama, Vebrianti Dwi Nur Insan

1,2:4, 1,4:4, 1:6, 1,2:6 dan 1,4:6 (b/v). Tujuannya Berdasarkan Gambar 2, dapat terlihat bahwa
adalah untuk mengetahui pada perbandingan berapa ketahanan bioplastik semakin meningkat seiring
bioplastik yang paling bagus dihasilkan. Penggunaan bertambahnya jumlah selulosa namun cenderung
selulosa untuk pembuatan bioplastik ini karena menurun seiring bertambahnya jumlah gliserol.
selulosa merupakan biopolimer potensial yang Bioplastik yang mempunyai ketahanan air paling baik
memiliki serat yang sangat bagus sehingga bisa terdapat pada sampel bioplastik yang ditambahkan
digunakan untuk bahan dasar dalam berbagai kitosan, yaitu sampel dengan perbandingan selulosa
biopolimer. Sedangkan penggunaan gliserol dan gliserol 1,4:4 (b/v) dengan ketahanan air
berfungsi sebagai plasticizer yang akan membuat sebesar 83,37%.
bioplastik yang dihasilkan tidak kaku karena Sifat ketahanan air suatu molekul dipengaruhi
plasticizer akan meningkatkan nilai elastisitas dan oleh sifat dasar molekul penyusunnya (Darni dan
fleksibilitas bioplastik. Herti, 2010). Bahan selulosa yang digunakan dalam
Pembuatan bioplastik yang kedua adalah dari pembuatan bioplastik ini bersifat tidak bisa larut
selulosa dan gliserol dengan penambahan kitosan. dalam air. Penyebab selulosa tidak dapat larut di
Penggunaan kitosan berfungsi sebagai pengawet dalam air karena kekakuan rantai dan tingginya gaya
dan perekat selulosa serta bersifat hidrofobik antar rantai yang disebabkan oleh ikatan hidrogen
sehingga dapat melindungi bioplastik dari air. antar gugus hidroksil pada rantai yang berdekatan.
Metode yang digunakan dalam pembuatan bioplastik Maka dalam penelitian ini semakin besar jumlah
dengan penambahan kitosan ini adalah metode selulosa maka semakin bertambah ketahanan
pencampuran melalui beberapa tahap. terhadap air. Gliserol sebagai plasticizer dalam
Hasil bioplastik dalam penelitian ini sesuai bioplastik memang berfungsi untuk menambah
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Jannah kelenturan, namun semakin besar jumlah gliserol
(2017) bahwa bioplastik yang dapat dilakukan uji maka jumlah ruang kosong (free volume) dalam
hanya bioplastik dengan penambahan kitosan saja. bioplastik semakin bertambah yang mengakibatkan
Hal ini disebabkan karena bioplastik tanpa kitosan meningkatnya celah untuk ditempati molekul-
mempunyai tekstur yang renggang sehingga tidak molekul air.
dapat dilepaskan secara utuh dari cetakan. Berbeda
dengam bioplastik dengan penambahan kitosan Hasil Uji Organoleptik
yang mempuyai tekstur rapat dan kaku sehingga Uji organoleptik dalam penelitian ini bertujuan
dapat dengan mudah dilepaskan dari cetakan dan untuk mengetahui penilaian terhadap bioplastik yang
dapat dilakukan uji dalam penelitian ini. dihasilkan. Uji orgnaoleptik ini merupakan suatu
Bioplastik tanpa kitosan memiliki katakteristik metode untuk mengetahui penilaian panelis
berwarna kuning kecoklatan dan coklat gelap, terhadap tekstur, aroma dan warna dari bioplastik
teksturnya tidak rapat dan kasar, tidak elastis, tidak yang dihasilkan. Uji organoleptik dilakukan oleh
berbau, tidak dapat dilepaskan dari cetakan secara sepuluh orang panelis. Hasil rata-rata skor uji
utuh sehingga tidak bisa dilakukan uji dalam organoleptik dapat dilihat pada Tabel 1.
penelitian. Berbeda dengan bioplastik dengan
Tabel 1. Hasil rata-rata skor uji organoleptik
penambahan kitosan yang memiliki karakteristik
berwarna kuning kecoklatan dan sedikit bening, Penilaian
Sampel
teksturnya rapat dan halus untuk sisi bawah Tekstur Aroma Warna
sedangkan sisi atas bertekstur kasar, sedikit elastis,
sedikit berbau asam, dapat dilepaskan secara utuh Sedikit Sedikit
A4 Sedikit kasar
berbau bening
dari cetakan sehinga dapat dilakukan uji dalam
penelitian ini. Sedikit
B4 Kasar Coklat
berbau
Hasil Uji Ketahanan Air C4 Kasar Bau Coklat
Hasil uji ketahanan air pada bioplastic yang Sedikit Sedikit
ditambahkan kitosan ditunjukkan pada Gambar 2. A6 Sedikit kasar
berbau bening
B6 Kasar Bau Coklat
100 C6 Kasar Bau Coklat
Ketahanan Air (%)

90 83,37
77,78 80,00
Keterangan:
80 75,00 75,00
66,67 A4 = sampel dengan perbandingan selulosa dan
70 gliserol 1:4 (b/v) dengan penambahan
60 kitosan 30 ml
B4 = sampel dengan perbandingan selulosa dan
50 gliserol 1,2:4 (b/v) dengan penambahan
1:4 1,2:4 1,4:4 1:6 1,2:6 1,4:6 kitosan 30 ml
Perbandingan Selulosa dan Gliserol (b/v) C4 = sampel dengan perbandingan selulosa dan
gliserol 1,4:4 (b/v) dengan penambahan
kitosan 30 ml
Gambar 1. Grafik ketahanan air

TEDC Vol. 14 No. 1, Januari 2020 20


Pemanfaatan Limbah Sekam Padi dan Minyak Jelantah ………………………Cengristitama, Vebrianti Dwi Nur Insan

A6 = sampel dengan perbandingan selulosa dan Persen kehilangan berat cenderung menurun
gliserol 1:6 (b/v) dengan penambahan seiring dengan bertambahnya jumlah selulosa.
kitosan 30 ml Bioplastik dengan perbandingan selulosa dan gliserol
B6 = sampel dengan perbandingan selulosa dan 1:4 (b/v) memiliki persen kehilangan berat paling
gliserol 1,2:6 (b/v) dengan penambahan tinggi, yaitu sebesar 80,00%. Seharusnya yang
kitosan 30 ml memiliki persen kehilangan berat paling tinggi adalah
C6 = sampel dengan perbandingan selulosa dan bioplastik dengan perbandingan selulosa dan gliserol
gliserol 1,4:6 (b/v) dengan penambahan 1:6 karena bioplastik dengan perbandingan tersebut
kitosan 30 ml memiliki jumlah selulosa yang jauh lebih sedikit
dibanding dengan jumlah gliserol. Sebagaimana
Berdasarkan penilaian yang diberikan panelis, penelitian yang dilakukan oleh Fetty (2013),
bioplastik dengan perbandingan selulosa dan gliserol kemampuan biodegradasi bioplastik semakin
(b/v) 1:4 dan 1:6 cenderung memiliki tekstur sedikit meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
kasar sedangkan untuk keempat sampel lainnya gliserol. Hal ini berkaitan dengan ketahanan air pada
memiliki tekstur yang kasar. Hal ini disebabkan bioplastik, semakin banyak bioplastik menyerap air
karena bioplastik dengan perbandingan 1:4 dan 1:6 maka semakin mudah material itu untuk
(b/v) memiliki jumlah selulosa yang sedikit, dimana terdegradasi. Perbedaan berbagai kondisi uji dapat
tekstur kasar pada bioplastik disebabkan oleh mempengaruhi bioplastic yang dihasilkan.
banyaknya selulosa yang tidak homogen saat Pada Gambar 4 memperlihatkan grafik
pencampuran dengan gliserol. perkiraan waktu degradasi bioplastik.
Bioplastik dengan perbandingan selulosa dan
gliserol 1,4:4, 1,2:6 dan 1,4:6 (b/v) rata-rata 45 43
memiliki aroma yang bau sedangkan sampel lainnya
Perkiraan Waktu Degradasi 40 35
memiliki aroma yang sedikit berbau. Bioplastik 35
dengan penambahan kitosan ini mempunyai aroma 30
asam yang khas yakni aroma asam asetat yang 25 21
sedikit menyengat.
(Hari)

20
Bioplastik dengan dengan perbandingan 15 11 11
selulosa dan gliserol 1:4 dan 1:6 (b/v) rata-rata 8
10
memiliki warna yang sedikit bening sedangkan 5
keempat sampel lainnya cenderung berwarna coklat.
1:4 1,2:4 1,4:4 1:6 1,2:6 1,4:6
Sama halnya dengan tekstur yang dipengaruhi oleh
selulosa, jumlah selulosa juga berpengaruh terhadap Perbandingan Selulosa dan Giserol (b/v)
warna dari bioplastik. Jumlah selulosa yang sedikit
menjadikan bioplastik berwarna sedikit bening. Gambar 3. Grafik perkiraan waktu degradasi
Warna coklat pada bioplastik juga diakibatkan oleh bioplastik
adanya gliserol yang dalam penelitian ini dihasilkan
gliserol berwarna coklat tua. Mengacu pada standar ASTM D-6002 yang
menyatakan bahwa biodegradasi bioplastik
Hasil Uji Biodegradasi membutuhkan waktu selama 60 hari untuk terurai
Uji biodegradasi dilakukan untuk menentukan sempurna (100%), sedangkan dalam penelitian ini
kualitas bioplastik sehingga dapat digolongkan bioplastik dengan waktu degradasi paling cepat
dalam plastik biodegradable atau non- adalah bioplastik dengan perbandingan selulosa dan
biodegradable. Setelah dilakukan pengujian selama gliserol 1:4 (b/v) yaitu selama 8 hari dan bioplastik
tujuh hari, didapatkan hasil berupa persen yang cenderung terdegradasi lama adalah bioplastik
kehilangan berat bioplastik, perkiraan waktu dengan perbandingan selulosa dan gliserol 1,4:4
degradasi bioplastik dan degradabilitas bioplastik. (b/v) selama 43 hari. Lama waktu terdegradasi
Persen kehilangan berat bioplastik dapat dilihat bioplastik juga dipengaruhi oleh komponen yang
pada Gambar 3. terkandung di dalamnya, dimana dalam bioplastik ini
terdapat tiga komponen yaitu selulosa, gliserol dan
80 80,00 kitosan. Kitosan yang berfungsi sebagai pengawet
Kehilangan Berat (%)

70 62,50 60,00 dalam bioplastik ini dapat membuat degradasi


60 bioplastik cenderung memerlukan waktu yang lebih
50 lama.
40 33,33 Pada penelitian ini, laju degradabilitas bioplastik
30 20,00 16,00 yang ditunjukkan pada Gambar 5 cenderung
20 menurun seiring dengan bertambahnya jumlah
selulosa, namun meningkat seiring bertambahnya
10
jumlah gliserol.
1:4 1,2:4 1,4:4 1:6 1,2:6 1,4:6
Perbandingan Selulosa dan Gliserol
(b/v)

Gambar 2. Grafik kehilangan berat bioplastik


TEDC Vol. 14 No. 1, Januari 2020 21
Pemanfaatan Limbah Sekam Padi dan Minyak Jelantah ………………………Cengristitama, Vebrianti Dwi Nur Insan

71,42 mencari perbandingan optimum dan dilakukan uji


Degradabilitas (mg/hari)
70 mekanik terhadap bioplastik.
57,14
60 DAFTAR PUSTAKA
50 42,85 Ardiansyah, R., 2011, Pemanfaatan Pati Umbi Garut
untuk Pembuatan Plastik Biodegradable. In
40 Skripsi. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
28,57 28,57
30 Universitas Indonesia.
14,28 Bahmid, N. A., 2014, Pengembangan Nanofiber
20 Selulosa Asetat dari Selulosa Tandan Kosong
10 Kelapa Sawit untuk Pembuatan Bioplastik. In
1:4 1,2:4 1,4:4 1:6 1,2:6 1,4:6 Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Perbandingan Selulosa dan Gliserol Bogor.
(b/v) Danarto, Y. N, 2010, "Pengaruh Waktu Operasi
Terhadap Karakteristik Char Hasil Pirolisis
Gambar 4. Grafik degradabilitas bioplastik Sekam Padi Debagai Bahan Pembuatan Nano
Struktur Supermikrosporous Carbon,"
Pada Gambar 5 degradabilitas paling tinggi Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
Pengembangan Teknologi Kimia untuk
yaitu 71,42 mg/hari pada bioplastik dengan
Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia, hal.
perbandingan selulosa dan gliserol 1:6 (b/v) dan
1-2.
degradabilitas paling rendah terdapat pada
Darni, dkk., 2008, "Sintesa Bioplastik dari Pati
perbandingan 1,4:4 sebesar 14,28 mg/hari. Hal ini Pisang dan Gelatin dengan Plasticizer
disebabkan pada bioplastik perbandingan 1:6 Gliserol," Seminar Nasional Sains dan
mempunyai jumlah gliserol yang jauh lebih besar Teknologi-II .
dari jumlah selulosa sedangkan pada perbandingan Darni & Herti, 2010, "Studi Pembuatan dan
1,4:4 cenderung memiliki jumlah selulosa yang Karakteristik Sifat Mekanik dan Hidrofobisitas
besar. Hal ini berkaitan dengan kemampuan Bioplastik dari Pati Sorgum," Jurnal Rekayasa
bioplastik dalam menyerap air, semakin banyak Kimia dan Lingkungan, hal. 88-93.
kandungan air suatu material maka semakin cepat Fachry, A. R., 2012, "Pemanfaatan Limbah Kulit
material itu untuk terdegradasi. Kemampuan Udang dan Limbah Kulit Ari Singkong Sebagai
degradasi bioplastik dapat dipengaruhi oleh Bahan Baku Pembuatan Plastik
beberapa faktor, seperti jenis tanah, mikroba, Biodegradable," Jurnal Teknik Kimia no. 3 , hal.
kelembaban dan sifat komponen yang terkandung 1-9.
dalam bioplastik (Shakina, dkk., 2012). Seperti Geyer, Roland, 2017, "Production, use, and fate of
halnya dalam penelitian ini uji biodegradasi dilakukan all plastics ever made," in Science Advances
di tempat yang mempunyai jenis tanah yang subur 3(7): e1700782.
dan mempunyai tingkat kelembaban yang tinggi, Habibah, dkk., 2013, "Penentuan Berat Molekul dan
sehingga bioplastik lebih cepat terdegradasi. Derajat Polimerisasi-Selulosa yang Berasal
dari Alang-Alang (Imperatacylindrica) dengan
V. KESIMPULAN DAN SARAN Metode Viskositas," Jurnal Saintia Kimia 1 no 2.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian Jahiding, M. D., 2011, "Analisis Priksimasi dan Nilai
ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Kadar Bioarang Sekam Padi sebagai Bahan
Baku Briket Hybrid," Jurnal Aplikasi Fisika, hal.
1. Selulosa dari sekam padi dan gliserol dari minyak
77-83.
jelantah bisa digunakan sebagai bahan baku
Jalaluddin, S. R, 2005, "Pembuatan Pulp dari Jerami
pembuatan bioplastik, namun hasilnya kurang Padi menggunakan Natrium Hidroksida,"
maksimal apabila tidak ditambahkan kitosan Jurnal Sistem Teknik Industri, hal. 53-58.
sebagai pengawet dan perekat selulosa dalam Jannah, M., 2017. Penentuan Konsentrasi Optimum
bioplastik. Selulosa Sekam Padi dalam Pembuatan Film
2. Perbandingan optimum antara selulosa dari Bioplastik. In Skripsi. Fakultas Sains dan
sekam padi dan gliserol dari minyak jelantah Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin
dalam pembuatan bioplastik terdapat pada Makassar.
bioplastik yang ditambahkan kitosan dengan Kirk Othmer., 1951. Encyclopedia of Chemical
perbandingan 1:4 (b/v) berdasarkan rata-rata Technology. In Interscience Incyclopedia (pp.
hasil uji organoleptik yang mempunyai tekstur 781-790). New York.
sedikit kasar, beraroma sedikit berbau dan Kristiani, M., 2015. Pengaruh Penambahan Kitosan
memiliki warna sedikit bening, juga berdasarkan dan Plastisizer Sorbitol terhadap Sifat Fisik-
uji biodegradasi dengan hasil persen kehilangan Kimia Bioplastik dari Pati Biji Durian (Durio
berat sebesar 80% dan waktu degradasi paling zibethimus). In Skripsi. Fakultas Teknik
cepat selama 8 hari. Universitas Indonesia.
Monariqsa, D., 2012, "Ekstraksi Selulosa dari Kayu
Saran pada penelitian ini diharapkan untuk Gelam (Melaleuca leucadendron Linn) dan
penelitian selanjutnya menggunakan konsentrasi Kayu Serbuk Industri Mebel," Jurnal Penelitian
Sains no. 3, hal. 96-101.
selulosa dan gliserol yang lebih bervariasi lagi untuk

TEDC Vol. 14 No. 1, Januari 2020 22


Pemanfaatan Limbah Sekam Padi dan Minyak Jelantah ………………………Cengristitama, Vebrianti Dwi Nur Insan

Paramawati, 2007, "Evaluasi ciri mekanis dan fisik Statistik, B. P., 2011. Retrieved November 2018,
bioplastik dari campuran poli (asam laktat) from Produksi Padi di Indonesia:
dengan polisakarida," Jurnal Ilmu Pertanian http://www.bps.go.id.
Indonesia, hal. 75-83. Sumardjo, 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan
Putera, R. D., 2012. Ekstraksi Serat Selulosa dari Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program
Tanaman Eceng Gondok Eichornia crassipes Strata I Fakultas Biosekta. Jakarta: EGC.
dengan variasi pelarut. In Skripsi. Jurusan Sumartono, N. W., 2015. "Sintesis dan Karakterisasi
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Bioplastik Berbasis Alang-Alang (Imperata
Indonesia. Cylindrica L.) dengan Penambahan Kitosan,
Shakina J., Sathiya Lekshmi K. dan Allen Gnana Raj Gliserol dan Asam Oleat," Pelita X , hal. 13-25.
G., 2012, "Microbial Degradation of Synthetic Ummah, 2013. Uji Ketahanan Biodegradable Plastic
Polyesters from Renewable Resources," Indian Berbasis Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus
Journal of Science, paper 1(1), p. 128. Murr) Terhadap air dan Pengukuran
Siahaan, S. D., 2013, "Penentuan Kondisi Optimum Densitasnya. In Skripsi. Fakultas MIPA
Suhu dan Waktu Karbonisasi pada Pembuatan Universitas Negeri Semarang.
Arang Sekam Padi," Jurnal Teknik Kimia USU, Widayantini, dkk., 2013, "Kemampuan Tanah Hutan
hal. 26-30. Mangrove sebagai Sumber Enzim dalam
Sihaloho, E. B., 2011. Evaluasi Biodegradabilitas Hidrolisis Enzimatik Substrat Sekam Padi,"
Plastik Berbahan Dasar Campuran Pati dan Jurnal Kimia 1, no. 8, hal. 35-41.
Polietilen Menggunakan Metode Enzimatik, Yuniarty, et al., 2014, "Sintesis dan Karakterisasi
Konorsia Mikroba dan Pengomposan. In Bioplastik Berbasis Pati Saggu (Metroxylon sp)
Skripsi. Depok: Jurusan Teknik Lingkungan dengan Asam Asetat dan Gliserol,"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Agroteknologi, hal. 38-46.

TEDC Vol. 14 No. 1, Januari 2020 23

Anda mungkin juga menyukai