Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN TETAP

BATCH DISTILLATION COLUMN


LABORATORIUM TEKNIK SEPARASI DAN PURIFIKASI

DISUSUN OLEH :

AAN SAPUTRA (03031181823108)


DWI RARA FEBRIYANA (03031281823034)
NURUL ILMI (03031181823002)
NURULIA RAHMADIANTI (03031281823032)
ROBBY KURNIAWAN (03031281823058)

NAMA CO-SHIFT : MUHAMMAD FIKRI PRATAMA


MUHAMMAD PRAYOGO PUTRA
NAMA ASISTEN : MUHAMMAD AKBAR RAY
MUHAMMAD FIKRI PRATAMA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
ABSTRAK

Distilasi merupakan salah satu operasi pemisahan yang pengaplikasiannya


telah terkenal di berbagai jenis indusri. Prinsip dari distilasi sendiri dikenal dengan
pemisahan antara dua senyawa atau lebih berdasarkan perbedaan titik didih untuk
memperoleh senyawa yang lebih murni. Pada praktikum kali ini menggunakan
metode batch distillation column. Tujuan dari praktikum ini ialah pengenalan
prinsip kerja perlengkapan batch distillation column, pressure drop, serta boil-up
rate dengan pressure drop serta degree of foaming. Metode yang dilakukan pada
praktikum ini ialah feed diumpankan ke reboiler serta divariasikan dengan proses
distillation yang memiliki energi 0,50, 0,75, 1, 1,25 kW. Data yang didapatkan yaitu
semakin meningkatnya jumlah daya yang ditambahkan maka boil-up rate dan
pressure drop overall akan semakin besar juga sehingga mengakibatkan degree of
foaming yang terbentuk akan semakin jelas visualisasinya.
Kata kunci: Batch distillation column, daya, boil-up rate, pressure drop, degree of
6 pt foaming.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proses industri merupakan suatu kegiatan pengolahan bahan baku atau input
menjadi suatu produk atau bahan jadi melalui serangkaian alat. Sehingga menjadi
suatu barang yang memiliki nilai bagi masyarakat luas. Pada dunia industri terdapat
banyak proses yang terjadi salah satunya adalah proses pemisah. Proses Pemisahan
digunakan apabila produk yang didapatkan dari proses reaksi belum murni dan yang
diinginkan adalah produk yang murni. Salah satu contoh proses pemisah di industri
adalah proses pemisahan secara distilasi. Distilasi merupakan proses pemisahan
suatu zat kimia menggunakan prinsip perbedaan volatilitas atau kecepatan
menguapnya zatt kimia. Tujuan proses pemisahan adalah memisahkan komponen-
komponen dari suatu campuran menjadi komponen-komponen penyusunnya.
Proses pemisahan secara distilasi merupakan salah satu komponen yang
sangat penting dalam bidang industri. Distilasi digunakan dalam kalangan industri
berskala besar, menengah, maupun industri berskala kecil. Sebagai contoh proses
distilasi di industri adalah penyulingan minyak bumi dan gas dan pada skala industi
kecil seperti pengekstrakan produk alam seperti minyak sitrus dari lemon, minyak
kayu putih dari pohon kayu putih dan ekstraksi parfum dari tumbuhan.
Distilasi merupakan metode pemisahan cairan yang tercampur secara
homogen dari dua zat cair atau lebih. Metode pemisahan pada distilasi
memanfaatkan perbedaan titik didih dan kemudahan suatu zat untuk menguap.
Proses pemisahan dengan distilasi didukung dengan alat heater untuk menguapkan
salah satu senyawa dalam suatu campuran dan menjaga agar senyawa lain agar tidak
ikut menguap, senyawa yang menguap tersebut kemudian akan diembunkan dan
akan menjadi senyawa yang lebih murni (pure).
Proses distilasi akan lebih mudah jika dipelajari dalam skala laboratorium,
yaitu batch distilation column. Kolom yang digunakan pada batch distilation
column adalah tray column yang bisa digunakan untuk mengamati kenaikan suhu
dari beberapa tiap titik atau tray. Proses distilasi dilakukan beberapa variasi variabel
bebas, sehingga dapat diketahui perilaku proses distilasi pada variabel bebasnya.

2
3

1.2. Rumusan Masalah


1) Bagaimana prinsip dan cara kerja Batch Distilation Column?
2) Apa hubungan antara pressure drop yang melintasi Batch Distilation
Column dengan memvariasikan power input?
3) Apa hubungan laju boil-up dengan pressure drop dan degree of foaming
pada tray?

1.3. Tujuan
1) Mengetahui prinsip dan cara kerja Batch Distilation Column.
2) Mengetahui hubungan pressure drop yang melintasi Batch Distilation
Column dengan memvariasikan power input.
3) Mengetahui hubungan laju boil-up dengan pressure drop dan degree of
foaming pada tray.

1.4. Manfaat
1) Dapat memahami cara kerja Batch Distilation Column.
2) Dapat Mengetahui pengaruh proses retrification pada kolom distilasi.
3) Dapat memahami pengaruh komposisi feed yang digunakan pada proses
distilasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Distilasi


Campuran dapat dibedakan menjadi campuran heterogen dan homogen.
Campuran heterogen dapat dipisahkan menggunakan penyaring atau distilasi biasa
dan dapat dibedakan melalui suatu zat penyusunnya, sedangkan untuk campuran
homogen biasanya dipisahkan menggunakan penyaring atau distilasi yang
berukuran nano karena untuk campuran homogen tidak dapat dipisahkan dengan
penyaring biasa dan campuran ini juga tidak dapat dibedakan antara zat
penyusunnya (Sujana, 2014). Senyawa etanol dan air jika dilarutkan akan
membentuk campuran homogeny. Metode dalam pemisahan campuran yang
digunakan untuk memisahkan campuran etanol dan air menjadi komponen
penyusunnya dapat disebut sebagai metode distilasi.
Menurut Syukri (2007), Destilasi atau penyulingan dapat dikatakan sebagai
proses pemisahan suatu campuran yang berdasarkan perbedaan titik didih dari zat-
zat penyusunnya, dimana zat yang memiliki titik didih yang lebih rendah akan
menguap terlebih dahulu. Penyulingan juga merupakan perubahan bahan dari
bentuk cair ke bentuk gas yang melalui proses pemanasan cairan tersebut, dan
kemudian mendinginkan gas hasil pemanasan, untuk tahap seterusnya
mengumpulkan tetesan cairan yang akan mengembun. Proses distilasi dapat
dipengaruhi oleh volume larutan, jenis larutan, suhu, waktu destilasi dan tekanan.
Distilat merupakan larutan yang diperoleh dari hasil distilasi.
Dasar utama suatu pemisahan dengan cara destilasi adalah perbedaan titik
didih cairan pada tekanan tertentu. Proses pengembunan dan penidinginan dan
penguapan campuran umumnya akan melibatkan proses distilasi. Distilasi juga
mempunyai peranan yang sangat banyak dalam kehidupan manusia. Distilasi
umumnya terdapat didalam pemisahan fraksi-fraksi pada minyak bumi. Minyak
bumi akan dipisahkan menjadi suatu fraksi-fraksi tertentu yang berdasarkan pada
perbedaan titik didih. Alkohol yang terbentuk dari proses fermentasi juga
dimurnikan dengan melakukakan pemisahan dengan cara distilasi.

4
5

Metode proses distilasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu distilasi batch dan
distilasi kontinu. Distilasi batch dikhususkan untuk dapat digunakan dalam bidang
seperti farmasi, minyak essensial serta beberapa produk minyak bumi lainnya.
Kedua proses tersebut memiliki perbedaan yang menonjol. Umpan awal pada
kolom distilasi batch dituangkan kedalam ketel dan tidak ada penambahan bahan
lagi hingga prosesnya berakhir. Umpan awal proses kontinu dialirkan secara terus
menerus, sehingga membuat proses dalam kondisi steady state. Proses batch ini
memiliki keuntungan jika dibandingkan dengan proses kontinu yang dimana proses
batch lebih flexible daripada proses kontinu (Permatasari dkk, 2015).

2.2. Kolom Distilasi


Teknologi pemisahan yang paling banyak digunakan didalam industri kimia
dan industri perminyakan dapat disebut dengan kolom distilasi. Penggunaan kolom
distilasi memiliki tujuan utama unutuk menjaga kemurnian suatu konsentrasi
produk akhir. Kolom distilasi memiliki sifat nonstasioner, nonlinier, dan
multivariabel. Karakteristik yang ada pada kolom distilasi biasanya memerlukan
suatu metode control yang dapat digunakan untuk mengendalikan kolom distilasi
agar mendapatkan hasil produk yang baik.
2.2.1. Kolom Distilasi Biner
Kolom distilasi biner adalah sebuah kolom yang biasa digunakan untuk
memisahkan suatu campuran cairan yang akan dipisahkan menjadi beberapa
komponen terpisah. Penggunaan dalalm kolom distilasi biner ini juga bertujuan
untuk mendapatkan kemurnian dari hasil akhir suatu produk (Pambudi dkk, 2017).
Feed merupakan campuran cairan yang terdiri dari dua komponen atau lebih. Feed
yang akan digunakan kemudian dimasukkan pada bagian tengah kolom didalam
sebuah tray yang disebut juga dengan feed tray.
Kolom-kolom didalam feed tray dibagi atas rectifiction atau enriching dan
pada bagian bawah stripping section. Enriching pada bagian atas terdiri dari tray
yang ada di bagian atas feed tray, kondensor, refluks, reflux drum dan keluaran
produk di atas. Stripping terdiri dari tray yang berada dibagian bawah pada reboiler,
feed tray, dan bagian produk yang keluar dari bawah.
6

letak gambar
jangan di awal
halaman

Gambar 2.1. Diagram Skematik Kolom Distilasi Biner


(Sumber: Pambudi, 2017)

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Operasi dalam Kolom Distilasi


Kolom distilasi memiliki kinerja dengan ditentukan oleh banyak faktor yang
dapat mempengaruhi baik dari segi alat maupun bahan yang ingin dilakukan
didalam kolom distilasi. Faktor- faktor yang mempengaruhi tersebut seperti
karakteristik pada kolom, jenis tray, jenis kolom, kondisi umpan, sifat dari
campuran, laju cairan yang turun, luas permukaan kontak antara fasa cair dan gas,
kemudian efisiensi pada perpindahan massa selama berjalannya proses distilasi
(Fatimura, 2014). Distilasi berdasarkan sifat atau karakteristiknya dapat dibedakan
menjadi distilasi vakum, distilasi uap, distilasi fraksional, distilasi ekstraktif, dan
distilasi azeotrop. Kararter pada masing- masing distilasi tersebut dapat berbeda-
beda tergantung pada karakteristik umpan masuk yang nantinya akan didistilasi.
Proses distilasi menggunakan umpan dalam keadaan jenuh yang berada
dalam kesetimbangan. Kondisi umpan dan aliran pada proses distilasi harus
disesuaikan dengan jenis distilasi yang akan digunakan, seperti aliran feed, aliran
produk, aliran internal, dan aliran refluks. Aliran umpan refluks merupakan aliran
pada senyawa hasil distilasi atau disebut dengan distilat, sedangkan aliran internal
ialah aliran yang terjadi di dalam kolom distilasi. Aliran umpan ini terdiri dari liquid
stream dan aliran uap. Aliran produk merupakan aliran yang akan keluar dari dalam
kolom distilasi dan paling sedikit mengeluarkan dua macam produk seperti distilat
dan bottom product. Aliran-aliran tersebut harus diperhatikan agar dicapai efisiensi
yang maksimal pada saat proses distilasi berlangsung.
7

Suhu sangat memiliki pengaruh pada proses distilasi dimana jika semakin
tinggi temperatur pada sistem operasinya, maka volume yang dihasilkan akan
semakin banyak pula (Astawa dkk, 2011). Zat-zat yang memiliki temperatur lebih
tinggi akan melepaskan kalor dan zat dengan suhu lebih rendah akan menyerap
panas hingga mencapai suhu yang setimbang sehingga volume yang dihasilkan
akan berbanding lurus dengan temperatur yang digunakan pada operasi.
Aliran uap merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam proses
distilasi. Kondisi aliran uap yang tidak baik akan mengakibatkan terjadinya
foaming, entrainment, weeping, dan dumping (Fatimura, 2014). Foaming
merupakan ekspansi cairan yang disebabkan karena adanya aliran uap atau gas.
Liquid di dalam tray akan menumpuk jika terjadi foaming secara berlebihan.
Foaming disebabkan oleh desain dan kondisi tray serta sifat fisik dalam campuran
liquid. Foaming dapat berdampak buruk pada proses distilasi ketika bercampur
dengan liquid pada tray yang dapat menyebabkan efisiensi separasi berkurang.
Entrainment terjadi ketika terjadi aliran yang tinggi pada uap yang mengakibatkan
liquid terbawa oleh vapour ke tray diatasnya dan dapat mengakibatkan kontaminasi
highpurity distillate dan flooding.
Transfer massa yang dihasilkan tidak akan maksimal apabilaa flooding
terjadi. Cairan juga tidak dapat mengalir ke bawah, tetapi akan terakumulasi bahkan
dapat ikut terbawa keatas melalui uap. Hal tersebut menyebabkan proses distilasi
harus segera dihentikan. Pemanasan kecil juga akan mempengaruhi proses
pemisahan yang terjadi. Waktu akan berlangsung lama saat pemanasan kecil
digunakan, tetapi hasil atau konsentrasi yang didapat akan lebih baik. Hal tersebut
dapat terjadi dikarenakan adanya proses pemisahan dan proses pendinginan yang
berlangsung secara sempurna.
Uap yang mengandung lebih banyak suatu komponen akan lebih mudah
untuk menguap dan lebih cepat untuk bergerak keatas dan akan melanjutkan
ketahap berikutnya sehingga terjadinya kontak dengan fase cairan dan saat proses
vaporisasi berlangsung kondensat akan mengakibatkan suatu konsentrasi pada
komponen akan mudah untuk menguap karena kompenen yang berada didalam fasa
uap akan semakin memiliki konsentrasi yang tinggi (Pambudi dkk, 2017).
8

2.4. Keseimbangan Uap-Cair


Keseimbangan memberikan pengertian bahwa suatu keadaan tidak akan
terjadi perubahan sifat mikroskopis dan sistem terhadap waktu. Keadaan dimana
terjadi kesetimbangan sebenarnya tidak pernah tercapai. Semakin dekat keadaan
sistem dengan titik kesetimbangan maka semakin kecil gaya penggerak proses,
semakin kecil pula laju proses dan akhirnya sama dengan 0 apabila pada titik
kesetimbangan sudah tercapai. Titik kesetimbangan hanya bisa tercapai secara
teoritis dengan waktu yang tidak terhingga (Tito dkk, 2012).
Pada kesetimbangan umumnya, kesetimbangan uap-cair dapat ditentukan
ketika ada variabel yang tetap (konstan) pada suatu waktu tertentu. Ketika terjadi
kesetimbangan, kecepatan molekul-molekulnya membentuk cairan kembali. Data
kesetimbanagan uap cair merupakan data termodinamika yang diperlukan dalam
perancangan pengoperasian kolom destilasi. Salah satu contoh penggunaan data
termodinamika kesetimbangan uap-cair dalam metode perancangan kolom destilasi
packed coloumn dan tray coloumn.
Pengukuran data kesetimbangan uap-cair dilakukan saat keadaan tekanan
yang sama atau isobar yang diukur pada tekanan atmosfer. Data kesetimbangan
uap-cair yang telah dilakukan percobaan dikumpulkan dan disesuaikan dengan
persamaan koefisien aktifitas. Koefisien aktifitas merupakan suatu faktor yang
digunakan untuk memperhitungkan penyimpangan perilaku ideal dalam campuran
zat.Koefosien aktifitas dapat berupa model perhitungan Wilson, Non-Random,
Two-Liquid (NRTL) dan Universal Quasi Chemical (UNIQUAC).
2.4.1. Diagram titik didih
Diagram titik didih adalah diagram yang menyatakan hubungan antara
temperatur atau titik didih dengan komposisi uap dan cairan yang seimbang. Titik
didih didalam diagram tersebut terdapat dua buah kurva, yaitu kurva cair jenuh dan
kurva uap jenuh. Kedua kurva ini membagi daerah didalamnya menjadi tiga bagian
yaitu daerah satu fase yaitu daerah cairan yang terletak dibawah kurva cair. Daerah
satu fase yaitu daerah yang terletak diatas kurva uang jenuh dan daerah dua fase
yaitu daerah uap jenuh dan cair jenuh yang terletak di antara kurva cair jenuh
dengan kurva uap jenuh (Komariah dan Leonard, 2009).
9

2.4.2. Diagram Kesetimbangan Uap-Cair


Diagram kesetimbangan uap-cair adalah diagram yang menunjukkan
hubungan kesetimbangan antara komposisi uap dengan komposisi cairan. Pada
diagram ini kesetimbangan uap-cair dengan mudah dapat diimplementasikan, jika
tersedia titik didihnya (Komariah dan Leonard, 2009). Dalam data campuran biner
dalam diagram kesetimbangan uap-cair , menunjukkan fraksi mol uap dan liquid
pada beberapa temperatur untuk tekanan yang tetap.
2.4.3. Diagram Entalpi-Komposisi
Diagram entalpi-komposisi adalah diagram yang menyatakan hubungan
antara entalpi dengan komposisi sesuatu sistim pada tekanan tertentu. Dalam
diagram tersebut terdapat dua buah kurva yaitu cair jenuh dan kurva uap jenuh,
Setiap titik pada kurva cair jenuh dihubungkan dengan garis hubung “tie line”
dengan titik tertentu dalam keadaan kesetimbangan. Dengan adanya kedua kurva
tersebut, daerah diagram terbagi menjadi tiga daerah yaitu daerah cairan yang
terletak dibawah kurva cair jenuh. Daerah uang yang terletak diatas kurva uap
jenuh, daerah cair dan uap yang terletak diantara kurva cair jenuh dengan kurva
uang jenuh. Dibawah kurva cair jenuh terdapat isoterm-isoterm yang ditunjukkan
entalpi cairan pada berbagai macam komposisi di berbagai temperatur.

2.5. Komponen-Komponen Dalam Kolom Distilasi


Kolom distilasi digunakan untuk memisahkan suatu bahan yang
mengandung dua atau lebih komponen bahan menjadi beberapa komponen
berdasarkan perbedaan volatility atau kemudahan menguap dari masing-masing
komponen bahan (Pfeifer, 2014). Kolom atau sering disebut tower memiliki dua
kegunaan yaitu yang pertama untuk memisahkan feed (material yang masuk)
menjadi dua porsi, yaitu vapor yang naik ke bagian atas (top/overhead) kolom dan
porsi liquid yang turun ke bagian bawah (bottom). Kolom yang kedua berfungsi
untuk menjaga kedua campuran fasa.
Body atau badan bejana (shell) yang berbentuk silinder vertikal, yang
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya pemisahan uap dan liquid. Peralatan
internal yang berupa tray atau packing yang dapat digunakan untuk menaikkan
efisiensi di dalam pemisahan. Jenis-jenis tray dapat diklasifikasikan menjadi dua
10

yaitu umum dan khusus. Jenis tray umum misalnya bubble cap tray, dual-flow tray,
valve tray dan sieve tray sedangkan jenis tray khusus misalnya flexytray (Koch).
Komponen packed merupakan kolom distilasi yang di dalamnya berisi unggun
(packing) tempat terjadinya kontak antar fasa uap dan cair secara kontinyu dan
berlawanan arah. Kolom packed ini juga dapat meningkatkan keseragaman
distribusi uap dan cairan pada permukaan kontak.
Dalam proses perpindahan massa dan panas terdapat pada kontak antar fasa
uap dan cairan akan terjadi transfer massa dan panas. Transfer massa terjadi karena
cairan reflux akan menyerap pada komponen titik didih tinggi yang terdapat dalam
fase uap yang naik dan sekaligus melepas kembali komponen titik didih rendah dan
dibawah oleh uap. Transfer panas terjadi karena cairan reflux akan menyerap panas
latent dari aliran uap naik, alat yang digunakan untuk menguapkan komponen
ringan, sedangkan pada aliran uap yang akan melepas panas latent digunakan untuk
mengembunkan komponen yang berat.
Reboiler merupakan alat penukar panas yang berfungsi sebagai pendidih
kembali serta menguapkan sebagian cairan yang akan di proses. Biasanya liquid
yang diuapkan diletakkan dibagian shell sedangkan pemanasan diletakkan pada
bagian pipa atau tube. Reboiler pada kolom destilasi terletak pada bagian nampan
bawah kolom yang berperan sebagai pengatur suhu operasi. Jumlah dan juga
konfigurasi dari reboiler beragam tergantung fungsi tujuan dari kolom distilasi
(Muzwar dkk, 2014). Sistem kerja pada reboiler ini dimana dua fluida mengalir
sepanjang tabung sedangkan arus lain pada bagian tabung luar. Panas ditransfer dari
satu fluida ke fluida lain melalui dinding tabung. Dalam tujuan memindahkan panas
secara efisien, suatu area perpindahan kalor yang besar harus digunakan, oleh
karena itu terdapat banyak tabung untuk memelihara energi.
Kondensor adalah alat pengatur panas, dengan proses perpindahan panas
terjadi dari suatu fluida kerja yang temperaturnya tinggi ke fluida kerja yang
temperaturnya rendah. Perubahan fasa dari fluida kerja bertemperatur tinggi pada
kondisi tekanan dan temperatur konstan atau uap ke cair. Tekanan dan temperatur
uap adalah besaran yang mempunyai kaitan satu dengan yang lainnya, dimana
untuk suatu harga temperatur tertentu akan didapat suatu suatu harga tekanan uap
11

yang tertentu pula. Dalam kolom distilasi, komponen yang memiliki titik didih
yang lebih rendah akan menguap, sedangkan komponen yang memiliki titik didih
lebih tinggi akan menjadi cair. Komponen dengan titik lebih rendah dalam fase gas
akan berakumulasi pada bagian atas kolom distilasi dan menuju kondensor,
komponen fase cair menuju bagian bawah kolom.
Valve berfungsi untuk mengatur laju alir baik feed, air pendingin dan juga
kondensat. Valve juga berfungsi sebagai kontrol suhu dan tekanan. Refluks drum,
sebagai tempat untuk menampung liquid hasil kondensasi uap oleh kondensor
untuk digunakan sebagai refluks, liquid yang dikembalikan ke dalam kolom.

Gambar 2.2. Skema Komponen-Komponen Utama Kolom Distilasi


(Sumber: Gustini dan Antika, 2014)

2.6. Operasi Dalam Kolom Distilasi

Berdasarkan pengoperasiannya kolom dapat dibedakan menjadi batch


column dan continuous column. Batch column, umpan dimasukkan ke dalam
bejana dan diprosesdalam rentang waktu tertentu sampai seluruh umpan berubah
menjadi produk dan residu (sisa). Jika proses sudah selesai, operasi dihentikan,
selanjutnya produk dan residu diambildari dalam bejana dan diganti dengan umpan
yang baru. Teknologi awal distilasi minyakbumi menggunakan sistem batch.
Sebaliknya pada kolom yang kontinyu aliran umpanyang masuk ke dalam kolom
senantiasa kontinyu tanpa terputus, kecuali jika ada masalahdi dalam kolom dan
proses harus dihentikan. Dengan demikian kolom mampu mengolahumpan dan
menghasilkan produk dalam jumlah yang besar.
12

Pemisahan komponen-komponen dari campuran liquid melalui destilasi


bergantung pada perbedaan titik didih masing-masin komponen. Pada konsentrasi
bergantung juga dengan komponen yang ada. Campuran liquid akan memiliki
karakteristik titik didih yang berbeda. Oleh karena itu, proses destilasi bergantung
pada tekanan uap campuran liquid. Tekanan uap suatu liquid pada temperature
tertentu adalah tekanan keseimbangan yang dikeluarkan oleh molekul-molekul
yang keluar dan masuk pada permukaan liquid (Amin, 2014).
Campuran liquid yang masuk ke dalam kolom disebut dengan feed atau
umpan. Feed yang masuk ini biasanya masuk melalui bagian tengah dari kolom atau
disekitarannya. Tray yang terdapat pada tempat masuknya umpan disebut dengan
feed tray. Feed tray membagi kolom menjadi dua bagian yaitu bagian stripping atau
bagian dasar kolom dan enriching atau bagian atas kolom. Umpan yang mengalir
ke bawah akan ditampung pada bagian bottom, dan akan diuapkan kembali dengan
menggunakan reboiler.
Reboiler yang akan disuplai panas bisa mengguapkan umpan, biasanya
digunakannya steam. Dalam pengolahan minyak bumi, sumber panas biasanya
dapat berupa aliran produk kolom yang lain dengan suhu masih cukup tinggi. Uap
yang dihasilkan akan dimasukkan kembali kedalam kolom. Sebagian liquid yang
ada pada bagian bawah kolom akan ditarik lagi keluar sebagai botton product atau
biasanya disebut dengan produk bawah kolom.

2.7. Aplikasi Distilasi


Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan
minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti pada
transportasi, pembangkit listrik, pemanas dan lainnya. Udara didestilasi menjadi
komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medias dan helium untuk
pengisian balon. Distilasi juga digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol
dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan
minuman suling. Selain itu ada juga di dalam laboratory scale, pada industrial
distillation dan food processing. Prinsip disitilasi juga digunakan pada industri
konvensional misalnya pembuatan bioetanol atau arak dari fermentasi minuman
beras sebagai sumber energi yang terbarukan.
13

2.8. Penelitian terkait


Adani dan Pujiastuti (2017) telah melakukan sebuah penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu terhadap volume aquadest untuk mengetahui
efisiensi dari kinerja alat distilasi. Distilasi ini merupakan istilah dari proses penyulingan,
yakni proses pemanasan suatu bahan pada berbagai temperatur, tanpa kontak
dengan udara luar untuk memperolah hasil tertentu. Penyulingan adalah perubahan
bahan dari bentuk cair ke bentuk gas melalui proses pemanasan cairan tersebut, dan
kemudian mendinginkan gas hasil pemanasan, untuk selanjutnya mengumpulkan
tetesan cairan yang mengembun. Hal-hal yang mempengaruhi proses destilasi ini
adalah larutan, volume larutan, suhu , waktu destilasi dan tekanan. Hasil destilasi
ini disebut dengan destilat yaitu larutan hasil distilasi yang sudah terkondisi yang
berada di penampung yang telah tersedia.
Proses yang dilakukan yaitu pertama air sebanyak 10 L dimasukkan
kedalam destilator, ditutup hingga rapat dam pompa air kondensor dinyalakan.
Suhu operasi diatur pada 105oC dan dijalankan dengan variasi waktu 2 jam. Suhu
kondensor dipertahankan pada suhu 35oC. Kemudian setelah 2 jam, diukur volume
air di bak penampungan dan volume air sisa. Langkah ini diulangi untuk suhu
operasi 125 dan 145 oC dengan variasi waktu 3, 4 dan 5 jam. Hasil dari percobaan
ditunjukkan oleh tabel 2.1.
Tabel 2.1. Hasil Pengamatan pengaruh waktu dan suhu terhadap volume distilat

letak tabel jangan


diakhir halaman
dan tabel harus
dibuat ulang, bukan
dalam bentuk
picture

(Sumber: Adani dan Pujiastuti, 2017)


14

Dari hasil penelitian penggunaan suhu 1450C pada desain alat disilasi
sangat efisien dibandingkan dengan penggunaan suhu 1250C maupun suhu 1050C.
Nilai efisiensi suatu alat bergantung pada suhu dan waktu yang digunakan.
Salamah dan Aktawan (2016), melakukan penelitian tentang pemurnian
hasil cair pirolisis dengan distilasi batch. Penilitian ini bertujuan untuk memisahkan
dan memahami komposisi hasil pirolisis pada campuran dengan suhu 450˚C
menggunakan metode distilasi. Pirolisis plastik adalah proses thermal cracking dari
bahan polimer yang memiliki massa molekul tinggi tanpa adanya kandungan
oksigen dan dapat menghasilkan senyawa yang memikiki massa molekul yang
rendah.
Temperatur pada suhu awal yang dimulai dari 50˚C-240 ˚C dengan
kenaikan suatu interval mencapai 10˚C sehingga menghasilkan sampel bahan bakar
cair. Asap pirolisis yang digunakan sebanyak 100mL yang dimasukkan kedalam
labu leher tiga yang selanjutnya akan dilakukan proses isolasi untuk setiap
sambungan pada rangkaian alat disitilasi, Pada temperatur cairan kemudian akan
diatur dengan suhu 50˚C dengan regulator voltase yang kemudian didiamkan
selama 30 menit untuk mengetahui komponen sudah terpisah, proses ini akan terus
dilakukan hingga komponen menguap dan mengembun hingga temperature
mencapai 240˚C. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini terdapat pada temperature
190˚C, 220˚C, dan 240˚C. Proses ini menunjukan bahwa semakin lama waktu yang
digunakan, maka semakin meningkat jumlah hasil distilasi.
Penelitian dari Stojkovic dkk, (2017) telah membahas mengenai batch
distillation of binary mixture preliminary analysis of optimal control. Diketahui
bahwa dalam ruang lingkup industri, proses tersebut dilakukan dalam mode distilasi
kontinu, distilasi batch, atau distilasi semi-batch dalam kolom distilasi. Distilasi
batch digunakan ketika sejumlah kecil produk yang berkualitas tinggi diperlukan.
Hal tersebut juga diperlukan untuk fleksibilitas produksi.
Parameter kontrol yang paling umum digunakan adalah kebijakan refluks
dan tugas panas reboiler. Strategi yang berbeda telah diuji untuk mengoptimisasi
proses ini dengan memilih rasio refluks konstan terbaik. Hal tersebut dilakukan
dengan memilih urutan pengulangan yang dioptimalkan dari periode nol dan
15

periode refluks total dan lain-lain. Kontrol optimal distilasi batch biner campuran
dianalisis dalam waktu minimum, distilat maksimum atau formulasi keuntungan
ekonomis maksimum. Penelitian ini juga digunakan mode batch sederhana, tujuan
yang ingin dicapai adalah untuk memaksimalkan final product yang diinginkan
dengan menggunakan reflux sebagai parameter kontrol.
Konfigurasi mode batch sederhana ini terbagi atas reboiler, sejumlah pelat
perantara (tray) digunakan untuk membawa uap dan fase cair menjadi kontak untuk
meningkatkan perpindahan massa, kondensor, dan tangki akumulator yang berisi
distilat. Campuran tertentu dilakukan pemeriksaan untuk dipastikan kelayakan
produksi distilat dengan kualitas tertentu, jumlah pelat (reboiler dan kondensor)
harus lebih besar dari Nmin. Angka ini dihitung dengan komposisi awal dan
kemurnian produk akhir. Perbedaan volalitas relatif semakin besar, maka semakin
lancar proses pemisahan tersebut.
Hasil yang diperoleh adalah hasil yang optimal karena digunakan metode
Pontryagin’s Maximum Principe (PMP) pada penelitian Stojkovic. Optimalisasi
pada kontrol bisa mengarah ke tiga jenis kebijakan refluks: refluks tak terbatas,
refluks nol, dan refluks singular. Numerik solusi yang disajikan diperoleh dengan
menggunakan BOCOP optimal control solver membuktikan korelasi yang kuat
antara struktur kebijakan distilat optimal dan jumlah tray dalam kolom, Kaitannya
pada termodinamika yang akan dipisahkan dengan kolom destilasi.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
1) Neraca Analitis.
2) Liquid-liquid Extraction Armfield.

3.1.2. Bahan
1) Aquadest.
2) Kerosen.

3.2. Prosedur Percobaan


1) Semua valve (V) dipastikan dalam keadaan tertutup.
2) Campuran Sampel (misal 5 liter etanol dan 5 liter air) dimasukkan ke dalam
tangki feed.
3) Air kondensat dari keran air disiapkan dan kemudian laju alir diatur dengan
memutar valve 5 (V5) sebesar 2,5 liter/menit atau 2.500 cc/menit.
4) Valve 10 (V10) dibuka.
5) Reboiler (reboiler heater) dipanel dengan switch on (tombol merah ditekan)
kemudian knop diatur ke kanan sampai 0,5.
6) Kondisi refluks diatur pada kondisi total refluks dengan tombol “ON” tidak
ditekan pada panel refluks control.
7) Ditunggu sampai kondisi alat berada pada kesetimbangan.
8) Degree of foaming yang terjadi pada setiap tray diamati dan di catat.
9) Valve (V6) dan (V7) dibuka secara berurutan dan pressure drop yang
ditampilkan pada manometer dicatat.
10) Valve (V3) dan (V7) ditutup secara bersamaan.
11) Valve (V3) dibuka dan kondensat ditampung pada gelas kimia hingga selang
refluks kosong dan kondensat baru dialirkan secara steady ke dalam gelas
kimia.
12) Kondensat ditampung pada gelas kimia yang lain selama 10 detik.
13) Valve V3 ditutup.

16
17

14) Langkah diatas diulangi dengan variasi energy yang digunakan oleh
reboiler.

3.3. Blok Diagram Blok diagram


diletakkan
Mulai dilembar terpisah

"valve dipastikan
tertutup" Sampel
dimasukkan ke
bentuk ->persegi
tangki feed
tumpul bukan
elips
Air pendingin diatur dengan diputarnya valve V5 pada
laju 2,5 liter/menit atau 2500 cc/menit

Reboiler dinyalakan dipanel knop diatur ke


kanan sampai 0,5

Kondisi reflux diatur pada total reflux

Kondisi alat ditunggu sampai kondisi kesetimbangan


dan degree of foaming dicatat pada setiap tray

Valve 6 dan 7 dibuka dan pressure drop


dicatat pada manometer

V3 dibuka dan selang reflux dikosongkan

Kondensat
ditampung
selama 10 detik

Selesai

Gambar 3.1. Blok Diagram Percobaan Batch


Distillation Column
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 4.1. Analisa Sampel Hasil Distilasi

Pressure Drop
Boil-up Rate Degree of
Daya Overall
(mL/10detik) Foaming
(kW) (cmH2O)
0.50 4,3000 19 Gentle localized
Violent
0.75 6,5000 20
localized
Foaming gently
1 12,000 26
over whole tray
Foaming violent
1.25 13,000 98
over whole tray

18
19

4.2. Grafik Hasil Pengamatan

15

10

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

Gambar 4.1. Pengaruh Daya terhadap Boil-up Rate

120

100

80

60

40

20

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

Gambar 4.2. Pengaruh Daya terhadap Pressure Drop Overall

120
100
80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12 14

Gambar 4.3. Pengaruh Boil up terhadap Pressure Drop Overall


20

4.3. Pembahasan
Distilasi merupakan salah satu dari teknik pemisahan campuran yang
didasarkan pada perbedaan titik didih dari masing-masing komponen di dalam
suatu campuran. Senyawa dapat dipisahkan dengan cara menjadikan zat-zat
penyusunnya yang berupa unsur-unsur harus dilakukan secara kimia. Reaksi terjadi
pada tingkat molekuler yang dapat melibatkan suatu pengubahan, penataan, dan
pengaturan kembali pada atom-atom penyusun senyawa (Kamilati, 2006).
Destilasi adalah suatu cara pemisahan larutan dengan menggunakan panas
sebagai pemisah (Fatimura, 2014). Prinsip kerja distilasi adalah perubahan suatu
zat dari fasa cair menjadi uap dan fasa uap dikembalikan lagi menjadi cair. Unit
operasi distilasi termasuk metode yang digunakan untuk memisahkan komponen di
dalam suatu larutan atau campuran dan bergantung pada distribusi komponen antara
uap dan fasa cair. Komponen ini seluruhnya berada dalam fasa cair dan gas, dimana
fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui proses penguapan ketika tercapai titik
didihnya. Larutan yang terdiri dari dua buah komponen yang cukup mudah
menguap ada perbedaan komposisi antara fase cair dan fase uap, dan hal ini
merupakan syarat utama supaya pemisahan dengan distilasi dapat dilakukan.
Kolom distilasi berfungsi sebagai tempat adanya terjadi suaatu proses distilasi.
Kolom destilat juga memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan destilat.
Reboiler memiliki fungsi sebagai tempat untuk menaruh suatu sampel atau larutan
yang akan dipanaskan nantinya. control panel memiliki fungsi sebagai pusat
pengaturan untuk dapat menghidupkan, mematikan, dan mengontrol data seperti
temperatur yang ada pada setiap tray dan daya reboiler. Sampel yang digunakan
bisa terdiri dari lima liter etanol dan lima liter aquadest yang kemudian dimasukkan
ke dalam suatu katup atau valve pada reboiler untuk dipanaskan .
Proses pemanasan terjadi sehingga titik didih akan mengalami kenaikan
baik titik didih etanol maupun titik didih aquadest dan menyebabkan terjadinya
penguapan dari etanol yang yang akan masuk ke dalam kolom distilasi. Dihasilkan
etanol yang lebih murni dalam fasa gas. Pendinginan etanol dilakukan dengan cara
dimasukkan ke dalam kondensor sehingga dihasilkan etanol berfasa cair dan sampel
yang sudah jadi dapat dilakukan pengambilan melalui valve tiga.
21

Reflux adalah teknik mendidihkan cairan dalam wadah labu distilasi yang
disambung dengan alat pengembun (kondensor reflux) sehingga cairan terus-
menerus kembali ke dalam wadah (Sunarya dan Setiabudi, 2007). Total reflux
mewakili suatu kondisi dimana seluruh hasil kondensasi dikembalikan ke dalam
kolom distilasi sebagai reflux. Degree of foaming yang terbentuk setelah tetesan
pertama kondensat keluar yang dapat diamati secara visual, dimana pada data akan
terbentuk beberapa jenis hasil pengamatan secara subjektif untuk degree of foaming
yaitu gentle localized, violent localized, foaming gently over whole tray, dan
foaming violent over whole tray. Busa atau gelembung yang terbentuk dari suatu
proses distilasi yang terjadi disebabkan karena adanya gas atau vapor.
Busa atau gelembung merupakan fenomena yang disebabkan akibat dari
kecepatan aliran gas yang terlalu tinggi atau dapat dikarenakan laju penguapan yang
terlampau cepat. Distilasi bertingkat termasuk ke dalam proses distilasi yang
berulang. Proses berulang ini dilakukan dalam kolom pecahan, yang terdiri dari
beberapa pelat, dimana masing-masing pelat mengalami kondensasi. Distilasi uap
merupakan istilah yang biasa digunakan untuk merujuk pada distilasi campuran
antara air dengan senyawa yang tidak larut dalam air. Cara menuangkan uap air ke
dalam campuran tersebut sehingga zat yang lebih mudah menguap berubah menjadi
vapor pada suhu yang lebih rendah daripada dengan pemanasan langsung.
Karbon aktif tidak boleh ditambah pada larutan yang berada pada suhu
mendekati titik didih pelarut karena sejumlah besar udara yang teradsorpsi oleh
karbon aktif akan dibebaskan secara tiba-tiba (Kristanti dkk, 2008). Sifat fisik pada
cairan dapat memicu terbentuknya busa. Derajat keasaman atau pH yang jauh dari
nilai nol diasumsikan sebagai derajat keasaman yang paling tepat. Surfaktan secara
alami dapat mengurangi tegangan permukaan fluida, dimana partikel padatan yang
ditambahkan ke dalam campuran akan terakumulasi sehingga busa terbentuk, atau
dapat juga berupa gas karbon dioksida yang terdapat di selang.
Prinsip umum distilasi vakum terletak pada pemisahan antara dua
komponen dengan perbedaan titik didih yang sangat tinggi. Metode yang digunakan
dengan cara menurunkan tekanan permukaan dibawah satu atmosfer sehingga titik
didih mengalami suatu penurunan dan dapat menjadi lebih rendah lagi. Prinsip
22

distilasi dapat dilakukan pemisahan komponen campuran cairan dengan distilasi


bergantung pada perbedaan titik didih masing-masing komponen dan juga akan
bergantung pada konsentrasi komponen yang ada. Campuran cairan akan memiliki
sifat titik didih yang berbeda. Distilasi memilki proses bergantung pada tekanan uap
campuran cairan. Percobaan ini dilakukan untuk memisahkan etanol dari air dengan
proses distilasi batch atau sederhana. Teori pada titik didih etanol lebih rendah
dari pada air, yaitu 78°C, dan titik didih dari pada air adalah 100°C. Etanol menjadi
suatu cairan yang lebih mudah menguap, sehingga etanol dapat menguap ke atas
dengan lebih cepat dan dapat menyebabkan perbedaan tekanan tertentu.
Kondensasi terjadi jika uap menyentuh permukaan yang temperaturnya di
bawah temperatur jenuh dari uap tersebut (Welty dkk, 2001). Proses kondensasi
yang terjadi berupa uap berubah fasa menjadi cair sebagai akibat penyerapan panas
dari larutan oleh pendingin dalam kondensor, cairan yang dihasilkan dari
kondensasi ini sebagian dikembalikan ke kolom sebagai refluks, dan sebagian lagi
menuju ke produk suling. Kondensat yang kembali ke kolom dikontakkan dengan
uap yang naik ke atas kolom, dan uap ini akan mengalami kondensasi bolak-balik
yang semakin memperluas area kontak yang ada pada suatu wilayah tertentu.
Destilasi atau penyulingan adalah metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap atau volatilitas pada
suatu bahan (Fatimura, 2014). Proses distilasi dapat digunakan ketika akan
dilakukan pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih yang cukup signifikan
antara kedua atau lebih senyawa. Zat- zat atau senyawa dengan memiliki suatu titik
didih yang lebih tinggi akan berada di bawah dan disebut sebagai fraksi berat,
sedangkan untuk zat atau senyawa dengan memilik titik didih yang lebih rendah
akan berada pada keadaan di atas dan disebut sebagai suatu fraksi ringan.
Menara distilasi akan dipasang tray atau packing yang akan memicu
terjadinya kontak fasa dengan cara distribusi komposisi. Tray menjadi alat atau
perantara tempat kontak antara fase cair dan fasa uap dari larutan yang ingin
dimurnikan atau dipisahkan. uap terbentuk dari proses pemanasan pada reboiler,
akan terbentuk panas laten antara fraksi ringan menuju fraksi yang lebih berat
sehingga menyebabkan fraksi ringan yang dihasilkan lebih banyak uapnya.
23

Proses refluks digunakan untuk ekstraksi sampel yan tidak mudah rusak
dengan adanya pemanasan (Saputra, 2020). Refluks berpengaruh untuk proses
distilasi ini dengan memberi pengaruh signifikan terhadap penggunaan pada
persentase kondensat. Upaya untuk memaksimalkan efisiensi hasil agar fraksi berat
diminimalisasikan dan fraksi ringan akan menguap ketika titik didih tercapai. Air
pendingin untuk mendinginkan uap juga akan meningkat seriring kenaikan efisiensi
yang diraih dan biaya untuk suplai air pendingin juga bertambah. Penggunaan daya
juga akan mempengaruhi hasil distilasi. Kekuatan daya yang digunakan kecil akan
membuat zat atau senyawa yang mengalami penguapan lebih sedikit. Penilaian dari
segi ekonomis terlihat dengan kekuatan daya ditingkatkan akan adanya kenaikan
nilai kalor. kenaikan kalor akan menyebabkan proses pendinginan yang terjadi akan
semakin cepat dan menghasilkan banyak kondensat di akhir proses.
Keadaan tersebut tidaklah ekonomis karena sesuai dengan prinsip industri
yaitu diinginkan banyak produk dan nilai efisiensi tinggi namun penggunaan energi
diharapkan seminimal mungkin. Hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa satu
kilowatt (kW) menjadi daya yang optimum terjadinya proses distilasi atau
pemisahan antara etanol dan air. Daya lebih dari satu kilowatt maka akan terjadi
overflow yang membuat sampel menjadi jenuh menguap namun tidak optimum.
Proses batch adalah suatu proses dimana sejumlah produk dibuat dalam
jangka waktu beberapa jam atau beberapa hari (Machdar, 2016). Proses batch
biasanya dilengkapi dengan alat pengukur umpan masuk ke dalam tangki diikuti
dengan susunan unit operasi yang dilakukan dalam suatu interval skedul terpisah.
Proses batch cocok digunakan untuk unit proses berskala kecil. Produk yang
diinginkan dengan kualitas tinggi seperti proses pembuatan obat-obatan dan
makanan lebih baik dilakukan dengan proses batch. Proses batch dapat mudah
dimodifikasi untuk menghasilkan produk yang berbeda pada alat sama. Perbedaan
dari proses batch dan kontinyu ada pada feed. Feed yang berasal dari reboiler
termasuk ke dalam suatu proses pada distilasi batch, sedangkan distilasi kontinyu
menggunakan feed dari pertengahan antara tray dan reboiler yang diproses untuk
mengalir secara terus-menerus. Prinispnya hanya feed yang keluar pada proses
batch, untuk proses kontinyu ada feed yang masuk dan keluar.
24

Variabel yang dapat diamati dari proses distilasi pada praktikum yang telah
dilakukan yaitu boil-up rate, pressure drop, degree of foaming, dan anti foaming
agent. Boil-up rate diamati dari laju pembentukan uap yang terjadi ketika proses
pemanasan dilakukan. Pressure drop diasumsikan sebagai tekanan yang hilang
karena ada hambatan pada proses seperti gesekan. Degree of foaming ditinjau dari
jenis gelembung yang terbentuk berdasarkan tingkatan kelarutan gas.
Prinsip kerja sederhana dari kolom distilasi adalah campuran yang
akan dipisahkan masuk melalui feed tray kemudianturun ke bagian bawah kolom,
cairan dengan titik didih rendah akan menguap ke atas akibat panas reboiler dan
setelah sampai diatas kolom akan didinginkan oleh kondenser menjadi cairan
,kembali dan disebut produk atas (Wara dkk, 2016). Penerapan prinsip distilasi pada
praktikum kali ini menggunakan distilasi biner yang menggunakan senyawa etanol
dan air, untuk didapatkan senyawa etanol yang lebih murni.
Pelarut yang digunakan dalam proses ini berupa air pendingin, berperan
sebagai kondensat yang disimpan di kondensor. Proses destilasi bisa berjalan
dengan baik jika faktor-faktor yang mempengaruhi distilasi seperti kondisi umpan,
sifat dari campuran, Karakteristik kolom (Fatimura, 2014). Packing yang terdapat
dalam kolom distilasi terbagi menjadi dua jenis, sedangkan tray berfungsi sebagai
pembatas sehingga memaksimalkan efisiensi dan hasil penguapan yang terjadi
dalam proses distilasi. Pada praktikum digunakan jenis aliran berupa continuous
flow berupa aliran yang dialirkan dari feed yang diperoleh dari suplai kandungan
reboiler yang dipanaskan dengan variasi daya yang berbeda.
Praktikum kali ini menerapkan suatu perpindahan massa, dimana proses
pendinginan air dengan menara pendingin dan pengeringan padatan dengan udara
panas. Dalam kedua kasus tersebut perpindahan massa yang terjadi karena ada uap
air yang dibawa oleh gas yang mengalir, baik melalui proses penguapan maupun
karena adanya aliran udara, yang biasanya dalam bentuk tetesan air. Proses
perpindahan panas yang terjadi selama distilasi batch terjadi secara konduksi,
konveksi dan radiasi. Perpindahan panas secara radiasi terjadi pada sumber panas
ke reboiler. Peristiwa perpindahan panas secara konveksi terjadi pada pertemuan
cairan reflux yang mengalir ke bawah dan uap panas ke arah atas.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1) Panas berbanding lurus dengan jumlah kondensat yang duhasilkan.
2) Rasio refluks yang digunakan berbanding lurus dengan konsentrasi
destilat.
3) Basar daya berbanding lurus dengan boil-up rate.
4) Jumlah feed berbanding lurus dengan waktu.

5.2. Saran
1) Laju aliran sebaiknya dijaga agar tetap konstan supaya waktu kondensasi
lebih cepat.
2) Pengaturan daya pada control panel sebaiknya dilakukan secara perlahan
agar kondensasi menjadi efisien.
3) Penutupan valve (V6) dan (V7) sebaiknya dilakukan secara bersamaan
agar pressure dalam sistem tetap konstan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. S., dkk. 2014. Tinjauan Teoritis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Operasi Pada Kolom Destilasi. Jurnal Media Teknik. Vol. 11(1): 23-30.
Andani, S. I., dan Pujiastuti, Y. A. 2017. Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi Pada
Proses Destilasi Untuk Pengolahan Aquades di Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman. Jurnal Teknik Kimia. 1(1): 31-37.
Astawa, K., Sucipta, M., dan Negara, A. G. P. I. 2011. Analisa Performansi
Destilasi Air Laut Tenaga Surya Menggunakan Penyerap Radiasi Surya
Tipe Bergelombang Berbahan Dasar Beton. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin.
Vol. 5(1): 7-13.
Fatimura, M. 2014. Tinjauan Teoritis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Operasi
pada Kolom Destilasi. Jurnal Media Teknik. Vol. 11(1): 23-31.
Gustiani, D., dan Antika, N. U. 2012. Evaluasi Kinerja Ethylene Fractionator Unit
Cold Section di Ethylene Plant PT Chandra Asri Petrochemical TBK.
Skripsi. Jurusan Teknik Kimia. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Kamilati, N. 2006. Mengenal Kimia. Balikpapan: Yudhistira.
Komariah, L. N., dan Leonard, A. 2009. Tinjauan Teoritis Perancangan Kolom
Distilasi Untuk Pra-Rencana Pabrik Skala Industri. Jurnal Teknik Kimia.
Vol. 4(16): 19-25.
Kristanti, A. N., dkk. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya: Airlangga University
Press.
Machdar, I. 2016. Dasar Sintesis Proses dan Prarancangan Pabrik Kimia. Aceh:
Syiah Kuala University Press.
Muzwar, H. S., dkk. 2014. Pemodelan Kolom Distilasi Pabrik Petrokimia Dengan
Menggunakan Distributed Control System. Jurnal Teknik Fisika. Vol. 6(4):
85-90.
Pambudi, D. R., Setiyono. B., dan Wahyudi. Pengendalian Kolom Distilasi Biner
Menggunakan Fuzzy Gain Scheduling IMC-PID. Jurnal Transient. Vol.
6(4): 582-589.
Permatasari, R., Atwlay, A., dan Susianto. 2015. Permodelan dan Simulasi Distilasi
Batch Broth Fermentasi pada Tray Column dengan Serabut Wool. Jurnal
Teknik Kimia. Vol. 9(2): 44-49.
Salamah, S., dan Aktawan, A. 2016. Pemurnian Hasil Cair Pirolisis Sampah Plastik
Pembungkusan dengan Distilasi Batch. Jurnal Chemica. Vol. 3(1): 31-34.
Saputra, H. S. 2020. Mikroemulsi Ekstrak Bawang Tiwai. Yogyakarta: Deepublish.
Stojkovic, M., dkk. 2017. Batch Distillation of Binary Mixtures: Preliminary
Analysis of Optimal Control. IFAC Journal. Vol.50 (1): 4899–4904.
Sujana, A. 2014. Dasar-Dasar IPA: Konsep dan Aplikasinya. Bandung: UPI
PRESS.
Sunarya, Y., dan Setia budi, A. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung:
Setia Purna Inves.
Syukri. 2007. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
Wara, B. B., dkk. 2016. Pengontrolan Kolom Distilasi Biner Menggunakan Metode
Internal Model Control. Jurmal Transient. Vol. 5(2): 166-172.
Welty, J.R., dkk. 2001. Fundamentals of Momentum, Heat and Mass Transfer. 4th
Edition. New Jersery: John Wiley and Sons Inc.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1. Perhitungan Konversi Laju Boil-Up


A.1.1. Untuk Laju Boil-up 4,3000 mL/10 Detik
4,3000 mL 1L 3600 Detik
= × ×
10 Detik 1000 mL 1 Jam
= 1,5480 L/Jam
A.1.2. Untuk Laju Boil-up 6,5000 mL/10 Detik
6,500 mL 1L 3600 Detik
= × ×
10 Detik 1000 mL 1 Jam
= 2,3400 L/Jam
A.1.3. Untuk Laju Boil-up 12,0000 mL/10 Detik
12,0000 mL 1L 3600 Detik
= × ×
10 Detik 1000 mL 1 Jam
= 4,3200 L/Jam
A.1.4 Untuk Laju Boil-up 13,0000 mL/10 Detik
13,0000 mL 1L 3600 Detik
= × ×
10 Detik 1000 mL 1 Jam
= 4,6800 L/Jam

perhitungannya dibuat
Times new roman, line
spacing antara A.1.1 dan
A.1.2 -> 1,5
LAMPIRAN B
RANGKAIAN ALAT

Gambar B.1. Rangkaian Alat Destilasi Armfield

Gambar 1. Rangkaian Alat _____


LAMPIRAN C
BUKTI PLAGIARISME

LAMPIRAN C

Gambar C.1. Hasil Cek Plagiarism


Gambar 2. Hasil Cek Plagiarisme

border 3/4 bukti


ss nya

Anda mungkin juga menyukai