Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL LOMBA RISET SAWIT

FORMIDENT : FORMULASI
PASTA GIGI KOMBINASI
EKSTRAK DAUN PELEPAH KELAPA
SAWIT (Elaeis guenensis) DAN
EKSTRAK DAUN MINT

BIDANG RISET

PANGAN/KESEHATAN

Diusulkan Oleh :

Muliana H. (G30118054 )

Marlince G. (G30118057 )

Lita Farina (G70118005 )

UNIVERISTAS TADULAKO

PALU

2020

ABSTRAK

Formulasi sediaan pasta gigi yang berasal dari kombinasi ekstrak daun pelepah
kelapa sawit dan ekstrak daun mint. Daun pelepah kelapa sawit merupakan
limbah yang terbuang yang kurang dimanfaatkan, tetapi mempunyai aktivitas
antibakteri. Minyak yang berasal dari daun mint banyak digunakan sebagai
penyegar mulut. Kombinasi kedua tanaman ini belum banyak diformulasi dalam
bentuk sediaan pasta gigi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
karakteristik fisik, aktivitas antibakteri dan konsentrasi optimum formula sediaan
pasta gigi dengan perbandingan variasi konsentrasi ekstrak daun pelepah
kelapa sawit dan ekstrak daun mint yang mempunyai aktivitas menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans sebagai penyebab karies pada gigi.
Metode ekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%
untuk daun pelepah kelapa sawit dan etanol 96% untuk daun mint. Aktivitas
antibakteri sediaan pasta gigi menggunakan metode difusi dengan cara cetak
lobang/sumuran. Daun pelepah kelapa sawit mengandung lamina, midrib,
BETN 51,87%, silika 0,6% protein kasar 5,3% dan serat 31,09% sedangkan
daun mint mengandung metabolit sekunder senyawa fenolik dan flavonoid.
Adapun tahapan penelitiannya yaitu membuat ekstrak daun pelepah kelapa
sawit dan ekstrak daun mint dengan cara maserasi, membuat sediaan pasta
gigi kombinasi daun pelepah kelapa sawit dan daun mint berdasarkan
konsentrasi hambat minimum, menguji karakteristik fisik yang terdiri dari
organoleptis, homogenitas, stabilitas dipercepat, pH, daya sebar dan menguji
aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran terhadap
Streptococcus mutans.

Keyword: Daun pelepah kelapa sawit, daun mint, formulasi, pasta gigi,
Streptococcus mutans

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang penting dalam kehidupan
setiap individu termasuk pada anak, karena gigi dan gusi yang rusak dan
tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit, gangguan pengunyahan, dan
dapat mengganggu kesehatan tubuh lainnya. Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, tingkat karies di Indonesia adalah
90,05% dari penduduk Indonesia. Sampai saat ini, karies gigi masih menjadi
masalah utama dalam bidang kedokteran gigi dan menjadi salah satu
penyakit infeksi yang paling umum pada anak. Menurut Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007 yang dikutip oleh Darwita, prevalensi
masalah kesehatan gigi dan mulut pada murid sekolah dasar mencapai
72,1% (Darwita RR dkk, 2011).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013,


persentase penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut meningkat
dari 23,2% menjadi 25,9%. Dari penduduk yang mempunyai masalah
kesehatan gigi dan mulut, persentase penduduk yang menerima perawatan
gigi meningkat dari 29,7% tahun 2007 menjadi 31,1% pada tahun 2013.
Masalah umum yang paling rentan diderita masyarakat luas adalah karies
gigi.Bakteri yang paling umum menyebabkan kerusakan gigi adalah
Streptococcus mutans kemudian diikuti dengan Lactobacillus casein dan
Streptococcus sanguis. Saat ini kontrol plak dilengkapi dengan
penambahan jenis bahan aktif yang mengandung bahan dasar alami
ataupun bahan sintetik sebagai bahan anti kuman. Bahan anti kuman
tersebut tersedia dalam bentuk larutan kumur dan pasta gigi (Gupta dkk,
2013).

Pasta gigi adalah suatu bahan yang digunakan dengan sikat gigi untuk
membersihkan tempat-tempat yang tidak dapat dicapai (Armila, 2017).
Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk
mengurangi pembentukan plak atau stain, memperkuat perlindungan gigi
terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi,
menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada
mulut serta memelihara kesehatan gingiva (Ilmy, 2017).

Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi yang diawali dengan
terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi (pit,
fissures, dan daerah inter proksimal), kemudian meluas kearah pulpa.
Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan juga dapat timbul pada satu
permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke bagian yang lebih dalam
dari gigi, misalnya dari enamel ke dentin atau ke pulpa. Terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi, diantaranya adalah
karbohidrat, mikroorganisme dan saliva, permukaan dan anatomi gigi
(Tarigan, 2015).

Mikroorganisme utama penyebab gigi berlubang yaitu Streptococcus


mutans (Jain et al., 2015). Streptococcus mutans ditemukan pada tahap
awal pembentukan plak gigi. Mikroorganisme ini memiliki kemampuan untuk
menghasilkan asam. Kebersihan gigi sangat diperlukan untuk mencegah
pembentukan plak gigi. Oleh karena itu diperlukan teknik-teknik untuk
membersihkan plak pada permukaan gigi, salah satunya yaitu dengan
metode mekanik (Struzycka, 2014).

Daun mint terutama digunakan dalam bentuk minyak atsiri yang sering
disebut dengan minyak permen yang berbau khas. Minyak permen
mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri Streptoccoccus
mutans dengan harga Minimum Inhibition Concentration (MIC) sebesar 10,5
µg/mL (Golestannejad et al., 2017). Ekstrak daun mint mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap beberapa bakteri patogen (Bupesh et al., 2007).
Ekstrak etanol daun mint dapat menghambat pertumbuhan bakteri asam
asetat Asaia spp dengan kadar minimal ekstrak 10% v/v (Antolak et.al,
2018). Semua bagian tanaman dari Mentha piperita L dapat menghambat
pertumbuhan bakteri patogen pada mulut seperti Streptoccoccus mutans
(Fayed, 2019). Ekstrak daun mint mempunyai aktivitas sebagai antioksidan
dan antibakteri pada bakteri gram positif serta gram negatif (Singh et.al.,
2011).

Inovasi sediaan pasta gigi yang dapat menguragi kerusakan gigi salah
satunya adalah formulasi kombinasi antara ekstrak daun kelapa sawit dan
daun mint. Adapun kandungan daun kelapa sawit adalah lamina, midrib,
BETN 51,87%, silika 0,6% protein kasar 5,3% dan serat 31,09% (Imsya,
2007). Adapun kandungan daun mint adalah senyawa metabolit sekunder
seperti fenolik dan flavanoid serta senyawa kalsium, fosfor dan zat besi
(Dina, 2019).

Perlindungan gigi dari penyebab karies gigi membutuhkan pasta gigi yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada mulut seperti
Streptoccoccus mutans. Pasta gigi yang mengandung herbal dapat
menghambat pertumbuhan bakteri S. mutan dibandingkan dengan pasta
gigi non herbal (Pratiwi, 2005). Ekstrak daun pelepah kelapa sawit dan
ekstrak daun mint dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptoccoccus
mutans, oleh karena itu kami membuat suatu riset penelitian baru tentang
sediaan pasta gigi dengan tujuan utama untuk membantu meminimalisir
terbentuknya karies gigi yang belakangan ini sangat marak dibicarakan di
kalangan masyarakat dengan memanfaatkan formulasi limbah daun
pelepah kelapa sawit dan ekstrak daun mint.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu :
1.2.1. Bagaimana karakteristik fisika formula pasta gigi kombinasi
ekstrak daun pelepah kelapa sawit (Elaeis Guenensis) dan daun
mint dengan perbandingan variasi konsentrasi ekstrak daun
pelepah kelapa sawit dan daun mint ?

1.2.2. Bagaimana aktivitas antibakteri pasta gigi kombinasi ekstrak daun


pelepah kelapa sawit (Elaeis Guenensis) dan daun mint dengan
perbandingan variasi konsentrasi ekstrak daun pelepah kelapa
sawit dan daun mint ?

1.2.3. Bagaimana konsentrasi formula optimum diantara variasi


konsentrasi ekstrak daun pelepah kelapa sawit dan daun mint
(0,25: 0,025%:1: 0,1%: 4: 0,4%) yang memiliki karakteristik fisika
dan aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Streptoccoccus
mutans ?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini merujuk dari rumusan masalah, yaitu :
1.3.1. Untuk mengetahui karakteristik fisika formula pasta gigi kombinasi
ekstrak daun pelepah kelapa sawit (Elaeis Guenensis) dan daun
mint dengan perbandingan variasi konsentrasi ekstrak daun
pelepah kelapa sawit dan daun mint ?

1.3.2. Untuk mengetahui aktivitas anti-bakteri pasta gigi kombinasi


ekstrak daun pelepah kelapa sawit (Elaeis Guenensis) dan daun
mint dengan perbandingan variasi konsentrasi ekstrak daun
pelepah kelapa sawit dan daun mint ?

1.3.3. Untuk mengetahui konsentrasi formula optimum diantara variasi


konsentrasi ekstrak daun pelepah kelapa sawit dan daun mint
(0,25: 0,025%:1: 0,1%: 4: 0,4%) yang memiliki karakteristik fisika
dan aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Streptoccoccus
mutans ?
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat meminimalisir pembentukan karies gigi
dan mencegah kerusakan gigi. Terkhusus pada orang-orang yang
menyukai makanan manis. Penelitian ini bisa dijadikan alternatif untuk
menggunakan sediaan pasta gigi yang lebih mudah dibuat, memiliki
kandungan khasiat herbal dengan harga yang terjangkau bagi berbagai
kalangan masyarakat. .

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit


Gambar 2.1 Kelapa Sawit (Dinda, 2019)

Menurut Ihsan (2018) dikutip oleh Kashi dan Edy (2019) bahwa kelapa sawit
merupakan komoditian dalam bagi Indonesia, dimana kelapa sawit memberikan
peranan yang signifikan dalam perekonomian bangsa Indonesia, terutama
daerah Riau yang merupakan daerah penyumbang terbesar komoditi kelapa
sawit bagi Indonesia. Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat diandalkan
karena menghasilkan minyak nabati yang penting bagi perdagangan
Internasioal. Minyak nabati yang dihasilkan oleh kelapa sawit memiliki
keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati yang dihasilkan oleh tanaman
lain seperti kacang kedelai, kacang tanah dan lainnya, hal ini dikarenakan
minyak nabati yang dihasilkan oleh kelapa sawit minim kolesterol atau bahkan
tidak memiliki kolesterol dan mempunyai produktivitas lebih tinggi sehingga
harga produksi menjadi lebih ringan.

Menurut (Suriana,N, 2020), berikut adalah sistem klasifikasi kelapa sawit:

Divisi : Embryophyta Siphonagama


Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocetyledonae
Ordo : Monocetyledonae
Famili : Arecaceae (dulu disebut palmae)
Subfamili : Cocoideae
Genusi : Elaeis
Spesies : Elaeis gueneesis Jacq
Tanaman kelapa sawit memiliki banyak kegunaan. Hasil tanaman ini dapat
digunakan pada industry pangan, tekstil (bahan pelumas), kosmetik, farmasi
dan biodiesel. Selain itu, limbah dari pabrik kelapa sawit seperti sabut,
cangkang, dan tandan kosong kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar dan pupuk organik (Fauzi et al., 2008).

Kelapa sawit dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut
(m dpl) dengan curah hujan yang sesuai adalah 2 000 – 2 500 mm/tahun. Suhu
optimum penanaman kelapa sawit berkisar antara 24 – 28 0C. Walaupun
demikian, tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh pada suhu terendah 18
0C dan tertinggi 32 0C. Intensitas penyinaran kelapa sawit adalah 5 – 7
jam/hari dengan kelembaban ideal 80 – 90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada
pH 4.0 – 6.0, tetapi nilai pH yang optimum untuk penanaman kelapa sawit
adalah 5.0 – 5.6.Tanah dengan pH rendah biasanya dijumpai pada daerah
pasang surut terutama tanah gambut (Lubis, 1992).

2.1.1. PelepahDaunKelapaSawit

Gambar 2.1.1 Pelepah Kelapa Sawit (Aholoukpe,et.al 2013

Pelepah kelapa sawit merupakan limbah padat yang berasal dari


perkebunan kelapa sawit. Pada saat panen tandan buah segar, 1-2 helai
pelepah kelapa sawit dipotong dengan tujuan memperlancar
penyerbukan dan mempermudah panen berikutnya. Jumlah pelepah
kelapa sawit yang telah berproduksi dapat mencapai 40-50
pelepah/pohon/tahun dengan bobot pelepah sebesar 4,5 kg berat kering
per pelepah. Dalam satu hektar perkebunan kelapa sawit diperkirakan
dapat menghasilkan 6,3 ton pelepah per tahun. Pelepah kelapa sawit
termasuk kategori limbah basah (wet by-product) karena masih
mengandung kadar air sekitar 75%, sehingga dapat rusak dengan cepat
apabila tidak segera diproses ( R. Widiastuti dan D. K. Syahbana, 2015).

Menurut Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2003) dalam


Natasha (2012), pelepah kelapa sawit merupakan bagian dari daun
tanaman kelapa sawit yang berwarna hijau (lebih muda dari warna
daunnya). Pelepah kelapa sawit meliputi helai daun, setiap helainya
mengandung lamina dan midrib, ruas tengah, petiole dan kelopak
pelepah. Helai daun berukuran 55 cm hingga 65 cm dan mencakup
dengan lebar 2,5 cm hingga 4 cm, setiap pelepah mempunyai lebih
kurang 100 pasang helai daun. Jumlah pelepah yang dihasilkan
meningkat 30-40 batang ketika berumur 3-4 tahun.

2.2 Daun Mint

Gambar 2.2 Tanaman Daun Mint (Menthapipperita L.) (Nisa, 2012)

Daunt mint atau dikenal dengan nama ilmiah Mentha piperita adalah sebuah
tanaman herbal yang sangat terkenal di seluruh dunia, apalgi semenjak banyak
banyak digunakan untuk berbagai produk seperti penyegar napas, permen,
pasta gigi, obat kumur dan minyak angin. Lahan yang cocok untuk tanaman
mint adalah lahan yang memiliki curah hujan sedang. Lebih cocok lagi cari
lahan berada di dataran tinggi yang beriklim sejuk. Tanaman ini biasanya
ditanam di Eropa. Asia, Afrika, Australia dan Amerika Utara. Daun mint (Mentha
Cordifolia) mempunyai aroma wangi dan citra rasa dingin menyegarkan. Aroma
wangi dan semriwing daun mint disebabkan kandungan minyak atsiri berupa
minyak menthol. Daun ini mengandung vitamin C, provitamin A, fosfor, besi,
kalsium dan potasium. Serat, klorofil dan fitonutrien juga banyak terkandung di
dalam daun mint (Gagas ulung dan Pusat studi biofarmaka LPPM IPB, 2014)

Menurut Plantamor (2012), klasifikasi tanaman daun mint sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Ordo : Lamiales

Family : Lamiaceae

Genus : Mentha

Spesies : Menthapiperita Linn

Kandungan utama dari minyak daun mint (Menthapiperita L.) adalah menthol,
menthone dan metal asetat, dengan kandungan menthol tertinggi (73,7-85,8%)
(Hadipoentyanti, 2012; Padalia et al, 2013). Selain itu, kandungan
monoterpene, menthofuran, sesquiterpene, triterpene, flavonoid, karotenoid,
tannin dan beberapa mineral lain juga ditemukan 25 dari minyak daun mint
(Menthapiperita L.) (Liest, 1998 citPatil et al, 2012).

Daun mint (Menthapiperita L.) banyak dimanfaatkan dalam industry farmasi,


rokok, makananantara lain untukpembuatan pasta gigi, minyakangin, balsam,
kembang gula dan lain-lain (Hadipoentyanti, 2012). Dalam dunia kedokteran,
kandungan ekstrak minyak daun mint yang mudah menguap yaitu menthol
digunakan untuk sakit perut, peredabatuk, inhalasi, mouthwashes, pasta gigi,
dsb. Daun mint (Menthapiperita L.) digunakan oleh para herbalis sebagai
antiseptik, antipruritik, dan obat karminatif. Sedangkan ekstrak tanamannya
memiliki kandungan radio protektif, antioksidan, antikarsinogenik, antialergik,
antispasmodik. Selain itu, aroma dari peppermint dapat digunakan sebagai obat
untuk sesaknapas, bahkan peppermint tea juga digunakan untuk pengobatan
batuk, bronchitis, dan inflamasi pada mukosa oral dan tenggorokan (Datta,
2011).

2.3 Steptococcuss mutans

Menurut (Suzanne et al, 1990 )Stretococcus mutans pertama kai diisolasi


oleh Clark pada tahun 1924 dari gigi manusia yang mengalami karies.
Streptococcus mutans berperan penting terhadap terjadinya karies gigi.
Istilah Streptococcus mutans diambil berdasarkan hasil pemeriksaan
mikrobiologi dengan pengecetan gram.

Menurut Suzanne (1990), Taksonomi dari dari Stretococcus mutans adalah


sebagai berikut :

Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacili
Order : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus mutans
(Sumber : Wikipedia)

Bakteri Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif yang lebih


peka terhadap senyawa antibakteri dibandingkan bakteri Gram negatif.
Senyawa antibakteri dapat kmencegah sintesi peptidoglikan pada sel
bakteri (Nugroho, 2016). Bebebrapa diantaranya merupakan anggota flora
normal pada manusia. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram
positif (+), bersifat non motil (tidak bergerak, berdiameter 1-2 μm, bakteri
anaerob fakultatif. Memiliki bentuk bulat atau bulat telur, tersusun seperti
rantai dan tidak membentuk spora (Suryanto, 2012). Streptococcus mutans
adalah salah satu mikroorganisme penyebab terjadinya karies gigi dan
akan bertambah parah jika tidak ditangani. Setelah memakan sesuat yang
mengandung gula, terutma adalah sukrosa, dan bahkan setelah penyikatan
gigi dilakukan, glikoprotein yang lengket (kombinasi molekul protein dan
karbohidrat) akan melekat dan bertahan pada gigi untuk memulai
pembentukan plak pada gigi ( Napanggala A & Apriliana E, 2014).

Streptococcus mutans diklasifikasikan berdasarkan serotype menjadi 8


kelompok yaitu seritype “a” sampai “h”. Pembagian serotype ini
berdasarkan perbedaan karbohidrat pada dinding sel. Akan tetapi,
bedasarkan hibridasi DNA bakteri ini dibagi menjadi 4 kelompok genetic.
Pembagian ini berdasarkan prosentase basa DNA yaitu guanine dan
cytosine. Strain Streptococcus mutans yang banyak terdapat pada manusia
adlah serotype c, e dan / (36 to 38% G + c), dimana Stretococcus mutan
serotype c merupakn bakteri utama penyebab karies gigi (Suzanne et al,
1990).

Streptococcus mutans adalah golongan Streptococcus mulut yang


merupakan penyebab terjadinya karies gigi. Akibat adanya aktivitas bakteri
dalam plak sehingga menghasilkan suasan asam (Ph <5.5) di rongga mulut
dapat menyababkan demineralisasi struktur gigi (Ritter AV et al, 2013)

Berbagai cara yang dilakukan untuk mencegah karies gigi, salah satunya
dengan penggunaan pasta gigi. Saat ini pasta gigi yang beredar di pasaran
banyak menggunakan fluor sebagai unsur yang digunakan untuk
memperkuat gigi dan menjadikan gigi lebih putih. Namun fluor tidak dapat
membunuh bakteri gigi secara efektif, kadarnya berlebihan dapat
menyebabkan gigi menjadi rapuh. Oleh karena itu, maka perlu dicari
alternatif formula pasta gigi dari bahan alam (Asrina R, 2019).
2.4 Pasta Gigi

Pasta gigi merupakan bahan semi padat yang digunakan bersama dengan
sikat gigi untuk membersihkan seluruh gigi. Pasta gigi yang digunakan pada
saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak,
memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan
gigi. Penggunaan pasta gigi juga dapat menghilangkan atau mengurangi
bau mulut, memelihara kesehatan gigi dan mempertahankan estetika gigi
(Khairi, dkk, 2016). Perlindungan gigi dari penyebab karies gigi
membutuhkan pasta ggi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
patogen pada mulut seperti S. Mutans (Pratiwi, 2005) .

Penggunaan pasta gigi pada mulut diharapkan dapat memberikan rasa


nyaman atau tidak mengiritasi mulut. pH pasta gigi harus sesuai dengan
pH mulut yaitu 4,5-10,5 (SNI 12-3524-1995). pH adalah pengukuran derajat
keasaman suatu sediaan. Pengukuran pH dimaksudkan untuk mengetahui
apakah derajat keasaman dari pasta gigi telah sesuai dengan pH standar.
Mulut dalam keadaaan asam menyebabkan bakteri mudah bersarang,
sehingga pH pasta gigi menentukan fungsi pasta gigi sebagai daya
antibakteri (Masduqi dan A. Barry,

Karies gigi merupakan salah atu gangguan pada kesehatan gigi. Karies gigi
terbentuk karena sisa makanan yang menempel pada gigi mengalami
proses fermentasi oleh bakteri yang berada pada mulut yang akan
membentuk plak pada gigi (Widayati, 2014). Plak gigi merupakan
pembentukan dari campuran sisa-sisa makanan serta bakteri yang
diperantarai oleh aliva yang melekat pada permukaan gigi, penimbunan
plak inilah jika tidak dibersihkan akan membentuk karies gigi (Harmely.F,
dkk, 2011). Menyikat gigi merupakan metode paling sederhana dan banyak
dilakukan orang untuk membersihkan gigi. Selain menggunakan sikat gigi,
juga diperlukan pasta gigi. Pasta gigi yang memiliki aktivitas antimikroba
sangat diutuhkan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
pembentukan plak (Asrina R, 2019).

Penambahan bahan yang bersifat antibakteri pada pasta gigi dapat


mengurangi jumlah baktei penyebab karies. Salah satu zat antibakteri yang
umum ditambahkan pada pasta gigi adalah bahan herbal. Senyawa
antibakteri yang terdapat dalam bahan herbal merupakan senyawa
metabolit sekunder seperti golongan alkaloid, flavanoid, fenol dan tanin.
Tanin dan flavanoid merupakan bahan aktif yang dapat menghambat
metabolisme bakteri, sedangkan saponin berfungsi untuk merusak protein
dinding sel bakteri (Rosmawati et al., 2012).

Pasta gigi merupakan bahan yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat


pada umumnya. Penggunaan pasta gigi sangatlah penting untuk menjaga
keberhasilan gigi dan mulut. Jenis pasat gigi yang digunakan juga
bervariasi yang dapat dibedakan menjadi dua pasta gigi herbal dengan
bahan alami dan pasta gigi tanpa bahan alami. Selain itu fungsi pasat gigi
berperan penting untuk menghambat tumbuhnya bakteri pada mulut (Oroh
dkk, 2015). Pasta atau gel gigi yang ada dipasaran pada umumnya
menggunakan fluoride yang berfungsi untuk mencegah terjadinya karies
gigi. Penggunaan pasta atau gel gigi yang mengandung fluoride tersebut
dapat menimbulkan efek samping berupa fluorosis atau pelemahan email
gigi terutama bila dipakai dalam konsentrasi yang berlebih. Fluorosis email
gigi dapat menimbulkan lubang-lubang dangkal pada permukaan gigi. Pada
lubang tersebut kemudian timbul plak gigi dan terjadi karies gigi. Oleh
karena itu bahan alternatif dari bahan minyak esensial dan ekstrak tumbuh-
tumbuhan (herbal) merupakan hal yang menarik untuk dijadikan pilihan
sebagai bahan anti kuman dalam pasta gigi, maka perlu dikembangkan
produk alternatif dengan pemanfaatan tanaman obat tradisional sebagai
perawatan gigi dan mencegah karies (Pistorius, et al., 2003). Hal ini juga
tercemin dengan semakin meningkatnya penggunaan obat tradisional dan
produksi obat dari industri-industri tradisional seiring dengan slogan “Back
to Nature”.

Penambahan herbal pada pasta gigi diharapkan dapat menghambat


pertumbuhan plak dan mengurangi efek samping yang ditimbulkan akibat
penambahan zat aktif fluorida, hal tersebut berkaitan dengan kemampuan
beberapa jenis herbal yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba
(Sasmita, dkk, 2015). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ardiansah,E
dkk (2014) menyatakan bahwa pada uji Two Way Anova didapatkan hasil
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara pasta gigi yang tidak
megandung herbal dan pasta gigi dengan tambahan menunjukkan bahwa
beberapa tumbuhan dapat berperan sebagai zat aktif dalam mengurangi
akumulasi pada plak gigi.

Menurut (Boras et al.,2015) Selain air, pasta gigi biasanya mengandung


bahan dasar antara lain :
a. Bahan brassif : Berfungsi untuk membersihkan dan memoles (Polishing)
gigi, umumnya berbahan dasar kapur atau silika.
b. Deterjen : Busa deterjen melepaskan plak dan kotoran lainnya dari
permukaan gigi. Contoh : natrium laurii sulfat dan natrium laurii
sarkosinat.
c. Bahan pengikat : Bahan ini mencegahnpemisahan bahan padat dan cair
selama penyimpanan. Biasanya merupakan selulosa dan yang paling
sering digunakan adalah natrium karboksi metil selulosa.
d. Humektan : Humektan bertindak untuk mempertahankan kelembapan
dan mencegah pasta gigi mengeras bila terpapar udara. Umumnya
menggunakan gliserol, sorbitol dan propylenglycol. Gliserol dan sorbitol
memberi rasa manis pada pasta gigi
e. Perasa (flavour), pemanis, pewarna : Peppermint, spearmint kayu
manis, wintergreen dan mentol merupakan bahan yang banyak
digunakan untuk menyegarkan atau memberi rasa.
f. Bahan pengawet : Alkohol, benzoat, formaldehid dan dichlorinated
phenols digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada
humektan
g. Flour dan bahan terapeutik lainnya : Umumnya pasta gigi
menggabungkan pencegahan karies oleh flour dengan bahan lain untuk
mengontrol plak, karang gigi dan kelainan gingiva.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Pelaksanaan


Riset ini akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan November
2020 bertempat di Laboratorium Penelitian Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako Palu.

3.2. Bahan dan Alat


3.2.1. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada riset ini adalah ekstrak daun
pelapah kelapa sawit, ekstrak daun mint, biakan Streptococcus
mutans, kontrolpositif (tetrasiklin Bernofarm), brain heart infusion
(BHI), aquadessteril, alkohol (Berlian Jaya), Karbopol 934
(Pharmacos), Tween 80 (Ocean Biotech), Gliserin(Bratachem) ,
Sodium Benzoat (Yunfeng), Trietanolamin ( Graha Jaya Kinerja
Pratama), menthol (Bratachem).

3.2.2. Alat
Adapun alat yang digunakan pada riset ini adalah tabung reaksi,
mikro pipet, vortex (maxi mix plus), bunsen, korekapi, ose, spatula,
cawan petri, alatukurpanjang, raktabung, timbangan, autoclave
hirayama, baki, alumunium foil, kapas swab, pengukur waktu,
inkubator (yenaco), penggaris, blank disc, label, alattulis, kamera,
laminar air flow (E- Scientific), tissue, pinset, toples , Vacuum
Rotary Evaporator (E- Scientific), Mortar dan Alu, pH meter, Oven,
Labu Erlenmeyer, Viskometer (Brookfield), KacaArloji, Beaker
Glass, Gelas Ukur, Pipet.

3.3.ProsedurPenelitian
3.3.1 PembuatanEkstr
3.3.1.1. Ekstrak Pelepah Daun Sawit
Pembuatan ekstrak etanol 70 % daun pelepah kelapa sawit dilakukan
dengan cara maserasi, yaitu daun pelepah kelapa sawit segar dicuci
bersih dan diiris halus, kemudian dikeringkan ditempat teduh. Bahan
yang telah kering kemudian dihaluskan menggunakan blender hingga
berbentuk serbuk. Timbang serbuk sebanyak 700 gram, dibagi
menjadi 3 bagian (250 gr – 250 gr – 200 gr) dan dimaserasi dengan
pelarut etanol 70% berturut-turutsebanyak (2,5 L – 2,5L – 2L) selama
3 hari berturut-turut dengan dilakukan penggantian pelarut dan
penyaringan tiap hari. Proses tersebut diulangi terus menerus sampai
diperoleh filtrat yang mendekati jernih kemudian semua filtrat
digabung dan diuapkan pelarutnya dengan mengunakan
vacuum rotary evaporator dengan suhu 500 C. Pada akhir proses ini
didapatkan ekstrak etanol daun pelepah kelapa sawit yang berwarna
kehijauan. Hasil ekstrak ini yang digunakan sebagai bahan uji.

3.3.1.2. Ekstrak Daun Mint


Daun mint diekstraksi menggunakan metode maserasi yaitu dengan
cara merendam daun mint dengan pelarut etanol 96% dalam botol
gelap, tutup dan simpan di tempat yang terlindung dari cahaya.
Diamkan selama 3-hari sambil sesekali diaduk, kemudian saring.
Hasil saringan dipisahkan, sedangkan ampas kembali direndam
dengan etanol. Ulangi sampai diperoleh larutan jernih. Kumpulkan
hasil maserasi kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator
sehingga diperoleh ekstrak kental.
3.3.2 Formulasi Pasta Gigi dengan Kombinasi Ekstrak Daun Pelepah
Sawit dan Daun Mint berdasarkan Konsentrasi Hambat minimum

Tabel 3.3.2 Rancangan Formulasi Pasta Gigi dengan Kombinasi Ekstrak


Daun Sirih merah dan Propolis

No Bahan Fungsi Konsentrasi (b/v)


Formula 1 Formula 2 Formula 3

1 Ekstrak Bahan 0,25 1 4


Daun Aktif
Pelepah
kelapa
Sawit
2 Ekstrak Bahan 0,025 0,1 0,4
Daun Mint
Aktif
3 Karbopol Gelling 2 2 2

934 Agent
4 Tween 80 Ko-Solven 1 1 1
5 Gliserin Pemanis 1 1 1
6 Sodium Pengawet 1 1 1
benzoat
7 Trietanol Stabilizer 1,25 1,25 1,25

Amin
8 Menthol Perasa 5 5 5
9 Aquadest Solven 100 100 100

ad(gram)

Keterangan :
 Formula 1 (R1, R2, dan R3) : Formula ekstrak daun pelepah
sawit dengan konsentrasi 0,25 % dan daun mint dengan
konsentrasi 0,025% sebanyak 3 replikasi.
 Formula 2 (R1, R2, dan R3) : Formula ekstrak daun pelepah
sawit dengan konsentrasi 1% dan daun mint dengan
konsentrasi 0,1% sebanyak 3 replikasi.
 Formula 3 (R1, R2, dan R3) : Formula ekstrak daun pelepah
sawit dengan konsentrasi 4% dan daun mint dengan
konsentrasi 0,4% sebanyak 3 replikasi.

3.3.3 Pembuatan Formula Pasta Gigi Kombinasi Ekstrak Daun Pelepah


Sawit dan Daun Mint

Sediaan gel pasta gigi ektrak daun pelepah kelapa sawit dan daun mint
dibuat dengan cara ekstrak daun pelepah sawit, daun mint, karbopol
934, sodium benzoat, tween 80, gliserin, trietanolamin, menthol, dan
akuades ditimbang sesuai formula. Karbopol 934 didispersikan dalam 50
mL akuades, kemudian ditambahkan trietanolamin secukupnya hingga
terbentuk basis gel. Sodium benzoat dicampurkan dalam basis gel dan
diaduk hingga homogen, kemudian tween 80, gliserin dan menthol
ditambahkan dalam campuran tersebut. Sisa akuades ditambahkan
kedalam campuran formula hingga mencapai bobot 100 gram. Setelah
semua bahan tercampur, ektrak daun pelepah kelapa sawit dan daun
mint ditambahkan kemudian diaduk hingga homogen.

3.3.4 Evaluasi Karakteristik Fisika dan Kimia Formula


a) Pengujian Organoleptis
Pengamatan sediaan akhir yang meliputi bau, rasa, dan warna
yang diamati secara obyektif dan kontinyu. Interpretasi hasil yang
diinginkan yaitu memiliki penampilan permukaan rata dan mulus,
warna hijau kecoklatan, rasa manis dan bau segar (Jamilah,
2010).

b) Pengujian Homogenitas
Pengujian ini berfokus pada pengolesan sediaan pada kaca objek,
lalu mengamati penampilan permukaan, apakah ada bagian yang
terpisah atau tidak. Interpretasi hasil yang diingkan adalah
homogenitas gel gigi pada semua konsentrasi tetap dengan
berjalannya waktu dan tidak terjadi pemisahan (Jamilah,2010).

c) Pengujian Stabilitas
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat
atau kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang
ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan
untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian
produk (Djajadisastra, 2004). Sediaan kosmetika yang stabil
adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat
diterima selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan,
dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya
pada saat dibuat. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah
sediaan gel gigi yang dibuat, dapat dikategorikan stabil secara
fisik, maka dilakukan pengujian stabilitas terhadap sediaan
dengan metode elevated temperature yaitu suhu dipercepat
dengan suhu yang bervariasi yaitu suhu 270 C, 450 C dan
550 C yang diamati selama satu bulan dan diamati
penampilan sediaan tersebut, apakah terjadi perubahan atau
tidak. Interpretasihasil yang diinginkan adalah penampilan, warna,
rasa dan bau tidak berubah selama masa pengujian. (Jamilah,
2010).

d) Pengujian pH
Pengujian pH dilakukan untuk mengecek dan memastikan
bahwasanya pH dari sediaan gel gigi yang telah dibuat, apakah
sesuai standard SNI yang telah ditetapkan. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan pH meter jenway, sebelum sediaan
dicelupkan, alat dikalibrasi terlebih dahulu dengan mecelupkan
elektrodanya ke larutan dapar pH 7 kemudian pada pH 4, lalu
dicoba kembali pada pH 7. Setelah itu barulah pengukuran pH
sediaan dilakukan. Interpretasi hasil yang diinginkan adalah pH
4,5-10,5 (Jamilah,2010).

3.3.5 Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Pasta Gigi Kombinasi Ektrak Daun
Pelepah Sawit Dan Daun Mint dengan Metode difusi sumuran
3.3.5.1. Sterilisasi Alat dan Bahan
Seluruh alat disterelisasi dalam oven selama 2-3 jam dengan
suhu 180 oC. Seluruh bahan yang akan digunakan disterilisasi
di dalam autoclave selama 30 menit dengan mengatur tekanan
sebesar 15 dyne/cm3 (1.5 atm) dan suhu sebesar 1210C
setelah sebelumnya dicuci bersih, dikeringkan dan dibungkus
dengan kertas atau alumunium foil (Jamilah ,2010).

3.3.5.2. Pembuatan Media BHIA (Brain Heart Infusion Agar)


Prosedur pembuatan media BHIA adalah 5,2 gram bubuk BHIA
dan 100 mL aquades steril dicampur dalam tabung Erlenmeyer,
diaduk sampai homogen dan disterilkan dalam autoclave pada
suhu 1210C selama 15 menit.Pembuatan ini diulang sebanyak 2
kali. Setelah itu dituangkan 20 mL media ke cawan petri,
didiamkan hingga agar BHIA dingin dan membeku. Setelah itu
diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 0C (Andrianto, 2012).

3.3.5.3. Pembuatan Media BHIB (Brain Heart Infusion Broth)


Prosedur pembuatan media BHIB adalah 3,7 gram bubuk BHIB
dan 100 mL aquades steril dicampur dalam tabung Erlenmeyer,
diaduk sampai homogen dan disterilkan dalam autoclave pada
suhu 1210C selama 15 menit. Diinkubasi dalam inkubator
selama 24 jam dengan suhu 37 0C. Hal ini dilakukan untuk
membuktikan bahwa media BHIB dalam keadaan steril sebelum
inokulasi (Andrianto, 2012).

3.3.5.4. Peremajaan Bakteri Streptoccocus mutans


Untuk melakukan peremajaan bakteri Streptococcus mutans
caranya yaitu dengan memindahkan bibit dari koloni yang lama
ke medium yang baru. Bakteri diambil 1 ose kemudian
digoreskan pada media BHIA 5 ml dan diinkubasi pada suhu
370C selama 18-24 jam (Madani, 2010).

3.3.5.5. Pembuatan Inokulum Streptococcus mutan


Biakan murni Streptococcus mutans yang telah diremajakan
diambil 2 ose lalu disuspensikan dalam 100 mL BHIB kemudian
diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam (Madani, 2010).

3.3.5.6. Pembuatan Suspensi Streptococcus mutans


Inokulum Streptococcus mutans diambil 2 mL, kemudian
dimasukkan ke dalam 20 mL media BHIB dan diinkubasi pada
suhu 370 C selama 18-24 jam. Kemudian diukur kekeruhannya
pada panjang gelombang 650 nm dan jumlah sel yang
digunakan disetarakan dengan 10 6 cfu/mL dengan
berpedoman pada kurva standar.
3.3.5.7. Uji Aktivitas Antibakteri Dengan Metode Difusi Sumuran

Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar


menggunakan kertas cakram diameter 6 mm. Dimasukkan
media BHIA yang masih cair sebanyak 20 mL, dan media
dibiarkan memadat pada suhu kamar, kemudian ambil 0,2 mL
suspensi bakteri diinokulasikan dengan cara spread plate (harus
merata di seluruh permukaan media). Sumuran dibuat tegak
lurus dengan permukaan media, setelah itu menuangkan 0,06
mg pasta gigi ke dalam sumuran . Kemudian diinkubasi pada
suhu 37O C selama 18-24 jam, hasilnya aktivitas bakteri
ditunjukkan dengan adanya zona bening yang tampak pada
media.

3.3.6 Analisis Data

Data dari setiap perlakuan dianalisis secara deskriptif dan analitik.


Analisis secara deskriptif untuk menggambarkan besarnya
diameter daerah hambatan yang terbentuk dan
mengkategorikannya. Sedangkan analisis analitik dilakukan
dengan memakai uji statistik yaitu uji normalitas data, uji
homogenitas data kemudia di lanjut dengan Uji One Way Anova,
untuk melihat perbedaan pengaruh uji PH dan daya sebar pasta
gigi kombinasi ekstrak daun sirih merah dan propolis selama 21
hari penyimpanan pada suhu kamar dengan tingkat kemaknaan
(α= 0,05) (jika sebaran data berdistribusi normal dan variansi data
homogen).
BAB IV
LUARAN RISET

Riset penelitian pangan/kesehatan tentang formulasi pasta gigi kombinasi


ekstrak daun pelepah kelapa sawit (Elaeis Guenensis) dan ekstrak daun
mint yang berorientasi pada pencegahan pembentukan karies gigi sebagai
penyebab utama kerusakan pada gigi. Formulasi pasta gigi yang dihasilkan
adalah kombinasi sediaan pasta gigi yang memanfaatkan limbah daun
pelepah kelapa sawit dalam keadaan segar dan ekstrak daun mint yang
dapat memberikan efek menyejukkan dalam mulut. Pada umumnya, limbah
daun pelepah sawit yang dibiarkan hingga menjadi kering akan berakhir
menjadi tumpukan sampah organik. Sebagai alternatif dalam mengurangi
permasalahan tersebut, maka limbah daun pelepah sawit dapat diproduksi
kembali dengan kombinasi ekstrak daun mint sebagai formulasi pasta gigi
yang berfungsi dalam perawatan dan pencegahan kerusakan gigi.

Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang kurang


memperhatikan atau menjaga kesehatan gigi dan mulut dapat berakibat
pada terganggunya asupan gizi, daya tahan tubuh, kualitas kecerdasan,
serta emosional seseorang. Untuk menghindari hal tersebut, maka
kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting. Mulut dan gigi
merupakan bagian awal tubuh yang menerima makanan, cairan, dan juga
salah satu organ yang terlibat dalam proses pencernaan. Jika kebersihan
gigi tidak dijaga maka akan berdampak pada kerusakan gigi secara
struktural. Kerusakan gigi diawali dengan proses terjadinya karies dan
peradangan yang berawal dari sisa-sisa makanan yang dibiarkan sehingga
lama kelamaan akan terjadi pembusukan dimana kuman yang ada di
rongga mulut (Lactobacillus acidophillus) mengubah sisa makanan menjadi
asam. Selain efek yang ditimbulkan kuman, terdapat pula bakteri
Streptococcus mutans yang menyebabkan kerusakan gigi dan infeksi pada
jaringan gusi sehingga bisa masuk ke aliran darah yang dapat berakibat
lanjut bila tidak dibersihkan dengan sempurna. Dalam survei pada Bulan
Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2016, persentase anak usia 6 tahun di 25
provinsi terkena karies gigi sulung sebesar 74,44 persen. Pada anak usia
12 tahun, BKGN tahun 2015 menyebutkan bahwa persentase gigi
berlubang sebesar 53,9 persen. Berdasarkan permasalahan tersebut,
pemerintah menyadari pentingnya pencegahan karies gigi yang ditegaskan
melalui Surat Keputusan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun
2015 dengan menargetkan bebas karies gigi usia 12 tahun pada 2030.
Maka dari itu, langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut
yaitu dengan menyikat gigi secara rutin dengan pasta gigi. Pasta gigi sendiri
berfungsi melindungi kesehatan gigi dan mulut serta meminimalisir
terjadinya kerusakan gigi akibat karies pada gigi.

Kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis yang juga berperan
penting mendorong perekonomian negara. Akan tetapi hal ini juga
menyisakan permasalahan lingkungan berupa limbah perkebunan yaitu
daun pelepah kelapa sawit yang pada umumnya hanya dibiarkan saja
hingga membusuk dan berujung menjadi tumpukan sampah organik. Guna
mengatasi permasalahan yang timbul akibat limbah daun pelepah kelapa
sawit, maka muncullah riset ini sebagai alternatif dalam pemanfaatan
kembali serta meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Disamping itu,
Indonesia merupakan salah satu negara yang berhasil meraih tingkat
pertumbuhan ekonomi yang  cukup tinggi setiap tahunnya. Seiring dengan
pertumbuhan ekonomi yang pesat, kekuatan pertumbuhan konsumsi
domestik didukung oleh pertumbuhan kebutuhan barang-barang konsumer
termasuk pasta gigi. Industri pasta gigi di Indonesia berkembang cukup
pesat dalam tiga tahun terakhir  seiring dengan perkembangan jumlah
penduduk, daya beli masyarakat yang meningkat dan kesadaran akan
perawatan gigi yang meningkat. Merespon hal tersebut, maka riset ini
sangat mendukung jika diproduksi lebih lanjut, baik dari segi kesehatan gigi
maupun dalam menunjang kemajuan perekonomian dengan berbagai
keuntungan seperti harga yang ekonomis untuk dijangkau oleh berbagai
kalangan serta bahan yang mudah didapatkan, terlebih khusus sebagian
besar belahan wilayah Indonesia sudah hampir menguasai perkebunan
kelapa sawit. Metode pembuatan yang digunakan juga tidaklah rumit dalam
pengolahannya. Hasil riset ini diharapkan dapat berkembang lebih luas lagi,
bukan hanya di Indonesia tetapi di dunia dengan produksi dan kualitas yang
mendukung.
BAB V
JADWAL KEGIATAN

Bulan
No. Jenis Kegiatan
Agustus September Oktober November

Persiapan Alat dan


1.
Bahan

Pengambilan
2.
Sampel

3. Preparasi Sampel

3. Pembuatan ekstrak

Pembuatan formula
4.
pasta gigi

Analisis dan
5.
Pengujian

Penyusunan
6.
Laporan

7. Dokumentai

Keterangan :
: Pelaksanaan

BAB VI

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

No. Jenis Pengeluaran Estimasi Biaya


1. Peralatan Penunjang Rp. 2.295.000

2. Bahan Habis Pakai Rp. 10.500.000

3. Perjalanan Rp. 4.000.000

4. Lain-lain Rp. 1.905.000

Sub Total (Rp) Rp. 16.500.000

DAFTAR PUSTAKA

Suryanto E. Fitokimia Antioksidan. Surabaya: CV. Putra Media Nusantara;


2012.h. 165-6

Nugroho KMD. 2016. Isolasi Senyawa Bioaktif Batang Pisang Ambon (Musa
paradisiaca var. Sapientum) sebagai Bahan Baku Antibakteri. Indo J chem Sci
5 (3) : 208-112.
Michalek M suzanne, Noel K childres. Development and outlook for caries
vaccine. Crit. Rev Oral Biol. Med. 1990 ; 1 : 37-51

JoAnn R. Gurenlian. The role of dental plaque biofilm in oral health. J Dent Hyg.
2007 (supplmenet) ; 4-12

Boras, V. V., Brailo, V., Rogulj, A. A., Juras, D. V., Gabric, D., dan Vrdoljak, D.
V. 2015. Adverse Reactions Cause by Over-The-Counter Oral Agents. Tersedia
dari http://dx.doi.org/10.1155/2015/196292. Diunduh tgl.... tahun...

Ardiansyah, E., Nawawi, S., Nanang, K., 2014. Perbedaan Antara Pasta Gigi
yang tidak Mengandung Herbal dan Pasta Gigi yang Mengandung Herbal
dalam mengurangi plak pada remaja di panti asuhan yayasan nurhidayah kota
surakarta. Jurnal Ilmiah Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Riiter
Ritter AV, Eidson RS, Donovan TE. 2013. Dental caries : etology, clinical
characteristics, risk assessment, and management. Dalam : Heymann HO,
Swift EJ, Ritter AR. Art and science of operative dentistry. Edisi ke-6.
St.Louis :Elsevier Mosby ; 41-86.

Harmley, F., Lucida, H., Mukhtar,M.H., 2011. Efektifitas Bromelain Kasar dari
Batang Nneas (Ananas comosus L. Err) Sebagai Antiplak dalam pasta gigi.
Fakultas Farmasi Universitas Andalas, padang, Scientia.

Gagas ulung dan Pusat studi biofarmaka LPPM IPB. 2014. Sehat Alami dengan
herbal 250 Tanaman Berkhasiat Obat. Penerbit PT. Gramedia Pustakan
Utama : Jakarta

K. Simanihuruk, Junjungan, S.P Ginting. 2008. Pemanfaatan Silase Pelepah


Kelapa Sawit Sebagai Pakan Basal Kambing Kacang Fase Pertumbuhan
(Utilization Of Oil Palm Frond Silages As Basal Diet For Kacang Goats In
Growth Phase), Badan Pusat Statistik Indonesia. Bps Jakarta – Indonesia,
2008.

Perry, D.a AND Beemsterboer, P.L. Periodontology For The Dental Hygienist.
St.Lovis : Satunders Elsevier, 2007 : 2410242, 2490250.

R. Widiastuti dan D. K. Syahbana. 2015. Serat Pelepah Kelapa Sawit


(SEPAWIT) Untuk Bahan Baku Produk Kerajinan, Prosiding Seminar Nasional
4th UNS SME’s Summit & Awards “Sinergitas Pengembangan UMKM dalam
Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)’.

Sasmita, IS., Pertiwi, A.S.P, Halim, M., 2015. Gambaran efek pasta gigi yang
mengandung herbal terhadap penurunan indeks plak, bagian kedokteran gigi
anak, Fakultas Kedokteran Gigi Unpad Jl. Sekeloa selatan I Bandung, diunduh
pada tanggal..........tahun...

Pratiwi, R., 2005. Perbedaan daya hambat terhadap Streptococcus mutans dari
beberapa pasta gigi yang mengandung herbal. Majalah Kedokteran Gigi. Vol.
38 No. 2: 64-67

Khairi Nur, Rahmat A dan Yasintus B. 2016 Uji Efektifitas formula pasta gigi
daun binahong (Andredera cordifolia (Ten.) Steensis) Sebagai Anti Plak.
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi : Makassar

Rosmawati. 2012. Pengaruh ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum)


Terhadap Penghambatan Staphylococcus aureus secara Invitro. Jurnal Biology
Science and Education. 63-75

Widayati, N., 2014. Faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak
usia 4-6 tahun. Jurnal Berkala Epidemologi. Vol. 2 No. 2: 196-205
Kashi, Rahma Yulianti dan Edy Widodo. 2019. Pengendalian kualitas Crude
Palm Oil (CPO) Dengan Diagram Kontrol Multivariat Exponatially Weighted
Moving Average (MEWMA). Jurnal Prisma. Vol.2

Risza, S. 1994. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktifitas. Penerbit


Kanisius. Yogyakarta. 144 hal.

Risza, Suyatno. 1994. Kelapa Sawit (Upaya Peningkatan Produktivitas).


Kanisius. Yogyakarta.

Fauzi, Y, dkk. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. Halaman 25 –


35

Fauzi, Y. 2008. Kelapa Sawit : Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah,
Analisis Usaha dan Pemasaran. Cetakan 24. Jakarta: Penebar Swadaya.

Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Indonesia. PPP


Marihat Bandar Kuala, Sumatra Utara.

Balai Penelitian Ternak. 2003. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.


Vol 25 No 5. Ciawi. Bogor

Ardisela, D. (2012). Aplikasi Gibberelin Terhadap Induksi Pembungaan


Tanaman Mentha spp. Jurnal LPPM: PARADIGMA, 17-23.

Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. UGM Press. Yogyakarta.

Plantamor. (2012). Informasi Spesies. Diakses 5 November, 2014, dari


Plantamor

Hadipoentyanti, E. 2012. Pedoman Teknis Mengenal Tanaman Mentha


(Mentha arvensis L.) Dan Budidayanya. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat. Bogor.

.
Datta, A. K. (2011, 8 August). An Update Overview of Peppermint (Mentha
Pipperita L.). International Research Journal of Pharmacy, 1-10.

Antolak, H., Czyzowska, A., and Kregiel,D., 2018, Activity of Mentha piperita L.
ethanol extract against acetic acid bacteria Asaia spp., Foods, Vol. 7 No.7: 1–
10.

Bupesh, G., Amutha, C., Nandagopal, S., Ganeshkumar, A., Sureshkumar,


P.,and Murali, K., 2007, Antibacterial activity of Mentha piperita L, (peppermint )
from leaf extracts – a medicinal plant, Acta Agriculturae Slovenica, Vol. 89: 73–
79.

Oroh ES, Posangi J, Wowor ZNS. 2015. Perbandingan Efektivitas Pasta Gigi
Herbal dengan Pasta Gigi Non Herbal Terhadap Penurunan Indeks Plak Gigi.
Jurnal e-GiGi (Eg). 2(20 : 179-183.

Pratiwi, R., 2005, Perbedaan daya hambat terhadap Streptococcus mutans dari
beberapa pasta gigi yang mengandung herbal. Majalah Kedokteran Gigi, Vol.
38 No. 2: 64–67.

Fayed, M. A., 2019, Mentha piperita L., A promising dental care herb mainly
against cariogenic bacteria, Universal Journal of Pharmaceutical Research, Vol.
4 No. 3: 33–38.

Golestannejad, Z., Gavanji, S., Mohammadi, E., Motamedi, A.,Bahrani, M.,


Rezaei, F., and Bakhtari, A., 2017, Comparison of antibacterial activity of
essential oils of Foeniculum vulgare Mill , Mentha arvensis and Mentha piperita
against Streptococcus mutans, Advanced Herbal Medicine, Vol. 3 No. 1: 3–13.

Singh, R., Shushni, M. A. M., and Belkheir, A., 2011, Antibacterial and
antioxidant activities of Mentha piperita L. Arabian Journal of Chemistry.
Widayati, N., 2014, Faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak
usia 4 - 6 tahun, Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2 No. 2: 196–205

Grossman, L.,L., Oliet, S., dan Rio, C.E.D. 1995. Ilmu endodontic dalam
praktek. Jakarta : EGC.

Jamilah , N .2012. Perbandinganefektivitas Pasta Gigi Yang Mengandung


Ekstrak Daun Siri Dan Flour Terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans (In
Vitro). Skripsi. Universitas Sumatera Utara

Kidd dan Bechal. 1992. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangan.


Jakarta EGP. P. 2-4:76

Andrianto . 2012. Efek Antibakteri Polifenol Biji Kakao Pada Streptococcus


Mutans. Skripsi. Jember. FK Gigi Universitas Jember

Napanggala A., & Apriliana E. 2014. Effect of jatrophas’s (Jatropha curcas I)


sap topically in the level of cuts recorvery on white rats sprague dawley strain. J
Majority. 3 (5): 26-35.

Rincian Anggaran Kegiatan

1. Peralatan Penunjang

Justifiksi Satuan Harga


Material Kuantitas Jumlah
Pemakaian (Rp)

Menghaluskan
Blender 1 buah Rp. 450.000 Rp. 450.000
Sampel

Tempat
Wadah/botol
penyimpanan 2 buah Rp. 20.000 Rp. 40.000
Tertutup
ekstrak

Wadah biakan
Cawan petri 6 buah Rp. 20.000 Rp. 120.000
bakteri
Erlenmeyer Untuk ekstraksi 3 buah Rp. 150.000 Rp. 450.000

Wadah membuat
Gelas Beaker 2 buah Rp. 100.000 Rp. 200.000
pasta gigi

Mengukur volume
Gelas ukur 1 buah Rp. 25.000 Rp. 25.000
suspensi

Untuk uji
Kaca arloji 8 buah Rp. 25.000 Rp. 200.000
homogenitas

Untuk uji
Toples kecil 10 buah Rp. 10.000 Rp. 100.000
organoleptis

Untuk mengambil
Pinset 1 buah Rp. 40.000 Rp. 40.000
sampel biakan

Untuk
Baki besi pengeringan 1 buah Rp. 20.000 Rp. 20.000
sampel

Untuk mengukur
Mikropipet 1 buah Rp. 600.000 Rp. 600.000
suspensi

Tabung reaksi Untuk stabilitas 5 buah Rp. 10.000 Rp. 50.000

SUB TOTAL (Rp) Rp. 2.295.000

2. Bahan Habis Pakai

Juatifikasi Satuan Harga


Material Kuantitas Jumlah
Pemakaian (Rp)

Biakan
streptococcus Objek 200 gram Rp. 1.500 Rp. 300.000
mutas

Proses
Akuades steril 70 Liter Rp. 50.000 Rp. 3.500.000
Penetralan/Pelarut

Tetrasiklin
kontrol positif 2 tablet Rp. 2.500 Rp. 5.000
Bernofarm

BHIA Media suspensi 6 gram Rp. 3.000 Rp. 18.000

BHAB Media suspensi 4 gram Rp. 3.000 Rp. 12.000

Alkohol (etanol
Pelarut 20 Liter Rp. 25.000 Rp. 500.000
96% dan 70%)

Karbapol 934 Pembuatan pasta 75 gram Rp. 660.000 Rp. 4.950.000


gigi

Pembuatan 0,5
Tween 80 Rp. 75.000 Rp. 75.000
formula kilogram

Pembuatan pasta 0,5


Giserin Rp. 25.000 Rp. 25.000
gigi kilogram

Pembuatan 0,5
Sodium benzoat Rp. 25.000 Rp. 25.000
formula kilogram

pH meter Pengujian pH 1 buah Rp. 120.000 Rp. 120.000

Untuk uji
Blank disc 1 buah Rp. 450.000 Rp. 450.000
antibakteri

Untuk
Kapas swab membersihkan 1 kotak Rp. 20.000 Rp. 20.000
alkohol

Untuk menutup
Aluminium foil 1 roll Rp. 500.000 Rp. 500.000
sampel

SUB TOTAL (Rp) Rp. 10.500.000

3. Perjalanan

Satuan Harga
Material Justifikasi Kuantitas Jumlah
(Rp)

Pengambilan
Palu-Mamuju 3 Orang Rp. 300 .000 Rp.900.000
Sampel

Pulang dari
Mamuju-Palu pengambilan 3 Orang Rp. 300.000 Rp. 900.000
sampel

SUB TOTAL (Rp) Rp. 1.800.000

4. Lain-Lain

Juatifikasi Satuan Harga


Material Kuantitas Jumlah
Pemakaian (Rp)

Tissue Lap Alat 15 Pcs Rp. 20.000 Rp. 300.000

Handskun Melapisi Tangan 1 Dos Rp. 200.000 Rp. 200.000

Masker Melindungi 1 Dos Rp. 150.000 Rp. 150.000


Pernapasan

Alkohol Sterilisasi 1 Botol Rp. 140.000 Rp. 140.000

Melindungi
Nurse Cap 1 Dos Rp. 500.000 Rp. 500.000
Kepala

Baju Lab Pemakaian


didalam 3 Pcs Rp. 200.000 Rp. 600.000
Laboratorium

Label Untuk memberi


1 roll Rp. 15.000 Rp. 15.000
tanda

SUB TOTAL (Rp) Rp. 1.905.000

Anda mungkin juga menyukai