PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
DISUSUN OLEH :
NAMA : PUTRI INDAH LESTARI
STAMBUK : G 701 18 095
KELAS/KELOMPOK : A / I (SATU)
HARI/TANGGAL : KAMIS, 1 APRIL 2021
ASISTEN : NURUL AMALIA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
A. Latar Belakang
Farmakokinetika berasal dari perkataan pharmacon (obat) dan kinetik
(sesuatu yang berubah dengan pertambahan waktu). Jadi, farmakokinetika
dalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan jumlah obat di dalam
tubuh dengan bertambahnya waktu. Farmakokinetika juga dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan
eksresi obat yang dihitung secara kuantitatif berdasarkan konsep matematika
serta diaplikasikan untuk menghitung besarnya dosis dan interval pemberian
obat. Farmakokinetika juga didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari apa
yang dilakukan oleh tubuh terhadap obat. Selain biofarmasi konsep
farmakokinetika juga penting diaplikasikan dalam rangka pengembangan obat
baru. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni proses absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi. Metabolisme atau biotransformasi, dan ekskresi
bentuk utuh atau bentuk aktif, merupakan proses eliminasi obat. (Nasution,
2015).
C. Tujuan Percobaan
D. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan kali ini adalah agar kita dapat memahami dan
mengetahui cara menentukan serta membandingkan parameter-parameter
farmakokinetik dari suatu obat di dalam tubuh dalam bentuk kimiawi yang
berbeda yang diberikan per oral setelah pemberian dosis tunggal.
E. Prinsip Percobaan
Prinsip pada percobaan ini yaitu menentukan parameter farmakokinetik yang
meliputi Cpmax, tmax, Ka, Ke dan AUC dari obat Asetosal dan Natrium salisilat
serta membandingkan parameter farmakokinetik dari kedua obat tersebut
dengan menggunakan kepada hewan uji “Kelinci” (Oryctolagus
cuniculus) yang diberikan secara oral. Penentuan parameter
farmakokinetik dilakukan dengan mengambil darah hewan uji “Kelinci”
(Oryctolagus cuniculus) yang telah diberikan obat Asetosal dan Asam
salisilat dan diukur absorbansinya menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.
F. Dasar Teori
Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja
dipelihara dan diternakan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga untuk
mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala
penelitian atau pengamatan laboratorik. Animal model atau hewan model
adalah objek hewan sebagai imitasi (peniruan) manusia (spesies lain), yang
digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau patologis (Hendra
stevani, 2016).
Kelarutan obat sangat erat kaitannya dengan ukuran partikel. Dimana ketika
ukuran partikel lebih kecil, maka luas permukaan akan meningkat. Permukaan
yang lebih besar memungkinkan interaksi yang lebih besar dengan pelarut
danmenyebabkan peningkatan kelarutan. Metode pengurangan ukuran partikel
memungkinkan terjadinya peningkatan kelarutan yang efisien, dapat
direproduksi, dan ekonomis. Metode pengurangan ukuran partikel
memungkinkan terjadinya peningkatan kelarutan yang efesien, dapat di
produksi dan ekonomis (Alicia Ima, D, P, H, 2017).
H. Uraian Sampel
K.1 Alat
1. Timbangan
2. Kateter
3. Mouth block
4. Sentrifus
5. Spektrofotometer
6. Kandang
7. Sonde
8. Dispo 5 mL
9. Lap kasar
10. Stopwatch
11. Erlenmeyer
12. Pengaduk
13. Pipet volume
K.2 Bahan
1. Aquadest
2. Alkohol
3. Kapas
4. Koran
5. Handscoon
6. Masker
K.3 Sampel
1. Asetosal atau aspirin
2. Asam salisilat
L. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil dan ditimbang hewan uji
3. Diambil darah hewan uji sebanyak 2 – 3 ml
4. Dibagi menjadi 2 kelompok hewan uji yaitu pemberian asetosal dan
asam salisilat
5. Dihitung menggunakan stopwatch
6. Diambil darah hewan uji setiap pada menit ke 5 dan 15
7. Diukur absorbansinya
8. Dihitung Cpmax, Tmax, Ka, Ke dan AUC
M. Skema Kerja
Hewan Uji
Ambil darah
2-3 mL
Diambil darah
menit ke- 5, 15
Diukur absorbansi
O. Analisis Data
1. Perhitungan Asam Salisilat
No. X Y X2 Y2 XY
1. 6 ppm 0,316 36 0,0998 1,896
2. 8 ppm 0,427 64 0,1823 3,416
3. 10 ppm 0,650 100 0,4225 6,5
4. 12 ppm 0,872 144 0,76 10,464
∑ rata-rata 36 2,265 344 1,464 22,276
y = bx + a
b = ¿¿ ∑ y−b . ∑ x
a =
= n
4.22,276 ¿−( 36.2,265) ¿ 2,265−0,09455.36
= ²
( 4.3+1 )−(36) 4
( 89,101 )−( 81,54) 2,265−(3,4038)
= =
( 1376 )−(1296) 4
−1,1388
=
(7,564) 4
=
80 = -0,2847
= 0,09455
y = bx – a
y = 0,09455 x – 0,2817
Menit ke 0
y = 0,09455 x – 0,2847
0,66 = 0,09455 x – 0,2847
0,9447
x = =9,991
0,09455
Menit ke 5
y = 0,09455 x – 0,2847
0,084 = 0,09455 x – 0,2847
0,3687
x = =3,8995
0,09455
2. Perhitungan Asetosal (Aspirin)
X y x2 y2 x,y
25 8,28 625 0,078 7
50 0,431 2500 0,0186 21,6
75 0,663 5025 0,439 49,7
100 0,810 10.00 0,0616 81
=250 =2,85 =18,750 =1,359 =159,3
y = bx + a
b = ¿¿ ∑ y−b . ∑ x
a =
= n
( 4 x 159,3 )−(250 x 2,85) =
( 4 x 18,750 )−(250) ² 2,185−(−0,006237 ) x 250
4
( 6.37,2 )−(247,815)
=
74−62500 2,185−(1,559)
=
4
389,385
=
−62.425 3,744
=
4
= -6,237 + 10-3
= 0,936
= -0,006237
y = bx + a Tetapan Eliminasi
= 0,006237(x) + 0,936 De = Ke(t) + D0
Menit ke 0 130 = Ke(15) + 134,5
0,100 = -0,006237(x) + 0,936 -4,5 = Ke(15)
0,36 = -0,0062377(x) −4,5
Ke =
25
x = 134 ppm
Ke = 0,3 mg/menit
Menit ke 5
Tetapan Absorbsi (Ka)
0,106 = -0,006237(x) + 0,936
0,83 De = Ka(t) + D0
x =
−0,006237
133 = Ka(5) + 34,5
x = 133 ppm
1,5 = Ka(5)
1,5
Ka =
Menit ke 15 5
0,124 = -0,006237(x) + 0,936 Ka = -0,3 mg/menit
0,812 = -0,006237(x)
x = 130 ppm AUC
Kurva 0
= ( Ke1 − Ka1 ) xD ₀
D2−D1 =
K=
t 2−t 1
1 1
K=
130−133
15−5
( −0,3 −
−0,3 )
x 134,5 mg/menit
1−1
K = -0,3 mg/menit = x 134,5mg /menit
−0,3
= 0,134
Kurva awal
=0
D = Kc + D₀
133 = 0,3mg/menit(5) +
D0
133 = -15 + D0
- D0 = -134,5
D0 = 134,5 mg/menit
P. Pembahasan
Farmakokinetikaa dalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan jumlah
obat di dalam tubuhdengan bertambahnya waktu. Farmakokinetika juga dapat
didefinisikan sebagaiilmu yang mempelajari proses absorpsi, distribusi,
metabolisme dan eksresi obatyang dihitung secara kuantitatif berdasarkan
konsep matematika sertadiaplikasikan untuk menghitung besarnya dosis dan
interval pemberian obat.Farmakokinetika juga didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari apa yangdilakukan oleh tubuh terhadap obat. Selain
biofarmasi,konsep farmakokinetikajuga penting diaplikasikan dalam rangka
pengembangan obat baru. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni proses
absorpsi, distribusi,metabolisme dan ekskresi. Metabolisme atau
biotransformasi, dan ekskresi bentukutuh atau bentuk aktif, merupakan
proses eliminasi obat. (Nasution, 2015)
Tujuan dari percobaan ini yaitu, mengetahui cara menentukan tetapan laju
eliminasi (Ke), waktu paruh (t½), dan tetapan laju absorpsi (Ka) dari suatu
obat dengan menggunakan data contoh darah setelah pemberian dosis
tunggal. Mengetahui distribusi obat di dalam tubuh yang diberikan secara
oral dan menentukan volume distribusinya. Mengetahui cara menentukan
luas daerah di bawah kurva (Area Under Curve = AUC). Mengetahui
cara membandingkan AUC, kadar puncak (Cpmaks), dan waktu untuk
mencapai kadar puncak (tmaks) suatu obat dalam bentuk kimia yang berbeda
yang diberikan per oral.
Hasil pada percobaan ini yaitu absorbansi dari sampel Asam Salisilat adalah
0.66 pada menit ke-0, 0,084 pada menit ke-5 dan 1,338 pada menit ke-15.
Pada sampel Asetosal adalah 0,100 pada menit ke-0, 0,106 pada menit ke-5
dan 0,124 pada menit ke-15. Nilai absorbansi yang didapatkan tidak baik
dimana pada pengukuran kadar sampel prosedur tidak dikerjakan dengan
baik, misalnya larutan stok tidak dilakukan pengenceran, dan darah yang
didapatkan tidak banyak serta penentuan panjang gelombang yang kurang
tepat.
Berdasarkan hasil percobaan yang didapatkan dan hasil dari literatur sangat
jauh berbeda, hal kemungkinan disebabkan kekeliruan praktikan dalam
melakukan percobaan. Yakni kesalahan dalam memberikan obat pada hewan
uji dengan dosis yang tidak sesuai karena banyak yang tertumpah ketika
pemberian, kesalahan dalam penentuan konsentrasi dimana seharusnya darah
yang diambil dibuat bebeapa konsentrasi namun hal ini tidak dilakukan.
Sehingga perlu diperbaiki lagi untuk percobaan selanjutnya.
Asam salisilat memiliki aksi keratolitik yang kuat dan sedikit aksi antiseptik
bila dioleskan secara topikal. Ini melembutkan dan menghancurkan stratum
korneum dengan meningkatkan hidrasi endogen yang menyebabkan lapisan
tanduk pada kulit membengkak, melembutkan, dan kemudian mengelupas.
Pada konsentrasi tinggi, asam salisilat memiliki efek kaustik. Ia juga memiliki
aktivitas antijamur dan antibakteri yang lemah (MIMS, 2021).
Aplikasi dalam bidang farmasi ialah seorang farmasis dapat memahami dan
mengetahui cara penentuan beberapa parameter farmakokinetik dan pengaruh
bentuk kimiawi obat terhadap bioavaibilitasnya sehingga seorang farmasis
dapat mengetahui efektivitas absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi
obat di dalam tubuh yang nantinya akan di aplikasikan dalam dunia
kefarmasian di masyarakat. Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya
percobaan ini.
Q. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
1. Farmakokinetik adalah bidang farmakologi yang membahas mengenai
perjalanan kadar obat di dalam tubuh, atau singkatnya yaitu "studi
mengenai nasib obat di dalam tubuh". Terdapat beberapa bahasan utama
dalam farmakokinetik, yaitu: absorbsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi. Data farmakokinetik berguna untuk memperkirakan dosis obat
yang tepat, frekuensi pemberian dan mengatur dosis pada pasien dengan
gangguan fungsi ekskresi. Sedangkan beberapa karakterisik
farmakokinetik penting yang menentukan seberapa cepat dan berapa lama
obat akan berada pada organ sasaran, di antaranya, Onset (mula kerja),
yaitu waktu yang dibutuhkan obat untuk mulai bekerja, Peak (puncak),
yaitu konsentrasi obat tertinggi yang terdapat dalam aliran darah, Durasi
(lama kerja) dan Waktu paruh (T ), yaitu waktu yang diperlukan untuk
mengubah jumlah obat dalam tubuh menjadi separuhnya sewaktu
eliminasi
2. Pada hasil absorbansi dari sampel Asam Salisilat adalah 0.66 pada menit
ke-0, 0,084 pada menit ke-5 dan 1,338 pada menit ke-15. Pada sampel
Asetosal adalah pada menit ke-0, 0,106 pada menit ke-5 dan 0,124 pada
menit ke-15.
3. Pada sampel Asam Salisilat didapat hasil parameter farmakokinetik
yang meliputi, Ka sebesar 0,264 mg/menit, Ke sebesar 0,972 mg/menit
dan AUC sebesar -7,1. Pada sampel Asetosal didapat hasil parameter
farmakokinetik yang meliputi, Ka sebesar -0,3 mg/menit, Ke sebesar 0,3
mg/menit dan AUC sebesar 0,134. Berdasarkan hasil yang didapatkan
bahwa parameter farmakokinetik AUC pada Asetosal lebih besar
dibandingkan AUC dari sampel Natirum salisilat.
DAFTAR PUSTAKA
Dara, A. I., & Husni, P. (2017). Teknik Meningkatkan Kelarutan Obat. Farmaka
Volume 15 Nomor 4, 4(Desember 2017), 1–15.
Darusman, F., Putri, A. P., Syafnir, L., Septi, R., Mia, & Audina. (2016). SISTEM
PENGHANTARAN OBAT GLIMEPIRID SEBAGAI ANTIDIABETIKA ORAL
DENGAN PELEPASAN DIMODIFIKASI MELALUI PEMBENTUKAN
MIKROGRANUL MUKOADHESIF UNTUK PENYAKIT DIABETES
MELLITUS TIPE II, 1–9.
LAMPIRAN