PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rongga mulut merupakan tempat berkumpulnya bakteri. Bakteri yang biasanya terdapat
dalam mulut di antaranya adalah Streptococcus mutans, Streptococcus viridians,
Staphylococcus aureus epidermidis, Staphylococcus pneumonia, dan Staphylococcus aureus
(Shakh MAR, 2013). Karies pada gigi dapat berkembang jika di dalam mulut terdapat bakteri
yang menimbulkan karies. Bakteri yang sering menyebabkan karies gigi adalah
Streptococcus mutans. Bakteri tersebut banyak ditemukan di mulut dan merupakan penyebab
utama karies gigi ( Sterer N & Rosenberg M, 2011). Plak gigi atau lapisan biofilm memegang
peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Bakteri S. mutans diakui sebagai
penyebab utama karies karena mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap
asam) (Darby ML, Margaret MW, 2010)
Mengingat tingginya prevalensi tingginya penyakit karies gigi, peningkatan resistensi
bakteri terhadap beberapa antibiotik serta efek samping dari beberapa agen antibakteri yang
saat ini digunakan dalam terapi gigi maka dibutuhkan alternatif pencegahan dan pengobatan
penyakit gigi yang aman, efektif dan ekonomis. Kini telah banyak dilakukan penelitian
dengan memanfaatkan bahan alam yang kesemuanya bertujuan untuk menghasilkan obat-
obatan dalam upaya mendukung program pelayanan kesehatan gigi, khususnya untuk
mencegah karies gigi (Andries JR et al, 2014)
Pengkombinasian tanaman tradisional sebagai pengobatan alternatif saat ini juga sudah
mulai dikembangkan karena memiliki keuntungan dapat meminimalisasi waktu yang
dibutuhkan untuk menghambat dan mencegah pertumbuhan bakteri. Tanaman yang
mempunyai potensi sebagai antimikroba adalah tanaman seledri (Apium graveolens L.) dan
tanaman sirih (Piper betle L.).
Tanaman Seledri (Apium graveolens L) merupakan tanaman yang mudah ditemukan di
Indonesia, dapat hidup di dataran tinggi maupun rendah, serta mengandung flavonoid,
saponin, dan tanin yang merupakan senyawa yang bersifat antibakteri (Hostetler GL et al,
2012).
Tanaman sirih secara umum mengandung minyak atsiri, senyawa fenol propanoid, dan
tannin. Senyawa ini bersifat antibakteri dan antijamur yang kuat dan dapat menghambat
pertumbuhan beberapa jenis bakteri (Nisa GK, 2014). Adapun penelitian tentang ekstrak
daun sirih hijau (Piper Betle L.) terhadap bakteri Streptococcus mutans menunjukkan hasil
yang baik. Hasilnya yaitu pertama terdapat efektivitas antibakteri dari ekstrak daun sirih
hijau terhadap pertumbuhan S. mutans, kedua terdapat perbedan efektivitas antara 20
konsentrasi ekstrak daun sirih hijau terhadap pertumbuhan S. mutans, ketiga konsentrasi
efektif dari ekstrak daun sirih hijau terhadap pertumbuhan S. mutans dari penelitian ini
adalah pada konsentrasi 20%, keempat kadar hambat minimum dari ekstrak daun sirih hijau
terhadap pertumbuhan S. mutans adalah pada konsentrasi 1% (Afrilla MS, 2011).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk menguji
aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak etanol daun seledri (Apium graveolens L.) dan daun
sirih (Piper Betle L.) terhadap Streptococcus mutans dengan metode difusi cara sumuran
pada perbandingan kombinasi (1:1), (1:2) dan (2:1).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah kombinasi ekstrak etanol daun seledri (Apium graveolens L.) dan daun sirih
(Piper Betle L.) memiliki daya antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans
dengan metode difusi dalam mencegah karies gigi?
2. Manakah diantara kombinasi ekstrak etanol daun seledri (Apium graveolens L.) dan daun
sirih (Piper Betle L.) dengan perbandingan (1:1), (1:2) dan (2:1) yang paling efektif
terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dengan metode difusi dalam mencegah
karies gigi?
3. Apakah kombinasi dari ekstrak etanol daun seledri (Apium graveolens L.) dan daun sirih
(Piper Betle L.) lebih efektif dari ekstrak tunggal?
3.4 Prosedur
Prosedur penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.
Daun Seledri Daun Sirih
Variasi kombinasi
Control
Uji Antibakteri positifdifusi
metode