BAB 1
PENDAHULUAN
kesehatan tubuh secara keseluruhan. Hingga kini kesehatan gigi dan mulut masih
belum menjadi perhatian utama, akibatnya gigi berlubang atau karies menjadi
masalah umum yang dihadapi sebagian besar masyarakat. Padahal penyakit gigi
dan mulut dapat menjadi gerbang munculnya berbagai penyakit (Nismal, 2018).
terus meningkat. Pada tahun 2007 persentase penduduk yang mengalami masalah
gigi dan mulut mencapai 23,2% sedangkan pada tahun 2013 telah mencapai
2018).
dan waktu. Sisa makanan dalam mulut yang mengandung karbohidrat dapat
(Power of Hydrogen) plak akan menurun sampai di bawah lima dalam waktu satu
permukaan gigi, yaitu hilangnya mineral dari email, dentin, dan sementum. Proses
demineralisasi dimulai ketika bakteri spesifik melekat erat pada gigi dan lapisan
yang disebut dental plak (biofilm) dan rentan terhadap karbohidrat. Karbohidrat
2
bereaksi dengan bakteri untuk membentuk asam (seperti asam laktat) yang
(Scheid, 2013).
yang dapat tumbuh dengan baik dalam suasana asam serta dapat memproduksi
asam sebagai hasil fermentasi karbohidrat. Asam yang dihasilkan bakteri ini dapat
seperti menyikat gigi, penggunaan obat kumur, dan imunisasi. Pencegahan karies
penyebab karies pada rongga mulut (Sulianti, 2012). Salah satunya penggunaan
obat kumur antiseptik yang bertujuan untuk menurunkan jumlah koloni bakteri
patogen dalam rongga mulut, mengurangi terjadinya plak, dan karies gigi. Banyak
jenis obat kumur yang telah beredar di masyarakat, salah satunya yang banyak
telah diteliti selama 20 tahun dan merupakan bahan kemoterapi yang paling
Chlorhexidine dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping berupa
timbulnya noda kuning atau coklat pada gigi, deskuamasi mukosa mulut, hingga
Bahan antibakteri yang berasal dari alam saat ini menjadi kajian penting
dikarenakan semakin menurunnya efektifitas obat kimia karena efek samping dan
3
resistensi. Penggunaan obat sebagai alternatif antimikroba yang berasal dari alam
lebih banyak digunakan karena lebih aman dan mudah didapat (Sari, 2010).
Berdasarkan penelitian (Vashist, 2012) ekstrak metanol daun Tin (Ficus carica)
seluruh bagian dari tumbuhan Ketul (Bidens pilosa), Kesumba keling (Bixa
rongga mulut seperti bakteri Staphylococcus aureus, dan Candida albicans, selain
itu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif antimikroba salah satunya
Gletang (Tridax Procumbens L.) adalah obat herbal yang digunakan oleh
keluarga Asteraceae atau Compositae. Tanaman ini berasal dari Amerika tropis
hasil bahwa ekstrak gletang memiliki aktivitas antibakteri dengan diameter zona
hambat pada batang 10 mm dengan kategori sedang, sementara itu hasil penelitian
Krishnaswamy, (2015) ektrak etanol gletang juga efektif terhadap bakteri gram
konsentrasi 20%, 60%, dan, 80% dengan zona hambat terbesar 25 mm dengan
vitro)?
1.3 Tujuan
vitro).
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karies
Karies (gigi berlubang) adalah infeksi bakteri yang merusak struktur gigi-
geligi melalui demineralisasi dan kerusakan matriks organik pada gigi yang
plak dengan substrat makanan dalam periode waktu yang lama. Bakteri
keluar ion kalsium serta fosfat dari bagian gigi yang mengalami mineralisasi
(Langlais, 2013).
waktu. Beberapa jenis karbohidrat dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan
tertentu akan mengakibatkan terjadinya proses karies gigi yang ditandai dengan
demineralisasi. Karies baru bisa terjadi hanya kalau keempat faktor tersebut diatas
Gambar 2.1. Faktor Pencetus Karies. Sumber: Kidd, Edwina A M, Sally Joyston
Bechal. 2013. Dasar-Dasar Karies Penyakit Dan Penanggulangan.
Jakarta: EGC; hal….
2.2 Streptococcus mutans
J. Clarke pada tahun 1924 melakukan isolasi organisme dari lesi karies dan
oval yang diobservasi adalah bentuk mutan dari Streptococcus (Lemos, 2013).
Nama Mutans adalah dimana sering terjadi fase kokus menjadi kokus-basil.
Sampai sekarang terdapat tujuh spesies dari Streptococcus mutans, dan delapan
serotipe (a-h) yang diakui. Istilah Streptococcus mutans terbatas pada isolasi dari
dari rantai pendek menjadi sedang dan uji katalase negatif. Pada Mitis-Salivarius
(asidurik).
sukrosa, berperan pada titik kritis pada perlekatan inisial, kolonisasi, dan
(Marsh, 2009):
Kingdom : Procaryotae
Division : Firmicutes
Ordo :-
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Gambar 2.2. Streptococcus mutans. Sumber: Todar, Kenneth. 2012. The Normal
Bacterial Of Humans. (Online): Www.Textbookofbacteriology.Net.
Diakses 19 Juli 2018.
.
Diet yang diikuti dengan kesehatan mulut yang buruk menyebabkan bakteri
pada gigi dan membentuk plak gigi, yang ini di dalamnya tinggal Streptococcus
protein permukaan bakteri gram positif yang bertindak sebagai adhesi selektif
pada pelikel gigi manusia, serta sintesis glukan dari sukrosa dan inisiator
Perlekatan ini memberikan peranan ganda yaitu awal dari pembentukan plak dan
proses terjadinya karies karena karies diawali dengan fermentasi asam oleh enzim
(Saraf, 2006).
10
sehingga tidak ada yang dapat difermentasi bakteri S.mutans sehingga asam yang
melarutkan mineral gigi tidak diproduksi. Maka dari itu proses karies dapat
dicegah bukan hanya dengan menghambat bakteri penyebab saja tetapi juga
L.) merupakan spesies yang banyak ditemukan liar sebagai gulma, anggota suku
Asteraceae. Berasal dari Amerika tropis kemudian tersebar luas ke India dan Asia
Tenggara. Gletang di Jawa pertama kali tercatat pada tahun 1875 dan menyebar ke
banyak terkena cahaya matahari atau hanya sedikit ternaungi, terutama di tanah
11
berpasir atau berbatu, dan tumbuh pada ketinggian 1.500 m diatas permukaan laut
(Kartika, 2015).
Kingdom Plantae
Subkingdom Tracheobionta
Devisi Magnoliophyta
Class Magnoliopsida
Subclass Asteridae
Ordo Asterales
Family Asteraceae
Genus Tridax L
dan merupakan bunga majemuk cawan yang memiliki bunga pita dengan mahkota
berjumlah 6-8 berwarna putih dan bagian ujungnya terbelah 3 begitu lebar dan
bunga tabung yang terdiri sangat banyak jumlahnya yang pada umumnya
berwarna kekuningan dengan benang sari yang melekat pada kepala putik yang
membelah bagian tengahnya. Bunga terletak pada ujung tangkai bunga. Buah
keras berwarna bening dan beralur pada permukaannya bentuk ramping dan
1. Flavonoid
2. Alkaloid
bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
3. Triterpenoid
pemberi rasa pada kayu manis, cengkeh, jahe dan pemberi warna kuning
sel sehingga membran atau dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk
zona hambat agen antibakteri dapat dilakukan dengan menggunakan metode difusi.
dalam jumlah tertentu yang ditempatkan pada suatu media yang telah ditanami
ukuran kekuatan hambatan agen antibakteri terhadap bakteri yang akan diuji
(Harti, 2012).
14
diletakkan pada media agar yang telah ditanami bakteri uji yang akan
dan mudah dalam pengerjaannya. Prinsip dari metode ini adalah kertas
2. E-test
terendah hingga tertinggi yang terdapat pada strip plastik diletakkan pada
permukaan media agar yang telah ditanamai bakteri uji. Adanya zona
pada daerah tersebut. Bakteri uji digoreskan kedalam parit yang telah
berisi agen antibakteri dan dilihat zona hambat yang terbentuk disekitar
parit.
4. Cup-plate technique
diffusion, dimana media agar yang telah ditanami bakteri uji dibuatkan
suatu sumur atau lubang. Sumur tersebut diisi oleh agen antibakteri dan
pertumbuhan bakteri dengan hasil yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar
terendah antimikroba yang dapat membunuh 99,9% pada biakan selama waktu
1. Metode Dilusi
Metode dilusi terdiri dari dua teknik pengerjaan, yaitu teknik dilusi
perbenihan cair dan teknik dilusi agar yang bertujuan untuk penentuan
media agar atau kaldu, yang kemudian ditanami bakteri yang akan ditetes.
jelas baik dilihat secara visual atau alat semiotomatis dan otomatis
terjadinya infeksi.
semalam pada 37⁰C. KBM adalah ketika tidak terjadi pertumbuhan lagi
pada agar.
2) Dilusi agar
17
yang diuji.
2.6 Chlorhexidine
spektrum luas, bekerja cepat dan toksisitas rendah. Chlorhexidine telah terbukti
muatan positif (kation) dan sebagian besar muatan molekul bakteri adalah negatif
(anion). Hal ini menyebabkan perlekatan yang kuat dari Chlorhexidine pada
sel dan komponen sel dengan berat molekul rendah dari dalam sel menembus
2. 7 Kerangka Konsep
Bakteri
Streptococcus mutans
Karies
Pengobatan Pencegahan
Sintetik Alami
Chlorhexidine
Tin (Ficus Ketul (Bidens
0,1% carica) pilosa)
Alkaloid, Triterpenoid,
flavonoid.
Antibakteri
KHM (Konsentrasi
Keterangan: Hambat Minimum)
: Tidak diteliti
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.2 Populasi
3.3 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah Streptococcus mutans ATCC 25175 yang
2017):
(t-1) (r-1) ≥ 15
40%, 60%, 80% , kontrol positif Chlorhexidine 0,1%, dan kontrol negatif etanol
96%.
20
(t-1) (r-1) ≥ 15
(6-1) (r-1) ≥ 15
(5) (r-1) ≥ 15
5r- 5 ≥ 15
5r ≥ 15+5
5r ≥ 20
r≥4
Besar sampel (n) = t× r
n = 6×4
n = 24
Jumlah kelompok perlakuan dalam penelitian ini ada 6 perlakuan dengan
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, kontrol positif Chlorhexidine 0,1%, dan
kontrol negatif etanol 96%. dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. Maka besar
2. Kriteria Ekslusi
Hinton Agar.
Universitas Padjadjaran.
2019.
3. Batang gletang yang telah halus dimasukan kedalam tabung gelap 2,5
corong kaca. Diaduk dan didiamkan selama 3x24 jam dalam suhu
24
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20%, 40%, 60%, dan 80%.
berikut:
kertas, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, ditutup dengan kapas dan
karena etanol merupakan senyawa polar dan non polar serta harganya
lebih murah.
lalu sebarkan paper disk sebanyak 6 buah pada media MHA tadi serta
Anaerobic jar adalah suatu wadah kedap udara yang baik digunakan
370C. Setelah 24 jam diamati area bening yang terbentuk dan diukur
dilusi cair, kemudian diukur kekeruhan atau optical density dengan alat
Elisa multimode reader. Uji KHM dalam penelitian ini adalah untuk
26
ini dilakukan menggunakan micro plate yang terdiri dari 12 kolom, dan 4
asepsis.
baris sumur. Baris pada micro plate ini dibagi menjadi empat bagian;
B Secara aseptik, dan media cair Mueller Hilton Broth, ekstrak batang
berikut:
(ODMBP – ODMP)
Ket:
1. OD: Optical Density
2. M: Media
3. S: Sampel
4. B: Bakteri
5. P: Pelarut
Tabel 3.4. Lay out micro plate untuk penentuan nilai KHM.
Micro Pengenceran
plate 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A M+S
B
C M+S+B
D
Keterangan:
1. M: Media
2. S : Sampel
3. B : Bakteri
dari larutan sampel yang dapat membunuh 99% bakteri yang ditanam pada
28
lempeng agar pada setiap konsentrasi setelah KHM. Berikut adalah cara kerja
penentuam KBM:
1. Cara kerja :
minimum.
Pembuatan konsentrasi
ekstrak 20%, 40%,
60%, dan 80%.
Zona Hambat
KHM (Konsentrasi
Hambat Minimum)
KBM (Konsentrasi
Bunuh Minimum)
Analisis Data
secara deskriptif untuk menunjukkan hasil pengukuran zona hambat dalam satuan
BAB 4
kontrol positif, karena merupakan salah satu obat kumur yang paling baik dan
konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80%, parameter yang digunakan adalah diameter
zona hambat disekitar paper disk. Diameter zona hambat yang diakibatkan oleh
Chlorhexidine 0,1% sebagai kontrol positif dan etanol 96% sebagai kontrol
negatif. Berikut adalah gambar terlihat adanya zona hambat pada penelitian ini:
32
A C
E
F B
Gambar 4.1. Zona hambat ekstrak batang gletang (T.procumbens L.) terhadap
pertubuhan Streptococcus mutans ATCC 25175.
Keterangan:
A. Kontrol positif (Clorhexidine 0,1%).
B. Kontrol negatif (etanol 96%).
C. Ekstrak batang gletang konsentrasi 20%
D. Ekstrak batang gletang konsentrasi 40%
E. Ekstrak batang gletang konsentrasi 60%
F. Ekstrak batang gletang konsentrasi 80%
tabel berikut:
Tabel 4.1. Hasil uji diameter Zona hambat ekstrak batang gletang
(T.procumbens L.) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans
ATCC 25175.
Pengulangan Konsentrasi
20% 40% 60% 80% Clorheksidine Etanol
0,1% (+) 96% (-)
I (mm) 19,6 22,86 27,6 35,6 13,50 0,00
II (mm) 22,1 25,9 25,6 16,9 16,9 0,00
III (mm) 18,3 22,8 25,4 32,4 16,7 0,00
IV (mm) 18,7 23,2 25,2 33,7 16,4 0,00
Rerata 19,68 23,69 25,96 29,65 15,88 0,00
33
Tabel 4.1 menunjukan bahwa rerata diameter zona hambat pada konsentrasi
20% adalah 19,68 mm, konsentrasi 40% (23,69 mm), konsentrasi 60% (25,96
mm), konsentrasi 80% (29,65 mm), sementara itu Clorheksidine 0,1% sebagai
kontrol positif adalah 15,88, dan etanol 96% sebagai kontrol negatif adalah 0,00
mm. Jadi rerata diameter zona hambat paling besar pada konsentrasi 80% (29,65
mm), sedangkan rerata diameter zona hambat paling kecil adalah konsentrasi 20%
(19,68 mm).
Metode yang digunakan dalam penentuan KHM adalah mikro dilusi cair.
Uji KHM dalam penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi minimum
menggunakan micro plate ukuran 4x12 sumur (4 baris, 12 kolom). Baris pada
micro plate ini dibagi menjadi empat bagian; baris A, baris B, baris C, dan baris D.
Larutan isolat ekstrak batang gletang (T.procumbens L.) dibuat dalam konsentrasi
80% yang kemudian dilakukan pengenceran berurut (serial dilusi) sampai 12 kali
pada micro plate. Pengenceran dimulai dari konsentrasi 40% hingga 0,0195%.
34
40% 20% 10% 5% 2,5% 1,25% 0,625% 0,3125% 0,1563% 0,0781% 0,0391% 0,0195%
M+S
M+S+B
Gambar 4.2. Lay Out micro plate untuk menentukan nilai KHM.
L.) sebanyak 160 µl, dimasukan masing-masing kedalam sumur A dan B secara
aseptik. Media cair Mueller Hilton Broth, ekstrak batang gletang (T.procumbens
L.) sebanyak 150 µl, dan suspensi bakteri yang setara dengan larutan Mac Farland
dilakukan pengenceran berurut (serial dilusi) sampai 12 kali pada micro plate.
Micro plate selanjutnya diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam dan dipindai
Tabel 4.2. Nilai kekeruhan dan nilai persen kematian sel ekstrak batang gletang
(Tridax procumbens L.) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans
ATCC 25175.
35
menggunakan alat ELISA multimode reader dapat dilihat dari nilai M+S+B harus
lebih kecil dari nilai M+S, dan persentase kematian sel bakteri harus lebih besar.
Dari tabel tersebut diperoleh nilai KHM pada konsentrasi 10% yang merupakan
ATCC 25175.
dimulai dari konsentrasi 10%, 20%, dan 40%. Nilai KBM adalah Konsentrasi
minimal dimana tidak terdapat bakteri yang tumbuh pada media padat Mueller
hinton agar yang di inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C yang didapatkan
setelah mengamati pertumbuhan bakteri dari larutan uji KHM pada media cair,
jadi untuk mengetahui nilai KBM dimulai dari plate 40%, 20%, dan 10%, ditanam
pada media padat Mueller hinton agar, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 37 0C. Berikut adalah hasil uji KBM ekstrak batang gletang terhadap
Gambar 4.3. Pengamatan secara visual untuk menentukan nilai KBM ekstrak
batang Gletang (Tridax procumbens. L) terhadap pertumbuhan
Streptococcus mutans ATCC 25175.
36
Hasil pengamatan pada lempeng agar gambar 4.3, terlihat tidak adanya
pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 20%. Dari pengamatan ini dapat ditentukan
nilai KBM ekstrak batang gletang (Tridax procumbens L.) terhadap pertumbuhan
4.2 Pembahasan
Penelitian ini menggunakan batang gletang yang dipilih adalah batang gletang
yang masih segar diperoleh langsung dari kota Padang, Sumatera Barat. Ekstrak
batang gletang dibuat dengan menggunakan pelarut etanol 96% melalui proses
bahan alam atau tumbuhan dalam pelarut dan waktu tertentu, sehingga bahan jadi
lunak dan larut (Djamal, 2010). Dalam penelitian ini pelarut yang digunakan
adalah etanol 96%, pelarut ini dipilih karena merupakan pelarut yang baik, tidak
bersifat toksik, lebih aman, bersifat netral (Ditjen POM, 2000; Wahyuni, 2014;
disc diffusion untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh ekstrak batang
gletang terhadap bakteri Streptococcus mutans ATCC 25175, hal ini dilihat
dengan besarnya diameter zona hambat dengan cara mengukur diameter zona
bening menggunakan caliper. Metode ini dipilih karena lebih sederhana, cepat
sel bakteri sehingga meyebabkan keluarnya sitoplasma sel dan komponen sel
dengan berat molekul rendah dari dalam sel menembus membrane sehingga
sangat kuat, 11-20 mm dikategorikan kuat, 6-10 mm dikategorikan sedang, dan <5
20% dengan rerata diameter zona hambat 19,68 mm termasuk kategori kuat,
60% sebesar 25,96 mm termasuk kategori sangat kuat, dan konsentrasi 80%
sebesar 29,65 mm termasuk kategori sangat kuat. Kontrol positif pada penelitian
kedalam kategori kuat yaitu 15,88 mm. Hal ini sejalan dengan penelitian Mohd,
diameter zona hambat ekstrak batang gletang (Tridax procumbens L.) efektif
konsentrasi 20% dengan rerata diameter zona hambat 19,68 mm, konsentrasi 40%
sebesar 23,69 mm, konsentrasi 60% sebesar 25,96 mm, konsentrasi 80% sebesar
38
29,65 mm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak batang
gletang (Tridax procumbens L.) maka semakin besar zona hambat pertumbuhan
Pengujian untuk menentukan nilai KHM pada penelitian ini bertujuan untuk
Metode yang digunakan adalah micro dilusi cair, merupakan metode pengenceran
multimode reader, sehingga didapatkan nilai KHM ekstrak batang gletang pada
konsentrasi 10% yang artinya bahwa pada konsentasi 10% ekstrak batang gletang
25175.
Nilai KBM ekstrak batang gletang dapat membunuh 99% sampai 100%
bakteri Streptococcus mutans ATCC 25175. Pada penelitian ini didapatkan nilai
KBM pada konsentrasi 20%, yang artinya pada konsentasi 20% ekstrak batang
geltang dapat membunuh 99% sampai 100% bakteri Streptococcus mutans ATCC
25175.
39
cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein extra seluler dan menganggu
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel
terbentuknya membran dan atau dinding sel, sehingga membran atau dinding sel
BAB 5
5.1 Kesimpulan
ATCC 25175.
5.2 Saran
berbeda.
terhadap jenis bakteri lain yang berperan dalam pembentukan karies gigi.