Disusun Oleh:
Elisa Damayanti Putri (171810285)
Isa Suparman (171810235)
Sindi Nurmaya (171810268)
i
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu yang perlu diperhatikan oleh
semua orang. Salah satu cara yang sering dilakukan dalam upaya menjaga
kesehatan mulut adalah dengan membersihkan gigi secara teratur minimal dua kali
dalam sehari. Gangguan pada kesehatan gigi dan mulut dapat mengakibatkan
dampak yang negatif pada kehidupan sehari-hari contohnya yaitu menurunkan
tingkat kepercayaan diri saat sedang berkomunikasi. Menurut FDI (Federation
Dentair Internationale) World Dental Federation, terdapat permasalahan pada mulut
dan gigi yaitu seperti kerusakan gigi (karies), kanker mulut, dan gangguan pada
gusi (penyakit periodontal).
Karies gigi merupakan salah satu gangguan gigi yang paling umum dan
banyak dialami oleh semua orang. Menurut hasil data Riskesdas pada tahun 2018
dalam (Anjari, et al., 2018) prevalensi karies di Indonesia adalah sebesar 88,8%.
Terdapat beberapa faktor dalam pembentukan karies gigi yaitu mikroorganisme,
gigi, makanan, dan waktu (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Konsumsi makanan
dan minuman yang mengandung gula secara berlebihan dapat memicu terjadinya
karies gigi. Mekanisme terjadinya karies disebabkan oleh asam yang dihasilkan
oleh bakteri terhadap karbohidrat yang dapat mengikis enamel pada gigi. Penyebab
bakteri utama pada karies gigi disebabkan oleh Streptococcus mutans (Fatmawati,
2011)
2
Pesatnya perkembangan zaman ini telah menciptakan suatu barang guna
menghilangkan masalah pada pencegahan karies gigi salah satunya yaitu obat
kumur. Obat kumur merupakan larutan yang mengandung zat antibakteri untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme dalam mulut yang digunakan sebagai
pembilas rongga mulut. Menurut (Rosdiana & Nasution, 2016) dalam pencegahan
karies gigi dapat dilakukan dengan cara mengaplikasikan bahan aktif anti plak yang
telah dipatenkan seperti Chlorhexidine (CHX) yang terkandung dalam obat kumur.
Namun dalam penelitian Pratiwi, 2005 dalam (Rosdiana & Nasution, 2016)
menyatakan bahwa penggunaan CHX dalam jangka panjang dapat menimbulkan
efek yang merugikan. Kemudian, penggunaan obat kumur tidak efisien dalam
pemakaian di luar ruangan, oleh sebab itu perlu dibuat suatu sedian untuk
meningkatkan kepraktisan dan kemudahan pemakaian berbahan dasar alami yang
dibuat dalam bentuk spray-mouthwash yang dapat digunakan di dalam maupun luar
ruangan.
3
1. Bagaimana cara membuat spray-washmouth dengan bahan aktif daun bambu
siam dan pepermint?
2. Apakah daun bambu siam dan daun pepermint memiliki aktivitas sebagai
penghambat bakteri dan jamur berdasarkan uji daya hambat ?
3. Bagaimana hasil uji antimikroorganisme spray-washmouth daun bambu dan
daun pepermint dalam membunuh bakteri dan jamur ?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.3. Daun Bambu
2.4. Flavonoid
6
pada daun, bunga, buah, biji-bijian, kacang-kacangan, bulir padi, rempah, dan pada
tumbuhan lain yang berperan sebagai agen protektif terhadap mikroorganisme
(Nugraha, et al., 2017).
Daun pepermin (Mentha piperita) adalah tanaman yang berasal dari benua
Eropa dan dapat tumbuh dimanapun. Tanaman papermin masuk ke dalam kategori
tanaman herbal tertua yang termasuk ke dalam genus Mentha. Tanaman pepermin
memiliki kandungan bahan aktif dan memiliki aroma yang khas. Pada
penggunaanya terdapat tiga jenis spesies yang terkenal, yaitu Mentha arvensis
merupakan penghasil mentol dan minyak cornmint (Cornmint oil), jenis kedua
Mentha piperita yang menghasilkan minyak peppermint (Peppermint oil), dan
7
Mentha spicata yang menghasilkan minyak spearmint (Spearmint oil) (Nurhidayat,
2014)
Kebanyakan daun mint bisa tumbuh dengan baik pada suhu dingin, dan
dapat tumbuh juga di daerah tropis. Pada daerah tropis daun mint dapat tumbuh,
namun tidak berbunga berbeda dengan pada pegunungan yang dapat tumbuh
dengan baik pada ketinggian 150-1200 mdpl. Daun mint memiliki tinggi sekitar 30-
50cm. Batangnya lunak berbulu, bentuk daun bulat telur, bergerigi, menyirip,
berwarna hijau dengan bunga berwarna ungu (Verma, et al., 2010).
Kandungan utama dalam daun mint sendiri yaitu minyak atsiri dimana
minyak atsiri banyak di gunakan sebagai antibakteri, antifungi, antiseptik. Daun
mint juga banyak digunakan sebagai penyegar mulut karena mengandung mentol.
Minyak atsiri dalam daun mint juga dapat berfungsi sebagai penghambat
pertumbuhan bakteri bakteri dalam mulut seperti Streptococcus mutans bakteri
penyebab karies pada gigi dan beberapa bakteri lain yaitu Candida albicans dan
Lactobacillus casei. Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian (Singh, et al., 2011)
bahwa ekstrak daun mint mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dan antibakteri
pada bakteri gram positif serta gram negatif.
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacili
Order : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
8
Genus : Streptococcus
9
Gambar 4. Bentuk Mikroskopis Jamur Candida albicans
Candida albicans memiliki bentuk seperti telur (ovoid) atau sferis dengan
ukuran diameter 3-5 μm. Spesies Candida albicans memiliki dua jenis bentuk, yaitu
berbentuk seperti khamir dan bentuk hifa. Spesies cendawan ini dapat memproduksi
peudohifa dan memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang dan
melakukan kolonisasi. Candida albicans yang merupakan jamur dimorfik karena
kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel
tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah
yang akan membentuk hifa semu. (Anggaraeni, 2017).
10
BAB III
METODE PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun bambu siam
yang diperoleh dari lingkungan SMK AK Nusa Bangsa, daun pepermin, etanol
96%, kloroform, asam asetat, H2SO4 pekat, metanol 30%, HCl pekat, bubuk
magnesium, pereaksi Lieberman, reagen Mayer, kertas cakram, media Nutrien
Agar, NaCl Fisiologis, amonia 10%, FeCl 1%, akuades, dan kertas saring.
11
dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40oC. Kemudian dilanjutkan
dengan penguapan menggunakan penangas air hingga menghasilkan ekstrak daun
bambu kental.
3.3.4. Pembuatan Ekstrak Daun Pepermin (Hestiana, et al., 2014)
dimodifikasi
Pembuatan ekstrak daun pepermin dilakukan dengan cara maserasi. Serbuk
simplisia pepermin dimaserasi dengan alkohol 96% (perbandingan simplisia :
alkohol 96% = 1:3) selama 24 jam. Ekstrak dipisahkan antara filtrat dan residu
dengan penyaringan, maserasi diulangi sebanyak 2 kali terhadap residu. Filtrat yang
diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40⁰C dan
dilanjutkan dengan pemanasan menggunakan penangas air sampai didapat ekstrak
kental.
3.3.5. Uji Fitokimia Ekstrak Daun Bambu
a. Uji Alkaloid
Sebanyak 4 mL ekstrak Daun Bambu siam dimasukan ke dalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan 2 mL kloroform dan 5 mL amonia 10 %, lalu
ditambahkan 10 tetes asam sulfat 2M agar memperjelas pemisahan
terbentuknya 2 fase yang berbeda. Bagian atas dari fase yang terbentuk
diambil, kemudian ditambahkan reagen Mayer. Ekstrak mengandung
alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan merah (Harborne, 1996
dalam (Rumagit, et al., 2015))
b. Uji Flavonoid
Ekstrak Daun Bambu siam ditambahkan 10 mL air panas kemudian
ditambahkan serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat, kemudian dikocok-kocok. Uji
positif ditandai dengan terbentuknya warna merah, jingga, atau ungu
(Robinson, 1995 dalam (Marliana & Saleh, 2011))
c. Uji Fenolik
Ekstrak Daun Bambu siam ditambahkan 10 mL air panas kemudian
ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%. Uji positif ditunjukkan oleh
terbentuknya warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam pekat (Harborne,
1987 dalam (Marliana & Saleh, 2011))
d. Uji Saponin
12
Ekstrak Daun Bambu siam ditambahkan 10 mL air panas kemudian
tabung dikocok kuat-kuat, Ekstrak positif mengandung saponin jika timbul
busa dengan ketinggian 1-10 cm yang bertahan selama 10 menit (Harborne,
1987 dalam (Marliana & Saleh, 2011))
e. Uji Triterpenoid dan Steroid (Uji Lieberman)
Ekstrak Daun Bambu Siam ditambahkan CHCl3 lalu ditambahkan
reagen Lieberman Buchard. Larutan dikocok perlahan dan dibiarkan selama
beberapa menit. Steroid memberikan warna biru atau hijau dan untuk
Triterpenoid memberikan warna merah atau ungu (Harborne, 1987 dalam
(Marliana & Saleh, 2011)).
3.3.6. Analisis Antimikroba Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Bambu Siam
(Putri, et al., 2020) dimodifikasi.
Bakteri dan jamur dibuat suspensi mikroba (Streptococcus mutans dan
Candida albicans) dengan menggunakan larutan NaCl fisiologis. Ekstrak etanol
daun bambu dibuat dengan menggunakan pelarut DMSO. Ekstrak etanol daun
bambu dibuat larutan dengan konsentrasi 0,12%, 0,16%, 0,2% b/v.
13
(b/v). Campuran tersebut selanjutnya diaduk dengan stirer dengan kecepatan
pengadukan 250 rpm sampai terlarut sempurna, dan selanjutnya dipindahkan ke
dalam labu takar 100 mL dan ditambahkan aquades hingga volumenya menjadi 100
mL. Obat kumur yang dihasilkan selanjutnya disimpan dalam botol plastik.
3.3.8. Uji Organoleptis Spray-wash mouth (Mumpuni, et al., 2019)
Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati perubahan warna, bau, dan
rasa dari sediaan spray-wash mouth yang ditaruh disuhu ruang, diamati perubahan
tersebut setiap bulan selama tiga bulan.
3.3.9. Analisis Antimikroba Uji Daya Hambat Spray-wash mouth (Putri,
et al., 2020) dimodifikasi
Bakteri dan jamur dibuat suspensi mikroba (Streptococcus mutans dan
Candida albicans) dengan menggunakan larutan NaCl fisiologis. Sebanyak 0,3 mL
suspensi bakteri dimasukkan ke dalam cawan petri steril kemudian ditambahkan 15
mL media Nutrien Agar (NA), dihomogenkan lalu dibiarkan hingga memadat.
Kertas cakram dicelupkan ke dalam larutan uji, kemudian diletakkan di atas media
inokulum. Media diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam untuk bakteri dan
selama 48 jam untuk jamur. Pertumbuhan mikroba diamati dan zona bening yang
terbentuk disekeliling kertas cakram diukur dengan penggaris. Sebagai
pembanding, digunakan cakram kosong yang diberi DMSO untuk kontrol negatif
dan kontrol positif cakram antibiotik kloramfenikol untuk bakteri dan nystatin
untuk kontrol positif jamur.
14
Daftar Pustaka
Agustina, S., 2017. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Bambu Tali (Gigantochloa
apus) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan
Salmonella typhimurium. Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Anjari, Kiantini, R., Abdullah, G. I. & Muhawarman, A., 2018. Yuk! Peduli
Kesehatan Gigi dan Mulut. 98 penyunt. Subang: MediaKom.
Arifin, B. & Ibrahim, S., 2018. Struktur, Bioaktivitas dan Antioksidan Flavonoid.
Jurnal zarah, pp. Halaman 21-29.
Fajri, A. & Marlina, G., 2019. Obat Kumur untuk Mengatasi Jamur Candida
albicans dan Bakteri Streptococus mutans di Rongga Mulut. Jurnal
Internasional Conference on Education, September.
Hestiana, A., Yasin, N., Hariri, A. M. & Subeki, 2014. Aktivitas Antifidan Ekstrak
Daun Mint (Mentha arvensis L.) dan Buah Lada Hitam (Piper nigrum L.)
terhadap Ulat Krop Kubis (Crocidolompa pavonana F.). Jurnal Agrotek
Tropika, Januari, 2(1), pp. 124-129.
Juariah, S. & Maritza, N., 2019. Identifikasi Jamur Candida albicans pada Air Bak
Toilet Umum di Pasar Tradisional Kota Pekanbaru. Journal Of Pharmacy and
Science, Desember.3(1).
Marliana, E. & Saleh, C., 2011. Uji Fitokimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Kasar Etanol, Fraksi n-Heksana, Etil Asetat dan Metanol dari Buah Labu Air
15
(Lagenari siceraria (Molina) Standl). Jurnal Kimia Mulawarman, 8(2), pp.
63-69.
Mumpuni, E., Purwanggana, A., Mulatsari, E. & Pratama, R., 2019. Formulasi dan
Evaluasi Larutan Pencuci Mulut dengan Bahan Antimikroba Senyawa 1,5-
Bis (3’-Etoksi-4’-Hidroksifenil)-1,4-Pentadien-3-On. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, April, 17(1), pp. 87-94.
Nugraha, A. C., Prasetya, A. T. & Mursiti, S., 2017. Isolasi, Identifikasi, Uji
Aktivitas Senyawa Flavonoid sebagai Antibakteri dari Daun Mangga.
Chemical Science, p. 2.
Putri, E. D., Kusumo, S. H. & Aulia, P., 2020. Mas Intan (Masker Filter
AntiPolutan) Inovasi Masker Penjerap CO2 Berbasis Ekstrak Daun Bambu
Siam (Thyrsostachys siamensis) dan Lidah Mertua (Sansevieria). Bogor:
SMK AK Nusa Bangsa.
16
Rachmawaty, F. J. et al., 2009. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) sebagai Agen
Anti Bakteri terhadap Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia, 1(No. 1), pp. 1-10.
Ramayanti, S. & Purnakarya, I., 2013. Peran Makanan terhadap Kejadian Karies
Gigi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2).
Ririn, Tandjung, A. I. & Wagola, S., 2013. Formulasi Sediaan Mouthwash dari Sari
Buah Sirih (Piper betle L.) Varietas Siriboah. Journal As-Syifaa, Desember,
5(2), pp. 153-161.
Rosdiana, N. & Nasution, A. I., 2016. Gambaran Daya Hambat Minyak Kelapa
Murni dan Minya Kayu Putih dalam Menghambat Pertumbuhan
Streptococcus mutans. Journal of Syiah Kuala Dentistry Society, 1(1), pp. 43-
50.
Rumagit, H. M., Runtuwene, M. R. & Sudewi1, S., 2015. Uji Fitokimia dan Uji
Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Spons Lamellodysidea herbacea.
Jurnal Ilmiah Farmasi, 3 Agustus, Volume 4, pp. 183-192.
Simanjuntak, L., Sinaga, C. & Fatimah, 2014. Ekstraksi Pigmen Antosianin dari
Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus). Jurnal Teknik Kimia USU,
Juni.III(2).
Sinaredi, B. R., Pradopo, S. & Wibowo, T. B., 2014. Antibacterial Effect of Mouth
Washes Containing Chlorhexidine, Povidone Iodine, Fluoride Plus Zinc on
Streptococcus mutans and Porphyromonas gingivalis). Journal Dental,
December, 47(4), pp. 211-214.
Singh, R., Shushni, M. A. & Belkheir, A., 2011. Antibacterial and Antioxidant
Activities of Mentha piperita L. Arabian Journal of Chemistry, Januari,
Volume 8, pp. 322-328.
Ulfa, M., Apridamayanti, P. & Sari, R., 2018. Penentuan Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Bambu (Bambusa vulgaris) terhadap Bakteri
Salmonella typhi Secara In Vitro. Pontianak : Universitas Tanjungpura.
17
Verma, R. et al., 2010. Essential Oil Composition of Menthol Mint (Mentha
arvensis) and Peppermint (Mentha piperita) Cultivars at Different Stages of
Plant Growth from Kumaon Region of Western Himalaya. Journal of
Medicinal and Aromatic Plants, 1(1), pp. 13-18.
Widiyarti, G., Sundowo, A. & Angelina, M., 2014. Pembuatan Sediaan Oral
Nutraceutical dari Ekstrak Gambir. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia,
September, 12(2), pp. 145-153.
Zhiang, K., Sari, R. & Apridamayanti, P., 2017. Penentuan Konsentrasi Hambat
Minimum Ekstrak Etanol Daun Bambu (Bambusa vulgaris) terhadap Bakteri
Staphylococcus epidermidis Secara In Vitro.
18