Anda di halaman 1dari 7

PEMANFAATAN DAUN KEMANGI SEBAGAI PENCEGAH BAU

MULUT

Diajukan untuk memenuhi syarat-syarat mata kuliah kolokium

Oleh
Widya Rahmah
NIM. 1706103040033

Dosen pembimbing
Prof. Dr. Musri, M.Sc

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia pada umumnya sering menghindari makanan-
makanan yang memungkinkan terjadinya bau mulut, seperti jengkol, petai, durian,
dan sebagainya. Bau mulut selain disebabkan oleh bakteri penyebab bau mulut
juga disebabkan oleh sisa-sisa makanan yang tertinggal di dalam mulut. Penyebab
bau mulut dapat terjadi karena mulut yang kotor berasal dari sisa-sisa makanan
yang dimakan ataupun bakteri yang terdapat di dalamnya. Pada dasarnya bau
mulut merupakan masalah pada setiap orang yang kebanyakan tidak menyadari
bahwa dirinya mengalami masalah dalam mulutnya (Ratmini, 2017). Tingkat
keparahan bau mulut setiap orang berbeda, ada yang mengalami bau mulut ringan
sehingga sama sekali tidak mengganggu orang sekitar dan ada juga yang
mengalami bau mulut berat yang sangat mengganggu orang-orang disekitarnya.
Pada tahun 2008, WHO menyatakan bahwa hampir 80% penduduk di dunia
menggunakan obat dari bahan alam untuk mendukung kesehatan alam. Indonesia
memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan obat dari bahan alam.
Salah satu sumber daya alam yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah
daun kemangi.
Daun kemangi dapat menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri patogen
pada mulut, seperti Candida albicans, Streptococcus viridans, dan Lactobacillus
casei (Thaweboon & Thaweboon, 2009). Kandungan kimia yang terdapat dalam
daun kemangi adalah minyak atsiri seperti sineol dan eugenol, saponin, flavonoid,
polifenol dan tannin (Harmely et al., 2015). Kemangi dapat dimakan segar sebagai
lalapan dengan cara memakan atau mengunyah secara langsung.
Penelitian terdahulu menggunakan kandungan flavonoid daun kemangi (O.
sanctum) dapat memberikan efek antibakteri terhadap berbagai bakteri penyebab
bau mulut. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa senyawa aktif dari daun
kemangi yaitu orientin dapat memberikan efek antibakteri (Ali & Dixit, 2012).
Adanya indikasi bahwa senyawa aktif dari daun kemangi (O. sanctum) dapat
mempunyai daya antibakteri, maka peneliti tertarik melakukan penelitian studi
literatur mengenai “Pemanfaatan Daun Kemangi Sebagai Pencegah Bau Mulut”.
1.2 Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh senyawa aktif daun kemangi (O.
sanctum) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans sebagai
penyebab bau mulut?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senyawa aktif daun
kemangi (O. sanctum) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus
viridans sebagai penyebab bau mulut
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah menambah pengetahuan bagi masyarakat,
peneliti dan penulis tentang pemanfaatan daun kemangi (O. sanctum) sebagai
lalapan yang dapat mencegah bau mulut.
II. PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
Daun Kemangi
Kemangi (O. sanctum) merupakan anggota famili biasa lamiacea yang
berarti kelompok tanaman dengan bunga berbibir. Nama genus kemangi adalah
ocimum yang memiliki arti sebagai tanaman yang beraroma. Aroma khas tersebut
muncul pada daunnya. Menurut Johani dalam (Robbihi, 2019) kerabat yang paling
dekat dengan daun kemangi (O. sanctum) adalah basil (Ocimum Amboinicus)
karena tubuhnya yang menyemak, kemangi dikelompokkan dalam kelompok basil
semak atau bush basil. Aroma khasnya brasal dari kandungan yang tinggi pada
daun dan bunganya.
Tanaman kemangi (O. sanctum) memiliki banyak manfaat yaitu dapat
digunakan sebagai bumbu masakan karena aroma yang dihasilkan dari daun.
Selain itu, daun kemangi juga bermanfaat sebagai kesehatan tubuh (Sulianti,
2008). Menurut Rosadi dalam (Souhoka et al., 2019) lalapan daun kemangi (O.
sanctum) segar dapat mengatasi berbagai masalah bau badan, bau mulut dan
sebagainya. Bagian-bagian dari tanaman kemangi juga dapat digunakan sebagai
obat.
Gambar 2.1 Daun Kemangi
(Sumber: https://images.app.goo.gl/e4inrVpmCVNjBy4cA)

Orientin
Orientin merupakan salah satu senyawa aktif golongan flavonoid yang
terdapat dalam daun kemangi. Mekanisme kerja orientin sebagai antibakteri
dibagi menjadi 2 yaitu menghambat sintesis asam nukleat dan menghambat fungsi
membran sel. Mekanisme antibakteri orientin menghambat sintesis asam nukleat
adalah cincin A dan B yang memegang peran penting dalam proses interkelasi
atau ikatan hydrogen dengan menumpuk basa asam nukleat yang menghambat
pembentukan DNA dan RNA. Letak gugus hidroksil di posisi 2-4- atau 2-6-
dihidroksilasi pada cincin B dan 5-7-dihidroksilasi pada cincin A berperan
penting terhadap aktivitas antibakteri orientin.
Orientin menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel
bakteri, mikrosom dan lisosom sebagai hasil interaksi antara orientin dengan DNA
bakteri. Mekanisme kerja orientin menghambat fungsi membran sel adalah
dengan membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut
sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya
senyawa intraseluler. Oleh karena rusaknya membran sel bakteri maka akan
mengurangi permeabilitas yang mengakibatkan bakteri mengalami kerusakan
(Kim et al., 1995).
Gambar 2.2 Struktur senyawa aktif orientin
(Sumber: https://images.app.goo.gl/WZLy8r9cedapriMe6)
2.2 Kerangka Pemikiran

Bau mulut

Disebabkan oleh

Makanan-makanan Bakteri streptococcus


yang memungkinkan bau mulut viridans

Lalapan daun kemangi (O. sanctum) yang terdapat senyawa aktif orientin

Mencegah bau mulut

III. PENDEKATAN LAPANGAN


3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka
(library research) yang menggunakan buku-buku dan literatur jurnal sebagai
objek yang utama. Literatur yang dikaji yaitu mengenai manfaat daun kemangi
(ocimum bacilicum) sebagai pencegah bau mulut. Literatur jurnal yang digunakan
terdiri dari berbagai jurnal nasional maupun internasional yang terpercaya. Dalam
mencari literatur penulis menggunakan kata kunci (AND,OR NOT atau AND
NOT) yang
berfungsi untuk memudahkan peneliti dalam mencari literatur karena dapat
menspesifikasikan pemeriksaan dalam jurnal atau artikel.
3.2 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah peneliti dalam jangka waktu 1
bulan setengah terhitung mulai dari 29 Oktober hingga 20 Desember 2020.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik pengumpulan data studi
kepustakaan. Teknik ini berguna untuk memperoleh dasar-dasar dan pendapat
secara tertulis yang dilakukan dengan cara mempelajari berbagai literatur yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis isi (Content Analysis). Analisis ini digunakan untuk mendapatkan
informasi yang valid dan dapat diteliti ulang berdasarkan konteksnya
(Krippendoff, 1993). Menurut Serbaguna dalam (Azizah, 2017) dalam analisis ini
akan dilakukan proses memilih, membandingkan, menggabungkan dan memilah
berbagai pengertian hingga ditemukan yang relevan.
IV. PEMBAHASAN
Daun kemangi mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder, salah
satu golongan metabolit sekunder yang terdapat dalam daun kemangi adalah
flavonoid, dimana senyawa aktif nya yaitu orientin. Senyawa aktif orientin yang
terdapat dalam daun kemangi dapat menghambat bakteri streptococcus viridans
yang dapat menyebabkan bau mulut. Mekanisme kerja orientin dalam
menghambat bakteri streptococcus viridans adalah dengan cara orientin
menghambat fungsi membran sel dengan membentuk senyawa kompleks dengan
protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan
diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Oleh karena rusaknya membrane
sel bakteri maka akan mengurangi permeabilitas yang mengakibatkan bakteri
mengalami kerusakan (Kim et al., 1995). DAFTAR PUSTAKA
Ali, H., & Dixit, S. (2012). In vitro antimicrobial activity of flavanoids of
Ocimum sanctum with synergistic effect of their combined form.
Asian Pacific Journal of Tropical Disease, 2(SUPPL.1).
https://doi.org/10.1016/S2222-1808(12)60189-3
Azizah, A. (2017). Studi kepustakaan mengenai landasan teori dan praktik
konseling naratif. Jurnal BK UNESA, 7(2), 1–7.
Harmely, F., Deviarny, C., & Yenni, W. S. (2015). Formulasi dan Evaluasi
Sediaan Edible Film dari Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum L.)
sebagai Penyegar Mulut. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 1(1), 38.
https://doi.org/10.29208/jsfk.2014.1.1.10
Kim, J. M., Marshall, J. ., Cornell, J. A., III, J. F. P., & Wei, C. I. (1995).
Antibacterial Activity of Carvacrol, Citral, and Geraniol against Salmonella
typhimurium in Culture Medium and on Fish Cubes. Journal of Food
Science, 60(6), 1364–1368. https://doi.org/10.1111/j.1365-
2621.1995.tb04592.x
Krippendoff, K. (1993). Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Citra
Niaga Rajawali. https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=500210
Ratmini, N. K. (2017). Bau Mulut (Halitosis). Jurnal Kesehatan Gigi
(Dental Health Journal), 5(1), 25–29.
Robbihi, H. I. (2019). Kajian Manfaat Kemangi (Ocimum Basilicum) Terhadap
Halitosis. ARSA (Actual Research Science Academic), 4(3), 51–58.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Souhoka, E., Smith, A., & Arini, I. (2019). PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN
KEMANGI DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP MUTU DAN
DAYA AWET IKAN NILA (Oreachromis niloticus) SEGAR. Biopendix,
6(1), 7–11.
Sulianti, S. B. (2008). Studifitokimia Ocimum spp.: kompenen kimia minyak
atsiri kemangi dan ruku-ruku. Berita Biologi, 9(3), 237–241.
Thaweboon, S., & Thaweboon, B. (2009). In vitro antimicrobial activity of
Ocimum americanum L. essential oil against oral microorganisms.
Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health, 40(5),
1025–1033.

Anda mungkin juga menyukai