Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan aspek sangat penting bagi kehidupan. Memelihara

kebersihan tangan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menjaga

kesehatan tubuh. Namun, kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya

kebersihan tangan masih kurang. Masyarakat tidak sadar bahwa dalam

beraktivitas, tangan sering kali terkontaminasi dengan mikroba (Radji, 2010).

Salah satu penyakit yang dapat disebabkan karena tidak menjaga kebersihan

tangan adalah diare. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (2007), berdasarkan pola

penyebab kematian semua umur, diare menduduki peringkat ke-13 dengan

proporsi kematian sebesar 3,5%. Sementara dengan mencuci tangan dapat

menurunkan angka kejadian diare sebesar 47% (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2011).

Kulit sangat rentan terkena infeksi ataupun penyakit kulit lain yang salah

satunya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus

aureus bertanggung jawab atas 80% penyakit supuratif, dengan permukaan kulit

sebagai habitat alaminya (Ginanjar et al., 2010). Salah satu tanaman yang bekerja

sebagai berkhasiat sebagai antimikroba adalah kunyit putih (Serin, 2015).

Curcuma zedoaria atau yang dikenal dengan kunyit atau temu putih

merupakan salah satu dari genus Curcuma yang banyak dimanfaatkan sebagai obat

1
maupun bahan untuk masakan. Di Indonesia, daun kunyit putih (Curcuma

zedoaria) digunakan sebagai bumbu tambahan untuk meningkatkan cita rasa

masakan ikan dan makanan lainnya (Srigusa et al., 2007). Dalam pengobatan

kunyit putih (Curcuma zedoaria) telah lama dimanfaatkan oleh berbagai etnis di

Indonesia, Malaysia dan India (Malek et al.,2004). Di Malaysia kunyit putih

(Curcuma zedoaria) banyak dikonsumsi sebagai rempah-rempah dan makanan ibu

pasca melahirkan (postpartum) (Malek et al., 2004).

Curcuma sp. sering dimanfaatkan karena khasiatnya sebagai antibakteri.

Khasiat ini berasal dari kandungan senyawa dalam rimpang Curcuma sp. yang

memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri. Rimpang curcuma

memiliki potensi berperan sebagai antiinfeksi yang disebabkan oleh bakteri

patogen Staphyloccocus aureus. (Jawetz, 2005).

Curcuma zedoria atau rimpang temu putih mengandung komponen utama

metabolit sekunder yaitu golongan flavonoid, polifenol dan triterpenoid yang

diduga memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus (Rita, 2010).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Umbi Kunyit Putih (Curcuma zedoaria)

Terhadap Perumbuhan Bakteri Staphyloccocus aureus”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka identifikasi masalah adalah banyaknya

antimikroba di pasaran pada umumnya mempunyai efek samping dan harga relatif

mahal, oleh karena itu sebagai alternatif antimikroba yang sedikit mempunyai efek

2
samping dan mudah di dapatkan serta harga murah dapat digunakan umbi kunyit

putih.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kandungan kimia dalam

tanaman adalah waktu panen umbi kunyit putih, bagian tanaman yang digunakan

konsentrasi, faktor lingkungan, umur umbi penyimpanan dan proses lainnya.

1.3 Pembatas Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah hal tersebut diatas terbatasnya biaya dan

waktu maka peneliti membahas tentang aktivitas antibakteri ekstrak umbi kunyit

putih (Curcuma zedoaria) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini:

1. Apakah ekstrak umbi kunyit putih (Curcuma zedoaria) mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?

2. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi ekstrak umbi kunyit putih (Curcuma

zedoaria) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ekstrak umbi kunyit putih (Curcuma zedoaria)

mempunyai aktivitas pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

3
2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak umbi kunyit putih (Curcuma

zedoaria) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

1.6 Manfaat Peneliti

1.6.1 Secara Teoritis

1. Bagi Peneliti

a. Memperluas pengalaman dan pengetahuan langsung dalam

penelitian.

b. Meningkatkan keterampilan dalam menganalisis penelitian.

2. Bagi Universitas Kader Bangsa Palembang

Hasil penelitian ini bisa untuk memberikan masukan bagi pengembangan

IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan diharapkan dapat

digunakan sebagai referensi serta bahan masukan penelitian, guna

meningkatkan kualitas pembelajaran bagi mahasiswa Universitas Kader

Bangsa Palembang dalam pengetahuan tentang uji aktivitas antibakteri

ekstrak kunyit putih (Curcuma zedoria).

3. Bagi Peneliti Yang Akan Datang

Bagi peneliti yang akan datang, dapat menambah pengetahuan dan

menjadi bahan pembelajaran guna penelitian yang akan datang.

1.6.2 Secara Praktis

Bagi Masyarakat

4
Sebagai bahan masukan bagi masyarakat tentang khasiat dari tanaman

khususnya umbi kunyit putih (Curcuma zedoria) sehingga masyarakat

bias mengetahui kegunaan dari umbi kunyit putih.

5
Daftar Pustaka

Ginanjar, E. F., Retnaningrum, E., Septriana, N. I., Octaviani, A., Wiyati, D. A. T.

M., & Rosrinda, E., 2010, Handy Gel Carrota Hasil Fermentasi Daun Wortel

Sebagai Anti Bakteri Penyebab Penyakit Kulit, Seminar Nasional Biologi,

Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Jawetz E. MJ, Adelberg E. 2005. Mikrobiologi Kesehatan. Jakarta: Buku Kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Situasi Diare di Indonesia.

Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. ISSN 2088-270X.

Malek SN., Abdullah F., Ali NM., Ibrahim H dan Jalil MN. 2004. Analysis of

Essential Oil of Curcuma zedoaria. Journal of Tropical Medicinal Plant, 5(1):

29-32.

Radji, M. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi dan

Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Rita WS. 2010. Isolasi, Identifikasi Dan Uji Diagram melukiskan LC antibakteri

Senyawa Golongan Triterpenoid Pada Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoria

(Berg.) Roscoe). Jurnal Kimia. 4 (1): 20-6.

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

6
Serin Maulidatin. 2015. Daya Hambat Ekstrak Etanol Kunyit Putih (Curcuma

zedoaria) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Politeknik Kesehatan

Bandung Jurusan Analisis Kesehatan.

Srigusa P., K. Larsen dan C. Maknoi. 2007. The Genus Curcuma L. ( Zingiberaceae):

Distribution and Classification With Reference to Species Diversity in Thailand.

Gardens Bulletin Singapore, 59(1 dan 2): 203-207.

Anda mungkin juga menyukai