PENDAHULUAN
a. Peneliti bisa mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang baru karena dapat
berinteraksi langsung dengan masyarakat di suatu etnis tertentu.
b. Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diberikan selama kuliah dan
berorganisasi.
c. Dapat mendukung upaya pemerintah seperti Saintifikasi Jamu dalam
pengembangan obat berbasis bahan alam khususnya jamu tradisional sehingga
pengetahuan mengenai penggunaan obat tradisional tetap terjaga.
d. Peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sejenis dapat menggunakan
kuisioner ini sebagai alat penelitian yang valid.
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, Donald R., dan Emory, William. 1995. Business Research Methods,
Richard D Irwin, Inc.
Depkes RI. 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Jakarta. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Edwards, S., S. Nebel, dan M. Heinrich. 2005. Questionnaire surveys :
methodological and epistemological problems for field-based
ethnopharmacologists. Journal of Ethnopharmacology. 100:30–36.
Jaradat, N. A., O. I. Ayesh, dan C. Anderson. 2016. Ethnopharmacological survey
about medicinal plants utilized by herbalists and traditional practitioner healers
for treatments of diarrhea in the west bank/ palestine. Journal of
Ethnopharmacology
Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2015. Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin Dan
Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas Di Indonesia. Jakarta. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Mustofa, F. I. dan N. Rahmawati. 2018. Studi etnofarmakologi tumbuhan obat yang
digunakan oleh penyehat tradisional untuk mengatasi diare di sulawesi selatan.
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia. 11(2)
Permenkes RI. 2010. Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan
Kesehatan. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pieroni, A., C. Quave, S. Nebel, dan M. Heinrich. 2002. Ethnopharmacy of the
ethnic albanians (arbereshe) of northern basilicata, italy. Fitoterapia. 73
Pujihastuti, I. 2010. Prinsip penulisan kuesioner penelitian. Jurnal Agribisnis Dan
Pengembangan Wilayah. 2(1):43–56.