Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL PENELITIAN

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN OBAT


KUMUR EKSTRAK DAUN PEGAGAN (Centella asiatica. L) TERHADAP
Streptococcus mutans

JUSNA
D1B121379

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Kerusakan gigi dan penyakit periodontal merupakan penyakit mulut yang

paling umum di dunia. Penyakit ini merupakan penyebab utama kehilangan gigi,

selama ini kerusakan gigi dan penyakit periodontal masih menjadi masalah global.

Sekitar 35% atau 2,3 miliar penduduk dunia menderita kerusakan gigi pada semua

kalangan usia. Berdasarkan data Global Burden of Disease Study 2017,

diperkirakan 2,3 miliar orang di seluruh dunia memiliki gigi berlubang pada gigi

tetapnya dan 530 juta pada gigi sulungnya. Angka kerusakan gigi di Indonesia yang

terjadi pada usia 12 tahun sebesar 3,9%, pada usia 15 tahun sebesar 37, %, pada

usia 18 tahun sebesar 51,1%, pada usia 35 tahun sebesar 80,1 sampai 65 tahun ke

atas mencapai 96,7% (Mulyanti, R. 2021).

Penyakit rongga mulut yang paling banyak dijumpai di masyarakat adalah

kerusakan gigi. Kerusakan gigi atau gigi berlubang dapat menyerang siapa saja, pria

dan wanita dari latar belakang etnis, ras, dan tingkat sosial apapun, gigi berlubang

terbentuk karena interaksi kompleks antara gigi, makanan, bakteri di mulut dalam

plak serta faktor lingkungan dan genetik. Plak yang menempel kuat pada

permukaan gigi dan garis gusi berpotensi menyebabkan kerusakan gigi. Kondisi ini

disebabkan oleh plak yang menumpuk berbagai bakteri dan produk metabolisme

(Tanjung et al 2022).

Beberapa mikroorganisme yang ada di rongga mulut adalah Streptococcus

mutans, Staphylococcus aureus, Lactobacillus acidophillus mikroorganisme ini


telah diisolasi dari lesi karies gigi, di antara bakteri yang berbeda Streptococcus

mutans adalah yang paling umum ditemukan dan penyebab utama kerusakan gigi.

Streptococcus mutans merupakan salah satu mikroorganisme yang paling banyak

ditemukan pada permukaan rongga mulut. Bakteri ini merupakan bakteri patogen

di dalam mulut karena kelembaban yang tinggi, keberadaan makanan terlarut yang

konstan dan bahkan potongan-potongan kecil sisa makanan membuat mulut

menjadi lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan Streptococcus mutans.

Beberapa penelitian saat melihat bakteri yang ada pada plak gigi, ternyata hanya

Streptococcus mutans yang berkorelasi positif dengan adanya karies pada

permukaan gigi (Anjas, et al. 2022).

Penggunaan bahan alam semakin populer dalam pengobatan tradisional karena

obat tradisional banyak digunakan, mudah diperoleh, ekonomis dan memiliki efek

samping yang relatif rendah. Daun pegagan (Centella asiatica. L) merupakan salah

satu jenis tumbuhan yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat potensial

untuk dikembangkan sebagai obat tradisional karena daun pegagan (Centella

asiatica. L) memiliki kandungan Fitokimia vitamin, terpenoid, asam fenolik,

lignin, stilbena, tanin, flavonoid, kuinon, kumarin, alkaloid, amina, betalain, dan

metabolit lainnya Salah satu manfaat yang bisa didapatkan dari tanaman pegagan

(Centella asiatica. L) adalah efek antibakterinya. Manfaat antibakteri diperoleh

karena daun pegagan (Centella asiatica. L) mengandung zat antibakteri antara lain

flavonoid, saponin, tanin, fenol dan steroid (Fatimah. Et, al. 2022).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai formulasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Obat Kumur Ekstrak

Daun Pegagan (Centella asiatica. L) Terhadap Streptococcus mutans.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak daun pegagan (Centella asiatica. L) dapat diformulasikan dalam

bentuk sediaan obat kumur?

2. Pada konsentrasi berapakah aktivitas antibakteri yang paling efektif pada

formulasi obat kumur terhadap Streptococcus mutans?

C. Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica. L) dapat

diformulasikan dalam bentuk sediaan obat kumur

2. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah aktivitas antibakteri yang paling

efektif pada formulasi obat kumur terhadap Streptococcus mutans

D. Manfaat Penelitian

1. Mahasiswa

Diharapkan penelitian ini sebagai sumber pengetahuan dan informasi bagi

pembaca dan penulis tentang Formulasi dan uji aktivitas antibakteri sediaan obat

kumur ekstrak daun pegagan (Centella asiatica. L) terhadap Streptococcus mutans.


2. Institusi

Diharapkan ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica. L) mampu

dikembangkan dalam sediaan farmasi yang nantinya dapat digunakan dan

bermanfaat guna mengobati penyakit yang disebabkan bakteri.

3. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk masyarakat

umum dalam upaya peningkatan kualitas Kesehatan di masyaratakat khususnya

pada tanaman obat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Daun Pegagan (Centella asiatica)

Gambar 2.1. Daun Pegagan (Centella asiatica)


(Sumber : Annisa Pratiwi).
1. Klasifikasi

Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Umbilales
Famili : Umbilaferae (Apicaea)
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica (L), (Tjitrosoepomo. G 2013).
2. Morfologi Tanaman
a. Daun (Folium)
Bentuk daun Pegagan (Centella asiatica. L) atau helaian daun

berbentuk ginjal, lebar dan bulat, diameter 1-7 cm. daun pegagan terdiri

dari daun sederhana tersusun dalam pola tanda bintang 2 sampai 10

daun, kadang-kadang sedikit berbulu. Tepi daun pegagan ditandai

dengan lekukan atau tepian yang bergerigi, terutama ke arah pangkal


daun. Daun pegagan memiliki pangkal yang membulat (Susetyarini, et

al. 2020).

b. Tangkai (Petiolus)

Batang tanaman pegagan memiliki tekstur agak lunak/tidak

berkayu, berwarna merah di pangkal dan hijau di ujung dekat helaian

daun. Tangkai tanaman pegagan memiliki tonjolan pada permukaannya,

sehingga jika dilihat secara horizontal tidak akan tampak bulat tetapi

memiliki bagian yang menonjol. Tangkai pegagan memiliki panjang

hingga 50 mm (Susetyani, et al. 2020).

c. Akar (Radix)

Dari akar-akarnya diketahui bahwa sistem akar pegagan adalah akar

tunggang, yaitu akar organisasi yang tumbuh dan kemudian menjadi

akar utama yang bercabang menjadi banyak akar yang lebih kecil.

Pegagan keluar dari setiap kumbang (Susetyani, et al. 2020).

d. Bunga (Flos)

Bunga merupakan bagian tumbuhan yang berperan sebagai alat

reproduksi karena sering memiliki benang sari atau putik. Karena bunga

terlibat langsung dalam menarik penyerbuk, fitur morfologis dan

fungsionalnya memiliki pengaruh besar pada keberhasilan reproduksi

tanaman. Bunga pegagan berwarna putih atau merah muda, tersusun


dalam kelompok payung, unggal atau 35 bunga tumbuh bersama dari

ketiak daun. tangkai bunga 550 mm (Susetyani, et al. 2020).

3. Nama Lain

Pegagan memiliki banyak nama yang berbeda-beda, tergantung

daerahnya. Di Jakarta dan Aceh disebut pegagan, di Jawa Barat disebut

antanan, orang Sumatera menyebutnya kaki kuda, orang Madura

menyebutnya tikus dan orang Bali menyebutnya taiduh. Ada banyak nama

lokal lain untuk pegagan, seperti korikori (Halmahera), tangangan atau

panigowang (Jawa), pegago (Minangkabau), dogauke atau sandanan atau

gogauke (Papua), kalopris manora (Maluku) dan bebile (Lombok)

(Hasibuan, 2021).

Sebutan Pegagan diberbagai negara antara lain, adalah takipkohot

(Filipina), brahma butu (India), John's wort (Inggris Raya), dan pegagan

(Sri Lanka). Di Cina, itu disebut ji xue tinggi, yang diyakini oleh penduduk

setempat untuk memperpanjang umur. Sedangkan di Perancis disebut

bevilaque, Asian hydrocote atau Asian cotyiole (Sutardi, 2018).

4. Kandungan Kimia

Pegagan mengandung berbagai bahan aktif yaitu: saponin triterpenoid,

triterpenoid genin, minyak atsiri, flavonoid, fitosterol dan bahan aktif

lainnya. Bahan aktif yang paling penting adalah triterpenoid dan saponin,

yang meliputi: asiaticoside, senteloside, madecoside dan asiatic acid serta


komponen lain seperti minyak atsiri, flavonoid, tanin, pitosterol, asam

amino dan karbohidrat (Hasibuan, 2021).

5. Kegunaan

Salah satu kegunaan daun Pegagan (Centella asiatica. L) ialah

bertindak sebagai agen antibakteri Daun Pegagan (Centella asiatica. L)

adalah salah satu tanaman obat dengan berbagai khasiat antara lain untuk

penyembuhan luka, Memurnikan darah, meningkatkan sirkulasi darah,

diuretik, antipiretik, meningkatkan saraf memori, antibakteri, anti-

inflamasi, insektisida, hypoallergenic dan stimulant (Hasyati, 2022).

B. Ekstraksi

Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum

mengalami perubahan melalui proses apapun, kecuali dinyatakan lain misalnya

berupa bahan yang telah dikeringkan (Azizah N & Widaryanto E, 2018). Simplisia

dapat digolongkan menjadi 3 jenis berdasarkan bahan bakunya, yaitu: simplisia

nabati, simplisia hewani, dan simplisia mineral (Azizah N & Widaryanto E, 2018).

Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan komponen aktif yang terkandung

dalam tanaman menggunakan bahan pelarut yang sesuai dengan kelarutan

komponen aktifnya (Yuliani & Suyanti, 2018).

Prinsip ekstraksi merupakan pada ekstraksi dengan proses pemisahan

didasarkan pada kemampuan atau daya larut analit dalam pelarut tertentu. Dengan
demikian pelarut yang digunakan harus mampu menarik komponen analit dari

sampel secara maksimal (Leba, 2018).

Adapun macam-macam metode ekstraksi yaitu:

a. Ekstraksi Panas

1. Infusa

Infusa adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 90ºC selama 15-20 menit keuntungan dari metode ini adalah

pembuatannya cepat, alat dan bahan mudah didapat. Kerugian dari metode

ini ialah pelarut yang digunakan adalah air sehingga dapat menyebabkan zat

aktif yang tersari tidak murni, dan infusa tidak dapat disimpan terlalu lama

karena dapat mengurangi kestabilan senyawa (Wahyuningsih et al., 2019).

2. Soxhletasi

Soxhletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan pemanasan

dengan cara meletakkan bahan yang akan diekstraksi dalam sebuah kantong

ekstraksi (kertas sari) dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja

kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik dan

turun menyari simplisia dalam selongsong dan selanjutnya masuk kembali

kedalam labu atas bulat setelah melewati pipa sifon. Keuntungan dari

metode ini adalah menggunakan pelarut yang lebih sedikit. Kekurangan dari

metode ini adalah tidak dapat digunakan pada bahan yang memiliki yang

bertekstur keras, pengerjaannya lama dan rumit, karena harus diuapkan di

rotavapor untuk memperoleh ekstrak yang kental (Triesty &Mahmud,

2018).
3. Refluks

Refluks dilakukan pada titik didih pelarut selama waktu tertentu dengan

jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Proses

ekstraksi biasanya dilakukan 3-5 kali pada residu pertama. Keuntungan dari

refluks ini ialah hemat dalam penggunaan pelarut. Kekurangan dari metode

ini ialah memerlukan waktu yang lama dan proses ekstraksi berlangsung

dengan suhu yang tinggi sehingga senyawa senyawa yang tdk tahan panas

mudah rusak (Agung, 2018).

b. Ekstraksi Dingin

1. Maserasi

Maserasi merupakan jenis ekstraksi sederhana karena pengerjaan hanya

dilakukan dengan cara merendam bahan simplisia dalam cairan penyari.

Metode maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung

zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,tidak mengandung zat yang

mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,

tiraks dan lilin. Keuntungan dari metode ini adalah cara pengerjaan dan

peralatan yang digunakan sederhana dan mudah. Kekurangannya ialah

memerlukan waktu yang lama (Najib A, 2018).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah metode ekstraksi yang selalu menggunakan pelarut

baru sampai sempurna. Biasanya perkolasi dilakukan pada suhu kamar.

Serbuk sampel dalam wadah percolator dibasahi pelarut secara perlahan


pada bagian atas sampel sehingga akan menetes dengan perlahan ke bagian

bawah sampel (Agung, 2018).

Penggunaan pelarut yang selalu baru akan menyebabkan semakin banyak

pelarut yang dibutuhkan, selain itu waktu yang dibutuhkan juga lebih lama. Jika

ukuran serbuk sampel dalam percolator tidak homogen maka akan mempersulit

pelarut menjangkau seluruh area (Agung, 2018).

C. Mulut

Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas dalam proses

pencernaan makanan (Rujianto, 2014). Rongga mulut merupakan tempat

berkumpulnya bakteri, hal ini dikarenakan di dalam rongga mulut terdapat sisa-sisa

makanan yang nantinya akan diuraikan oleh bakteri sehingga menghasilkan kondisi

asam yang merupakan tempat tinggal bakteri, selain itu rongga mulut dapat

memberikan kontribusi yang cukup untuk tempat berkembangnya bakteri sehingga

menyebabkan bakteremia. Beberapa jenis bakteri dan jamur yang biasa terdapat di

dalam rongga mulut ialah: Staphylococcus aureus, Staphylococcus aureus

epidermidis, Staphylococcus pneumonia, Streptococcus mutans dan Streptococcus

viridans (Arya, 2018)

Rongga mulut manusia merupakan salah satu organ tubuh yang banyak

mengandung bakteri. Lebih dari 500 jenis mikroorganisme dapat ditemukan dalam

rongga mulut termasuk mikroorganisme patogen (Hanifa, 2018). Jumlah bakteri

mulut yang tidak terkontrol selain dapat menyebabkan bau mulut, juga mampu

menimbulkan banyak penyakit seperti karies gigi dan penyakit periodontal yang
akan memicu timbulnya penyakit sistemik berbahaya dan dapat menimbulkan

kematian (Hanifa, 2018).

Mulut juga disebut rongga mulut. Dalam anatomi manusia lubang tempat

makanan dan udara yang kemudian masuk ke dalam tubuh. Makanan akan dicerna

pertama kali baik secara mekanik oleh gigi maupun secara kimiawi oleh enzim

amilase (ptyalin) yang menguraikan amilum (polisakarida) menjadi maltosa

(disakarida) (Sri Handayani, 2021).

Gambar 2.2 Rongga Mulut


(Sumber : Buku Rongga Mulut)

Infeksi bakteri pada rongga mulut yang sering terjadi disebabkan oleh

Streptococcus mutans, Staphylococcus, dan jamur Candida albicans (Hanifa,2018).

Beberapa penyakit dalam rongga mulut yang dapat disebabkan oleh Streptococcus

mutans yaitu abses, gingivitis, angular cheilitis, parotitis, staphylococcal

mucositis, dan denture stomatitis (Warbung et al., 2015). Abses dapat terjadi pada

semua struktur atau jaringan rongga mulut. Abses rongga mulut yang paling sering

terjadi adalah abses periodontal dan abses periapikal. Pemberian obat antibiotik dan

analgesik dapat diberikan untuk mengatasi hal tersebut. Walaupun, penggunaan


antibiotik sering menyebabkan resistensi bakteri terhadap zat antibiotik. Tingkat

resistensi Streptococcus mutans terhadap antibiotik yang paling sering digunakan

sudah mencapai angka persentase yang tinggi (30-70%) (Kurniawati, 2018).

D. Antibakteri

Antibakteri merupakan zat yang membunuh bakteri atau menekan

pertumbuhan dan reproduksi suatu bakteri. Sampai saat ini, bakteri masih

merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan. Obat untuk membasmi

bakteri penyebab infeksi pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif

setinggi mungkin, artinya obat tersebut haruslah sangat toksik untuk bakteri

(Gunawan, 2018).

Mekanisme kerja antibakteri secara umum dengan cara merusak dinding sel,

dimana merusak lapisan peptidoglikan yang menyusun dinding sel bakteri gram

positif maupun gram negatif dan mengubah permeabilitas membran atau merusak

membran plasma sehingga pada kerusakan ini dapat mengganggu kemampuan

proses biosintesis dalam membran, mengganggu sintesis protein, dan menghambat

kerja enzim (Dewi 2018).

1. Antibakteri terdiri dari :

a. Antiseptik merupakan suatu zat kimia yang bekerja, dan dapat membunuh,

menghambat atau menurunkan jumlah mikroorganisme, sehingga dapat

mencegah terjadinya suatu infeksi (Yosi et al., 2019).

b. Antimikroba merupakan suatu zat kimia yang sifatnya menghambat

pertumbuhan bakteri atau kapang, serta dapat membunuh bakteri atau

kapang (Ikel et al., 2020).


c. Desinfektan, adalah suatu zat yang dapat mencegah infeksi dengan cara

menghancurkan mikroorganisme patogen, terutama istilah ini digunakan

pada benda- benda mati.

d. Germicide, merupakan suatu zat yang dapat menghancurkan

mikroorganisme, termasuk didalamnya : bakterisid, fungisid, virus,dan

anubis.

e. Antibiotik, adalah obat yang berasal dari seluruh atau bagian tertentu

mikroorganisme dan digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Antibiotik

selain membunuh mikroorganisme atau menghentikan reproduksi bakteri,

guna juga membantu sistem pertahanan alami tubuh untuk mengeliminasi

bakteri tersebut (Anna, 2018).

2. Berdasarkan spektrum kerjanya antibiotik digolongkan menjadi (Indriani,

2018) :

a. Broad Spectrum (spektrum luas), dimana antibiotik yang dapat

menghambat dan membunuh bakteri berspektrum luas bekerja aktif pada

semua mikroba, mikroba gram positif maupun gram negatif. Contohnya

antibiotik spektrum luas yaitu Sefalosporin.

b. Narrow Spectrum (spektrum sempit), antibiotik yang hanya mampu

menghambat dan membunuh segolongan jenis bakteri saja, seperti hanya

mampu menghambat dan membunuh bakteri gram negatif saja. contohnya

antibiotik spektrum sempit yaitu Amoxicilin dan Ampicilin.

3. Berdasarkan struktur kimia antibiotik, penggolongan antibiotik secara umum

dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


a. Antibiotik golongan aminoglikosida. Spektrum kerjanya luas dan meliputi

terutama banyak bacilli gram-negatif. Obat ini juga aktif terhadap

gonococci dan sejumlah kuman gram-positif. Aktivitasnya adalah

bakterisid, berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan

mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Contohnya streptomisin,

gentamisin, amikacin, neomisin, dan paranomisin.

b. Antibiotik golongan tetrasiklin. Mekanisme kerjanya berdasarkan

diganggunya sintesa protein kuman. Spektrum antibakterinya luas dan

meliputi banyak cocci gram positif dan gram negatif serta kebanyakan

bacilli. Contohnya tetrasiklin, doksisiklin, dan minosiklin.

c. Golongan Betalaktam, antara lain golongan sefalosporin (sefaleksin,

sefazolin, sefuroksim, cefadroxil, ceftazidime), golongan monosiklik, dan

golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Penisilin adalah suatu agen anti

bakteri alami yang dihasilkan dari jamur jenis Penicillium chrysogenum.

d. Antibiotik golongan linkomisin. Spektrum kerja lebih sempit daripada

makrolida, terutama terhadap kuman gram positif dan anaerob. Berhubung

efek sampingnya hebat kini hanya digunakan bila terdapat resistensi

terhadap antibiotika lain. Contohnya linkomisin.

e. Antibiotik golongan makrolida, bekerja bakteriostatis terhadap terutama

bakteri gram-positif dan spektrum kerjanya mirip Penisilin-G. Mekanisme

kerjanya melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga

sintesis proteinnya dirintangi. Bila digunakan terlalu lama atau sering dapat

menyebabkan resistensi. Contohnya eritromisin dan klaritromisin


f. Antibiotik golongan kuinolon, senyawa-senyawa kuinolon berkhasiat

bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, berdasarkan inhibisi terhadap

enzim DNA-gyrase kuman, sehingga sintesis DNAnya dihindarkan.

Golongan ini hanya dapat digunakan pada infeksi saluran kemih (ISK) tanpa

komplikasi. Contohnya asam nalidiksat dan dan fluorokuinolon contohnya

siprofloksasin dan levofloksasin.

g. Antibiotik golongan kloramfenikol, kloramfenikol mempunyai spektrum

luas. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida

kuman. Contohnya kloramfenikol (Indriani, 2017).

4. Mekanisme antibakteri sebagai berikut (Rollando, 2019) :

a. Pengubah permeabilitas sel

Kerusakan pada membran sitoplasma akan menghambat pertumbuhan sel,

karena membran sitoplasma berfungsi mempertahankan bagian- bagian

tertentu dalam sel serta mengatur aktivitas difusi bahan-bahan penting dan

membentuk integritas komponen seluler.

b. Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

DNA dan RNA yang mempunyai peran yang sangat penting sebagai bahan

baku pembentukan sel bakteri. Penghambatan DNA dan RNA akan

mengakibatkan kerusakan pada sel.

c. Perusakan dinding sel

Struktur sel dirusak dengan menghambat pada saat pembentukan atau

setelah proses pembentukan dinding sel. Seperti antibiotika penisilin yang

menghambat pembentukan dinding sel dengan cara menghambat


pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel

mikroba.

d. Pengubahan molekul protein dan asam nukleat

Suatu sel hidup tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan

asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu antibakteri dapat mengubah

keadaan ini dengan mendenaturasi protein dan asam nukleat sehingga

merusak sel secara permanen.

e. Penghambat kerja enzim

Penghambatan enzim akan menyebabkan aktivitas seluler tidak berjalan

normal. Seperti sulfonamid yang bekerja dengan bersaing dengan PABA,

sehingga dapat menghalangi sintesis asam folat yang merupakan asam amino

esensial yang berfungsi dalam sintesis dan pirimidin.

5. Adapun Uji Aktivitas Antibakteri :

a. Penyiapan Medium Nutrient Agar

Medium NA (Nutrient agar) dibuat dengan menimbang Nutrient agar 2,8

gram lalu dilarutkan dengan air suling hingga 100 ml pada labu erlenmeyer

dan dipanaskan hingga larut kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu

121̊ C, tekan 1 atm selama 15 menit. Untuk inokulasi bakteri sebanyak 5 ml,

medium yang telah dipanaskan (Hartina, 2018).

b. Penyiapan Bakteri Uji

Bakteri yang digunakan adalah bakteri Streptococcus mutans yang

diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Universitas Megarezky

Makassar (Hartina, 2018).


c. Peremajaan Kultur Murni Bakteri Streptococcus mutans

Kultur murni bakteri Streptococcus mutans diambil satu ose dan inokulasi

secara aseptis dengan cara digoreskan pada agar miring dari medium

Nutrient agar, lalu diinkubasi secara anaerob pada suhu 37̊ C selama 24 jam

(Hartina, 2017).

E. Streptococcus mutans

Streptococcus mutans adalah mikroba gram positif berkarakter non

motil (tidak bergerak) bersama berkarakter anaerob. Mikroba ini memuat

fakultatif, bergaya Kokus atau bulat tersusun ibarat rantai bersama

berdiameter 0,5-0,76 mikrometer timbul dalam kelompok Streptococcus

hemolitik alpha, atau disebut pula Streptococcus viridans gara-gara

menyebabkan memicu hemolisis di sel darah merah yang berdampak

pemudaran warna hijau disebabkan penjadian produksi hemoglobin.

Dinding sel mikroba terdiri atas protein, karbohidrat bersama

Peptidoglikan mikroba ini timbul beberapa baik pada suhu 70 ° C

(Rollando,2019).

Streptococcus mutans menggambarkan mikroba anaerob fakultatif

gram positif bergaya bulat yang khas mewujudkan pasangan atau rantai

selama masa pertumbuhannya. Streptococcus mutans biasanya ditemukan

di rongga mulut makhluk hidup (Gunawan, 2014).

Selepas komsumsi sesuatu yang berisi gula terunggul adalah sukrosa

Bersama bahkan selepas total menit penyikatan gigi dilakukan,

glikoprotein yang lengket berawet digigi buat mulai penjadian plak digigi.
Didurasi yang bersamaan berjuta-juta mikroba yang dikenal selaku

streptococcus mutans pula berawet di glikoprotein itu. Di Langkah

selanjutnya, mikroba menggunakan fruktosa dalam satu metabolism

glikolisis buat menyebabkan energi. Hasil akhir atas glikosis dibawah

kondisi anaerob adalah asam laktat. Asam laktat ini menciptakan kadar

keasaman yang ekstra buat menurunkan pH mencapai batas sengat

menyebabkan melenyapkan komponen kapur fosfat didalam email gigi

mendorong kearah penjadian satu rongga atau lubang. Streptococcus

mutans ini yang memiliki satu enzim yang disebut glucosyl transferase di

atas permukaannya yang menyebabkan membawa dampak polimerisasi

glukosa di sukrosa beberapa pelepasan fruktosa sengat menyebabkan

mensintesis molekul glukosa yang memiliki kencang molekul yang terdiri

atas ikatan glukosa alfa (1-6) alfa (1-3) (Carmano, et.al. 2011).

Penjadian alfa (1-3) ini sangat lengket sengat tidak beraroma dalam

air. Hal ini dimanfaatkan sebab mikroba Streptococcus mutans buat

berkembang Bersama mewujudkan plak gigi. Enzim yang sama

melanjutkan buat menambahkan berlimpah glukosa kesatu sama lain buat

mewujudkan dextran yang memiliki susunan amat mirip beberapa amilase

dalam tajin. Dextran dengan beberapa mikroba melekap beberapa kencang

di enamel gigi Bersama menuju kepenjadian plak di gigi (Ari, 2008).

Klasifikasi Streptococcus mutans (Rollando, 2019).

Kingdom : Monera

Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli

Ordo : Lactobacillales

Famili : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus mutans

F. Obat Kumur

Obat kumur merupakan larutan yang digunakan untuk berkumur dengan

berbagai tujuan, antara lain untuk membunuh bakteri, menyegarkan nafas,

mempunyai efek terapi dan mencegah karies (Sri Hernawati, 2019). Penggunaan

obat kumur merupakan salah satu upaya tambahan untuk memberikan efektivitas

pembersihan rongga mulut yang maksimal karena upaya pencegahan bau mulut,

karies hanya dengan cara mekanis seperti penggunaan sikat gigi dan Dental Floss

tidak menjamin mampu menghilangkan semua plak penyebab karies, bau mulut,

terutama di daerah yang sulit dijangkau. Penggunaan obat kumur, selain mampu

lebih banyak menjangkau permukaan gigi, juga dapat membunuh bakteri pada

saliva dan jaringan lunak di rongga mulut yang memungkinkan menyebar ke

permukaan gigi (Sari et al., 2014).

Adapun keuntungan obat kumur yaitu :

1) Mudah dibawah kemana-mana, obat kumur praktis ketika digunakan

dibandingkan dengan sediaan mulut lainnya (Anastasia, 2017).

2) Obat kumur bisa digunakan sebagai kosmetik dan agen terapetik

(Handayani, 2018).
3) Obat kumur sangat efektif karena kemampuannya menjangkau tempat yang

sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak pembentukan plak

(Handayani, 2018).

Mekanisme obat kumur dalam mengeliminasi bakteri rongga mulut dilakukan

dengan tiga cara yaitu dengan menghambat metabolisme sel, menghambat

reproduksi bakteri dan mengakibatkan kematian sel. Menurut Sri Hernawati (2019)

efektifitas obat kumur dipengaruhi oleh konsentrasi bahan aktif dalam larutan, suhu

larutan, pH rongga mulut, waktu kontak antara bahan aktif dan bakteri, kemampuan

organisme untuk bertahan serta adanya bahan organik lain yang dapat menghambat

kontak obat kumur sering dipengaruhi oleh formulasi obat kumur, konsentrasi

bahan aktif, dosis, substantivity, pelaksanaan serta interaksi dengan zat kimia lain

pada rongga mulut (Sri Hernawati, 2019).

Sediaan yang telah dibuat harus memiliki stabilitas fisik yang baik selama

waktu penyimpanan. Stabilitas fisik sediaan obat kumur dapat diketahui dengan

melakukan evaluasi uji mutu fisik terhadap sedian obat kumur yang telah dibuat.

Evaluasi obat kumur yang dilakukan yaitu:

1. Uji Organoleptik

Pengamatan organoleptik dilakukan dengan cara mengamati bentuk,

warna, bau, dan rasa pada sediaan obat kumur (Fitri et al., 2018).

2. Uji pH

Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sediaan obat

kumur yang baik ialah mendekati ph mulut yang netral, yakni antara ph 6-7

(Lusi et al., 2020).


3. Uji Viskositas

Pengujian viskositas dengan sampel mouthwash dengan menggunakan

Ubbelohde viscometer. Pengujian ini dilakukan dengan cara memasukkan

sediaan ke dalam beaker glass di bawah alat viscometer dengan menggunakan

spindle no 4 dengan kecepatan 60 rpm (Nanda, 2020).

4. Uji stabilitas sediaan (cycling test)

Uji cycling test dilakukan dengan cara sediaan mouthwash disimpan pada

suhu 40C selama 24 jam dan pada suhu 400C selama 24 jam, penyimpanan dua

suhu tersebut dianggap 1 siklus. Percobaan ini diulang selama 6 siklus atau

dilakukan selama 12 hari dan dibandingkan kondisi fisik sediaan sebelum dan

sesudah diuji (Nurdianti et al., 2020).

G. Kerangka Konsep

Ekstrak Obat kumur Daun


Pegagan (Centella Flavonoid
asiatica)
Aktivitas Antibakteri

Streptococcus Mutans Uji mikrobiologi


dapat dihambat oleh dengan metode
sediaan Ekstrak Obat difusi
kumur Daun Pegagan
(Centella asiatica)

Variable bebas
Variable perantara
Variable terikat
H. Kerangka Teori

Daun Pegagan (Centella


asiatica)

Tanaman yang banyak Alkaloid, Tanin,


manfaat Saponin, Flavanoid,
Glikosida, Steroid,
Terpenoid dan
Flavanoid Antrakuinon

Antibakteri

Infeksi Bakteri Streptococcus mutans

Sediaan farmasi Obat kumur


ekstrak Daun Pegagan
(Centella asiatica)

Ekstrak Daun Pegagan


(Centella asiatica)

Streptococcus

I. Hipotesa

Ekstrak etano Daun Pegagan (Centella asiatica. L) dapat diformulasikan dalam

sediaan Obat kumur dan memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus

mutans.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian jenis eksperimen laboratorium dengan

melakukan serangkaian penelitian untuk mengetahui apakah Daun Pegagan

(Centella asiatica) mempunyai aktivitas dalam menghambat Streptococcus mutans.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Fitokimia, Laboratorium

Teknologi Sediaan Farmasi, dan Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Megarezky Makassar pada bulan Mei - September 2022.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman Pegagan (Centella asiatica. L)

pada bagian daun yang di ambil di Desa Bontomanai, Kecamatan Rumbia.

Kabupaten Jeneponto. Tanaman Pegagan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah bagian daun.

A. Alat Dan Bahan

Adapun alat yang digunakan ialah Autoklaf (ALP), batang pengaduk, benjana,

cawan petri, cawan porselin, corong plastik, erlenmeyer, gelas beker, gelas ukur,

gegep, Inkubator, Jangka Sorong, kawat ose, kawat kasa, kaki tiga, kertas saring,

lampu spiritus, mangkok kaca, mikro pipet, mortir, pipet tetes, pipet ukur, pinset,

pH meter, rak tabung, sudip, tabung reaksi, timbangan analitik, toples kaca.

Adapun bahan yang digunakan ialah air suling, aluminum foil, Daun Pegagan

(Centella asiatica) kontrol positif povidone iodine 1%, etanol 96%, gliserin,
Atreptococcus mutan, handscoon, kapas, kertas whatman, peppermint oil, medium

NA (Nutrient Agar), medium SDA (Sabouraud Dextrose Agar). natrium benzoat,

NaCl 0,9%, larutas Mc, farland, paperdisk, tween 80.

B. Prosedur Cara Kerja

1. Penyiapan Sampel

Diambil Daun Pegagan (Centella asiatica. L) pada pagi hari pada jam

08.00-10.00 pagi karena terjadi proses fotosintesis, dimana segala senyawa

yang ada pada tanaman terdapat di daun, kemudian dikumpulkan lalu di cuci

bersih dengan air mengalir kemudian dikeringkan dengan cara diangin anginkan

di dalam ruangan selama 1- 2 hari lalu dibuat menjadi serbuk.

2. Ekstraksi Sampel dengan Metode Maserasi

Ditimbang daun Pegagan (Centella asiatica. L) sebanyak 800 g lalu di

ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 3 liter. Wadah maserasi

ditutup dan disimpan selama 3 x 24 jam ditempat yang tidak terkena sinar

matahari langsung dengan sesekali diaduk. Selanjutnya, disaring dan

dipisahkan antara ampas dan filtratnya. Ampasnya dimaserasi kembali dengan

etanol 96% yang baru dengan jumlah yang sama. Ini dilakukan selama 3 x 24

jam. Hasil filtrat diuapkan menggunakan rotary evaporator sampai diperoleh

ekstrak kental.
3. Rancangan Formulasi Sediaan obat kumur

Tabel 3.1. Rancangan formulasi sediaan obat kumur ekstrak daun


Pegagan (Centella asiatica)

Konsentrasi

Bahan Kegunaan
F0 F1 F2 F3

Ekstrak daun Zat aktif 0 5% 10% 15%


Pegagan
Tween 80 Surfaktan 0,1% 0,1% 0,1% 0,1%

Natrium Pengawet 0,1% 0,1% 0,1% 0,1%


benzoat
Gliserin Humektan 15% 15% 15% 15%

Pippermint oil Penyegar 0,2% 0,2% 0,2% 0,2%

Air suling Pelarut Ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml


Kontrol (+) = obat kumur Komersial

4. Pembuatan obat kumur Ekstrak Etanol Daun Pegagan (Centella asiatica. L)

Dibuat sediaan obat kumur dengan langkah-langkah berikut :

Formula pertama, ditimbang 5 gram ekstrak etanol daun pegagan dan

bahan formulasi lainnya di timbang sesuai dengan perhitungan. Dimasukkan

natrium benzoat digerus dengan air suling secukupnya hingga homogen,

selanjutnya ditambahkan gliserin, tween 80 dan ekstrak etanol daun pegagan.

Kemudian dicukupkan volumenya dengan air suling. Disaring hasil larutan

menggunakan kertas whatman untuk mendapatkan hasil yang jernih.


Ditambahkan peppermint oil secukupnya untuk memberi aroma dan warna yang

menarik sebelum akhirnya dikemas dalam wadah.

Formula kedua, ditimbang 10 gram ekstrak etanol daun pegagan dan bahan

formulasi lainnya di timbang sesuai dengan perhitungan. Dimasukkan natrium

benzoat digerus dengan air suling secukupnya hingga homogen, selanjutnya

ditambahkan gliserin, tween 80 dan ekstrak etanol daun pegagan. Kemudian

dicukupkan volumenya dengan air suling. Disaring hasil larutan menggunakan

kertas whatman untuk mendapatkan hasil yang jernih. Ditambahkan peppermint

oil secukupnya untuk memberi aroma dan warna yang menarik sebelum

akhirnya dikemas dalam wadah.

Formula ketiga, ditimbang 15 gram ekstrak etanol daun pegagan dan bahan

formulasi lainnya di timbang sesuai dengan perhitungan. Dimasukkan natrium

benzoat digerus dengan air suling secukupnya hingga homogen, selanjutnya

ditambahkan gliserin, tween 80 dan ekstrak etanol daun pegagan. Kemudian

dicukupkan volumenya dengan air suling. Disaring hasil larutan menggunakan

kertas whatman untuk mendapatkan hasil yang jernih. Ditambahkan peppermint

oil secukupnya untuk memberi aroma dan warna yang menarik sebelum

akhirnya dikemas dalam wadah.

Sedangkan pada kontrol negatif natrium benzoat digerus dengan air suling

secukupnya hingga homogen, selanjutnya ditambahkan gliserin, tween 80, dan

peppermint oil. Tanpa ada penambahan zat aktif, kemudian dicukupkan dengan

air suling.
5. Uji Evaluasi Sediaan obat kumur

a. Uji Organoleptik

Dilakukan pengamatan organoleptik dengan cara mengamati bentuk,

warna, bau, dan rasa pada sediaan obat kumur (Fitri et al., 2017).

b. Uji pH

Dilakukan pemeriksaan pH dengan menggunakan pH meter. Sediaan

obat kumur yang baik ialah mendekati ph mulut yang netral, yakni antara

ph 6-7 (Lusi et al., 2020).

c. Uji Viskositas

Dilakukan pengujian viskositas dengan sampel mouthwash dengan

menggunakan viskometer Nd J-8S. Pengujian ini dilakukan dengan cara

memasukkan sediaan ke dalam beaker glass di bawah alat viscometer

dengan menggunakan spindle no 1 dengan kecepatan 60 rpm (Nanda, 2020).

d. Uji stabilitas sediaan (cycling test)

Dilakukan uji cycling test dengan cara sediaan mouthwash disimpan

pada suhu 40C selama 24 jam dan pada suhu 400C selama 24 jam,

penyimpanan dua suhu tersebut dianggap 1 siklus. Percobaan ini diulang

selama 6 siklus atau dilakukan selama 12 hari dan dibandingkan kondisi

fisik sediaan sebelum dan sesudah diuji (Nurdianti et al., 2020).

6. Uji Aktivitas Antibakteri

a. Penyiapan Medium Nutrient Agar

Ditimbang Medium NA (Nutrient agar) dibuat dengan menimbang

Nutrient agar 2,8 gram lalu dilarutkan dengan air suling hingga 100 ml pada
labu erlenmeyer dan dipanaskan hingga larut kemudian disterilkan dalam

autoklaf pada suhu 121̊ C, tekanan selama 15 menit. Untuk inokulasi bakteri

sebanyak 5 ml, yang telah dipanaskan (Hartina, 2017).

b. Penyiapan Bakteri Uji

Digunakan bakteri bakteri Streptococcus Mutans yang diperoleh dari

Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar

(Hartina, 2017).

c. Peremajaan Kultur Murni Bakteri Streptococcus mutans

Diambil kultur murni Streptococcus mutans diambil satu ose dan

inokulasi secara aseptis dengan cara digoreskan pada agar miring dari

medium Nutrient agar, lalu diinkubasi secara anaerob pada suhu 37̊ C

selama 24 jam (Hartina, 2017).

d. Uji Aktivitas Antibakteri obat kumur Ekstrak Daun Pegagan (Centella

asiatica).

Digunakan medium NA steril didinginkan hingga suhu 40̊ - 45̊ C

kemudian dimasukkan kedalam cawan petri sebanyak 10 ml menggunakan

spuit dan dibiarkan sampai memadat. Diambil 1 ose bakteri yang telah

diinokulasi pada medium agar miring menggunakan lidi kapas steril

kemudian digoreskan pada permukaan media yang telah memadat pada

cawan petri secara zig zag dan merata. Digunakan paper disk yang telah

dicelupkan kedalam sediaan diletakkan diatas medium secara aseptis. Tiap

paper disk diisi dengan konsentrasi ekstrak daun Pegagan (Centella

asiatica) konsentrasi 2%, 4%, 8% dengan kontrol negatif (obat kumur tanpa
ekstrak) dan kontrol positif (obat kumur komersial). Kemudian

diinkubasikan pada suhu 37̊ C selama 24 jam lalu diukur diameter zona

hambat yang dihasilkan.

C. Analisis Data

Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data

kualitatif berupa data hasil evaluasi sediaan obat kumur pada uji organoleptik. Uji

antimikroba menggunakan uji One Way (analysis of variance, ANOVA) adalah

suatu metode analisis statistika yang termasuk ke dalam cabang statistika inferensi,

yaitu :

a. Bila p value < α (0,5) maka hasil bermakna/signifikan, artinya ada hubungan

bermakna antara variabel independen dan dependen, atau Ho ditolak.

b. Bila p value < α (0,5) Ho diterima, hal ini berarti bahwa data sampel tidak

mendukung adanya perbedaan yang bermakna. Bila p value > α, maka perlu

dilakukan analisis Post-hoc, untuk melihat perbedaan antar kelompok.


DAFTAR PUSTAKA

Anjastika, L. S., Haryati, E., & Kholifah, N. (2022). Uji Aktivitas Antibakteri
Serbuk Instan Perasan Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia, Swingle)
Terhadap Bakteri Streptococcus mutans. Praeparandi, 5(2), 86–99.

Azizah R, Antarti AN. 2019. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Dan Getah Pelepah
Serta Bonggol Pisang Kepok Kuning (Musa paradisiaca Linn.) Terhadap
Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Klebsiella pneumoniae Dengan
Metode Difusi Agar. JPSCR J Pharm Sci Clin Res.;4(1):29.
doi:10.20961/jpscr.v4i1.26544.

Andayani, N. P., & Artawa, I. M. B. 2018. Pengaruh Penyakit Gigi dan Mulut
Terhadap Halitosis. Journal Kesehatan Gigi, Vol 4 No. 1.

Arya, V. 2018. Perbedaan Daya Hambat Formula Obat Kumur Daun Sirih Dengan
Formula Obat Kumur Lidah Buaya Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus. Universitas Andalas.

Cappucino, J. Natalie, S. 2013. Manual Laboratorium Mikrobiologi Edisi 8. EGC:


Jakarta

Fatimah, S., Prasetyaningsih, Y., & Astuti, R. W. (2022). Efektifitas Antibakteri


Ekstrak Daun Pegagan (Centella Asiatica) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus. Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian, 3(1),
61. https://doi.org/10.31764/lf.v3i1.7233

Hasibuan, S. P. (2021). Efektivitas Ekstrak Daun Pegagan (Centella Asiatica ( L .)


Urban) Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Streptococcus mutans. Skripsi,
Hal. 49.

Leba Maria Aloisia Uron, 2018. ”Ekstreaksi dan Real Kromatografi”. Penerbit
Deepublish (Grup Penerbitan CV Budi Utama ) ; Yogyakarta.

Mulyanti, R., Putra, M. R., Tanjung, D. S., & Salsabila, S. (2021). Pengaruh
Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kumis Kucing Terhadap Bakteri
Streptococcus Mutans. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1), 189–
195. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.578

Najib, A. 2018. Ekstraksi Senyawa Bahan Alam. Deepublish : Yogyakarta.

Rollando. 2019. Senyawa Antibakteri Dari Fungi Endofit. Malang : CV. Seribu
Bintang.

Siregar, A. F. (2020). Efektifitas Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica (L.)


Urban) dengan Kosentrasi 1%, 2,5% dan 5% sebagai Obat Kumur terhadap
Bakteri Streptococcus mutans secara In Vitro. Skripsi.

Susetyani, E., Latifa, R., Poncojari, W., & Nurrohman, E. (2020). Atlas Morfologi
Dan Anatomi Pegagan (Centella asiatica(L) Urban) Disertai Dengan
Pengamatan SEM. 1–12.

Sutardi, S. (2018). Kandungan Bahan Aktif Tanaman Pegagan dan Khasiatnya


untuk Meningkatkan Sistem Imun Tubuh. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian, 35(3), 121.
https://doi.org/10.21082/jp3.v35n3.2016.p121-130

Sri Handayani. 2021. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Penerbit Sains Buku
Indonesia.

Tanjung, D. S., Wijaya, S., & Silaen, M. (2022). Efektifitas antibakteri ekstrak daun
serai ( Cymbopogon citratus ) konsentrasi 20 %, 30 %, 40 %, dan 50 %
terhadap Streptococcus mutans Labolatorium Peneliitan serta Pengembangan
Tanaman Obat ASPETRI Pengda Sumatra Utara . Pengujian. 5(1), 17–22.
https://doi.org/10.34012/primajods.v5i1.2536

Wahyuningsih S, Auliah N, Salwi S. 2020. Mouthwash Jus Buah Nanas (Ananas


comosus L. Merr) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans. J
Kesehat.;13(2):171. doi:10.24252/kesehatan.v13i2.16423.

Warbung YY, Wowor VNS, Posangi J. 2018. Daya Hambat Ekstrak Spons Laut
Callyspongia sp terhadap Pertubuhan Bakteri Staphylococcus aureus
Pendahuluan Mulut kaya akan mikroorganisme , di antaranya yaitu
Staphylococcus epidermidis , Staphylococcus aureus , dan beberapa
mikrokokus berpigmen yang te. J e-GIGI.;1:1-12.
SKEMA KERJA

Serbuk daun pegagan 800 gram


-Dihaluskan -penimbangan

Maserasi
Etanol 96%

Simplisia kering
Ekstrak cair
-panen -pencucian Rotavapor
-sortasi basah -pengeringan
Ekstrak kental
-sortasi kering

Daun Pegagan (Centella Formulaso obat kumur


asiatica. L)

FI 5% FII 10% FIII 15% K (-) K (+)

FII 10% FII 10% FII 10%

Uji organoleptis Uji aktivitas Uji pH


Uji kejernihan Uji massa jenis
Uji homogenitas
Uji viskositas
Pengumpulan data
Uji Cycling test

Pembahasan

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai