Anda di halaman 1dari 17

EFEKTIVITAS BAKTERI ENDOFIT DAUN SIRIH

HIJAU (Piper betle L.) SEBAGAI PUPUK HAYATI


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN BAYAM (Amaranthus caudatus)

Disusun Oleh:
Nama: Chika Zusrofa Farawla Virdine (04)
Rumaisa Najla Azzahra (32)

KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KUDUS
Prambatan Kidul, Kaliwungu, Kudus, Jawa Tengah 59331, Telp. (0291) 431184
Website: www.man2kudus.sch.id E-mail: puskom@man2kudus.sch.id 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Bayam merupakan salah satu sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat
Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi bayam di Indonesia
mencapai 171.706 ton pada 2021. Jumlah tersebut meningkat 9,35% dibandingkan
pada tahun sebelumnya yang sebesar 157.024 ton. Kualitas dan ketahanan pangan
masih menjadi masalah dalam produksi dan pemasaran sayuran segar.
Bayam mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan, serta dapat
melindungi tubuh dari radikal bebas. Kandungan gizi bayam per 100 g meliputi energy
100 kJ, karbohidrat 3,4 g, protein 2,5 g, betacarotene 4,1 mg, Vitamin B kompleks 0,9
mg, Vitamin C 52 mg (Grubben, 1994). Vitamin C sangat penting untuk tubuh manusia.
Manfaatnya antara lain dapat mengobati berbagai macam gangguan pada manusia, mulai
dari kanker, diabetes, infeksi virus dan bakteri, serta memperlambat penuaan dini
(Massey et al., 2005; Brock et al., 2010). Rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia
untuk asupan vitamin C telah ditetapkan 45 miligram per hari (Snesa, 2010).
Usaha peningkatan produksi bayam dapat dilakukan dengan cara
perbaikan teknik budidaya yang meliputi pemupukan dengan pupuk organik,
pupuk hayati dan penggunaan varietas cabai yang sesuai. Penggunaan pupuk
anorganik pada lahan pertanian dalam jangka Panjang dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem dan menurunkan jumlah mikroflora tanah (Tian et al.,
2004). Pupuk hayati adalah salah satu alternatif teknologi ramah lingkungan yang
bisa menggantikan penggunaan pupuk sintetis. karena sifatnya lebih ramah
lingkungan.
Bakteri endofit merupakan kandidat yang potensial dikembangkan menjadi pupuk
hayati (Bintang & Dewi, 2013).
Hallman dan Berg (2006) menyebutkan bahwa keunggulan bakteri endofit
sebagai agens hayati, mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman yang dikenal
dengan Plant Growth Promoting Rhizobakteria (PGPR), karena dapat
meningkatkan ketersediaan nutrisi, menghasilkan hormon pertumbuhan serta
menginduksi ketahanan tanaman yang dikenal dengan Induced Systemic
Resistance (ISR). Bakteri endofit dapat diperoleh dari semua tanaman dan
berbagai jaringan. Setiap tanaman dapat menghasilkan lebih dari satu bakteri
endofit yang berpotensi sebagai agen hayati.
Sirih Hijau merupakan tanaman yang memiliki bakteri endofit yang
beragam. Bakteri endofit menguntungkan tanaman inangnya dengan cara
menstimulasi pertumbuhan tanaman, memfiksasi nitrogen, dan meningkatkan
sistem pertahanan tanaman terhadap gangguan penyakit tanaman. Hal ini
dikarenakan bakteri endofit mampu memproduksi senyawa antibakteri, enzim,
asam salisilat, etilena, dan senyawa sekunder yang berperan dalam menginduksi
ketahanan tanaman (Harni et al. 2012). Peran bakteri endofit diketahui cukup
signifikan dalam meningkatkan produksi padi (Govindarajan et al., 2008).

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


efektivitas bakteri endofit yang diisolasi dari daun sirih hijau sebagai pupuk hayati
dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi bayam serta menghasilkan mutu
sayuran yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana efektivitas bakteri endofit yang diisolasi dari daun sirih hijau
terhadap pertumbuhan dan kandungan zat besi pada bayam?
2. Apakah isolat terbaik bakteri endofit yang diisolasi dari daun sirih hijau untuk
pupuk hayati tanaman bayam?

1.3 Tujuan penelitian


Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui efektivitas bakteri endofit yang diisolasi dari daun sirih
hijau terhadap pertumbuhan dan kandungan zat besi pada bayam.
2. Untuk mengetahui isolat terbaik bakteri endofit yang diisolasi dari daun sirih
hijau untuk pupuk hayati tanaman bayam.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu:
1. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai jenis pupuk hayati yang berasal
dari bakteri endofit.
2. Sebagai jurnal referensi untuk masyarakat mengenai peneletian lanjutan tetang
endofit daun sirih hijau.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri Endofit
Bakteri endofit merupakan bakteri yang dapat hidup di dalam jaringan
tanaman tanpa menimbulkan bahaya dan memiliki senyawa aktif yang sama
seperti tanaman inangnya. Bakteri endofit terdapat hampir 300.000 pada jenis
tumbuhan di bumi. Bakteri endofit dapat diperoleh dengan cara diisolasi dari
tanaman yang permukaannya telah disterilkan ataupun dapat diekstrak untuk
memperoleh bakteri yang terdapat pada jaringan tanaman. Bakteri endofit
bersifat tidak patogen bagi inangnya dan memiliki kemampuan untuk
menghasilkan metabolit sekunder. Metabolit sekunder termasuk antimikroba
yang dapat diproduksi oleh mikrooorganisme endofit yang dalam habitat aslinya
dapat membentuk koloni dalam jaringan vaskuler tanaman. Bakteri endofit yang
hidup di jaringan tanaman dapat bersifat obligat atau fakultatif dalam
mengklonisasi inangnya dan pada satu tanaman. Kebanyakan bakteri endofit
bersifat menguntungkan karena mampu berfungsi sebagai agen pengendali
hayati dan juga mampu inang umumnya terdiri dari beberapa genus dan spesies.
Beberapa manfaat mikroba endofit antara lain sebagai agen biokontrol
tanaman (Harni et al., 2006) anti mikroba, anti kanker (Kumala, 2009),
antioksidan, anti inflamasi, immunosupresi, dan antidiabetes (Rahmawati, 2009).
Selain itu, bakteri endofit juga sebagai Plant Growth Promoting Rhizobacteria
(PGPR) dengan menghasilkan hormon pertumbuhan dan ketersediaan nutrisi
tertentu, (Supramana, 2007).
2.2 Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)
2.2.1 Morfologi Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)
Sirih termasuk dalam famili Piperaceae, merupakan jenis tumbuhan
merambat dan bersandar pada batang pohon lain, yang tingginya 5-15 meter.
Sirih memiliki daun tunggal letaknya berseling dengan bentuk bervariasi mulai
dari bundar telur atau bundar lonjong, pangkal berbentuk jantung atau agak
bundar berlekuk sedikit, ujung daun runcing, pinggir daun rata agak
menggulung ke bawah, panjang 5-18 cm, lebar 3-12 cm. Daun berwarna hijau,
permukaan bawah agak kasar, kusam, tulang daun menonjol, bau aromatiknya
khas, rasanya pedas. Sedangkan batang tanaman berbentuk bulat dan lunak
berwarna hijau agak kecoklatan dan permukan kulitnya kasar serta berkerut-
kerut (Inayatullah, 2012).

2.2.2 Taksonomi Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)


Menurut Tjitrosoepomo (1988) kedudukan tanaman sirih dalam
sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikaiskan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dikotiledonaea
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
2.2.3 Karakteristik Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)

Gambar 2.2.3
Sirih hijau (Piper betle L.) termasuk jenis tumbuhan perdu merambat dan
bersandarkan pada batang pohon lain, batang berkayu, berbuku-buku, beralur,
warna hijau keabu-abuan, daun tunggal, bulat panjang, warna hijau, perbungaan
bulir, warna kekuningan, buah buni, bulat, warna hijau keabu-abuan (Damayanti
dkk, 2006). Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk
daunnya pipih menyerupai jantung, tangkainya agak panjang, tepi daun rata,
ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging
daun tipis. Permukaan daun warna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya
berwarna hijau tembelek atau hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar
serta berbuku-buku. Daun sirih yang subur berukuran lebar antara 8-12 cm dan
panjangya 10-15 cm (Damayanti dkk, 2006).
Tanaman daun sirih merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak
dimanfaatkan untuk pengobatan. Bagian dari tumbuhan sirih (Pipper batle L.) seperti
akar, biji, dan daun berpotensi untuk pengobatan, tetapi yang paling sering dimanfaatkan
adalah bagian daun. Daun sirih dimanfaatkan sebagai antisariawan, antibatuk, astrigent,
dan antiseptik. Kandungan kimia tanaman sirih adalah saponin, flavonoid, polifenol, dan
minyak astari. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba. Senyawa ini akan
mersak membran sitoplasma dan membunuh sel. Senyawa flavonoid diduga memiliki
mekanisme kerja mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat
diperbaiki lagi.
Kajian mengenai sirih hijau dalam bidang kesehatan telah dilakukan.
Sebagai contoh, daun sirih hijau yang diekstrak dengan akuades steril
menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap Streptococcus mutans secara in
vitro (Nalina & Rahim 2007). Al-Adhroey et al (2011) menyatakan bahwa esktrak
metanol daun sirih hijau memiliki aktivitas antimalaria terhadap Plasmodium
berghei.
Selain itu menurut Ukhradiya et al (2019), bakteri endofit yang berada
dalam tanaman sirih hijau kemungkinan besar mampu menghasilkan salah satu
senyawa aktif atau senyawa lain bersifat antibiotic. Sejauh ini belum dilaporkan
adanya isolasi bakteri endofit dari tanaman daun sirih hijau.

2.3 Tanaman Bayam (Amaranthus; L.)


2.3.1 Morfologi Tanaman Bayam (Amaranthus; L.)
Bayam (Amaranthus sp) merupakan tanaman semusim dan tergolong
sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga
memiliki daya adaptasi yang tinggi pada beragam ekosistem. Bayam memiliki
siklus hidup yang relatif singkat, umur panen bayam hanya 3-4 minggu. Sistem
perakarannya adalah akar tunggang dengan cabang-cabang akar yang bentuknya
bulat panjang menyebar ke semua arah. Umumnya, perbanyakan tanaman bayam
dilakukan secara generatif yaitu melalui biji (Hadisoeganda, 1996). Tanaman
bayam memiliki bagian-bagian diantaranya:
a. Akar (Radix)
Amaranthus L. memiliki akar tunggang, tidak berkayudan berwarna putih
kekuningan. Akarnya ketika masih segar berwarna kuning abu-abu
(Dalimartha, 2006)
b. Batang (Caulis)
Amaranthus spinosus L. berbentuk berbatang bulat, tegak,termasuk berbatang
basah. Batang berwarna hijau atau kemerahan, bercabang banyak (Sahat &
Hidayat, 2006).
c. Daun (Folium)
Daun spesies ini termasuk daun tunggal,bundar telur, memanjang sampai
lanset, tata letak daun tersebar, daun berselang-seling,bulat atau oval,
menyempit kebagian ujungnya, panjang tangkai daun 2-8 cm, berujung
runcing serta urat-urat daun yang kelihatan jelas, tulang daun menyirip,tepi
daun rata, bertangkai panjang,letak berseling warnanya hijau, berbentuk
bundar telur memanjang. Panjang daun 1,5 cm sampai 6,0 cm. Lebar daun
0,5 Berwarna kehijauan, bentuk bundar telur memanjang.Tangkai daun
berbentuk bulat dan permukaannya opacus. Panjang tangkai daun 0,5 sampai
9,0 cm. Bentuk tulang daun bayam duri penninervis dan tepi daunnya
repandus (Dalimartha, 2006).
d. Bunga (Flos)
Bunga berkelamin tunggal, bunga majemuk kumpulan bunganya berbentuk
bulir untuk bunga jantannya sedangkan bunga betina berbentuk bulat, yang
terdapat dibagian bawah duduk di ketiak daun atau ujung atas batang,bagian
atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak
percabangan, padat berwarna hijau. Kelopak bunganya berbentuk corong.
Ujung bertaju, warna hijau agak putih. Daun tenda bunga setinggi-tingginya
2,5 mm Merupakan bunga berkelamin tunggal, yang berwarna hijau. Bunga
setiap bunga memiliki berbilangan 5 daun mahkota berlepasan, panjangnya
1,5-2,5 mm. Bakal biji satu. Bunga ini termasuk bunga inflorencia (Sahat &
Hidayat, 2006).
e. Buah (Frektus)
Buah mengandung biji yang sangat kecil, berbentuk bulat panjang dan
berwarna hitam mengkilat. Berbentuk lonjong berwarna hijau dengan
panjang 1,5 mm (Dalimartha, 2006).
f. Biji (Semen)
Berbiji bulat kecil berwarna hitam dengan panjang antara 0,8 – 1 mm (Sahat
& Hidayat, 2006).

2.3.2 Taksonomi Tanaman Bayam (Amaranthus; L.)


Klasifikasi tanaman bayam yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Caryophyllales
Suku : Amaranthaceae
Marga : Amaranthus
Spesies : Amaranthus hybridus L. (Saprianto, 2013)

2.3.3 Karakteristik Tanaman Bayam (Amaranthus; L.)

Gambar 2.3.3
Ukuran bijinya sangat kecil, bentuknya bulat dan berwarna coklat tua
memgkilap sampai hitam kelam. Bunga bayam berukuran kecil dan berjumlah
banyak, terdiri dari daun bunga 4-5 buah, benang sari 1-5, dan bakal buah 2-3.
Bunga keluar dari bagian ketiak cabang yang tersusun seperti malai yang tumbuh
tegak. Tanaman dapat berbunga sepanjang musim (Rukmana, 1994).
2.4 Pupuk
Permentan No.2 tahun 2006, menggolongkan pupuk hayati kedalam
pembenah tanah, bukan pupuk organik. Pembenah tanah itu sendiri bisa
dikatakan organik ataupun non organik. Pupuk hayati termasuk dalam pembenah
tanah organik. Dalam peraturan tersebut pupuk organik didefinisikan sebagai
sekumpulan material organik yang terdiri dari zat hara (nutrisi) bagi tanaman. Di
dalamnya bisa mengandung organisme hidup atau pun tidak. Sedangkan pupuk
hayati adalah sekumpulan organisme hidup yang aktivitasnya dapat
memperbaiki kesuburan tanah. Dalam praktiknya, satu pupuk organik bisa saja
mengandung agen hayati atau sebaliknya. Meski begitu, tidak semua pupuk
organik yang mengandung mikroorganisme hidup dikatakan sebagai pupuk
hayati, kecuali kondisi mikroorganisme tersebut memenuhi syarat mutu tertentu.
Terdapat dua peran utama pupuk hayati dalam budidaya tanaman, yakni
sebagai pembangkit kehidupan tanah (soil regenerator), penyubur tanah
kemudian tanah dan penyedia nutrisi tanaman (Feeding the soil that feed the
plant). Mikroorganisme yang terkandung dalam pupuk bekerja dengan cara:
1. Penambat zat hara yang berguna bagi tanaman. Beberapa mikroorganisme
berfungsi sebagai penambat N, tanpa bantuan mikroorganisme tanaman
tidak bisa menyerap nitrogen dari udara. Beberapa berperan sebagai pelarut
fosfat dan penambat kalium.
2. Aktivitas mikroorganisme membantu memperbaiki kondisi tanah baik
secara fisik, kimia maupun biologi.
3. Menguraikan sisa-sisa zat organik untuk dijadikan nutrisi tanaman.
4. Menghilangkan zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan tanaman seperti
beberapa jenis hormon pertumbuhan.
5. Menekan pertumbuhan organisme parasit tanaman. Pertumbuhan
mikroorganisme baik akan berkompetisi dengan organisme patogen,
sehingga kemungkinan tumbuh dan berkembangnya organisme patogen
semakin kecil.

Susunan kimia pupuk kandang berbeda-beda tergantung dari jenis ternak, umur
ternak, macam pakan, jumlah amparan, cara penanganan dan penyimpanan pupuk yang
berpengaruh positif terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah, mendorong kehidupan
mikroba tanah yang mengubah berbagai faktor dalam tanah sehingga menjamin
kesuburan tanah (Sajimin, 2011). Pupuk organik dapat meningkatkan anion-anion utama
untuk pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, sulfat, borat, dan klorida serta
meningkatkan ketersediaan hara makro untuk kebutuhan tanaman dan memperbaiki sifat
fisika, kimia dan biologi tanah (Lestari, 2015).
Menurut Hadisuswito dan Sukamto dalam Oktavia (2015) pupuk organik
berdasarkan bentuk dan strukturnya dibagi menjadi dua golongan yaitu pupuk organik
padat dan pupuk organik cair.
Pupuk organik mengandung asam humat dan asam folat serta zat pengatur tumbuh
yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman (Supartha, 2012). Frekuensi pemberian
pupuk dengan dosis yang berbeda menyebabkan hasil produksi jumlah daun yang
berbeda pula dan frekuensi yang tepat akan mempercepat laju pembentukan daun.
Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk
buatan yang berlebihan dikarenakan adanya bahan organik yang mampu memperbaiki
sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan
tanah, memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan ikatan antar partikel,
meningkatkan kapasitas menahan air, mencegah erosi dan longsor, dan merevitalisasi
daya olah tanah (Kelik, 2010).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan variable bebas
isolat bakteri endofit daun sirih hijau dan variabel terikat yaitu pertumbuhan
tanaman bayam.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Olimpiade Sains Terpadu Madrasah
Aliyah Negeri 2 Kudus pada bulan Juli-November 2023
3.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pot atau polibeg besar dan
polibeg kecil 4x6 cm, neraca, penggaris, cawan petri, tabung reaksi, autoklaf,
inkubator, beaker glass/erlemayer, oven,
Bahan yang digunakan adalah benih atau bibit tanaman bayam, daun sirih
hijau, kultur Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Bacillus cereus, dan
Salmonella enteritidis, campuran tanah, dan pupuk kandang 1:1, media Nutrient
Agar (NA), media Nutrient Broth (NB), larutan natrium hipoklorit 5.25 %, etanol
70 %, akuades, nistatin, antibiotik kanamycin.
3.4 Tahapan Penelitian
3.4.1 Persiapan
1. Isolasi Bakteri Endofit
Bagian tanaman sirih yang digunakan adalah daun, sampel tanaman dalam
keadaan segar dibersihkan dengan air mengalir kemudian dipotong-potong
sepanjang 1-3 cm dan dipisahkan menurut bagian tanamannya. Potongan sampel
direndam dalam etanol 70 % selama 1 menit, larutan natrium hipoklorit 5.25 %
selama 5 menit, dan dicuci dengan etanol 70 % sebanyak tiga kali. Potongan
sampel diiris secara steril kemudian ditanam dalam media nutrient agar (NA) yang
mengandung nistatin. Media yang sudah mengandung sampel tersebut diinkubasi
pada suhu ruang dalam keadaan gelap dan diamati setiap hari sampai ada
pertumbuhan koloni. Jika selama 24 jam di sekitar sampel tanaman belum
menunjukkan adanya pertumbuhan mikroba, sterilisasi permukaan dikatakan
berhasil. Bakteri endofit yang tumbuh dimurnikan satu per satu dan dikultivasi
dalam agar miring. Isolat bakteri endofit yang telah murni diidentifikasi secara
morfologi berdasarkan warna koloni, bentuk tepian koloni, elevasi koloni dan
konsistensi koloni serta kecepatan pertumbuhan koloni (Modifikasi Desriani et al.
2013).
2. Persiapan media tanam bayam
Persemaian benih dilakukan dalam polibeg kecil dengan ukuran 4x6 cm,
yang berisi media tanah dengan pupuk kandang 1:1 dan disterilkan. Setelah itu
media tanam dibiarkan 5-7 hari sebelum benih disemai, dengan meletakkannya di
atas rak dengan ketinggian 1 meter dari lantai di dalam rumah kassa.
Polibeg disiapkan untuk penanaman bibit, yang berlubang kiri kanannya
untuk pengaturan air. Media tanam berupa campuran tanah, pupuk kandang dan
pasir 2:1:0,5 diisi ke dalam polibeg kapasitas 5 kg sebanyak 2/3 bagian. Polibeg
diatur sesuai perlakuan dengan jarak 60x40 cm. Setiap plot terdiri dari 3 tanaman
yang semuanya digunakan sebagai tanaman sampel.
3.4.2 Perlakuan
Benih bayam dimasukkan ke dalam larutan bakteri selama 30-60 menit sambil
diguncang dengan shaker dengan kecepatan 100 rpm, dan siap disemai (Hartini,
2004). Benih disemai dalam polibeg kecil sebanyak 5 benih/polibeg. Setiap
perlakuan disemai sebanyak 12 polibeg untuk persiapan penyulaman. Penyiraman
dilakukan setiap hari pagi atau sore hari, guna menjaga kelembaban media.
Persemaian benih dilakukan selama 21-30 hari. Setelah bibit memiliki 3 sampai
4 helai daun bibit siap dipindahkan ke polibeg besar.
3.4.3 Penanaman bayam
Penanaman dilakukan pada bibit cabai yang berumur 30 hari. Setiap polibeg berisi
1 bibit. Setelah tanaman berumur 2 minggu pada setiap tanaman diberi ajir untuk
menopang pertumbuhan tanaman. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari.
3.4.4 Perawatan bayam
Pemupukan dilakukan 1 hari setelah tanaman dipindahkan ke polibeg
besar, yaitu dengan pemberian pupuk kandang sapi 100 g/tanaman. Dilanjutkan
pemupukan susulan dilakukan tiap 2 minggu sekali dengan dosis 100 g/tanaman
yang sama sampai panen pertama (Nurliana, 2012).
Penyulaman dilakukan bila ada bibit muda yang rusak ataupun mati,
dilakukan pada saat umur tanaman 1-2 minggu setelah penanaman/pemindahan
bibit ke polibeg besar. Pengendalian hama digunakan pestisida organik dengan
menggunakan 100 lembar daun sirsat diblender lalu ditambahkan 30 g sabun
colek, aduk rata sambil tambahkan air hingga 5 liter, saring dan disemprotkan ke
seluruh tanaman bayam.
Penyiangan gulma dilakukan sekali seminggu, dengan membersihkan
gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Bayam dipanen adalah umur 28 hari
setelah tanam, tinggi tanaman antara 15-20 cm dan belum berbunga. Waktu panen
adalah sore hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Pengamatan dilakukan setelah tanaman bayam berumur 3 minggu yaitu dengan
menghitung pertumbuhan meliputi:
1. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung pada saat panen
2. Lebar daun (cm)
Lebar daun diukur dari 3 sampel tanaman dengan daun berukuran paling besar,
sedang, dan kecil dan masing-masing daun berjumlah 6 yang diukur saat panen.
Lebar daun diukur menggunakan penggaris (cm)
3. Tinggi tanaman (cm)
Diukur dari pangkal batang sampai dengan titik tumbuh tanaman (tidak termasuk
bunga tanaman) dengan menggunakan penggaris saat panen.
3.6 Analisis Data
Data dianalisis dengan sidik ragam (uji F). Jika terdapat pengaruh nyata maka
akan dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan α 5 %.
3.7 Diagram Alir Penelitian

MULAI

Studi literatur

Persiapan isolasi bakteri endofit

Persiapan media tanam

Perlakuan bibit bayam

Penanaman dan perawatan bayam

Pemupukan Penyulaman Penyiangan

Pemanenan bayam

Pengolahan hasil dan pengumpulan


data

Jumlah daun dihitung Lebar daun diukur dari 3 sampel berbeda Tinggi tanaman dari
manual menggunakan penggaris pangkal sampai ujung

Analisis data

SELESAI
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Shafwan Pulungan, Diana Erawaty Tumangger. 2018. Isolasi dan

Karakterisasi Bakteri Endofit Penghasil Enzim Katalase dari Daun Buasbuas

(Premna pubescens Blume): Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan. 5

(1): 72-80

Ukhradiya Magharaniq Safira Purwanto, Fachriyan Hasmi Pasaribu, Maria

Bintang. 2014. Isolasi Bakteri Endofit dari Tanaman Sirih Hijau (Piper betle L.)

dan Potensinya sebagai Penghasil Senyawa Antibakteri.: Current Biochemistry

Volume 1 (1): 51 – 57

Susan Camila Foeh, I Gede Rai Maya Temaja, Khamdan Khalimi. 2019.

Potensi Bakteri Endofit Dalam Menekan Pertumbuhan Phytophthora Palmivora

(Butler) Secara In Vitro.

Ida Ekawati, Isdiantoni, dan Zasli Purwanto. 2011. Faktor-Faktor Yang

Mendasari Petani Menggunakan Pupuk Organik Pada Budidaya Padi Di

Kabupaten Sumenep.

Ali Murrrobbi. 2022. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri di Pupuk Cair

Nutritan.

Suwarni Tri Rahayu, Ali Asgar, Iteu M Hidayat, Kusmana, Diny Djuariah.

2013. Evaluasi Kualitas Beberapa Genotipe Bayam (Amaranthus Sp) pada

Penanaman di Jawa Barat.

Nusyirwan, Rukiyah Abdi Syahadah. 2020. Pengaruh Bakteri Endofit Bacillus

Subtilis Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Pertumbuhan Dan Produksi Pada Tanaman

Cabai Merah (Capsicum Annuum L.): Jurnal Biosains Vol. 6 No. 2


Irma Handayani Sihombing, Mukhtar Iskandar Pinem, Irda Safni. 2019.

Pengujian Bakteri Endofit Asal Cabai dalam Menekan Pertumbuhan (Fusarium

oxysporum f.sp. capsica) Penyebab Penyakit Layu fusarium pada Cabai: Jurnal

Agroekoteknologi FP USU ISSN No. 2337- 659 Vol.7. No. 2, (42): 339-346

Anda mungkin juga menyukai