Diajukan oleh
Fitriatul Qubra
NIM. B161009
NIK.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahu merupakan salah satu bahan makanan pokok yang termasuk
dalam empat sehat lima sempurna. Tahu juga merupakan makanan sehari-hari
yang sering dikonsumsi dalam bentuk makanan ringan seperti gorengan yang
mengandung banyak gizi dan mudah diproduksi. Tahu adalah ekstrak protein
kedelai yang telah digumpalkan dengan menggunakan bahan penggumpal
protein seperti asam, garam kalsium, atau bahan penggumpal lainnya. Selain
memiliki kelebihan, tahu juga memiliki kelemahan yaitu memiliki kandungan
air yang tinggi sehingga membuat tahu mudah rusak (mudah ditumbuhi
mikroba). Disimpan pada kondisi biasa (suhu ruang) daya tahannya rata-rata
hanya1-2 hari saja. Setelah lebih dari batas tersebut rasanya menjadi asam dan
berangsur-angsur busuk. Akibatnya banyak usaha yang dilakukan produsen
tahu untuk mengawetkannya, termasuk menggunakan bahan yang dilarang,
misalnya boraks. (Mujadjanto, 2005).
Salah satu upaya yang dilakukan oleh produsen untuk menghindari
kerugian akibat kerusakan tekstur tahu antara lain berjamur, berlendir,
sehingga menimbulkan bentuk, warna, rasa dan bau berubah adalah dengan
menambahkan pengawet. Penambahan bahan pengawet ini kadang menjadi
kurang aman jika yang digunakan bukan merupakan bahan pengawet yang
dianjurkan untuk makanan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan masa
simpan tahu menjadi lebih panjang. Pengawet yang biasa digunakan oleh para
pembuat tahu adalah pengawet sintetik salah satunya boraks, boraks adalah
senyawa kimia turunan dari logam berat boron (B), boraks merupakan anti
septikdan pembunuh kuman. Adapun alasan penggunaan boraks adalah
harganya yang murah dan boraks berfungsi juga sebagai pengenyal.
Konsumsi boraks dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan penyakit.
sehingga diperlukan adanya alternatif bahan pengawet dari bahan alami. Salah
satunya dapat dijadikan sebagai bahan pengawet alami tersebut adalah daun
1
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah efektivitas daun
seledri sebagai bahan pengawet terhadap ketahanan tahu.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah efektivitas daun seldri sebagai
bahan pengawet terhadap ketahanan tahu
3
D. Manfaat Penelitian
Manfaat umum dan manfaat khusus
Diketahuinya manfaat daun seledri sebagai antioksidan alami terhadap
ketahanan tahu sehingga dapat memperkaya pengetahuan di bidang tanaman
herbal dan berbagai disiplin ilmu lainnya.
A. Kerangka Teori
1. Seledri
a. Deskripsi Seledri
Tumbuhan yang tingginya dapat mencapai 0,8 m, berbau khas
jika diremas. Akar tebal, berumbi kecil. Batang bersegi nyata,
berlubang, tidak berambut. Daun majemuk menyirip sederhana atau
beranak daun 3, anak daun melebar, pangkal berbentuk segitiga
terbalik (pasak), hijau mengkilat, ujung daun bergerigi, setiap gerigi
berambut pendek, pangkal tangkai daun umumnya melebar.
Perbungaan berupa bunga majemuk payung, tanpa atau dengan tangkai
tetapi panjangnya tidak lebih dari 2 cm, anak payung 6-15 cabang,
ukuran 1-3 cm, 6-25 bunga, tangkai bunga 2-3 mm, daun mahkota
putih kehijauan atau putih-kekuningan, panjang mahkota bunga 0,5-
0,75 mm. Panjang buah rata-rata 1 mm (Badan POM RI, 2010).
Tanaman ini berasal dari Eropa Selatan. Sekarang ada dimana-
mana, banyak ditanam orang untuk diambil daun, akar dan buahnya.
Batang Apium Graveolens dapat tumbuh dengan ketinggian meter.
Batang tidak berkayu, beralus, beruas, bercabang, tegak dan berwarna
hijau pucat. Daunnya tipis majemuk, daun muda melebar atau meluas
dari dasar, hijau mengkilat, segmen dengan hijau pucat, tangkai
disemua atau kebanyaknn daun. Daun bunganya berwarna putih
kehijauan atau putih kekuningan, yang panjangnya sekitar ½ - ¼ mm.
bunganya tunggal, dengan tangkai yang jelas, sisi kelopak yang
tersembunyi, daun bunga putih kehijauan atau merah jambu pucat
dengan ujung yang bengkok. Bunga betina majemuk, tidak bertangkai
atau bertangkai pendek, sering mempunyai daun berhadapan atau
berbatas dengan tirai bunga. Tirai bunga tidak bertangkai atau dengan
tangkai bunga tidak lebih dari 2 cm panjangnya. Panjang buahnya
4
5
Gambar 2.1
c. Morfologi Tanaman Seledri
Daun seledri yang tumbuh dalam pola roset atau berupa daun
majemuk menyirip dengan lima atau tujuh anak daun. Daun melekat
pada batang dengan tangkai daun panjang dan berdaging. Tangkai
daun tegak dan lebar dengan pangkal melingkup atau membentuk
talang. Tangkai daun yang lebih muda lebih lembut (Halfacre dan
Barden, 2004).
Tepi daun seledri umumnya bergerigi dengan pangkal maupun
ujungnya runcing. Tulang-tulang daun menyirip dengan ukuran
panjang 2-7,5 cm, dan lebar 2-5 cm. Tangkai daun tumbuh tegak
6
3. Tahu
a. Definisi Tahu
Tahu sebagai salah satu produk olahan kedelai yang merupakan
sumber penyedian protein yang sangat baik tubuh karena jumlah
protein yang dikandungnya serta daya cernanya yang tinggi. Tahu
pertama kali dibuat sekitar tahun 200 SM oleh salah seorang juru
masak Cina yang secara tidak sengaja menambahkan nigari atau
larutan garam ke dalam sari kedelai hingga terjadi proses
penggumpalan menjadi padatan. Sejak saat itu maka tahu sebagai
produk olahan kedelai diterima sebagai suatu sumber kesehatan bagi
orang Asia. Sebagai sumber protein nabati, tahu mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan sumber protein nabati lainnya. Tahu
mengandung air 86 %, protein 8-12%, 4,6% lemak dan 1,6 %
karbohidrat, juga mengandung berbagai mineral seperti kalsium, zat
besi, fosfat, kalium, natrium; serta vitamin seperti kolin, vitamin B dan
vitamin E. Kandungan asam lemak jenuhnya rendah dan bebas
kolesterol. Mutu proteinnya cukup tinggi, sehingga cocok untuk
makanan diet (Koswara, 2009)
12
2) Bahan Penggumpal
Penggumpalan merupakan tahapan proses yang paling
penting karena adanya korelasi yang kompleks pada variabel sifat
kimia (total padatan, pH, volume) kedelai, tipe, jumlah dan
konsentrasi penggumpal, metode penambahan dan pencampuran
serta suhu dan waktu penggumpalan. Bahan penggumpal
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap rendemen
dan kualitas tahu. Bahan penggumpal sari kedelai pada pembuatan
tahu terdapat beberapa tipe. Di Indonesia, tipe penggumpal asam
banyak digunakan oleh sentra industri tahu. Penggumpalan susu
kedelai dalam pembuatan tahu menggunakan cara fermentasi
merupakan salah satu cara yang banyak dilakukan oleh produsen
tahu lokal. Cara ini menggunakan whey yang dibiarkan selama satu
hari sehingga bakteri asam laktat dapat tumbuh dan memproduksi
asam laktat. Kemudian dicampur dengan susu kedelai untuk
digumpalkan (Susanti, 2009).
Tahu yang berasal dari protein kedelai yang digumpalkan
melalui penambahan suatu bahan penggumpal (Liu, 2007). Pada
umumnya produsen menggunakan bahan kimia sebagai
penggumpalnya maka perlu dicari alternatif bahan penggumpal
17
bak air selama sekitar 6-12 jam. Dengan perendaman ini, kedelai akan
menyerap air, sehingga lebih lunak dan kulitnya mudah dikupas.
Pengupasan kulit dilakukan dengan cara kedelai diremas-remas dalam
air, kemudian dihilangkan kulitnya dan terjadilah keping-keping
kedelai. Setelah terbentuk keping-keping kedelai kemudian digiling
dengan penambahan air panas dengan perbandingan 1:8. Tujuan
penambahan air panas untuk menginaktifkan enzim lipoksigenase
dalam kedelai yang menyebabkan timbulnya bau langu. Bubur kedelai
yang diperoleh sebagai hasil penggilingan selanjutkan dididihkan.
Tujuan pendidihan adalah untuk menginaktifkan zat antinutrisi kedelai
dan sekaligus meningkatkan nilai cerna. Proses selanjutnya bubur
kedelai disaring untuk mendapatkan sari kedelai. Sari kedelai yang
dihasilkan kemudian digumpalkan. Setelah terbentuk gumpalan
kemudian dicetak. Dalam keadaan hangat, bubur kedelai dimasukan
kedalam cetakan yang beralaskan kain saring halus. Dibiarkan bubur
tahu dalam cetakan selama 10-15 menit atau sampai cukup keras (tidak
hancur bila diangkat) dan air yang menetes dari cetakan sedikit.
Potong tahu sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Sebelum produk
tahu dipasarkan dilakukan perebusan terlebih dahulu dan dibiarkan
dalam air rebusan sampai saat dijual. Perebusan bertujuan agar tahu
tidak menjadi basi (Santosa, 2006).
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tahu
Faktor-faktor yang mempengaruhi tahu di antaranya :
1) Bahan dasar yang digunakan kualitasnya harus betul-betul baik
sehingga tahu yang dihasilkan akan baik pula, dipilih kedelai yang
berkualitas bagus memiliki kandungan gizi tinggi dan tidak
berbahaya untuk dikonsumsi.
2) Bahan penggumpal yang digunakan merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap rendemen dan kualitas tahu.
Penggumpalan merupakan tahapan proses yang paling penting
karena adanya korelasi yang kompleks pada variabel sifat kimia
20
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari
hal khusus (Notoatmojo, 2010).
Antioksidan Alami
Daun Seledri
Ketahanan Tahu
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan
menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi
dengan tujuan penelitian (Nasution, 2012). Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental yang
bersifat laboratoris (Nursalam, 2011). Penelitian ini akan dilakukan untuk
mengetahui efektifitas daun seledri sebagai bahan pengawet alami terhadap
ketahanan tahu.
C. Variable penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Konsentrasi daun seledri.
2. Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah daya simpan tahu.
D. Definisi operasional
1. Tahu dapat dibuat bermacam-macam produk turunan, antara lain tahu
goring, tahu isi, stick tahu, tahu burger, dan sebagainya. Kualitas kedelai
sebagai bahan baku tidak terlalu ditekankan, yang terpenting tersedia
secara kontinu. Namun demikian, kedelai impor lebih disukai karena
bentuknya seragam dan tidak tercampur dengan kotoran, sedangkan biji
kedelai lokal mempunyai bentuk, warna dan ukuran yang tidak seragam
(Adisarwanto, 2002)
2. Pengawet alami
22
23
E. Populasi sampel
1. Populasi
Sampel yang di gunakan cuman 2 sampel tahu, yang pertama tahu yang di
olah dan di campurkan ekstra daun seledri sedangkan yang kedua dengan
cara tahu yang sudah jadi di rendam dengan ekstra daun seledri.
2. Sampel
Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tahu yang berada di
kekalik gerisak kecematan mataram.
G. Alat, Bahan
1. Alat
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk pembuatan
tahu yaitu : ember besar, tampah, kain penyaring, pengaduk, cetakan,
keranjang, rak bambu, tungku/kompor dan penggiling kedelai. Sedangkan
peralatan yang digunakan untuk ekstraksi daun seledri meliputi tampah,
oven, timbangan, blender, ayakan berukuran 50 mesh, gelas kimia, gelas
ukur, pipet tetes, kertas saring, pengaduk, penyaring buchner, dan rotary
evaporator.
2. Bahan
24
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua
yaitu bahan pembuatan tahu dan bahan pembuatan ekstrak seledri. Bahan-
bahan yang digunakan untuk pembuatan tahu meliputi : kedelai, air, cuka,
dan ekstrak daun seledri. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan untuk
pembuatan ekstrak seledri meliputi daun seledri, akuades, dan etanol 96%.
H. Metode Penelitian
1. Pembuatan Tahu
a. Pembuatan Tahu Untuk Teknik Non-Rendaman
Pembuatan tahu untuk teknik non-rendaman diawali dengan
memilih kedelai yang besar dan sehat, kemudian dicuci bersih. Kedelai
bersih tersebut kemudian direndam dalam air bersih (3 liter air bersih
untuk 1 kg kedelai bersih) selama 8 jam. Setelah 8 jam perendaman,
kedelai dicuci bersih dan digiling hingga halus. Selama proses
penggilingan juga ditambahkan air hangat sedikit demi sedikit hingga
berbentuk bubur. Bubur kedelai ini kemudian dimasak pada suhu 700
– 8000C hingga matang. Setelah bubur kedelai matang, bubur disaring
dan diendapkan airnya menggunakan cuka (3 ml cuka untuk 1 liter
bubur kedelai). Endapan bubur kedelai diambil kemudian ditambahkan
dengan ekstrak seledri dan diaduk hingga merata. Kemudian endapan
bubur kedelai diambil kemudian dipress dan dicetak. Setelah itu, tahu
yang sudah terbentuk direbus dengan suhu 50 – 600C.
b. Pembuatan Tahu untuk Teknik Rendaman
Pembuatan tahu untuk teknik rendaman hampir sama seperti
pembuatan tahu untuk teknik rendaman yaitu diawali dengan memilih
kedelai yang besar dan sehat,kemudian dicuci bersih. Kedelai bersih
tersebut kemudian direndam dalam air bersih (3 liter air bersih untuk 1
kg kedelai bersih) selama 8 jam. Setelah 8 jam perendaman, kedelai
dicuci bersih dan digiling hingga halus. Selama proses pengilingan
juga ditambahkan air hangat sedikit demi sedikit hingga berbentuk
bubur. Bubur kedelai ini kemudian dimasak pada suhu 700 – 800 0C
25
3. Langkah Kerja
Daun Seledri 1 kg
Pembuatan ekstrak:
Pencucian
Penirisan
Ditimbang
Diserbukkan dengan cara
diblender
Direndam
Dengan menggunakan
etanol 96%
Disaring
Ambil filtratnya
Metode maserasi
menggunakan etanol 96%
Analisis data
27
I. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil uji laboratorium selanjutnya dianalisis
secara statistik dengan menggunakan uji ANOVA dengan tujuan untuk
mengetahui efektivitas daun seledri sebagai antioksidan alami terhadap
ketahanan tahu. Perubahan yang terjadi pada ketahanan tahu dianalisis secara
kualitatif dengan melihat dan membandingkan masing-masing teknik yaitu
kontrol positif (pemberian ekstrak daun seledri pada rendaman tahu dan
pemberian ekstrak daun seledri pada komposisi tahu) dan kontrol negatif (tahu
tanpa penambahan ekstrak seledri). Analisis dilakukan dengan fasilitas
pengolah dan penyaji data Statistical Product and Service Solution (SPSS)
20 for Windows (Santoso, 2012).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan penelitian ketahanan tahu dapat
diketahui bahwa tahu dengan ekstrak seledri rata-rata memiliki ketahanan
yang lebih lama daripada yang tahu tanpa perlakuan.
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Ketahanan Tahu
Hari Tahu Asli Tahu yang direbus dan
(Waktu) (Perubahan)/direbus direndam dengan seledri
0 Dalam keadaan baik Dalam keadaan baik
1 Berlendir dan tidak bau Tidak bau dan tidak berlendir
2 Berlendir, bau dan sedikit Tidak bau dan sedikit berlendir
berwarna
3 Berlendir, bau dan berwarna Agak bau dan berlendir
pink
Pemberian ekstrak seledri yang menunjukkan ketahanan tahu yang baik
adalah tahu dengan pencampuran ekstrak langsung ke adonan tahu dan setelah
pengepresan direbus dan disimpan dengan penambahan air. Ketahanan
masing-masing tahu (dalam hari) ditunjukkan dalam tabel 1.2 berikut :
C. Pembahasan
Hari Tahu Asli Tahu yang direbus dan
(Waktu) (Perubahan)/direbus direndam dengan seledri
0 Dalam keadaan baik Dalam keadaan baik
1 Berlendir dan tidak bau Tidak bau dan tidak berlendir
2 Berlendir, bau dan sedikit Tidak bau dan sedikit berlendir
berwarna
3 Berlendir, bau dan berwarna Agak bau dan berlendir
pink
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penambahan ekstrak seledri
dengan teknik rendaman dapat meningkatkan kualitas tahu yang dapat
diamati dari ketahanan tahu yang semakin lama. Adapun efektivitas ekstrak
seledri terhadap ketahanan tahu dengan menggunakan teknik rendaman paling
efektif untuk meningkatkan ketahanan tahu dari pada teknik yang lain.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas antioksidan
sebagai ketahanan tahu untuk serbuk herba seledri.
2. Perlu dipertimbangkan adanya pengaruh absorbansi larutan uji pada hasil
pengukuran aktivitas antioksidan alami terhadap ketahanan tahu.
3. Perlu dilakukan orientasi konsentrasi larutan uji yang dibuat agar nilai
absorbansinya masuk dalam range absorbansi kurva baku dan didapatkan
hasil pengukuran yang memenuhi parameter validasi.
DAFTAR PUSTAKA