Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FITOTERAPI

“ TANAMAN SIRIH (Piper betle L.) ”

DISUSUN OLEH :

NAMA : NUR ARIFKA RAHMA

NIM : O1A1 18 142

KELAS :C

DOSEN : apt. Nurramadhani A. Sida, S.Farm., M.Pharm.Sci.

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah
ini penulis membahas "Tanaman Sirih (Piper betle L.)". Makalah ini penulis susun dalam
rangka untuk memenuhi tugas “Fitoterapi”.

Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:

1. Ibu apt. Nurramadhani A. Sida, S.Farm., M.Pharm.Sci. selaku dosen mata kuliah
Fitoterapi
2. Orang tua
3. Teman-teman

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Demikian makalah ini penulis susun semoga membawa manfaat.

Kendari,26 Oktober 2021

NUR ARIFKA RAHMA

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...............................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
2.1 Sistematika Tanaman Sirih.....................................................................................3
2.2 Kandungan Kimia Tanaman Sirih...................................................................................4
2.3 Penggunaan Empiris Tanaman Sirih......................................................................4
2.4 Aktivitas Farmakologi Tanaman Sirih...................................................................5
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................6
3.2 Saran ......................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sirih yang dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Piper betle, sejak dahulu telah
dimanfaatkan oleh masyarakat terutama dengan mengunyah daun atau buahnya bersama
gambir, pinang, dan kapur. Tanaman sirih (Piper betle) panjangnya mampu mencapai
puluhan meter. Sirih atau Piper Betle, merupakan tanaman Indonesia yang tumbuh merambat atau
bersandar pada batang pohon lain. Pada beberapa budaya di Indonesia daunnya dimakan dengan cara
dikunyah bersama gambir, pinang dan kapur.

Sirih banyak dimanfaatkan untuk herbal terutama daunnya yang populer karena
aromanya yang khas. Sirih juga digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka) untuk
pencegahan dan pengobatan dari gatal pada kulit sampai yang terbilang menakutkan macam
diabetes, kanker dan berbagai gangguan kesehatan lain.Sirih memiliki banyak ragam, antara
lain Sirih gading,sirih wulung, sirih merah, sirih silver, sirih hitam, sirih irian, sirih hati dan
sirih bulu.

Sirih merah banyak digunakan sebagai herbal dan juga penghias halaman rumah. Sirih
merah memiliki ciri pada seluruh bagian daunnya berwarna merah. Sirih merah banyak
tumbuh di Pulau Sulawesi, meski di daerah lain juga ada pula yang membudidayakan sebagai
tanaman hias. Sirih merah banyak dimanfaatkan untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit seperti hepatitis, radang dan nyeri sendi, penyakit maag, dan kolesterol. Jenis sirih
ini memiliki kemiripan dengan sirih philipine yang membedakannya hanyalah bagian bawah
daun sirih philipine yang tidak berwarna merah.

Bentuk daun sirih pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak panjang. Permukaan
daun berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau agak kecoklatan
dengan permukaan kulitnya yang kasar dan berkerut-kerut.Buah sirih (Piper betle)
merupakan buah buni yang berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang,
bulat dan berwarna coklat kekuningan. Tanaman sirih tumbuh tersebar diberbagai negara di
kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sistematika Tanaman Sirih?

2. Apa Kandungan Kimia Tanaman Sirih?

3. Bagaimana Penggunaan Empiris Tanaman Sirih?

4. Bagaimana Aktivitas Farmakologi Tanaman daun Sirih?

C. Tujuan

1. Mengetahui Sistematika Tanaman Sirih

2. Mengetahui Kandungan Kimia Tanaman Sirih.

3. Mengetahui Penggunaan Empiris Tanaman Sirih

4. Mengetahui Aktivitas Farmakologi Tanaman Sirih

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistematika Tanaman Sirih

Daun sirih  (Piper betle  L.) merupakan tanaman yang sangat banyak memiliki fungsi

karena banyak sekali kegunaannya, antara lain digunakan untuk pengobatan berbagai

macam penyakit diantaranya obat sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga mulut,

luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut, batuk dan serak, hidung berdarah,

keputihan, wasir, tetes mata, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing, jantung

berdebar dan trachoma (Syukur dan Hernani, 1999). Klasifikasi daun sirih sebagai

berikut: 

  Kingdom : Plantae.

  Division : Magnoliophyta

  Class : Magnoliopsida.

  Ordo : Piperales.

  Family : Piperaceae

Genus : Piper.

Species : Piper betle L.

Daun sirih tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling,


bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5 - 8 cm
dan lebar 2 - 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ± 1
mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan terdapat
dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 1,5 - 6 cm
dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan.
Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat
dan berwarna coklat kekuningan.

3
Bagian daun tanaman sirih memiliki bentuk serupa jantung. Daunnya tunggal dan
pada bagian ujung cenderung runcing. Daun ini tersusun dengan cara selang seling. Pada
tiap daunnya terdapat tangkai. Daun tersebut memiliki aroma yang cukup khas apabila
diremas. Daun ini memiliki kisaran panjang antara 5 sampai 8 cm. Lebarnya mulai dari 2
cm sampai 5 cm. 
Tanaman sirih memiliki bunga dengan bentuk bulir. Bunga ini juga memiliki daun
pelindung dengan ukuran 1mm, bentuknya bulat memanjang. Sirih juga memiliki buah
yang digolongkan sebagai buah buni (buah dengan dinding dua lapis). Bentuk buah ini
bulat dan warnanya hijau cenderung abu-abu.

2.2 Kandungan Kimia Tanaman Sirih

Tanaman sirih (Piper betle L) merupakan salah satu jenis obat-obatan dari alam yang
dapat dijadikan alternatif sebagai antiseptik di samping aman (tidak ada efek samping).
Jenis antiseptik ini juga mudah terdegradasi (terurai) murah dan mudah diperoleh serta
mengandung senyawa eugenol, kavikol, allipyrokatekol dan kavibetol yang dapat
berfungsi sebagai zat antiseptik (Oswald,1981).

Bagian tumbuhan ini yang banyak dimanfaatkan sebagai obat adalah bagian daun
karena pada daun sirih mengandung minyak atsiri, fenil propana, estragol, kavicol,
hidroksikavicol, kavibetol, caryophyllene, allylpyrokatekol, cyneole, cadinene, tanin,
diastase, pati, terpennena, seskuiterpena, dan gula. Semua zat itu, menyebabkan sirih
seperti ditakdirkan menjadi tanaman yang dapat menyehatkan manusia, karena kaya
manfaat dan kegunaannya (Muthoharoh, 2011).

2.3 Penggunaan Empiris Tanaman Sirih

Pengobatan dengan sirih secara tradisional terbukti mujarab dan mampu


menyembuhkan penyakit atau paling tidak mengurangi rasa sakit dan menambah
kebugaran tubuh. Sirih digunakan untuk menyembuhkan mata merah atau iritasi dan
bengkak karena sesuatu. Biasanya daun sirih direndam dalam air mendidih di wadah
piring atau mangkuk. Setelah airnya agak dingin, dipakai mencuci mata atau merambang
dengan cara merendam muka, terutama bagian mata ke dalam air sirih tersebut. Sirih
juga digunakan untuk menyembuhkan atau menghentikan pendarahan akibat mimisan,
yakni keluarnya darah dari hidung secara tiba-tiba tanpa penyebab yang jelas. Dalam

4
kasus ini, biasanya daun sirih di gulung menyerupai rokok dan ujung runcingnya di
masukkan ke dalam lubang hidung. Selain itu, sirih juga digunakan untuk cebok atau
membersihkan kemaluan kaum perempuan setelah buang air kecil. Sebelum dipakai, daun
sirih di rebus dengan air sekitar 1 liter. Kemudian air rebusnya dipakai untuk cebok.
Pemakaian air rebusan sirih berguna untuk menghindari sekaligus menyembuhkan
keputihan (Moeljanto dan Mulyono, 2003).
Daun sirih hijau secara tradisional berkhasiat sebagai obat cuci mata, obat batuk, obat
keputihan, menghilangkan bau mulut, dan obat sariawan (Susanti dkk., 2017). Daun sirih
dipercaya memiliki banyak khasiat untuk mengobati berbagai penyakit yang ada di
masyarakat, yaitu sebagai obat sariawan, luka, gatal, mata gatal dan merah, mimisan atau
keluarnya darah dari hidung, mengatasi batuk, mengobati luka bakar, serta
menghilangkan bau badan, bau mulut, jerawat, dan menguatkan gigi agar tidak mudah
tanggal. Namun, hanya sedikit yang mengetahui bahwa daun sirih hijau berfungsi sebagai
antibiotik (Purnama,2017).

2.4 Aktivitas Farmakologi Tanaman Sirih


Aktivitas farmakologi obat herbal sangat tergantung dari kandungan fitokimia yang
ada di dalamnya, sehingga dibutuhkan standardisasi untuk memperoleh pemastian
kualitas, pofil fitokimia, dan aktivitas farmakologi yang konsisten dari obat herbal
tersebut. Senyawa fenol merupakan kandungan terbesar dalam daun sirih yang
merupakan penentu aktivitas farmakologisnya. Senyawa fenol yang merupakan
kandungan terbesar pada daun sirih memiliki aktivitas farmakologi sebagai antibakteri,
antijamur, dan antioksidan (Susanti dkk., 2017).
Dalam studi farmakologi, daun sirih hijau dapat digunakan sebagai obat analgesik,
anti- bisul, anti-alergi, anti-bakteri, anti-larva nyamuk, anti-oksidan, anti-serangga, dan
anti-diabetes (Pratiwi dan I Wayan, 2016). Kandungan kimianya bersifat antiseptik
karena daun sirih mengandung minyak atsiri. Daya antibakteri minyak atisiri daun sirih
disebabkan kandungan senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein
sel bakteri. Heyne (1987) menyebutkan, komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol
dan senyawa turunannya, salah satunya adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida
lima kali lebih kuat dibandingkan fenol (Novita, 2016). Molekul bioaktif lain yang
mempunyai peran sebagai antimikroba adalah minyak atsiri. Flavonoid dan fenol
berperan sebagai antioksidan yang berfungsi untuk menunda atau menghambat reaksi
oksidasi oleh radikal bebas (Negara dkk., 2014).

5
Efek antibiotik daun sirih hijau diperoleh dari kandungan minyak atsiri sebesar 4,2%
yang komponen utamanya terdiri dari bethel phenol dan turunannya. phenol dan senyawa
turunannya dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Senyawa fenil propanoid bersifat
antimikroba dan anti jamur yang kuat dan dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis
bakteri antara lain, Salmonella sp, Klebsiella,Pasteurella, dan dapat mematikan Candida
albicans. Minyak atsiri dari daun sirih umumnya aktif terhadap Escherichia coli,
Posiodomonas auruginosa, Strepto coccos epidermidis, Staphylococcus aureus dan
pirogen Streptococcus (Purnama, 2017).

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas kesimpulan yang dapat diambil adalah :

a. Daun sirih tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling,


bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5 - 8
cm dan lebar 2 - 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun
pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 -
3 cm dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya
sekitar 1,5 - 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih
dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-
abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan.
b. Daun sirih mengandung banyak zat kimia, diantaranya seperti minyak atsiri,
hidroksivacikol, kavicol, kavibetol, allypyrokatekol, karvakol, eugenol, eugenol metil
eter, p-cymene, cineole, cariophyllene, cadinene, estragol, terpenena, sesquiterpena,
fenil, propane, tanin, diastase, gula, dan pati.
c. Sirih digunakan untuk menyembuhkan mata merah atau iritasi dan bengkak karena
sesuatu. Biasanya daun sirih direndam dalam air mendidih di wadah piring atau
mangkuk. Selain itu, sirih juga digunakan untuk cebok atau membersihkan kemaluan
kaum perempuan setelah buang air kecil. Sebelum dipakai, daun sirih di rebus dengan
air sekitar 1 liter.
d. Efek antibiotik daun sirih hijau diperoleh dari kandungan minyak atsiri sebesar 4,2%
yang komponen utamanya terdiri dari bethel phenol dan turunannya. phenol dan
senyawa turunannya dapat mendenaturasi protein sel bakteri.

3.2 Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu diharapkan saran yang
membangun bagi pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Moeljanto, R.D., dan Mulyono, 2003, Khasiat & manfaat Daun Sirih Obat Mujarab dari
Masa Ke Masa, Penerbit PT Agromedia Pustaka; Tangerang.

Muthoharoh, Layin. 2011. Analisis Berbagai Pigmen Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) dan
Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Berdasarkan Umur Fisiologis
Daun. Universitas Negeri Malang : Malang.

Negara, R.F.K., Retty, R., dan Dina, D.S., 2014, Pengaruh Perawatan Luka Bakar Derajat II
Menggunakan Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Peningkatan
Ketebalan Jaringan Granulasi Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur
Wistar, Majalah Kesehatan FKUB, Vol. 1 (2).

Novita, W., 2016, Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Mutans Secara In Vitro, Jambi Medical Journal,
Vol. 4 (2).

Pratiwi, NP.R.K., dan I Wayan, M., 2016, Analisis Kandungan Kimia Ekstrak Daun

Sirih Hijau (Piper betle) Dengam GC-MS, Prosiding Seminar Nasional MIPA.

Susanti, N.M.P., Luh, P.M.K.D., Harlina, S.M., dan I Made, A.G.W., 2017, Identifikasi
Senyawa Golongan Fenol dari Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau (Piper betle linn.)
Dengan Metode KLT-Spektrofotodensitometri, Jurnal Metamorfosa Journal of
Biological Science, Vol.4(1).

Anda mungkin juga menyukai