Anda di halaman 1dari 16

UJI MANFAAT EKSTRAK DAUN SIRIH (PIPER BETLE) UNTUK

MEGHILANGKAN BAU MULUT


MATA PELAJARAN MULOK
Guru Pembimbing : Aisyah Dalimunthe, S. Pd.

Disusun Oleh :

Niken Selia Anjani ; Kelas XI F

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA BENGKULU

Pekan Sabtu, Kec. Selebar, Kota Bengkulu, Bengkulu 38213

https://man2kotabengkulu.banpelis.id/

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Uji
Manfaat Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle) untuk Menghilangkan Bau Mulut". Tidak
lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini. Kami berharap semoga karya ilmiah
yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Bengkulu, 26 Maret 2024

Niken Selia Anjani

ii
DAFTAR ISI

Cover ..................................................................................................................i

Kata Pengantar .................................................................................................ii

Daftar Isi ............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI

A. Daun Sirih dan Manfaatnya ...................................................................3

BAB III METODOLOGI .............................................................................. 5

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN................................................................7

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................11
B. Saran........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................12

LAMPIRAN .......................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan masalah penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan seluruh masyarakat. World Health Organization (WHO) telah
banyak melakukan promosi kebijakan mengenai pencegahan penyakit gigi dan
mulut. Kesehatan mulut yang buruk disebabkan karena pertumbuhan bakteri
patogen. Salah satu penyakit yang paling sering dialami setiap individu yaitu
karies gigi
Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin
dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu
karbohidrat yang diragikan. Bakteri yang paling dominan adalah bakteri
Streptococcus mutans. Streptococcus mutans merupakan salah satu bakteri gram
positif patogen penyebab karies yang ditandai dengan adanya demineralisasi pada
gigi.
Pencegahan dan perawatan untuk infeksi oral dapat dicapai dengan menjaga
kebersihan mulut, menggunakan antiseptik dan juga menggunakan obat kumur,
serta rajin menyikat gigi setiap hari. Berbagai agen antimikrobial digunakan
sebagai pengobatan yang efektif dan mengandung produk yang dapat memelihara
kesehatan mulut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, bahan
kimia seperti alkaline peroxide, alkaline hypochlorite, chlorhexidine, dan
disinfectant pada obat kumur dapat mengurangi plak gigi dan jumlah patogen oral.
Namun, penggunaan jangka panjang dari bahan kimia dapat menyebabkan efek
samping tertentu seperti meningkatkan stain pada gigi, gangguan pengecapan, dan
sensasi terbakar di mulut.
Penggunaan bahan alami seperti ekstrat tanaman lebih aman dibanding
penggunaan bahan kimia. Oleh karena itu, beberapa tanaman obat telah di teliti
sebagai perawatan alternatif yang memiliki aktifitas antibakteri untuk pencegahan
dan pengobatan penyakit termasuk infeksi mulut.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana efektifitas ekstrak daun sirih yang digunakan dalam penelitian
terhadap kesehatan gigi dan mulut ?
C. Tujuan Pembahasan
Meninjau secara sistematis dengan menganalisis berbagai efektifitas ekstrak
daun sirih yang digunakan dalam penelitian terhadap kesehatan gigi dan mulut.

1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Daun Sirih dan Manfaatnya

Tumbuhan obat merupakan sumber bahan obat tradisional yang banyak


digunakan secara turun-temurun. Pemanfaatan bahan alam dapat dipilih sebagai
salah satu alternatif pencegahan karies gigi. Bahan alam dimanfaatkan karena sejak
dahulu masyarakat sudah mempercayai bahan-bahan alam yang mampu
menyembuhkan berbagai macam penyakit. Selain itu, bahan alami herbal menjadi
pilihan alternatif karena mudah didapat, harga relatif murah, dan jarang
menimbulkan efek samping dibandingkan obat-obatan yang dibuat dari bahan
sintetis.
Salah tumbuhan yang digunakan dalam bidang kesehatan yaitu daun sirih.
Daun sirih (Piper Betle L.) adalah tanaman obat yang termasuk dalam family
Piperaceae. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Sri Lanka, India, Thailand, Taiwan
dan negara-negara di Asia tenggara lainnya. Bagian dari sirih yang dimanfaatkan
adalah daun, akar, batang, tangkai dan buahnya. Tanaman ini memiliki perawakan
berupa semak berkayu di bagian pangkal, merambat atau memanjat, panjang
tanaman dapat mencapai 15 m.
Batang berbentuk silindris, berbuku-buku nyata, beralur, batang muda
berwarna hijau, tua berwarna coklat muda. Daun tunggal, letak berseling, helaian
daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal daun berbentuk jantung atau
membulat, panjang 5–18 cm, lebar daun 2,5–10,75 cm. Perbungaan berupa bunga
majemuk untai, daun pelindung kurang lebih 1 mm, berkelamin jantan, betina. Buah
batu, bulat, dan berwarna hijau keabu-abuan, tebal 1–1,5 cm, biji agak membulat,
panjang 3,5–5 mm.
Daun sirih (Piper Betle L) sering digunakan sebagai pengobatan tradisional.
Daun sirih sangat populer di Asia, dan sering disebut sebagai “Golden Heart of
Nature”. Hal ini dikarenakan daun sirih memiliki efek seperti antimikroba,
radioprotektif, antioksidan, antiseptik, bakterisidal, antiinflamasi, antialergi,
penyembuhan luka, antiplatelet, antibakteri, antifungal dan memiliki aktifitas
imunomodulator. Sirih di Indonesia ada beberapa jenis, yang dibedakan
berdasarkan bentuk daun, rasa dan aromanya, yaitu sirih hijau, sirih banda, sirih
cengkih, sirih hitam, dan sirih merah.
Di wilayah Asia Tenggara, daun sirih (Piper Betle L) telah dikenal sebagai
tanaman yang dapat digunakan untuk kontrol karies dan penyakit periodontal dan
2
juga sebagai pengontrol bau mulut (halitosis). Penggunaan daun sirih sebagai
pengobatan penyakit gigi dan mulut telah banyak dilakukan dikarenakan
mengandung senyawa kimia termasuk alkaloid, karbohidrat, asam amino, tanin dan
steroid. Penggunaan daun sirih dapat menguatkan gigi, menyembuhkan luka-luka
kecil di mulut, menghilangkan bau badan, menghentikan perdarahan gusi, dan
sebagai obat kumur.
Kandungan kimianya bersifat antiseptik karena daun sirih mengandung
minyak atsiri. Daya antibakteri minyak atisiri daun sirih disebabkan kandungan
senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri.
Komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya, salah
satunya adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat
dibandingkan fenol.
Daun sirih telah dibuktikan memiliki daya antibakteri dan daya antifungi.
Daun sirih hijau mengandung senyawa fenol propanoid, tannin, dan minyak atsiri
yang terdiri dari betelfenol, kavikol, estragol, augenol, dan karvakol. Senyawa ini
bersifat antibakteri dan antijamur yang kuat dan dapat menghambat pertumbuhan
beberapa jenis bakteri. Minyak dan ekstraknya dapat melawan beberapa bakteri
gram positif dan gram negatif. Senyawa phenol dan turunannya dapat
mendenaturasi protein sel bakteri.
Senyawa euganol bersifat bakterisida dengan meningkatkan permeabilitas
membran bakteri. Ekstrak dari Piper Betle L secara langsung dapat mencegah
perlekatan Streptococcus mutans dengan membuat lingkungan yang tidak
memungkinkan untuk Streptococcus mutans melekat. Ekstrat Piper Betle L juga
dapat mencegah pertumbuhan dari Streptococcus mutans dan mengurangi aktifitas
glucosyltransferases (GTFs).
Pencegahan pembentukan glucosyltransferases (GTFs) akan mempengaruhi
formasi glukan yang dapat membuat lingkungan tidak memungkinkan untuk
pertumbuhan Streptococcus mutans. Dengan demikian, telah dibuktikan bahwa
ekstrat daun sirih memiliki aktifitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans
dengan mempengaruhi sifat perlekatannya, pertumbuhan, serta pembentukan
glukan. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil,
dan anaerob fakultatif yang dapat memetabolisme karbohidrat.
Streptococcus mutans pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clark pada
tahun 1924. Streptococcus mutans merupakan bakteri penyebab utama karies gigi.
Bakteri tersebut memiliki sifat asidogenik yaitu menghasilkan asam dan asidurik,
mampu tinggal pada lingkungan asam. Streptococcus mutans memproduksi enzim
3
glucosyltransferase (GTF), sehingga bakteri ini dapat membentuk koloni yang
melekat dengan erat pada permukaan gigi. Streptococcus mutans juga
menghasilkan polisakarida ekstraseluler lengket dari karbohidrat makanan dan
mampu memfermentasikan karbohidrat menjadi asam, sehingga asam tersebut
dapat melarutkan email gigi.
Bakteri tersebut dapat hidup dalam lingkungan yang asam. Beberapa studi
sebelumnya melaporkan bahwa daun sirih efektif dalam mencegah patogen dalam
mulut. Namun, mengenai pemanfaatan daun sirih untuk kesehatan gigi dan mulut
masih minim. Hal ini disebabkan informasi ilmiah mengenai tanaman ini terbatas.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka tujuan tinjauan sistematis ini adalah untuk
menganalisis efektifitas ekstrak daun sirih terhadap kesehatan gigi dan mulut.
Daun sirih dikenal sebagai bahan untuk menginang yang berguna untuk
menguatkan gigi, menyembuhkan sariawan, menghilangkan bau mulut dan
menghentikan pendarahan gusi. Penggunaan sirih sebagai bahan obat mempunyai
dasar kuat karena adanya kandungan minyak atsiri yang merupakan komponen
fenol alami yang dapat berfungsi sebagai antiseptik yang kuat. Salah satu
kandungan fenol daun sirih adalah katekin yang juga terdapat pada teh hijau.
Senyawa ini bersifat bakterisidal dan menghambat proses glikolisasi oleh bakteri
kariogenik penghasil glukan yang dapat mengurangi pembentukan plak gigi
(Nugroho, 2003). Selain sebagai antiseptik, daun sirih juga dapat digunakan sebagai
antioksidasi dan fungisida (Rini Damayanti Moeljanto, 2003:10).

4
BAB III
METODOLOGI
PROSEDUR PENELITIAN
Persiapan Penelitian
Persiapan Alat dan Bahan Pembuatan Obat Kumur dari Ekstrak Daun Sirih
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan obat kumur dari
ekstrak daun sirih meliputi :

1. Daun sirih

2. Air

3. Panci untuk merebus daun sirih

4. Penyaring

5. Botol

Pembuatan Obat Kumur dari Ekstrak Daun Sirih

Pembuatan obat kumur dari ekstrak daun sirih dilakukan dengan metode
infundasi. Infundasi adalah ekstraksi dengan cara perebusan, dimana pelarutnya
adalah air pada suhu 900C selama 15 menit. Infundasi merupakan proses penyarian
yang paling umum digunakan untuk menyari kandungan zat aktif yang larut dalam
air dari bahan-bahan nabati.

Metode ini mempunyai kelemahan yaitu sari yang dihasilkan tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman dan kapang sehingga sari yang diperoleh dengan cara
ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Irwanto, 2009).

Adapun langkah-langkah dalam pembuatan obat kumur dari ekstrak daun sirih
yaitu:

1) Daun sirih jenis sirih jawa yang masih muda seberat 6 gram dicuci sampai
bersih, kemudian dipotong-potong.

2) Daun sirih yang telah dipotong-potong dimasukkan kedalam 120 ml air


dipanaskan pada suhu 900C selama 15 menit (ASEAN Countries, 2002: 351).

3) Setelah dingin kemudian disaring dengan menggunakan alat penyaringan.

4) Air daun sirih yang telah disaring tersebut dimasukkan ke dalam botol.
5
Pelaksanaan Penelitian

Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan penelitian ini antara lain :

1) Seluruh sampel dikumpulkan menjadi 1 di balai Desa Tambak Agung.

2) 3 jam sebelum penelitian dilaksanakan subyek penelitian diharuskan untuk tidak


melakukan penyikatan gigi. Hal ini bertujuan agar skor plak sebelum perlakuan
baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol homogen.

3) Sebelum melaksanakan penelitian seluruh sampel diperkenankan untuk mengisi dan


menandatangani informed consent.

4) Seluruh sampel diberi larutan disclossing solution yang dioleskan ke seluruh


permukaan gigi dengan menggunakan cotton buds.

5) Lakukan penilaian plak indeks pertama (sebelum diberi obat kumur) baik pada
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol positif. Catat hasilnya.

6) Selanjutnya sampel pada kelompok eksperimen berkumur dengan obat kumur daun
sirih 100 ml selama 1 menit sampai takaran habis. Obat kumur tidak perlu ditelan
(dibuang). Sedangkan pada kelompok kontrol positif berkumur dengan obat kumur
yang mengandung flouride 10 ml selama 30 detik.

7) Setelah selesai berkumur lakukan penilaian plak indeks akhir (post test).

8) Catat hasil pengukuran plak, baik pada kelompok yang diberi obat kumur daun sirih
maupun pada kelompok kontrol positif.

6
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Ekstrak Daun Sirih Hijau
Hasil determinasi menyebutkan bahwa tanaman yang digunakan
adalah Piper betle linn, berasal dari famili Piperaceae. Dari 500 g daun sirih hijau

didapatkan ekstrak kental sebanyak 16.5 g

4.1.2 Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau terhadap Staphylococcus aureus


Pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 106 ppm didapatkan rata-
rata zona hambat sebesar 21.3 mm dengan standar deviasi 0.57. Pada konsentasi
ekstrak daun sirih hijau 5.106 ppm didapatkan rata-rata zona hambat sebesar 25.3
mm dengan standar deviasi 0.57. Pada konsentasi ekstrak daun sirih hijau 107 ppm
didapatkan rata-rata zona hambat sebesar 27.3 mm dengan standar deviasi 0.09.

Etanol

7
terkecil yaitu sebesar 106 ppm dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dengan kategori hambatan kuat. Hambatan pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus akan lebih besar seiring dengan lebih besarnya
konsentrasi ekstrak daun sirih hijau yang digunakan, dan tergolong kategori kuat.

Gambar 4.4. Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus

Gambar 4.5. Kontrol Positif (Amoksilin)

8
4.1.3 Uji Kebermaknaan Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Hijau

Berdasarkan analisis statistik Post Hoc melalui uji Mann-Whitney


didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0.05) antar
konsentrasi dan kontrolnya dengan indeks kepercayaan 95%. Dapat dikatakan
bahwa daun sirih hijau efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Efek hambat ekstrak daun sirih hijau terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus sangat efektif pada semua konsentrasi (Tabel 4.1.).
Tabel 4.1. Hasil Analisis Multikomparasi dengan Menggunakan Uji
Mann–Whitney
Konsentrasi 106 5.106 107 Etanol Amoksilin
(ppm)
106 0.043* 0.043* 0.034 * 0.043 *
6
5.10 0.043* 0.034 * 0.043 *
107 0.034 * 0.043 *
Etanol 0.034 *
Amoksilin

4.2 Pembahasan

Ekstrak daun sirih hijau terbukti kuat dalam menghambat pertumbuhan


bakteri Staphylococcus aureus. Semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula
daya hambatnya terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Hasil
penelitian ini bersesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Anang
Hermawan (2007) yang juga membuktikan bahwa ekstrak daun sirih hijau dengan
pelarut DMSO (Dimethil Sulfoxide) 10% dengan metode disc diffusion dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan efektifitas kuat.

Menurut Harapini et al., (1996) daya antibakteri minyak atsiri daun sirih
hijau disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya yang dapat
mendenaturasi protein sel bakteri.26 Heyne (1987) menyebutkan, komponen utama
minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya. Salah satu senyawa turunan
itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan
fenol.

9
Kehadiran fenol yang merupakan senyawa toksik mengakibatkan struktur
tiga dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya
kerusakan pada struktur kerangka kovalen (ikatan disulfida).5,27 Hal ini
menyebabkan rantai polipeptida tidak dapat mempertahankan bentuk asalnya
sehingga menyebabkan kerusakan pada dinding sel, dimana dinding sel
Staphylococcus aureus hanya terdiri dari beberapa lapis peptidoglikan tanpa adanya
tiga polimer pembungkus yang terletak diluar lapisan peptidoglikan yaitu
lipoprotein, selaput luar dan lipopolisakarida seperti pada bakteri E.coli sehingga
selnya akan lebih mudah terdenaturasi oleh bethel phenol dan derivatnya yang
terkandung dalam ekstrak daun sirih hijau sehingga diameter daya hambatnya lebih
lebar.

Etanol 96%, sebagai pelarut ekstrak daun sirih, tidak menghambat


pertumbuhan Staphylococcus aureus. Sedangkan, amoksilin sebagai antibiotika
turunan penisilin dengan spektrum luas, digunakan sebagai kontrol positif,
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus secara bermakna. Amoksilin
bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri.17
Varietas lain daun sirih seperti daun sirih merah juga terbukti memiliki efek
antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini
dibuktikan dari penelitian Atingul (data belum dipublikasikan) ternyata ekstrak
daun sirih merah dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan
efektifitas sedang sampai kuat.
Berdasarkan uraian diatas, membuktikan bahwa daun sirih mempunyai
peran sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan efektifitas
kuat karena mengandung minyak atsiri dengan bethel phenol dan turunannya yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sehingga dapat
digunakan dalam produk kesehatan contohnya pada pasta gigi. Sebagaimana pada
penelitian Maharani (data belum dipublikasikan) didapatkan hasil bahwa pasta gigi
yang mengandung ekstrak daun sirih hijau memiliki efek hambat paling besar
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dibandingkan dengan pasta
gigi uji lainnya.29
Oleh karena itu, terbukti bahwa daun sirih hijau mempunyai dasar kuat
untuk digunakan sebagai bahan obat alam alternatif untuk mengatasi kejadian
resistensi bakteri terhadap antibiotik.

10
BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis statistik dan pembahasan terhadap hasil


penelitian diperoleh simpulan bahwa :
1. Ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) pada konsentrasi 106, 5.106, dan
107 ppm dengan metode disc diffusion secara signifikan menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan efektifitas kuat.
2. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) maka
semakin kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus.

SARAN

Setelah dilakukan penelitian tentang efek ekstrak daun sirih hijau


(Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,
maka disarankan bila akan dilakukan penelitian selanjutnya:
3. Untuk melakukan uji toksikologi ekstrak daun sirih hijau sebagai
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.
4. Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih hijau terhadap
Staphylococcus aureus secara in-vivo.

11
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti R, Mulyono. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih : Obat Mujarab dari
Masa ke Masa. Jakarta : Agro Media Pustaka. 2005.

Sastroamidjojo, S. A. Obat Asli Indonesia. Jakarta : PT. Dian Rakyat. 2001. Hal :
102.

Darwis S. N. Potensi Sirih (Piper betle L.) Sebagai Tanaman Obat. Bogor: Warta
Tumbuhan Obat Indonesia Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Rempah. Vol. 1 No. 1. Halaman 9-11.1992.

Hasim D. Daun sirih sebagai antibakteri pasta gigi. 2003. (cited 21 Januari 2011).
Available from : URL : http://www.pdgi-
online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=594&It
emid=39.

Heyne K. Tumbuhan Berguna Indonesia Edisi 2. Jakarta: Departemen


Kehutanan, 1987 : 950.

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku


Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara.
1994.

Suliantari. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap
Bakteri Patogen Pangan. Tesis : Institut Pertanian Bogor. 2008.

Hermawan, A., Hana, W., dan Wiwiek, T. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper
betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli dengan Metode Difusi Disk. Skripsi : Universitas
Erlangga. 2007.

12
LAMPIRAN

13

Anda mungkin juga menyukai