Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/362422148

FORMULASI SEDIAAN OBAT KUMUR (MOUTHWASH) EKSTRAK DAUN SALAM


(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) DAN UJI ANTIBAKTERINYA TERHADAP
Streptococcus mutans SECARA IN VITRO

Article · July 2022

CITATION READS

1 715

3 authors, including:

Yayuk Putri Rahayu


University of Sumatera Utara
18 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Community Service View project

Research View project

All content following this page was uploaded by Yayuk Putri Rahayu on 02 August 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding Hasil Seminar Penelitian “Hilirisasi Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Menuju Universitas International yang Humanis, Mandiri dan Islami

370
FORMULASI SEDIAAN OBAT KUMUR (MOUTHWASH) EKSTRAK DAUN
SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) DAN UJI ANTIBAKTERINYA
TERHADAP Streptococcus mutans SECARA IN VITRO

Yayuk Putri Rahayu1)


Sutikno2)
Ummu Safura Sirait3)

Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah


Jl. Garu 2 No. 93 Medan, Sumatera Utara
Email: yayukputri@umnaw.ac.id

Abstrak

Kebersihan gigi yang tidak diperhatikan dapat menyebabkan berbagai penyakit gigi dan mulut,
seperti plak pada gigi, sariawan dan bau mulut. Terbentuknya plak pada gigi menyebabkan karies
gigi (gigi berlubang). Karies gigi disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans yang merupakan
bakteri kariogenik. Plak dan karies gigi dapat dicegah dengan menggunakan obat kumur
(mouthwash) untuk membersihkan kotoran yang tidak terjangkau saat menyikat gigi. Obat kumur
bermerek komersil sebagian besar mengandung bahan kimia Chlorhexidine. Penggunaan senyawa
Chlorhexidine memiliki efek mutagenic pada mulut, dan jika digunakan dalam jangka panjang dapat
menimbulkan efek samping bagi penggunanya. Daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)
diketahui mengandung senyawa sebagai antibakteri. Pemanfaatan bahan alam dapat mengurangi
penggunaan bahan sintetik dalam pembuatan obat kumur. Tujuan: Membuat formulasi obat kumur
dari ekstrak daun salam dan menguji aktivitas antibakterinya terhadap Streptococcus mutans.
Pembuatan obat kumur ekstrak daun salam menggunakan bahan baku alami yang mudah diperoleh
dan merupakan kearifan lokal Indonesia. Penelitian ini dilakukan dalam rangka inovasi
pemanfaatan bahan alami herba menjadi produk obat kumur yang bernilai. Metode: Penelitian
dilakukan secara eksperimental dengan variabel bebas konsentrasi ekstrak daun salam 2,5%, 5%,
dan 7,5% dan variabel terikat uji aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri S. mutans.
Tahapan penelitian: (1) Pengumpulan daun salam dan pembuatan simplisia; (2) Pembuatan ekstrak
daun salam; (3) Skrining fitokimia; (4) Formulasi obat kumur ekstrak daun salam; (5) Uji
organoleptis dan pH; (6) Uji antibakteri sediaan obat kumur ekstrak daun salam metode difusi agar
(Kirby-Bauer); dan (7) Analisis data. Hasil: Hasil formulasi sediaan obat kumur ekstrak daun salam
pada semua konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5% memiliki tekstur cair, warna coklat kehijauan, aroma
khas daun salam, dan pH sesuai selaput rongga mulut. Hasil uji antibakteri sediaan obat kumur
ekstrak daun salam pada semua konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5% memiliki aktivitas antibakteri
terhadap bakteri S. mutans. Semakin besar konsentrasi ekstrak maka daya hambat semakin besar.
Daya hambat terbesar diperoleh pada sediaan obat kumur dengan konsentrasi ekstrak sebesar 7,5%.
Kesimpulan: Ekstrak daun salam dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan obat kumur
(mouthwash) dan memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. mutans.

Kata kunci: daun salam, obat kumur, mouthwash, uji antibakteri, Streptococcus mutans

Abstract

Dental hygiene that is not considered can cause various dental and oral diseases, such as plaque on
the teeth, canker sores and bad breath. The formation of plaque on the teeth causes dental caries
(cavities). Dental caries is caused by Streptococcus mutans which is a cariogenic bacterium. Plaque
and dental caries can be prevented by using mouthwash to remove dirt that cannot be reached when
brushing teeth. Most commercial brand mouthwashes contain the chemical Chlorhexidine. The use
of chlorhexidine compounds has a mutagenic effect on the mouth, and if used in the long term can
cause side effects for users. Bay leaf (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) is known to contain
Prosiding Hasil Seminar Penelitian “Hilirisasi Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Menuju Universitas International yang Humanis, Mandiri dan Islami

371
compounds as antibacterial. Utilization of natural ingredients can reduce the use of synthetic
materials in the manufacture of mouthwash. Objective: To make a mouthwash formulation from bay
leaf extract and to test its antibacterial activity against Streptococcus mutans. The manufacture of
bay leaf extract mouthwash uses natural raw materials that are easily obtained and are Indonesian
local wisdom. This research was conducted in order to innovate the use of natural herbal ingredients
into valuable mouthwash products. Methods: The study was conducted experimentally with the
independent variable concentration of bay leaf extract 2.5%, 5%, and 7.5% and the dependent
variable was the antibacterial activity test on the growth of S. mutans bacteria. Stages of research:
(1) Collection of bay leaves and making simplicia; (2) Preparation of bay leaf extract; (3)
Phytochemical screening; (4) Formulation of bay leaf extract mouthwash; (5) Organoleptic and pH
test; (6) Antibacterial test of bay leaf extract mouthwash with agar diffusion method (Kirby-Bauer);
and (7) Data analysis. Results: The results of the formulation of mouthwash preparations of bay leaf
extract at all concentrations of 2.5%, 5%, and 7.5% had liquid form, greenish brown color,
distinctive aroma of bay leaf, and pH according to the lining of the oral cavity. The results of the
antibacterial test of bay leaf extract mouthwash at all concentrations of 2.5%, 5%, and 7.5% had
antibacterial activity against S. mutans bacteria. The greater the concentration of the extract, the
greater the inhibition. The greatest inhibitory was obtained in mouthwash preparations with an
extract concentration of 7.5%. Conclusion: Bay leaf extract can be formulated into a mouthwash
and has antibacterial activity against S. mutans bacteria.

Keywords: bay leaf, mouthwash, antibacterial test, Streptococcus mutans


1. PENDAHULUAN salah satunya adalah karies pada gigi yang
Kesehatan merupakan salah satu hal merupakan penyakit yang masih sering
yang penting bagi setiap manusia untuk ditemukan di Indonesia (Budisuari dkk.,
kelangsungan hidupnya. Menjaga 2010).
kesehatan perlu dilakukan setiap manusia Karies pada gigi dapat disebabkan
untuk mencegah dan mengurangi resiko oleh bakteri Streptococcus mutans yang
dari terserangnya penyakit. Menjaga merupakan bakteri kariogenik yang
kesehatan menjadi salah satu kebiasaan mampu membentuk asam dari karbohidrat
yang perlu diterapkan di dalam kehidupan dengan waktu yang relatif singkat. Bakteri
sosial manusia di lingkungan masyarakat tersebut bersifat asidogenik, karena
luas, karena tanpa tubuh yang sehat maka mampu menghasilkan pH < 5 dalam
akan sulit berhubungan baik dengan waktu 1 – 3 menit bila dibandingkan
masyarakat. Sumber penyakit dapat dengan bakteri jenis lainnya (Pratiwi,
bermula dari kebersihan gigi yang tidak 2005; Adrianto, 2012). Upaya mencegah
diperhatikan dengan baik, yang dapat terjadinya plak dan karies pada gigi dapat
menyebabkan berbagai penyakit pada gigi dilakukan dengan membersihkan gigi
dan mulut, seperti terbentuknya plak pada dengan baik dan teratur. Membersihkan
gigi, sariawan dan bau mulut. gigi dapat dilakukan dengan menyikat gigi
Terbentuknya plak pada gigi dapat dengan baik. Selain menyikat gigi perlu
diakibatkan dari kebersihan mulut yang juga menggunakan obat kumur
tidak diperhatikan dengan baik dan benar (mouthwash) secara teratur untuk
yang dapat menyebabkan terjadinya karies membersihkan kotoran yang tidak
pada gigi (gigi berlubang). Salah satu cara terjangkau saat menyikat gigi.
upaya untuk menjaga kesehatan yaitu Obat kumur merupakan salah satu
dengan memelihara kebersihan rongga alternatif yang baik selain menggunakan
mulut. Kepedulian masyarakat terhadap benang flos untuk membersihkan sela gigi
kesehatan mulut dan gigi di Indonesia yang tidak terjangkau saat menyikat gigi.
masih cukup rendah hal ini dilihat dari Selain dapat membersihkan plak pada
banyaknya kasus penyakit yang gigi, obat kumur juga dapat
berhubungan dengan gigi maupun mulut, menghilangkan bau mulut dan dapat
Prosiding Hasil Seminar Penelitian “Hilirisasi Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Menuju Universitas International yang Humanis, Mandiri dan Islami

371
menyegarkan nafas, dan juga dapat menghambat pertumbuhan S. mutans
mencegah terjadinya karies pada gigi. (Gunawan & Rahayu, 2021).
Obat kumur yang banyak digunakan di Berdasarkan latar belakang maka
masyarakat luas dengan berbagai merek tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
komersil, sebagian besar mengandung ekstrak daun salam dapat dijadikan
bahan kimia Chlorhexidine, dimana jika pembuatan formulasi sediaan obat kumur
digunakan dalam jangka panjang dapat (mouthwash), dan untuk mengetahui
menimbulkan efek samping bagi formulasi sediaan obat kumur ekstrak
penggunanya (Nirwana & Erma, 2009). daun salam mempunyai aktivitas sebagai
Penggunaan senyawa sintetis seperti antibakteri terhadap S. mutans.
chlorhexidine memiliki efek mutagenic
pada mulut (Khan et al. 2015). 2. METODE
Alternatif penggunaan bahan 2.1 Rancangan Penelitian
chlorhexidine pada obat kumur yaitu Penelitian dilakukan secara
dengan bahan herbal alami yang memiliki eksperimental. Variabel bebas:
daya antibakteri untuk mengurangi efek konsentrasi ekstrak daun salam: 2,5%,
samping. Hal ini menjadi perhatian bagi 5%, dan 7,5%. Variabel terikat: uji
penelitian di Era Revolusi Industri 4.0 dan aktivitas antibakteri formulasi sediaan
Era Society 5.0. Dimana pada Era Society obat kumur (mouthwash) terhadap
5.0 manusia dituntut untuk bisa menjadi pertumbuhan bakteri S. mutans. Kontrol
Human Centered, yaitu berpusat pada negatif (blanko) berupa basis obat kumur
pemikiran ide dan kreativitas manusia tanpa ekstrak daun salam, dan Kontrol
yang berbasis pada teknologi, agar tetap positif (pembanding) berupa obat kumur
bisa beriringan dengan Era Revolusi bermerek komersil dipasaran.
Industri 4.0. Di era Society 5.0 ini nilai 2.2 Tempat Penelitian
karakter harus dikembangkan, empati dan Pembuatan simplisia, ekstrak, dan
toleransi harus dipupuk seiring dengan formulasi sediaan obat kumur dilakukan
perkembangan kompetensi yang berfikir di Laboratorium Farmasi Terpadu, dan
kritis, inovatif, dan kreatif. Oleh Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan
karenanya penggunaan bahan herbal alami di Laboratorium Mikrobiologi & Virologi,
diharapkan mampu sebagai alternatif Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-
pengganti dari penggunaan bahan Washliyah Medan. Identifikasi sampel
chlorhexidine pada obat kumur, yang juga tumbuhan daun salam dilakukan di
memiliki daya antibakteri untuk Herbarium Medanense (MEDA),
mengurangi efek samping. Universitas Sumatera Utara (USU), Jalan
Daun salam (Syzygium polyanthum Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan.
(Wight) Walp.) diketahui memiliki daya 2.3 Persiapan Sampel
antibakteri. Berkumur dengan air rebusan Sampel yang digunakan adalah daun
daun salam dengan konsentrasi 50%, salam (Syzygium polyanthum (Wight)
75%, dan 100% dapat menurunkan jumlah Walp.). Pengumpulan sampel dilakukan
koloni bakteri S. mutans (Sumono & dengan purposive sampling, diperoleh
Wulan, 2009). Ekstrak daun salam efektif dari pasar tradisional di sekitar kecamatan
menghambat pertumbuhan bakteri S. Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera
mutans dengan nilai Kadar Hambat Utara.
Minimum (KHM) sebesar 1% dan Kadar 2.4 Pembuatan Serbuk Simplisia Daun
Bunuh Minimum (KBH) sebesar 1,5% Salam
(Setyohadi dkk., 2013). Formulasi sediaan Sampel dikumpulkan, disortasi
pasta gigi gel ekstrak daun salam pada basah, dibersihkan dan dicuci dengan air
konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5% dapat mengalir, ditiriskan, dan kemudian
dikering anginkan 2 – 5 hari. Selanjutnya
Prosiding Hasil Seminar Penelitian “Hilirisasi Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Menuju Universitas International yang Humanis, Mandiri dan Islami

372
dikeringkan dengan oven pada suhu 40 – Pedrazzi et al. (2015), dan Yosephine dkk.
50 oC, kemudian dihaluskan sampai (2013) pada Tabel 1. sebagai berikut:
menjadi serbuk simplisia, dan diayak Tabel 1. Formulasi sediaan obat kumur
menggunakan ayakan mesh 200. (mouthwash) ekstrak daun salam
2.5 Pembuatan Ekstrak Daun Salam
Pembuatan ekstrak daun salam
dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 96% dengan
perbandingan antara serbuk simplisia
dengan pelarut adalah 1:10 (100 gr
simplisia : 1.000 mL pelarut). Sebanyak Pembuatah sediaan obat kumur,
500 g serbuk simplisia daun salam ekstrak daun salam dimasukkan ke dalam
dimaserasi dengan pelarut etanol 96% mortir, kemudian ditambah gliserin,
sebanyak 3.750 mL (75%), ditutup dengan digerus hingga larut. Kemudian
alumunium foil dan dibiarkan selama 5 ditambahkan sorbitol dan Na-Benzoat ke
hari sambil sesekali diaduk rata. Setelah 5 dalam mortir dan digerus kembali hingga
hari, dilakukan dekantasi homogen. Ditambahkan aquades ke dalam
(dienaptuangkan) kemudian disaring mortir hingga bisa dituang, kemudian
dengan kertas saring sehingga diperoleh disaring dan dimasukkan ke dalam botol,
filtrat I dan residu I. Residu I kemudian kemudian ditambahkan sisa aquades
dimaserasi kembali dengan sisa pelaut hingga 100 mL. Kemudian ditambahkan
etanol 96% sebanyak 1.250 mL, ditutup peppermint oil ke dalam botol, diaduk
dengan alumunium foil dan dibiarkan rata, kemudian ditutup rapat.
selama dua hari, sambil sesekali diaduk 2.8 Uji Organoleptik Sediaan Obat
rata. Setelah dua hari sampel didekantasi Kumur (Mouthwash) Ekstrak Daun
dan disaring kembali dengan kertas saring Salam
hingga diperoleh filtrat II dan residu II. Uji organoleptik sediaan obat kumur
Filtrat I dan II digabungkan, kemudian ekstrak daun salam dilakukan secara
dievaporasi (diuapkan) menggunakan alat langsung meliputi parameter pengamatan:
rotary evaporator, dan dilanjutkan dengan tekstur, warna, dan aroma (Nigam et al.,
pemanasan menggunakan waterbath 2020).
sehingga diperoleh ekstrak kental daun 2.9 Uji pH Sediaan Obat Kumur
salam. Ekstrak daun salam ditimbang dan (Mouthwash) Ekstrak Daun Salam
disimpan dalam wadah tertutup sebelum Penentuan pH sediaan dilakukan
digunakan untuk pengujian selanjutnya. dengan pH meter untuk melihat kadar pH
2.6 Skrining Fitokimia Ekstrak Daun sediaan obat kumur ekstrak daun salam
Salam (Nigam et al., 2020).
Skrining fitokimia dilakukan 2.10 Pengujian Antibakteri Sediaan
dengan uji alkaloid, uji flavonoid, uji Obat Kumur (Mouthwash) Ekstrak
saponin, uji steroid/triterpenoid, dan uji Daun Salam
tannin dari ekstrak daun salam (Harborne, Uji aktivitas antibakteri sediaan obat
1987; Ciulei, 1984). kumurekstrak daun salam dilakukan
2.7 Pembuatan Formula Sediaan Obat dengan dengan matode difusi agar (Kirby-
Kumur (Mouthwash) Ekstrak Daun Bauer) melalui beberapa tahap:
Salam a. Penyiapan Sampel Uji Antibakteri
Pembuatan formula sediaan obat Sampel sediaan obat kumur dengan
kumur (mouthwash) ekstrak daun salam berbagai formulasi sediaan konsentrasi uji
dibuat berdasarkan modifikasi dari Nigam yaitu ekstrak daun salam 2,5%, 5%, dan
et al. (2020), Anisa & Riniwаsih (2020), 7,5% disiapkan dalam wadah petri.
Prosiding Hasil Seminar Penelitian “Hilirisasi Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Menuju Universitas International yang Humanis, Mandiri dan Islami

373
Selanjutnya akan digunakan untuk Negatif (‒) = tidak mengandung golongan
pengujian aktivitas antibakteri. senyawa
b. Pengujian Antibakteri Pada tabel 2 ekstrak daun salam
Pengujian antibakteri dilakukan positif mengandung golongan senyawa
dengan metode difusi agar (Kirby-Bauer) alkaloid, flavonoid, saponin,
(Trisia dkk., 2018). Petridish berisi media steroid/triterpenoid, dan tannin. Pada
MHA ditanam dengan bakteri S. mutans skrining alkaloid dinyatakan positif jika
dari suspensi inokulum menggunakan pada larutan uji setidaknya terbentuk
kapas swab steril, dengan cara digores endapan dengan menggunakan dua
merata keseluruh permukaan media golongan larutan percobaan yang
MHA. Kemudian diletakkan diatasnya digunakan (Depkes RI, 1995). Pada
sebuah kertas cakram yang sebelumnya skrining fitokimia flavonoid, sampel
telah diberikan berbagai konsentrasi ditambahkan dengan serbuk magnesium
formula obat kumur (K-, F1, F2, F3 dan dan asam klorida pekat dan menghasilkan
K+) dan diinkubasi dalam inkubator pada warna merah atau jingga. Menurut Ditjen
suhu 37 oC selama 24 jam. Terbentuknya POM (1989), jika masing-masing larutan
zona bening mengindikasikan adanya terbentuk warna kuning jingga sampai
hambatan pertumbuhan mikroba oleh merah, maka positif mengandung
adanya agen antimikroba dari ekstrak flavonoid. Pada skrining fitokimia
daun salam. Daerah zona bening diukur saponin ditunjukkan dengan terbentuknya
dengan menggunakan jangka sorong busa setinggi 1-10 cm yang stabil selama
dengan satuan millimeter (mm). Hasilnya tidak kurang dari 10 menit. Pada
dicatat dan dimasukkan ke dalam tabel penambahan 1 tetes HCl 2 N busa tidak
dan dibuat ke dalam grafik. hilang (Depkes RI, 1995). Pada skrining
2.11 Pengumpulan, Pengolahan dan fitokimia steroid/triterpenoid
Analisis Data Hasil Penelitian menunjukkan hasil positif. Terbentuknya
Data yang telah diperoleh kemudian warna biru atau hijau menunjukkan
dianalisis dan dibuat hasilnya dalam adanya steroid dan terbentuknya warna
bentuk tabel, grafik dan pembahasan. merah atau ungu menunjukkan adanya
triterpenoid (Ditjen POM, 1989). Hasil
3. HASIL DAN PEMBAHASAN skrining fitokimia tannin, jika masing-
3.1 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak masing larutan terbentuk warna
Daun Salam coklat/hitam kehijauan atau biru tua
Daun salam (Syzygium kehitaman maka positif mengandung
polyanthum (Wight) Walp.) diketahui tannin (Ditjen POM, 1989).
mengandung senyawa metabolit sekunder Pada penelitian ini ekstrak daun
yang diketahui dapat digunakan sebagai salam mengandung sejumlah golongan
antibakteri. Hasil skrining fitokimia senyawa aktif yaitu senyawa alkaloid,
ekstrak daun salam pada penelitian ini flavonoid, saponin, steroid/triterpenoid,
dapat dilihat pada Tabel 2. dan tannin. Menurut Gunawan & Rahayu
Tabel 2. Hasil Uji Skrining Fitokimia (2021), ekstrak daun salam mengandung
Ekstrak Daun Salam senyawa aktif golongan alkaloid,
No. Pemeriksaan Hasil flavonoid, saponin, steroid/triterpenoid,
1. Alkaloid Positif (+) dan tannin. Demikian juga menurut
Tammi et al., (2018), daun salam
2. Flavonoid Positif (+)
mempunyai zat aktif yaitu tanin,
3. Saponin Positif (+)
flavonoid, minyak atsiri, dan alkaloid.
4. Steroid/triterpenoid Positif (+)
3.2 Hasil Formulasi Sediaan Obat
5. Tanin Positif (+)
Kumur Ekstrak Daun Salam
Keterangan:
Positif (+) = mengandung golongan senyawa
Prosiding Hasil Seminar Penelitian “Hilirisasi Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Menuju Universitas International yang Humanis, Mandiri dan Islami

374
Hasil formulasi sediaan obat sediaan obat kumur ekstrak daun salam F1
kumur ekstrak daun salam dapat dilihat (SMDS 2,5%), F2 (SMDS 5%), dan F3
pada Gambar 1. (SMDS 7,5%) memiliki tekstur cair,
warna sesuai dengan ekstrak daun salam
yaitu coklat kehijauan, dan aroma
campuran khas daun salam dan mint dari
basis formula. Pada F1 berwarna coklat
muda kehijaun sedikit transparan, pada F2
berwarna coklat kehijauan tidak
Gambar 1. Sediaan Obat Kumur transparan, dan pada F3 berwarna coklat
(Mouthwash) Ekstrak Daun Salam tua kehijauan tidak transparan. Pada F1
Hasil penelitian diperoleh formulasi penambahan konsentrasi ekstrak sedikit
sediaan obat kumur ekstrak daun salam bercampur dengan basis obat kumur
seperti pada gambar 1, yaitu dengan berwarna putih bening transparan
tekstur cair, warna kecoklatan, dan aroma menghasilkan warna coklat muda
khas daun salam. Hal ini diperoleh kehijauan sedikit transparan. Semua
berdasarkan hasil uji organoleptik sediaan formula F1, F2 dan F3 memiliki aroma
obat kumur ekstrak daun salam. khas daun salam dan mint. Pada K– (basis
3.3 Hasil Uji Organoleptik Sediaan obat kumur) tidak memiliki warna dan
Obat Kumur Ekstrak Daun Salam aroma khas ekstrak daun salam karena
Hasil uji organoleptik dilakukan tidak ada penambahan ekstrak daun salam,
dengan pengamatan secara visual sehingga berwarna putih bening
langsung terhadap sediaan obat kumur transparan dengan aroma mint.
ekstrak daun salam meliputi tekstur, Hasil uji organoleptik pada
warna, dan aroma sediaan seperti pada penelitian ini diperoleh bahwa
Tabel 3. peningkatan konsentrasi ekstrak daun
Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik Sediaan salam dapat memberikan dan
Obat Kumur (Mouthwash) meningkatkan warna dan aroma khas daun
salam pada semua sediaan F1 (SMDS
2,5%), F2 (SMDS 5%), dan F3 (SMDS
7,5%) yang memiliki warna dan aroma
khas daun salam. Berbagai jenis tanaman
dapat mempengaruhi dan memberikan
warna dan aroma khas pada sediaan sesuai
Keterangan:
dengan warna dan aroma yang terdapat
K– (Blanko) = Kontrol Negatif pada ekstrak bagian tanaman tersebut.
(Formula Sediaan Tanpa Ekstrak Daun Salam) Seperti pada penelitian sebelumnya
F1 (SMDS 2,5%) = Formula Sediaan formulasi sediaan pasta gigi gel ekstrak
Mouthwash Ekstrak Daun Salam 2,5% daun salam juga diperoleh warna dan
F2 (SMDS 5%) = Formula Sediaan
Mouthwash Ekstrak Daun Salam 5%
aroma khas daun salam (Gunawan &
F3 (SMDS 7,5%) = Formula Sediaan Rahayu, 2021).
Mouthwash Ekstrak Daun Salam 7,5% Penambahan ekstrak tanaman akan
K+ (Pembanding) = Kontrol Positif (Obat berpengaruh pada berbagai macam
Kumur Bermerek) formulasi sediaan, seperti formulasi
SMDS = Sediaan Mouthwash
Daun Salam
sediaan obat kumur ekstrak daun salam
Uji organoleptik dilakukan untuk pada penelitian ini. Demikian juga pada
melihat karakteristik tampilan fisik suatu formulasi sediaan pasta gigi gel ekstrak
sediaan obat kumur meliputi tekstur, daun salam (Gunawan & Rahayu, 2021),
warna, dan aroma. Hasil uji organoleptik serta formulasi sediaan lainnya seperti
formulasi sediaan sabun cair ekstrak biji
Prosiding Hasil Seminar Penelitian “Hilirisasi Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Menuju Universitas International yang Humanis, Mandiri dan Islami

375
pepaya (Rahayu, dkk., 2021), dimana
penambahan ekstrak tanaman akan
mempengaruhi warna dan aroma sediaan.
Hal ini dikarenakan setiap bagian tanaman
memiliki ciri khas warna dan aroma khas
masing-masing sesuai jenis tanaman
tersebut.
Hasil pada penelitian ini
menunjukkan bahwa secara organolepik Gambar 2. Grafik pH Sediaan Obat
semua formulasi sediaan obat kumur Kumur (Mouthwash)
ekstrak daun salam yang dihasilkan
Keterangan:
memiliki tekstur cair, warna coklat, serta K– (Blanko) = Kontrol Negatif (Formula
aroma daun salam dan mint yang enak dan Sediaan Tanpa Ekstrak Daun Salam)
segar. Menurut Tammi et al., (2018), sifat F1 (SMDS 2,5%) = Formula Sediaan
organoleptis akan mempengaruhi minat Mouthwash Ekstrak Daun Salam 2,5%
seseorang untuk mengkonsumsi obat F2 (SMDS 5%) = Formula Sediaan
Mouthwash Ekstrak Daun Salam 5%
kumur, oleh karena itu hendaknya sediaan F3 (SMDS 7,5%) = Formula Sediaan
obat kumur yang dihasilkan memiliki Mouthwash Ekstrak Daun Salam 7,5%
warna yang menarik, aroma yang K+ (Pembanding) = Kontrol Positif (Obat
menyenangkan dan rasa yang enak dan Kumur Bermerek)
segar. SMDS = Sediaan Mouthwash Daun
Salam
3.4 Hasil Uji pH Sediaan Obat Kumur
Hasil pengujian pH sediaan obat
Ekstrak Daun Salam
kumur adalah pH 7,0 untuk K–
Hasil pengujian pH sediaan obat
(blanko/SMDS 0%), pH 6,9 untuk F1
kumur ekstrak daun salam dapat dilihat
(SMDS 2,5%), pH 6,8 untuk F2 (SMDS
pada Tabel 4.
5%) dan pH 6,6 untuk F3 (SMDS 7,5%).
Tabel 4. Hasil Uji pH Sediaan Obat
Sedangkan pada K+ (pembanding obat
Kumur (Mouthwash)
kumur bermerek) memiliki nilai pH 7,0.
Dari hasil pengujian pH pada penelitian
ini diperoleh bahwa peningkatan
konsentrasi ekstrak daun salam dapat
menurunkan pH, meskipun tidak terlalu
signifikan antara F1 (SMDS 2,5%), F2
(SMDS 5%), dan F3 (SMDS 7,5%).
Beberapa jenis tanaman diketahui
Keterangan: dapat menurunkan maupun dapat
K– (Blanko) = Kontrol Negatif menaikkan pH berbagai sediaan. Pada
(Formula Sediaan Tanpa Ekstrak Daun Salam)
F1 (SMDS 2,5%) = Formula Sediaan formulasi sediaan pasta gigi gel ekstrak
Mouthwash Ekstrak Daun Salam 2,5% daun salam, peningkatan konsentrasi
F2 (SMDS 5%) = Formula Sediaan ekstrak dapat menaikkan pH meskipun
Mouthwash Ekstrak Daun Salam 5% sedikit (tidak signifikan) (Gunawan &
F3 (SMDS 7,5%) = Formula Sediaan Rahayu, 2021). Sedangkan pada sediaan
Mouthwash Ekstrak Daun Salam 7,5%
K+ (Pembanding) = Kontrol Positif (Obat yang lainnya seperti sediaan sabun cair,
Kumur Bermerek) peningkatan konsentrasi ekstrak biji
SMDS = Sediaan Mouthwash pepaya sebaliknya dapat menurunkan pH
Daun Salam pada sediaan sabun cair meskipun tidak
Berdasarkan data pH formula terlalu signifikan (Rahayu, dkk., 2021).
sediaan obat kumur pada tabel 4, maka Hal ini dikarenakan setiap jenis tanaman
diperoleh grafik seperti pada Gambar 2. memiliki pH yang berbeda-beda.
Prosiding Hasil Seminar Penelitian “Hilirisasi Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Menuju Universitas International yang Humanis, Mandiri dan Islami

376
Pengujian pH merupakan salah satu F3 (SMDS 7,5%) = Formula Sediaan
syarat obat kumur, karena akan berkontak Mouthwash Ekstrak Daun Salam 7,5%
K+ (Pembanding) = Kontrol Positif (Obat
langsung dengan selaput rongga mulut Kumur Bermerek)
dan dapat menimbulkan masalah iritasi SMDS = Sediaan Mouthwash
jika pH-nya tidak sesuai dengan pH Daun Salam
selaput rongga mulut. Nilai pH merupakan D* = Hasil rata-rata tiga kali
nilai yang menunjukkan derajat keasaman pengulangan
suatu bahan. Uji pH obat kumur dilakukan Berdasarkan hasil perhitungan data
dengan menggunakan pH meter. Menurut diameter zona hambatan pada uji
SNI, pH obat kumur yang diperbolehkan antibakteri formula sediaan obat kumur,
berkisar antara pH 6,0 – 7,5. Nilai pH maka diperoleh grafik pada Gambar 3.
sediaan untuk mulut umumnya antara 4,5
hingga sekitar 9 atau 10, dan lebih baik
sekitar 6,5 –7,5 (Lucida, 2006). Hasil pada
penelitian ini menunjukkan bahwa pH
semua formulasi sediaan obat kumur
ekstrak daun salam yang dihasilkan
semuanya memenuhi kriteria pH obat
kumur yang baik dan memenuhi syarat
Gambar 3. Grafik Diamater Zona
sebagai obat kumur.
Hambat Antibakteri Sediaan
3.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
Obat Kumur (Mouthwash) Terhadap S.
Sediaan Obat Kumur Ekstrak Daun
mutans
Salam Keterangan:
Hasil uji aktivitas antibakteri dilihat K– (Blanko) = Kontrol Negatif (Formula
dari pengukuran besarnya diameter zona Sediaan Tanpa Ekstrak Daun Salam)
hambatan antibakteri dari sediaan obat F1 (SMDS 2,5%) = Formula Sediaan
kumur terhadap S. mutans, seperti terlihat Mouthwash Ekstrak Daun Salam 2,5%
F2 (SMDS 5%) = Formula Sediaan
pada Tabel 5. Mouthwash Ekstrak Daun Salam 5%
Tabel 5. Hasil Uji Antibakteri Sediaan F3 (SMDS 7,5%) = Formula Sediaan
Obat Kumur (Mouthwash) Mouthwash Ekstrak Daun Salam 7,5%
Diamater K+ (Pembanding) = Kontrol Positif (Obat
Formulasi Sediaan Kumur Bermerek)
Zona
No. Obat Kumur SMDS = Sediaan Mouthwash Daun
Hambat
(Mouthwash) Salam
(mm) D* Hasil pengujian aktivitas antibakteri
1. K– (Blanko) 0,00 sediaan obat kumur ekstrak daun salam
F1 (SMDS menunjukkan adanya perbedaan diameter
2. 7,50
2,5%) zona hambat. Semakin besar konsentrasi
F2 (SMDS ekstrak daun salam dalam formula sediaan
3. 8,50
5%) obat kumur maka semakin besar pula
F3 (SMDS diameter zona hambat yang terbentuk.
4. 9,17
7,5%) Daerah zona hambat yang terbentuk pada
K+ masing-masing formulasi dengan
5. 10,00
(Pembanding) berbagai konsentrasi ekstrak daun salam
terhadap bakteri S. mutans yaitu pada
Keterangan:
K– (Blanko) = Kontrol Negatif
formula K– (Blanko) adalah 0,00 mm,
(Formula Sediaan Tanpa Ekstrak Daun Salam) pada formula F1 (SMDS 2,5%) adalah
F1 (SMDS 2,5%) = Formula Sediaan 7,50 mm, pada formula F2 (SMDS 5%)
Mouthwash Ekstrak Daun Salam 2,5% adalah 8,50 mm, dan pada formula F3
F2 (SMDS 5%) = Formula Sediaan (SMDS 7,5%) adalah 9,17 mm.
Mouthwash Ekstrak Daun Salam 5%
Prosiding Hasil Seminar Penelitian “Hilirisasi Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Menuju Universitas International yang Humanis, Mandiri dan Islami

377
Sedangkan pada K+ (pembanding obat dari flavonol, flavon, flavanone, katekin,
kumur bermerek) adalah 10,00 mm. antosianidin dan kalkon (Taufiq et al.
Menurut Davis dan Stout (1971), 2015). Flavonoid memiliki sifat
berdasarkan zona jernih atau zona bening antioksidan dan juga berpotensi dalam
yang terbentuk, daya hambat menghambat pertumbuhan bakteri.
dikelompokkan menjadi 4 kelompok, Flavonoid mengandung senyawa fenol
yaitu kategori sangat kuat bila diperoleh yang bersifat asam dan disebut juga asam
zona hambat > 20 mm, kategori kuat karbolat (Rizqiyana et al. 2017). Struktur
apabila diperoleh zona hambat berkisar dinding sel dan sitoplasma bakteri
10-20 mm, kategori sedang apabila mengandung protein dan lemak, dengan
diperoleh zona hambat berkisar 5-10 mm, adanya senyawa antibakteri seperti
dan kategori lemah apabila diperoleh zona flavonoid mampu mendenaturasikan
hambat < 5 mm. protein dan merusak membran sel.
Pada penelitian ini semua sediaan Senyawa flavonoid memiliki daya
obat kumur dengan konsentrasi ekstrak antibakteri dengan mendenaturasi protein
daun salam F1 (SMDS 2,5%), F2 (SMDS sel bakteri dan merusak membran selnya.
5%), dan F3 (SMDS 7,5%) menunjukkan
daya hambat terhadap pertumbuhan 4. KESIMPULAN
bakteri S. mutans dengan kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian
Demikian juga pada K+ (pembanding) diperoleh kesimpulan: (1) Ekstrak daun
obat kumur bermerek menunjukkan daya salam dapat diformulasikan ke dalam
hambat dengan kategori sedang, namun bentuk sediaan obat kumur (mouthwash),
cenderung kuat. Sedangkan pada yang mana hasil sediaan yang diperoleh
penelitian sebelumnya semua sediaan memiliki bentuk cair, warna coklat muda
pasta gigi gel dengan konsentrasi ekstrak hingga coklat tua, aroma khas ekstrak
daun salam yang sama 2,5%, 5%, dan daun salam dan mint, serta memiliki pH
7,5% memiliki daya antibakteri dengan yang sesuai dengan pH untuk selaput
kategori kuat (Gunawan & Rahayu, 2021). mukosa rongga mulut; (2) Sediaan obat
Hal ini dikarenakan fungsi dari obat kumur ekstrak daun salam berbagai
kumur adalah sebagai tambahan dalam formulasi dengan berbagai konsentrasi
membantu membersihkan sisa bakteri yaitu 2,5%, 5% dan 7,5% sudah memiliki
setelah dilakukannya menyikat gigi aktivitas antibakteri terhadap bakteri
dengan sempurna. Sehingga sediaan obat Streptococcus mutans. Terbentuknya
kumur hanya bersifat membantu daerah zona hambat yang diperoleh yaitu
membunuh bakteri dengan fungsi semakin besar konsentrasi ekstrak maka
tambahan lainnya adalah menyegarkan zona hambat yang diperoleh akan semakin
rongga mulut. besar. Zona hambat terbesar diperoleh
Metabolit sekunder yang dihasilkan pada sediaan obat kumur dengan
dari ekstrak daun salam seperti senyawa konsentrasi ekstrak daun salam sebesar
tannin, fenol dan flavonoid mampu 7,5%. Semua formula F1 (SMDS 2%), F2
dijadikan sebagai antibakteri. Tanin (SMDS 5%), dan F3 (SMDS 7,5%)
memiliki kemampuan dalam menghambat termasuk dalam kategori daya hambat
pertumbuhan bakteri. Menurut Tammi et sedang.
al., (2018), daun salam mempunyai zat
aktif yaitu tanin, flavonoid, minyak atsiri, 5. DAFTAR PUSTAKA
dan alkaloid. Zat aktif tersebut diketahui Adrianto, A. D. (2012). Uji Daya
memiliki efek sebagai antibakteri. Antibakteri Ekstrak Daun Salam
Flavonoid merupakan senyawa polifenol (Eugenia polyantha Wight) Dalam
yang tersebar luas di alam, berdasarkan Pasta Gigi Terhadap Pertumbuhan
struktur kimia senyawa flavonoid terdiri
Prosiding Hasil Seminar Penelitian “Hilirisasi Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Menuju Universitas International yang Humanis, Mandiri dan Islami

378
Streptococcus mutans. Jember: Khan, S., Hasan, S., & Khan, U. A.
FKG Universitas Jember (2015). Genotoxic Effects of
Anisa, N., dan Riniwаsih, L. 2020. Chlorhexidine Mouthwash on
Formulasi Dan Aktivitas Buccal Epithelial
Antibakteri Sediaan Obat Kumur Cells. International Journal of
Dari Ekstrak Etanol 96% Daun Dentistry and Oral Health, 10(2),
Ciplukan (Physalis angulata L.) 1-6.
Terhadap Bakteri Streptococcus Kirby, B. (1966). Disc Plate Method of
mutans. Indonesia Natural Microbiological Antibiotic
Research Pharmaceutical Journal Assay. American Society for
Vol 5, No.2 (2020), pp. 70-82 Microbiology, 22(4), 659-663.
Budisuari, M. A., Oktarina, O., & Lucida, H. (2006). Determination of the
Mikrajab, M. A. (2010). Ionization Constants and the
Hubungan pola makan dan Stability of Catechin from Gambir
kebiasaan menyikat gigi dengan (Uncaria gambir (Hunter) Roxb).
kesehatan gigi dan mulut (karies) In ASOPMS 12 International
di Indonesia. Buletin Penelitian conference.
Sistem Kesehatan, 13(1), 21306. Lucida, H., Bakhtiar, A., & Putri, W. A.
Ciulei, J. 1984. Metodology for Analysis (2007). Formulasi Sediaan
of Vegetable and Drugs. Antiseptik Mulut Dari Katekin
Bucharest Rumania: Faculty of Gambir. Jurnal Sain Teknologi
Pharmacy. p. 11-26 Farmasi, 12(1), 1-7.
DepKes RI, 1995, Farmakope Indonesia Nigam, D., Verma, P., & Chhajed, M.
Edisi IV, Departemen Kesehatan (2020). Formulation and
Republik Indonesia, Jakarta, Evaluation of Herbal Mouthwash
p.112, 413. against Oral Infections
DepKes RI, 1995, Materia Medika Disease. International Journal of
Indonesia Jilid VI, Cetakan Pharmacy & Life Sciences, 11(7).
Keenam. Jakarta: Direktorat Nirwana, S. B., & Erma, S. (2009).
Jenderal Pengawasan Obat Dan Efektifitas Waktu Perendaman
Makanan, pp. 92-94, 195- 199, dalam Larutan Obat Kumur yang
321-326, 334, 336, 337. Mengandung Alkohol terhadap
Ditjen POM. 1989. Materi Medika Perubahan Warna pada Tumpatan
Indonesia. Jilid V. Jakarta: Resin Komposit Flowable.
Departemen Kesehatan Republik Universitas Muhammadiyah
Indonesia. Hal. 513-520, 536-553. Yogyakarta
Gunawan, H., & Rahayu, Y. P. (2021). Uji Pedrazzi, V., Leite, M. F., Tavares, R. C.,
Aktivitas Antibakteri Formulasi Sato, S., do Nascimento, G. C., &
Sediaan Pasta Gigi Gel Ekstrak Issa, J. P. M. (2015). Herbal
Daun Salam (Syzygium Mouthwash Containing Extracts
polyanthum (Wight) Walp) of Baccharis dracunculifolia as
Terhadap Streptococcus Agent for the Control of Biofilm:
mutans. FARMASAINKES: Clinical Evaluation in
JURNAL FARMASI, SAINS, dan Humans. The Scientific World
KESEHATAN, 1(1), 56-67. Journal, 2015.
Harborne, J. B. (1987). Metode fitokimia: Pratiwi, R. (2005). Perbedaan Daya
Penuntun cara modern Hambat terhadap Streptococcus
menganalisis mutans dari Beberapa Pasta Gigi
tumbuhan. Bandung: ITB. yang Mengandung Herbal (The
difference of inhibition zones
Prosiding Hasil Seminar Penelitian “Hilirisasi Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Menuju Universitas International yang Humanis, Mandiri dan Islami

379
toward Streptococcus mutans Trisia, A., Philyria, R., & Toemon, A. N.
among several herbal (2018). Uji Aktivitas Antibakteri
toothpaste). Dental Journal Ekstrak Etanol Daun Kalanduyung
(Majalah Kedokteran Gigi), 38(2), (Guazuma ulmifolia Lam.)
64-67. Terhadap Pertumbuhan
Rahayu, Y. P., Lubis, M. S., & Mutti-in, Staphylococcus aureus Dengan
K. (2021, June). Formulasi Metode Difusi Cakram (Kirby-
Sediaan Sabun Cair Antiseptik Bauer). Anterior Jurnal, 17(2),
Ekstrak Biji Pepaya (Carica 136-143.
papaya L.) Dan Uji Efektivitas Yosephine, A. D., Wulanjati, M. P.,
Antibakterinya Terhadap Saifullah, T. N., & Astuti, P.
Staphylococcus aureus. (2013). Mouthwash Formulation
In PROSIDING SEMINAR of Basil Oil (Ocimum basilicum
NASIONAL HASIL L.) and In Vitro Antibacterial and
PENELITIAN (Vol. 4, No. 1, pp. Antibiofilm Activities Against
373-388). Streptococcus mutans. Majalah
Rizqiyana, N., Komala, O., & Yulia, I. Obat Tradisional, 18(2), 95-102.
(2017). Formulasi deodoran roll
on ekstrak daun beluntas (Pluchea
indica L.) sebagai antibakteri
terhadap Staphylococcus
epidermis. Jurnal Farmasi, 3(6),
45-54.
Setyohadi R, Hamid A, Laila S.R. 2013.
Uji Efektivitas Antimikroba
Ekstrak Etanol Daun Salam
(Syzygium polyanthum) Terhadap
Streptococcus mutans Rongga
Mulut Secara In Vitro. Universitas
Brawijaya
Sumono, A., & Wulan, A. (2009).
Kemampuan air rebusan daun
salam (Eugenia polyantha W)
dalam menurunkan jumlah koloni
bakteri Streptococcus sp. Majalah
Farmasi Indonesia, 20(3), 112-7.
Tammi A, Apriliana, E., Soleha, T. U., &
Ramadhian, M. R. (2018). Potensi
Ekstrak Daun Salam (Syzygium
polyanthum [Wight.] Walp.)
sebagai Antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus secara In
Vitro. AGROMEDICINE
UNILA, 5(2), 562-566.
Taufiq, S., Yuniarti, U., Siti, H. 2015. Uji
aktivitas antibakteri ekstrak etanol
biji buah pepaya (Carica papaya
L.) terhadap Escherichia coli dan
Salmonella typhi. Jurnal
Penelitian SPeSIA. 5(2): 655–659.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai