Anda di halaman 1dari 35

UJI AKTIVITAS ANDALIMAN TERHADAP

STREPTOCOCCUS MUTANS
PENYEBAB KARIES

PROPOSAL

NICKI SEFANY LUBIS

NIM : 160600041

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan
kualitas hidup.1 Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh
secara menyeluruh karena kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari
kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh
secara umum.2 Menurut WHO, prevalensi kesehatan gigi dan mulut di seluruh dunia
sebesar 60-90% pada anak-anak dan hampir mendekati 100% pada orang dewasa.1
Tiga kelompok utama penyebab penyakit gigi dan mulut adalah karies, penyakit
periodontal, dan kanker mulut.3
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan
sementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat
yang dapat diragikan.4 Karies gigi juga bersifat kronis dan dalam perkembangannya
membutuhkan waktu yang lama, sehingga sebagian besar penderita mengalaminya
seumur hidup.5
Hampir seluruh penduduk di dunia pernah mengalami karies, dengan
prevalensi dan keparahan yang bervariasi serta berfluktuasi menurut waktu. Di negara
maju, masalah karies meningkat pada awal abad ke 19 dan cenderung menurun pada
akhir dekade abad ke 19, sedangkan di negara berkembang, akibat adanya
perkembangan di bidang industri dan perubahan pola kebiasaan makan, penyakit
karies cenderung meningkat di dalam masyarakat.6
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, Indonesia yang
bermasalah dengan gigi dan mulutnya sebesar 25,9%. Rata–rata karies gigi yang
diukur dengan indeks DMF-T sebesar 4,6 yang berarti rata–rata penduduk Indonesia
telah mengalami kerusakan gigi sebanyak 5 gigi per orang.7 Berdasarkan data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, total penderita karies pada tahun
2014 yaitu sebanyak 2003 kasus dengan persentase tertinggi pada kelompok usia 20–
44 tahun di tahun 2013 yaitu sebanyak 415 (824) kasus , kelompok usia 5–29 tahun
2

sebanyak 20% (397) kasus, dan pada kelompok usia 0–4 tahun sebanyak 6% (114
kasus).8
Karies gigi yang disebut juga lubang gigi merupakan suatu penyakit dimana bakteri
merusak struktur jaringan gigi yaitu enamel, dentin dan sementum. Jaringan tersebut
rusak dan menyebabkan lubang pada gigi. Karies gigi juga bersifat kronis dan dalam
perkembangannya membutuhkan waktu yang lama, sehingga sebagian besar
penderita mengalaminya seumur hidup.9
Karies gigi juga di klasifikasikan menurut kavitas (klas I , klas II , klas III , klas IV,
klas V) dan untuk menentukan klas dari karies dengan cara pemeriksaan terlebih
dahulu lalu untuk kedalaman karies terbagi dalam (karies insipient, karies
superfisialis, karies media dan karies profunda) dan untuk kecepatan perkembangan
karies (ringan, sedang, dan parah).10 Karies gigi dapat dicegah dengan menyikat gigi
secara rutin minimal dua kali sehari yaitu sesudah makan dan hendak tidur malam.
Kebiasaan menyikat gigi , juga dapat mempengaruhi berat ringannya karies yang
terjadi , responden yang sikat gigi mempunyai kecendrungan terjadinya karies lebih
sangat ringan dan sedikit kemungkinan di bandingkan dengan yang tidak menyikat
gigi.11
Agen penyebab utama terjadinya karies adalah bakteri Streptococcus mutans
yang memproduksi enzim glucosyltransferase (GTF), sehingga bakteri ini dapat
membentuk koloni yang melekat dengan erat pada permukaan gigi. Streptococcus
mutans menghasilkan polisakarida ekstraseluler lengket dari karbohidrat makanan
dan mampu memfermentasi karbohidrat menjadi asam. Jika kadar keasaman pada
suatu gigi berada di bawah pH 5,5 dapat menimbulkan proses demineralisasi yaitu
hilangnya sebagian atau seluruh mineral dari jaringan keras gigi yang diikuti oleh
kerusakan bahan organik gigi karena terlarut dalam asam sehingga terjadi karies
gigi.12,13
Lactobacillus acidophilus merupakan produsen asam laktat yang produktif
dan bersifat toleran terhadap asam. Bakteri tersebut secara rutin dan konsisten
terisolasi dari karies aktif. Lactobacillus acidophilus dianggap bakteri penginvasi
sekunder, bukan pemrakarsa dalam proses invasi karies gigi karena Lactobacillus
3

acidophilus nampak setelah lesi karies terbentuk. Bakteri Lactobacillus acidophilus


tidak dapat melekat secara langsung pada enamel gigi, namun bekerjasama dengan
bakteri Streptococcus mutans, pencetus pembuatan asam laktat yang bertanggung
jawab dalam proses demineralisasi enamel gig 14 Pada orang dewasa, Lactobacillus
acidophilus mendominasi pada lesi karies lanjutan, bahkan jumlahnya melebihi
Streptococcus mutans.15
Dan ada beberapa upaya yang telah diupayakan untuk menghilangkan
Streptpcoccus mutans dari mikroflora oral dengan menggunakan antibiotik seperti
ampisilin, klorhksidin, eritromisin, penisilin, tetrasiklin dan vankomisin yang dapat
mengendalikan pertumbuhan karies dalam mencegah karies gigi. Namun penggunaan
obat antibiotik yang berlebihan ini juga dapat mengakibatkan perubahan yang
signifikan dari mikroflora oral dan usus dan dapat menimbulkan efek samping yang
tidak diinginkan.16
Alternatif untuk antibiotik pencegahan karies dental adalah penggunaan minyak atsiri
. Minyak atsiri yaitu sebagai suatu kelompok dari senyawa berbau (odorus) , larut
dalam alkohol , terdiri dari campuran eter, aldehida, keton, dan terpen. Minyak atsiri
umumnya merupakan gabungan kelompok–kelompok senyawa voliate gabungan
yang membentuk aroma spesifik dari tanaman tertentu dan bisa dijadikan sebagai
antibiotik.17 Salah satu rempah yang memiliki kandungan minyak atsiri adalah
andaliman.18
Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) merupakan salah satu
tumbuhan rempah yang banyak terdapat di daerah Kabupaten Toba Samosir dan
Tapanuli Utara, Sumatra Utara.19 Buah Andaliman digunakan sebagai bumbu
masakan, dan akar serta daun secara tradisional juga dimanfaatkana sebagai obat
menyembuhkan sakit perut, sakit gigi, batuk , rematik dan sakit pinggang.19,20
Andaliman memiliki beberapa aktivitas biologis seperti larvasida, anti inflamasi,
analgesik, antimikroba, antioksidan dan antijamur. Andaliman mengandung senyawa
flavonoid yang mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan dan berperan penting untuk berbagai mempertahankan mutu produk
pangan dari berbagai kerusakan seperti ketengikan, perubahan nilai gizi serta
4

perubahan warna dan aroma makanan. Andaliman juga masuk dalam famili
Rutaceae, juga terdapat di India, China, dan Tibet.20
Bila buah Andaliman digigit akan tercium aroma minyak atsiri yang wangi
jeruk dengan rasa yang khas (getir) sehinggan merangsang produksi air liur .
Andaliman lebih terkenal di Cina, Jepang, Korea dan India dengan nama lain
Szechuan pepper. Di Cina, Andaliman dicampur untuk makanan mapo-berkuah.21
Berdasarkan kandungan kimia dan aktivitas fisiologisnya, pemanfaatan Andaliman
dapat dtingkatkan tidak lagi sekedar bumbu masakan, namun juga bahan pengawet ,
bahan obat dan suplemen serta pestisida nabati . Ekstrak kasar buah Andaliman , baik
tanpa dicampur dengan bubuk rempah lainnya, telah di laporkan memiliki aktivitas
fisiologi sebagai anti mikroba yang potensial.22 Andaliman juga dapat meningkatkan
sistem imunitas dalam tubuh.23 Andaliman mudah mengalami kerusakan apabila
disimpan sehari, sehingga senyawa aromanya yang mudah menguap dan mengandung
senyawa fungsional menjadi hilang. Apabila ingin senyawa fungsional bahan yang
mengandung minyak atsiri dapat dilakukan ekstraksi namun hasilnya bergantung
pada metode ekstraksi yang dilakukan.22
Secara umum, di Indonesia Andaliman belum banyak dikenal oleh
masyarakat, walau telah diperdagangkan di luar daerah asalnya, namun masih dikenal
dan dipergunakan oleh kalangan terbatas. Padahal melihat keunikan sensorik yang
dimiliki dan mungkin juga aktivitas fisiologi, bukan mustahil rempah ini dapat
menjadi salah satu rempah yang berpotensi merebut peluang pasar ekspor.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah Andaliman dapat menurunkan pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans sebagai penyebab karies?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kekuatan Andaliman dalam menurunkan pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans sebagai penyebab karies gigi.
5

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui jumlah bakteri Streptococcus mutans sebelum
berkumur dengan Andaliman 15%.
2. Untuk mengetahui jumlah bakteri Streptococcus mutans sesudah
berkumur dengan Andaliman 15%.
3. Untuk mengetahui jumlah bakteri Streptococcus mutans hari ke-7 sesudah
berkumur dengan Andaliman 15%.

1.4 Hipotesis Penelitian


Adanya kekuatan Andaliman dalam menurunkan pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans sebagai penyebab karies gigi.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengembangan
kemampuan dalam melakukan penelitian serta sebagai bahan masukan untuk
penelitian-penelitian yang akan datang.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi yayasan,
pemerintah daerah, dan para pelayan kesehatan bahwa tu
2. mbuhan Andaliman berpengaruh terhadap kesehatan rongga mulut.
3. Informasi ini dapat digunakan sebagai bahan edukasi terutama bagi
masyarakat Sumatra Utara yang memiliki populasi besar menggunakan
Andaliman.
6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Andaliman


2.1.1 Asal Andaliman
Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) adalah salah satu tumbuhan
rempah-rempah yang banyak terdapat di daerah Kabupaten Toba Samosir dan
Tapanuli Utara Sumatera Utara yang banyak digunakan masyarakat sekitar sebagai
bahan baku dalam pembuatan masakan adat. Memiliki aroma fungsional dengan rasa
pedas dan getir yang khas, serta hangat.22
Andaliman merupakan tanaman semak atau pohon kecil bercabang rendah,
tegak, tinggi mencapai 5 m, dan menahun. Batang, cabang, dan ranting berduri. Daun
tersebar, bertangkai, majemuk menyirip beranak daun gasal, panjang 5-20 cm dan
lebar 3- 15 cm, terdapat kelenjar minyak. Rakis bersayap, permukaan bagian atas,
bagian bawah rakis, dan anak daun berduri; 3-11 anak daun, berbentuk jorong hingga
oblong, ujung meruncing, tepi bergerigi halus, paling ujung terbesar, anak daun
panjang 1-7 cm, lebar 0.5-2.0 cm. Permukaan atas daun hijau berkilat dan permukaan
bawah hijau muda atau pucat, daun muda permukaan atas hijau dan bawah hijau
kemerahan. Bunga di ketiak, majemuk terbatas, anak payung menggarpu majemuk,
kecil-kecil; dasar bunga rata atau bentuk kerucut; kelopak 5-7 bebas, panjang 1- 2 cm,
warna kuning pucat; berkelamin dua, benang sari 5-6 duduk pada dasar bunga, kepala
sari kemerahan, putik 3-4, bakal buah apokarp, bakal buah menumpang. Buah kotak
sejati atau kapsul, bulat, diameter 2-3 mm, muda hijau, tua merah; tiap buah satu biji,
kulit keras, warna hitam berkilat.19
Tanaman Andaliman di Indonesia tumbuh liar di pegunungan dengan
ketinggian 1,400 m dpl pada temperatur 15-180 °C, sedangkan di Cina tanaman
andaliman tumbuh pada ketinggian 2,900 m dpl.24 Sistematika tanaman Andaliman
adalah:22
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
7

Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Sub class : Rosidae
Ordo : Rutales
Family : Rutaceae
Genus : Zanthoxylum
Spesies : Zanthoxylum acanthopodium DC
Andaliman lebih terkenal di Asia seperti di Cina, Jepang, Korea dan India.
Nama kerennya Szechuan pepper. Prosea menyebutkan Andaliman sebagai tumbuhan
asli Cina. Di negeri tirai bambu itu Andaliman dicampur untuk makanan mapo-
berkuah. Masyarakat Sin Jiang muslim menggerus andaliman dengan lada, ketumbar,
dan garam. Semuanya disangrai-lalu dijadikan cocolan daging panggang. Di Jepang
dan Korea, Andaliman dijadikan hiasan atau dipakai menambah rasa pedas pada sup
dan mie. Masyarakat Gujarat, Goa, dan Maharashtra di India selalu menyelipkan
Andaliman sebagai bumbu ikan. Hal tersebut mengakibatkan harga pasaran
Andaliman sangat lumayan mahal juga.21

Gambar 1: Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)25


8

Gambar 2 : Batang, daun dan buah tanaman Andaliman25


2.1.2 Kandungan Andaliman
Andaliman mengandung senyawa terpenoid dan flavonoid yang mempunyai
aktivitas antioksidan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting
untuk mempertahankan mutu produk pangan dari berbagai kerusakan seperti
ketengikan, perubahan nilai gizi serta perubahan warna dan aroma makanan.25
Andaliman adalah sumbernya senyawa polifenolat, monoterpen dan
seskuiterpen, serta kuinon. Serta itu dalam andaliman juga terdapat kandungan
minyak atsiri seperti geraniol, linalool, cineol, dan citroneal yang menimbulkan
kombinasi bau mint dan lemon. Sehingga jika dimakan meninggalkan efek
menggetarkan alat pengecap dan menyebabkan lidah terasa kebal.25
Menurut Katzer (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa fraksi
nonvolatil dari genus Zanthoxylum diidentifikasi mengandung senyawa flavonoid,
terpen, alkaloid, pyranoguinoline alkaloid, quaternary isoquinoline alkaloid,
aporphyrine alkaloid, dan beberapa jenis ligan. Ligan ini sendiri adalah senyawa yang
diduga berperan sebagai antioksidan pada fraksi non volatil ekstrak andaliman.
Andaliman juga merupakan tanaman rempah yang memiliki kandungan
fenolik. Fenolik berfungsi sebagai penyumbang radikal hidrogen atau dapat bertindak
sebagai aseptor radikal bebas sehingga dapat menunda tahap inisiasi pada makanan
yang lebih dikenal sebagai antimikroba. Hal ini memberikan peluang bagi andaliman
sebagai bahan baku senyawa antioksidan dan antimikroba bagi industri pangan dan
farmasi yang dapat digunakan sebagai obat dalam penyembuhan berbagai
penyakit.Andaliman dapat meningkatkan sistem imunostimulan.23
Andaliman mudah mengalami kerusakan apabila disimpan segar sehingga
senyawa aromanya yang mudah menguap dan mengandung senyawa fungsional
menjadi hilang. Apabila ingin mendapatkan senyawa aroma fungsional bahan yang
mengandung minyak atsiri dapat dilakukan ekstraksi namun hasilnya bergantung
terhadap metode ekstraksi.26
Selain digunakan sebagai bumbu dapur, secara tradisional buah andaliman
digunakan untuk mengobati pencernaan, mengobati asma dan bronkitis,
9

menghilangkan rasa sakit, mengobati penyakit jantung, penyakit mulut, gigi dan
tenggorokan, juga untuk mengatasi diare. Kulit akar dan daunnya digunakan untuk
menyembuhkan sakit perut, sakit gigi, batuk, dan penyakit kelamin, rematik dan sakit
pinggang. Zanthoxylum memiliki beberapa aktivitas biologis seperti larvasida, anti
inflamasi, analgesik, antioksidan, antibiotik, hepatoprotektif, antiplasmodial,
sitotoksik, antiproliferatif, antelmintik, antivirus, antikonvulsan dan antijamur.20
2.1.3 Kandungan Minyak Atsiri Andaliman
Minyak atsiri yang dikenal dengan nama minyak terbang (volatile oil) atau
minyak eteris (essential oil) adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman dan
mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi.
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme dalam tanaman, yang
terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Sifat dari minyak atsiri yang
lain adalah mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau
tanaman penghasilnya, yang diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah,
biji, bunga, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak arsiri
mudah larut dalam pelarut organik seperti alkohol, eter, petroleum, benzene, dan
tidak larut dalam air.27
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai
senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu
aroma tertentu. Minyak atsiri sebagian besar termasuk dalam golongan senyawa
organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak (lipofil).28
Minyak atsiri awalnya dikenal sebagai minyak esensial. Minyak ini sudah dikenal
sejak tahun 3.000 SM oleh penduduk Mesir Kuno dan digunakan untuk tujuan
keagamaan, pengoobatan, atau sebagai balsam untuk mengawetkan jenasah. Sejak
zaman dahulu, penggunaan minyak esensial di Indonesia masih sangat terbatas dan
masih bersifat tradisional. Pemakaian minyak sari tumbuhan secara tradisional
dilakukan dengan cara merendam tanaman aromatik dengan air atau dalam minyak
kelapa.29
Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang
diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku minyak wangi,
10

komestik dan obat-obatan. Minyak Atsiri juga digunakan sebagai kandungan dalam
bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri komestik dan
minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta
gigi, shampoo, lotion dan parfum.29
Andaliman sering disebut sebagai penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri didefinisikan
sebagai suatu kelompok dari senyawa berbau (odorus), larut dalam alcohol, terdiri
dari campuran eter, aldehida, keton, dan terpen.17
Hasil penelitian Parhusip (2006) menunjukkan bahwa rendemen ekstrak
bubuk buah andaliman mengandung minyak atsiri 8,01% seperti yang terlihat pada
tabel 1 bahwa kandungan minyak atsiri buah Andaliman cukup tinggi, yaitu 8.01%
w/w. Buah Andaliman memiliki potensi dalam pemanfaatannya sebagai pengawrt
pangan alami. Ada 11 komponen aktif minyak atsiri andaliman dengan 5 komponen
utama, yaitu apinen, limonene, geraniol, citronellol dan geranil asetat. Komponen
minyak atsiri tersebut dapat menghambat pertumbuhan patogen (E. coli,
Pseudomonas, B. cereus, dan S.aureus) dan kapang (Fusarium sp, Penicilloum sp dan
Aspergillus flavus).
Tabel 1. Analisis proksimat dan kandungan minyak atsiri Andaliman18
Variabel Pengamatan Jumlah (%)
Kadar Air 67-71
Kadar Protein 1.93
Kadar Lemak 2.58
Kadar abu total 1.80
Kadar karbohidrat 25.98
Kadar air andaliman setelah kering beku (dry basis) 6.23
Rendemen andaliman kering beku 32.29
Kadar minyak atsiri andaliman segar (wet basis) 8.01
Kemampuan minyak atsiri yang terdapat dalam andaliman untuk menghambat
bakteri merupakan salah satu kriteria pemilihan suatu senyawa untuk diaplikasikan
sebagai pengawet bahan pangan. Semakin kuat efek penghambatannya, maka
semakin efektif digunakan.18
11

Penghambatan aktivitas mikroba oleh komponen bioaktif tanaman dapat disebabkan


oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Gangguan pada senyawa penyusunan dinding sel
2. Peningkatan permeabilitas membran sel yang menyebabkan kehilangan komponen
penyusun sel.
3. Menginaktifasi enzim metabolik.
4. Destruksi atau kerusakan fungsi material genetik.
Minyak atsiri yang terkandung didalam Andaliman adalah senyawa metabolit
sekunder yang berasal dari golongan terpenoid khususnya monoterpenoid antara lain
geranyl asetat, limonene, citronellol dan myrcene, dimana senyawa-senyawa minyak
atsiri ini juga terkandung didalam tanaman jeruk tetapi dalam persentase yang
berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kandungan minyak atsiri pada tanaman Andaliman akan sama pada
tanaman jeruk.18

2.2 Streptococcus mutans


2.2.1 Pengertian Streptococcus Mutans
Streptococcus mutans adalah salah satu bakteri gram positif yang
menyebabkan karies gigi. Karies gigi terjadi akibat adanya penurunan email pada gigi
dan merupakan salah satu masalah yang umum terjadi di kalanganmasyarakat
terutama pada anak-anak. Klorheksidin dan sodium hipoklorit secara luas digunakan
sebagai mouthwash dan agen irigasi mulut, akan tetapi dapat menimbulkan reaksi
hipersensitivitas dan efek samping yang bersifat sitotoksik terhadap sel-sel ligament
periodontal manusia, serta menghambat sintesis protein dan mempengaruhi aktivitas
mitokondria dari sel-sel ini.30
Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan Streptococcus
viridans yang dapat mengeluarkan toksin sehingga sel-sel pejamu rusak dan bersifat
aerob serta relatif sering terdapat dalam rongga mulut yaitu pada permukaan gigi.
Streptococcus mutans memiliki bentuk bulat dan tersusun seperti rantai dengan
diameter 0,5-0,7 mikron, tidak bergerak dan tidak memiliki spora.31
12

Bakteri yang berkoloni pada plak gigi diantaranya yaitu Streptococcus mutans
yang dapat menghasilkan enzim glucosyltransferase. Streptococcus mutans memiliki
perlekatan yang erat dengan permukaan gigi karena adanya sintesis glucan-binding-
protein ekstraseluler sehingga bakteri dalam pembentukan biofilm plak gigi
(Lamont,2006). Streptococcus mutans merupakan bakteri yang paling kariogenik,
dimana peningkatan jumlahnya memiliki hubungan yang erat dengan juumlah plak
gigi.32,33
Streptococcus mutans merupakan salah satu bakteri dari tujuh spesies
Streptococcus yang berada (S.mutans, S.sobrinus, S.cricetus, S.ferus, S.rattus, S
macacae dan S.downei) dan 9 serotipe (a, b, c, d, e, f, g, h dan k). Diantara sembilan
serotipe tersebut yang paling banyak adalah b. Klasifikasi Streptococcus mutans35:
Kingdom : Monera
Diviso : Firmicutes Class
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus mutans

Gambar 3 : Streptococcus mutans34

2.3 Karies
2.3.1 Pengertian Karies
Karies gigi adalah suatu proses dinamis dalam plak yang melekat pada
permukaan gigi dan menyebabkan kerusakan struktur gigi akibat hilangnya mineral
13

permukaan gigi. Secara klinis, kerusakan struktur gigi ini dapat terlihat mulai dari
gambaran opasitas yang berwarna putih pada enamel sampai keadaan yang lebih
lanjut berupa karies yang luas dan mengenai jaringan pulpa. Karies gigi adalah
penyakit multifaktorial dengan faktor-faktor penyebab seperti gigi dan saliva,
mikroorganisme, makanan, serta waktu yang saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Plak yang melekat pada gigi memegang peranan penting sebagai penyebab karies.36
Karies atau lubang gigi adalah sebuah penyakit dalam rongga mulut yang
diakibatkan oleh aktivitas perusakan bakteri terhadap jaringan keras gigi (email,
dentin dan sementum). Kerusakan ini jika tidak segera ditangani akan segera
menyebar dan meluas. Jika tetap dibiarkan, lubang gigi akan menyebabkan rasa sakit,
tanggalnya gigi, infeksi, bahkan kematian.37
Karies gigi (kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi akibat
suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar
yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi.38
2.3.2 Jenis-Jenis Karies
Berdasarkan tempat terjadinya karies gigi, dapat dibedakan yaitu:39
a. Karies Inspiens
b. Yaitu karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan terkeras
pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau coklat pada
enamel.
c. Karies Superfisialis
d. Yaitu karies yang sudah mencapai bagian dalam enamel dan kadang-kadang terasa
sakit.
e. Karies Media
f. Yaitu karies yang sudah mencapai bagian dentin atau bagian pertengahan antara
permukaan gigi dan pulpa, tetapi belum melebihi setengah dentin, gigi biasanya
terasa sakit apabila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.
g. Karies Profunda
h. Karies yang telah mengenai lebih dari setengah dentin atau telah mencapai pulpa.
Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan.
14

2.3.3 Penyebab Karies


Penyebab karies yaitu bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacilli. Bakteri spesifik
ini mengubah glukosa dan karbohidrat menjadi asam melalui proses fermentasi.
Asam terus diproduksi oleh bakteri dan merusak sruktur gigi sedikit demi sedikit.
Plak dan bakteri mulai bekerja 20 menit setelah makan.40
a. Faktor di dalam Mulut
1) Faktor Hospes (Gigi dan Saliva)
a) Gigi
Komposisi gigi terlihat dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan dibawah
email. Struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies. Kuat atau
lemahnya struktur gigi terhadap proses kerusakan karies dapat dilihat dari warna,
keburaman dan kelicinan permukaan gigi serta ketebalan email.41
b) Saliva
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks yang terdiri atas campuran
sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa mulut. Saliva
mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena masih banyak sekali
mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan
remineralisasi meningkat jika ion fluor. Selain mempengaruhi Ph, jika aliran saliva
berkurang atau menghilang maka caries mungkin tidak akan terkendali.4
2) Faktor Mikroorganisme
Adanya flora bakterial mulut dalam bentuk plak merupakan penyebab utama
bagi terbentuknya karies. Pada gigi-gigi yang belum erupsi dan belum berhubungan
dengan flora mulut tidak terbentuk karies, tetapi begitu gigi-gigi tersebut erupsi dapat
terserang karies. Selanjutnya dapat dibuktikan bahwa jenis bakteri mulut tertentu
secara invitro dapat menghasilkan lesi karies pada email dan dentin. Akhirnya bakteri
jenis ini dalam jumlah besar dapat ditunjukkan dan diisolasi dari lesi in vivo, dan
ditunjukkan pula bahwa adanya jenis bakteri tertentu dalam jumlah relatif besar
mendahului terjadinya kerusakan gigi. Jenis bakteri yang dapat menimbulkan karies
yaitu Streptococcus mutans, beberapa jenis Streptococcus mitis, Streptococcus
15

sanguis, Streptococcus miller, dan banyak Lactobacillus serta beberapa spesies


Actinomyces.42
3) Faktor substrat (sisa makanan)
Pembentukan plak yang sangat cepat terjadi pada pemberian makanan lewat
mulut. Sebagian dari makanan yang diberikan menggabungkan diri dan cocok sebagai
substrak bakteri plak. Substrak dari makanan, kebalikannya dari air ludah hanya
dijumpai beberapa saat setiap hari, tetapi pada konsentrasi tinggi polisakarida
disintesis di dalam plak dan asam dalam jumlah besar dibentuk dari gula. Selama
periode, penyediaan makanan terjadi seleksi yang menyimpang, penggunaan gula
berkali-kali menambah pertumbuhan plak dan menambah jumlah streptococcus
mutans didalamnya.42
Subtrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-
hari yang menempel dipermukaan gigi. Makanan pokok manusia adalah karbohidrat,
lemak dan protein. Pada dasarnya nutrisi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan gigi saat pembentukan matriks email dan kalsifikasi. Nutrisi berperan
dalam membentuk kembali jaringan mulut dan membentuk daya tahan terhadap
infeksi juga karies. Nutrisi berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi
dalam struktur, ukuran, komposisi, erupsi dan ketahanan gigi terhadap karies
(Suwelo, 1992).
4) Faktor Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsung proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terjadi atas
periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada
di dalam lengkungan gigi maka karies tidak menghancurkan dalam hitungan hari atau
minggu, melainkan dalam bulan atau tahunan.4
5) Kebersihan Gigi dan Mulut
a) Pengertian Kebersihan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu keadaan dimana gigi bebas dari
plak dan calkulus serta penyakit mulut lainnya, kebersihan mulut yang bagus akan
membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat. Beberapa cara sederhana untuk
16

mendapatkan gigi yang bersih dan sehat yaitu: menggosok gigi paling sedikit sekali
sehari, bila mungkin gosok gigi setiap habis makan, kurangi makanan yang
mengandung gula, periksa secara teratur pada dokter gigi. Kebersihan mulut yang
bagus akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat. Seperti bagian-bagian lain
dari dari tubuh, maka gigi dan jaringan penyangganya mudah terkena penyakit,
mereka harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang baik.43
a. Faktor di Luar Mulut
1) Keturunan
Seseorang yang mempunyai susunan gigi berjejal (maloklusi) ada
kemungkinan bawaan dari orang tuanya. Hasil studi tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya karies gigi memperlihatkan orang-orang yang memiliki gigi
yang berjejal lebih mudah terkena karies karena dengan gigi berjejal sisa makanan
mudah menempel di gigi dan sulit dibersihkan. Seseorang dengan susunan gigi
berjejal lebih banyak menderita karies dari pada yang mempunyai susunan gigi baik.
Selain itu, kebersihan gigi dan mulut yang buruk akan mengakibatkan persentase
karies lebih tinggi.41
Faktor keturunan/genetik merupakan faktor yang mempunyai pengaruh
terkecil dari faktor penyebab karies gigi. Walaupun demikian, dari suatu penelitian
melibatkan 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi baik, ternyata anak-anak dari
pasangan orang tua tersebut sebagian besar memiliki gigi baik. Sedangkan penelitian
yang melibatkan 46 pasang orang tua dengan persentase karies yang tinggi, didapat
hanya 1 pasang yang memiliki anak dengan gigi baik, 5 pasang dengan persentase
karies sedang dan 40 (empat puluh) pasang dengan persentase karies tinggi.41
2) Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang paling penting pengaruhnya terhadap
terjadinya karies antara lain air yang diminum, kultur sosial ekonomi penduduk.
Penghasilan dan pendidikan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi diet
kebiasaan merawat gigi sehingga prevalensi karies gigi rendah. Pada daerah dengan
kandungan fluor yang cukup dalam air minum (0,7 ppm sampai 1 ppm) prevalensi
karies rendah. Bila fluor diberikan sejak dini dengan kombinasi berbagai cara (dalam
17

air minum dan makanan), maka email akan banyak menyerap fluor sehingga akan
memberikan efek besar terhadap pencegahan karies.41
3) Perilaku
Menurut Notoatmodjo, perilaku dalam pandangan biologis adalah merupakan
suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Perilaku adalah semua
aktivitas manusia baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara
langsung. Perilaku pemeliharaan kesehatan yang merupakan bagian dari perilaku
kesehatan adalah usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk memelihara kesehatan
agar tidak sakit dan usaha penyembuhan apabila sakit. Perilaku memiliki peranan
yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut karena perilaku
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi individu atau
masyarakat. Perilaku pemeliharaan kesehatan positif, misalnya kebiasaan menggosok
gigi, sebaliknya perilaku pemeliharaan kesehatan gigi negatif, misalnya menggosok
gigi secara tidak teratur sehingga menyebabkan kesehatan gigi dan mulut menurun
dengan dampak antara lain gigi mudah berlubang.44
Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah seperti menyikat
gigi dua kali sehari sesudah sarapan dan sebelum tidur, mengurangi makanan dan
minuman yang manis, dan persepsi seseorang mengenai pentingnya kesehatan gigi
dan mulut tersebut sehingga dapat mendorong seseorang melakukan pemeliharaan
gigi dan mulutnya merupakan segala aktivitas dan keputusan seseorang untuk
melakukan pencegahan dan deteksi dini terhadap kesehatan gigi dan mulutnya.
Kebiasaan seseorang yang paling berpengaruh dalam meningkatkan resiko terjadinya
karies adalah mengonsumsi makanan dan minuman manis. Terjadinya karies bukan
bergantung pada jenis makanan dan minuman manis yang dikonsumsi tetapi
bergantung pada frekuensi komsumsi makanan dan minuman manis tersebut.45
4) Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu pelayanan kesehatan
dasar di puskesmas yang harus ditingkatkan mutunya dengan melaksanakan
pelayanan yang sesuai dengan standard yang ada. Pelayanan kesehatan gigi
mencakup beberapa program, baik di dalam gedung maupun di luar gedung. Secara
18

umum pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah merupakan sub sistem


pelayanan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut,yang tujuan utamanya
adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan)
dengan sasaran masyarakat.46
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pelayanan kesehatan masyarakat
tidak melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif pemulihan terbatas.
Diharapkan Puskesmas memberikan pelayanan terhadap kesehatan gigi dan mulut
tidak menimbulkan kesan menyakitakan atau sakit dengan menerapken teknologi
terkini dan harga terjangkau oleh masyarakat. Oleh karena ruang lingkup pelayanan
kesehatan masyarakat bidang kesehatan gigi dan mulut menyangkut kepentingan
masyarakat banyak, maka peranan pemerintah mempunyai porsi yang besar. Namun
demikian karena keterbatasan sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat
perlu digali atau diikutsertakan dalam pelayanan kesehatan gigi.46
5) Faktor Jajanan
Menurut Suwelo, adapun jenis makanan yang dapat mempengaruhi terjadinya
karies yaitu:41
a. Jenis Makanan yang bersifat kariogenik
Makanan kariogenik adalah makanan yang mempunyai ciri-ciri PH rendah,
mengandung gula tinggi dan lengket. Adapun jenis makanan yang mempunyai PH
rendah adalah sebagai berikut :
(1) Sukrosa/gula
Sukrosa adalah gabungan dua macam gula yaitu glukosa dan fruktosa, dan
mudah dipecah menjadi kedua unsur tersebut di dalam unsur sebelum di serap oleh
tubuh. Terdapat berbagai bentuk putih atau coklat. Sukrosa lebih berbahaya bagi gigi
karena memproduksi lebih banyak pelekat glukosa dan membuat plak dalam mulut
semakin tebal dan lengket. Sukrosa adalah gula yang terbanyak dan paling di sukai
sebagai bahan tambahan pada pabrik makanan di seluruh dunia.
(2) Glukosa
19

Gula ini banyak terdapat di alam, juga ditambah pada sejumlah makanan dan
minuman. Glukosa tidak semanis sukrosa (lebih kurang 70 %), tetapi di gunakan
untuk memperkuat rasa buah-buahan pada minuman ringan dan selai.
(3) Fruktosa
Gula ini ditemukan pada buah-buahan dan sayursayuran tertentu, dan dalam madu.
Rasanya 1,7 kali lebih manis dari sukrosa dan juga sebagai penambahan rasa pada
selai, minuman, buah-buahan dan lain-lain.
a) Jenis Makanan yang Bersifat Non-Kariogenik
Makanan non kariogenik adalah makanan yang banyak mengandung protein
dan lebih sedikit karbohidrat dan tidak lengket. Secara alami terdapat dalam beberapa
buah-buahan masak (cherry, pir, dan apel). Proses penyerapan di dalam usus
berlangsung tidak sempurna dan sangat lambat. Saat ini sorbitol dianggap kurang
bersifat merusak gigi (kariogenik karena bebas gula, kecuali bila di konsumsi
berulang kali).
(1) Manitol (Gula Manna)
Jenis manitol terdapat didalam labu, bawang, seledri dan zaitun. Manitol mempunyai
rasa manis separuh dari sukrosa. Kandungan utamanya adalah manna, seperti manitol
juga diserap perlahan-lahan dan tidak sempurna didalam usus dan relatif aman bagi
gigi dan kesehatan umum.
(2) Xilytol
Xilytol banyak terdapat di alam, misalnya dalam roseberry, plum kuning dan sejenis
kol. Hasil dari penelitian terus-menerus menunjukkan bahwa xilytol tidak
menghasilkan asam sama sekali pada plak, sehingga sangat aman sekali pada gigi.4

2.4 Kerangka Teori


20

Obat Kumur

Herbal Kimia

Ekstrak Andaliman 12,5%

Kandungan

Flavonoid Fenolik Saponin

Manfaat : Manfaat : Manfaat :

Meningkatkan Aseptor radikal Merusak


pemeabilitas bebas, antimikroba permeabilitas
membran sel, dan antioksidan membran sel bakteri
mengganggu
pembentukan sel
bakteri

Strepstococcus mutans

Karies

2.5 Kerangka Konsep


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berkumur dengan ekstrak
Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) 15% terhadap penurunan bakteri
Streptococcus mutans penyebab karies.
21

Berkumur dengan ekstrak Penurunan pertumbuhan


Andaliman (Zanthoxylum jumlah bakteri Streptococcus
acanthopodium DC) 12,5% mutans penyebab karies
22

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan
rancangan penelitian pre and post testgroup design yaitu melakukan pengukuran atau
observasi sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. .

3.2 Rancangan Penelitian


Perlakuan : Ho X H1 X H2
Kontrol :Ho Y H1 Y H2
Keterangan :
X : obat kumur ekstrak Andaliman 12,5%
Y : placebo, yaitu berkumur dengan obat kumur tanpa ekstrak Andaliman.
Ho : pengukuran jumlah bakteri sebelum perlakuan (baseline salivary bacterial
count)
H1 : pengukuran julah bakteri sesudah perlakuan
H2 : pengukuran jumlah bakteri hari ke-7 sesudah perlakuan

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara
untuk pembuatan obat kumur ekstrak Andaliman konsentrasi 12,5%.
2. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara untuk melihat uji aktivitas
Andaliman terhadap Streptococcus mutans penyebab karies.
3. Laboratorium mikrobiologi Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara untuk
tempat perhitungan jumalh bakteri.
23

3.2.2 Waktu penelitian


Dimulai bulan Oktober 2019 sampai dengan November 2019.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi FKG angkatan
2016 yang berjumlah 236 orang.
3.3.2 Sampel
Penentuan besar sampel sesuai dengan SOP (Standard Operasional
Procedure) dimana jumlah pengulangan yang dilakukan pada penelitian ini
menggunakan rumus Walton T Federer (1995) :

(n-1) (r-1) ≥ 15

Keterangan:
n = jumlah sampel dalam tiap kelompok
r = jumlah perlakuan
Pada penelitian ini digunakan 2 perlakuan, yakni obat kumur ekstrak buah
andaliman dan plasebo.
Perhitungan:
(n-1) (r-1) ≥ 15
(n-1) (2-1) ≥ 15
(n-1) ≥ 15
n ≥ 16
berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel setiap kelompok adalah
16 orang. Untuk menghindari adanya drop out maka diambil 20 orang mahasiswa
dalam setiap kelompok. Mahasiswa dengan jumlah 40 orang yang mengikuti kriteria
inklusi sebagai berikut.
Kriteria inklusi:
1. Terdapat ≥ 20 elemen gigi.
24

2. Menderita minimal 1 karies.

3. Koopertaif dan bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed


consent.
4. Bersedia untuk tidak menyikat gigi dengan sikat gigi konvensional yang digunakan
bersama pasta gigi selama waktu penelitian bagi kelompok perlakuan.
5. Gigi anterior rahang atas dan rahang bawah teratur atau berjejal derajat ringan.
Kriteria eksklusi:
1. Menderita penyakit periodontal.
2. Memakai piranti orthodonti cekat atau lepasan.
3. Memakai protesa.
4. Gigi yang berjejal.
5. Penderita penyakit sistemik seperti penyakit Diabetes Melitus, penyakit saluran
pernafasan dan kelainan jantung.
6. Perokok.
7. Rutin menggunakan obat kumur sintetik.
8. Menggunakan antibiotik sejak 3 bulan sebelum penelitian.
Setelah sampel penelitian diperoleh, maka secara acak atau randomisasi, sampel
dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan berkumur dengan ekstrak
Andaliman 12,5% dan kelompok kontrol berkumur dengan obat kumur tanpa ekstrak
Andaliman dimana masing-masing kelompok terdiri dari 20 orang mahasiswa.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
3.4.1.1 Variabel bebas
Berkumur dengan ekstrak buah Andaliman 12,5% : berkumur dengan ekstrak
Andaliman 12,5% sesuai dengan kadar bunuh minimum, sebanyak 15 ml selama 30
detik.
3.4.1.1 Variabel tergantung
Jumlah bakteri: jumlah bakteri sebelum berkumur, sesudah berkumur, dan sesudah
berkumur hari ke-7 dengan ekstrak buah Andaliman 12,5% yang dihitung dengan
25

Colony Forming Unit (CFU) di Laboratoorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi,


Universitas Sumatera Utara.

3.4.2 Definisi Operasional

NO VARIABEL DEFINISI ALAT SKALA CARA UKUR


PENELITIAN OPERASIONAL UKUR UKUR
Variabel Bebas
1 Berkumur berkumur dengan Gelas Nominal Obat kumur
ekstrak buah ekstrak Andaliman ukur ekstrak buah
Andaliman 12,5% sesuai belimbing
konsentrasi dengan kadar wuluh 2%
12,5% bunuh minimum, sebanyak 15
sebanyak 15 ml ml dituang ke
selama 30 detik dalam gelas
ukur.
Variabel Tergantung
1 Jumlah bakteri Jumlah bakteri Colony Rasio Bakteri
sebelum Forming dibiakkan
berkumur, sesudah Unit dengan
berkumur, dan (CFU) menggunakan
sesudah berkumur media blood
hari ke-7 dengan agar lalu
ekstrak buah dikultur
Andaliman 12,5% selama 18-24
(CFU) jam dan
diinkubasi
selama 2-4
26

jam, kemudian
dilakukan
pengamatan
bakteri
menggunakan
colony
counter.
3.5 Metode Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah :
1. Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC)
2. Etanol 96%
3. Sorbitol 10%
4. Peppermint oil 1%
5. CMC-Na 0,3%
6. Aquadest
7. Natrium agar
8. Sodium chloride 0,9%

3.5.2 Alat Penelitian


Alat – alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Kaca mulut
2. Sonde
3. Masker
4. Handscoon
5. Pisau
6. Talenan
7. Timbangan
8. Blender
9. Kertas saring
27

10. Kapas
11. Beaker glass
12. Rotary evaporator
13. Gelas ukur
14. Wadah plastik
15. Gelas kumur plastik
16. Botol Plastik
17. Batang pengaduk

3.5.3 Prosedur Penelitian


3.5.3.1 Prosedur Pembuatan Obat Kumur Andaliman Konsentrasi 15%
1. 1. Buah Andaliman segar sebanyak 16 kg dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan
air yang mengalir sampai bersih dan ditiriskan, kemudian dipotong tipis.
2. Selanjutnya buah Andaliman dimasukkan ke dalam blender dan dihaluskan.
3. Setelah itu, buah Andaliman yang sudah halus dipindahkan ke dalam wadah
plastik tertutup dan tambahkan 32 L etanol 96%, lalu diaduk dan ditutup rapat,
kemudian diamkan selama 2 hari sambil sesekali diaduk pada 6 jam pengadukan
pertama dan 18 jam kemudian untuk pengadukan kedua.
4. Setelah 2 hari, larutan ekstrak buah Andaliman disaring dengan menggunakan
kapas dan kertas saring dan ditampung ke dalam wadah plastik sehingga diperoleh
filtrat dan ampas.
5. Ulangi perendaman ampas Andaliman dengan penambahan 16 L etanol 95%, lalu
diadu dan ditutup rapat dan diamkan selama 24 jam sambil sesekali diaduk.
6. Lakukan penyaringan kembali menggunakan kapas dan kertas saring lalu filtrat
ditampung ke dalam wadah plastik.
7. 7. Selanjutnya kumpulkan seluruh filtrat yang diperoleh dan uapkan dengan
rotary evaporator sehingga diperoleh hasil ekstrak yang kental.
8. Ekstrak kental Andaliman sebanyak 625 gram ditambahkan dengan CMC-Na
0,3% sebanyak 15 gr, sorbitol 10% sebanyak 500 ml, peppermint oil sebanyak 50
28

ml dan aquadest a/d 5 liter. Diaduk hingga homoge. Kemudian, masukkan obat
kumur ekstrak buah Andaliman ke dalam botol plastik dan diberi label.
3.5.3.2 Prosedur Berkumur
1. Seluruh responden terpilih (40 orang) dikumpulkan dalam ruangan khusus
untuk diberi penjelasan mengenai prosedur penelitian dan diberi informed
consent untuk ditandatangani. Secara acak, mereka dibagi menjadi dua
kelompok:
a. Kelompok perlakuan (kelompok I, 20 orang), berkumur dengan obat kumur
ekstrak buah Andaliman 15%.
b. \Kelompok kontrol (kelompok II, 20 orang), berkumur dengan placebo (obat
kumur tanpa ekstrak Andaliman). Penelitian pada kedua kelompok dilakukan
pada hari dan waktu yang sama, dan diobservasi oleh 2 orang peneriksa untuk
masing-masing kelompok.
2. Sebelum memulai penelitian pad hari pertama, sampel saliva responden kedua
kelompok ditampung dalam tabung steril (pretest) ditutup rapat, dan diberi
label A.
3. Responden kelompok perlakuan diberi obat kumur buah Andaliman 15%
sebanyak 15 ml untuk berkumur selama 30 detik dengan pengawasan peneliti.
Sedangkan responden pada kelompok kontrol berkumur dengan plasebo.
4. Setelah berkumur, air kumur pada seluruh responden ditampung dalam tabung
steril (posttest 1) ditutup rapat, dan diberi label B.
5. Pada hari yang sama sesudah makan siang, responden kedua kelompok
diinstruksikan untuk berkumur kembali dibawah pengawasan peneliti.
6. mulai hari kedua sampai dengan hari ketujuh, responden kedua kelompok
diinstruksikan berkumur 2 kali sehari yaitu setiap pagi pukul 7.00 pagi di
halaman Fakultas Kedokteran Gigi USU dan sesudah makan siang sekitar
pukul 12.30 siang dibawah pengawasan peneliti. Waktu ini dipilih karena pH
rongga mulut rendah (pH<5) menyebabkan suasana rongga mulut menjadi
asam. Kondisi ini menyebabkan jumlah bakteri kariogenik bertambah dan
mengakibatkan email mengalami demineralisasi. Penggunaan obat kumur
29

ekstrak buah Andaliman diharapkan dapat membunuh bakteri Streptococcus


mutans dan mengembalikan pH rongga mulut ke kadar normal (pH=6,3-7,0)
dengan lebih cepat yang seharusnya.
7. Pada hari ketujuh, setelah berkumur pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol, air kumur ditampung dalam tabung steril (posttest 2) ditutup rapat,
dan diberi label C.
8. Seluruh sampel saliva dan air kumur responden dibawa ke Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU untuk dilakukan perhitungan jumalh
bakteri

3.5.3.3 Prosedur Pembiakan Bakteri


1. Siapkan semua alat dan bahan.
2. Sterilkan alat yang akan digunakan.
3. Sebanyak 1 ml sampel saliva (pretest) dan 1 ml air kumur (posttest) pada
kedua kelompok dimasukkan dalam tabung untuk dilakukan pengenceran
secara berseri.
4. Pengenceran secara berseri dilakukan pada kedua sampel pre dan post: 4
tabung reaksi berisi 9 ml sodium chloride 0,9%. Setiap tabung reaksi diberi
nomor 1 hingga 4. Tabung 1 berisi air kumur yang sekaligus dihitung
pengenceran pertama kemudian dihomogenisasikan.
5. Setelah suspensi tersebut homogen, dengan pipet steril dimasukkan kedalam
tabung nomor 2, dikocok sampai homogen sehingga terjadi pengenceran.
6. Dari tabung 2 diambil suspense sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet
steril kembali, masukkan ke dalam tabung nomor 3, dikocok hingga homogen
sehingga terjadi pengenceran. Pengenceran dilakukan pada tabung ke 4
dengan mengambil suspense sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet steril
dari tabung ketiga dan dimasukkan ke dalam tabung keempat.
7. Suspensi saliva dari pengenceran keempat, diambil dengan pipet steril
sebanyak 1 ml, kemudian disebar pada piring petri streril yang mengandung
natrium agar (NA) dengan menggunakan hockey stick.
30

8. Tahap selanjutnya, piring petri dimasukkan dalam inkubator 37°C selama


2x24 jam.
9. Sesudah 48 jam, jumlah bakteri pada setiap piring petri dihitung dengan
Colony Forming Unit.
10. Pengukuran jumlah bakteri ulang kembali pada hari ketujuh sesudah
berkumur pada kedua kelompok.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi yaitu data dimasukkan
kedalam program computer untuk dianaalisis dengan uji statistik.
1. Univariat : untuk menghitung rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur,
sesudah berkumur, dan sesudah berkumur hari ke-7 dengan ekstrak buah
Andaliman 12,5%.
2. Bivariat : dependent t test untuk menghitung perbedaan rata-rata jumlah
bakteri sebelum (baseline salivary bacterial count), sesudah berkumur dengan
ekstrak buah Andaliman 12,5% dan placebo, serta sesudah berkumur dengan
ekstrak buah Andaliman 12,5% dan placebo hari ke-7 pada kedua kelompok.

3.8 Etika Penelitian


Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup:
1. Informed Consent
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada
responden, kemudian menjelaskan lebih lanjut tujuan penelitian, tindakan yang akan
dilakukan, serta menjelaskan manfaat diperoleh dari hal-hal lan yang berkaitan
dengan penelitian.
2. Ethical Clerance
Penelti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komite
Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional
maupun nasional.
31

DAFTAR PUSTAKA

WHO. Oral health. Available from http://www.who.int/news-room/facts-


heets/detail/oral-health, 2018.

Anitasari S, Rahayu NE. Hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat


kebersihan gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri di kecamatan Palaran
kota madya Samarinda Profinsi Kalimantan Timur. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J)
2005; 38(2): 88.

Patel R. The state or oral health in Europe. Europe : Platform for Better Oral
Health 2012: 14-15.

Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangan. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC, 2012; p.2.
Mejia GC, Elani HW, Harper S, Thomson WM, Ju X, et al. Socioeconomic status,
oral health, and dental disease in Australia, Canada, New Zealand and the
United States. BMC Oral Health 2018; 18: 176.
Agtini MD. Pola status kesehatan gigi dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di Indonesia pada tahun 1990–2007. Media Penelitian dan
Pengembang. Kesehatan, 2009; 19(3): 144 – 153.
Kemenkes. Riset kesehatan dasar 2018. Jakarta: Kemenkes RI, 2018.
Bebe ZA, Susanto HS, Martini. Faktor risiko kejadian karies gigi pada orang dewasa
usia 20-39 tahun di Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara, Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2018; 6(1).
Al-Shahrani MA. Microbiology of dental caries: a literature re view. AHMSR 2019;
9: 655-659.
Meisida N, Soesanto O, Chandra HK. K-Means untuk klasifikasi penyakit karies gigi.
Kumpulan Jurnal Ilmu Komputer, 2014; 1(1).
Wiradona I, Widjanarko B, Syamsulhuda BM. Pengaruh perilaku menggosok gigi
terhadap plak gigi pada siswa kelas IV dan V di SDN wilayah Kecamatan
Gajahmungkur Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan, 2013; 8(1).
Hasan EA, Zuliari K, Mintjelungan CN. Uji daya hambat virgin coconut oil terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Jurnal e-Gigi, 2019; 7(1).
Dharsono VA, Mooduto L, Prasetyo EP. Perbedaan jumlah koloni Streptococcus
mutans pada saliva penderita pria dan wanita dengan karies tinggi.
Conservative Dentistry Journal, 2013; 3(1): 2.
32

Cura F, Palmieri A, Girardi A, Martinelli M, Scapoli L, Carinci F. Lab-Test®4:


dental caries and bacteriological analysis. Dent Res J (Isfahan), 2012; 9(2):
139-41.
Caufield,PW, Li Y, Dasanayake A, Saxena D. Diversity of Lactobacilli in the oral
cavities of young women with dental caries. Caries Res, 2007; 41(1): 2–8.
Pejcic A, Kesic L, Obradovic, R & Mirkovic D. Antibiotic in the management of
periodontal disease. Scientific Journal of the Faculty of Medicine in Nis,
2010; 27(2): 85-92.

Chorianopoulos NG, Skandamis PN, Nychas G-JE, Haroutounian SA. Essential oils
as natural antibacterials in food preparations. Microbial Implication for Safe
and Qualitative Food Products, 2008; 87-103.

Khairunnisyah AY. Pemanfaatan Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC)


sebagai tanaman penghasil minyak atsiri. Jurnal Kultivasi, 2018; 17(1).
Siregar BL. Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) di Sumatera Utara:
deskripsi dan perkecambahan. Hayati, 2003: 38-40.

Negi JS, Bish VK, Bhandari AK, Singh P, Sundriyah RC. Chemical constituents and
biological activities of the benus Zanthoxylum: review. 2011. African Journal
of Pure and Applied Chemistry, 5 (12) : 412-416.

Xiang L, Liu Y, Xie C, Li X, Yu Y, Ye M, Chen S. The chemical and genetic


characteristics of Szechuan pepper (Zanthoxylum bungeanum dan Z.
armatum) cultivars and their suitable habitat. Frontiers in Plant Science, 2016;
7.

Siregar BL. Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) dan potensi


pemanfaatannya. Media Unika, 2012; 84(2).

Purba ST, Sinaga DP. Evaluasi potensi ekstrak tumbuhan andaliman (Zanthoxylum
acanthopodium DC) sebagai potensi imunostimulan pada tikus (Rattus
norvegicus L.). Prosiding Seminar Nasional III Biologi dan Pembelajarannya
Universitas Negeri Medan, 2017.

http://digilib.unimedac.id/28461/2/ST%20Purba%202C%20DP%20Sinaga.pdf

Wijaya CH. Andaliman, rempah tradisional Sumatera Utara dengan antioksidan dan
antimikroba. Teknologi dan Industri Pangan, 1999; 2(10): 59-61.
33

Katzer G. Sichuan pepper and others (Zanthoxylum piperitum, simulans, bungeanum,


rhetsa, acanthopodium), 2012. http://www. uni-grat.at

Wijaya CH, Hadiprodjo IT, Apriyantono A. Komponen volatil dan karakterisasi


komponen kunci aroma buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.).
J Teknol Industri Pangan, 2001;12:117-125.
Sandler SR, Karo W. Organic compounds synthesis. California: Academic Press
Inc,1992.

Ketaren S. Minyak dan lemak pangan. Edisi pertama. Jakarta: Penerbit UIPress,
2005.

Yuliani, Sri., Satuhu, Suyanti. Panduan lengkap minyak atsiri. Bogor: Penebar
Swadaya, 2012.

Fatmawati DWA. Hubungan biofilm Streptococcus mutans terhadap risiko terjadinya


karies gigi. Stomatognatic(J.K.G Unej), 2011; 8(3): 127-130.

Corwin E.J. Buku saku patofisiologi Corwin. Edisi ke 3. EGC: Jakarta, 2008.

Vagastrand KE, Dowen B. Cariogenic bacteria as biomarkers for sugar intake.


Proquest, 2007; 65(3): 111.

Caranza FA, Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. Carranza’s Clinical
Periodontology. 11th ed. China: Saunders Elsevier, 2012.

Ari WN. Streptococcus mutans, si plak dimana-mana, 2008.


http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/streptococcus-mutans 31.pdf
BIMKGI. Surat Kwputusan No.1 /Sekjen. BIMKG, 2012; 1(1).
Roth GI, Calmes. R. Oral biology. St. Louis: The C. V. Mosby Company, 1981: 307-
354.
Sandira. Karies gigi, 2009. http://www.mail-archive.co.id/dokter@itb.ac.id/msg
Hamsafir, Evan. Definisi karies gigi, 2010. http://www.infogigi.com/karies-
akar/definisi-mengenai-karies-gigi.html
Widya Y. Pedoman perawatan kesehatan anak. Bandung : Yrama Widya, 2008.
Pratiwi. Protein vitamin dan bahan pangan. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press, 2007.
Suwelo IS. Karies gigi pada anak dengan perbagai faktor etiologi. Jakarta: EGC,
1992.
34

Schuurs AHB, dkk. Patologi gigi- geligi; kelainan- kelainan jaringan keras gigi.
Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas, 2007.
Budiardjo SB. Penyakit jaringan gigi pada anak. In : penuntun Kuliah Ilmu
Kedokteran Gigi Anak FKG UI. Jakarta: FKG UI, 2001.
Warni L. Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut
terhadap status karies gigi di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli
Serdang tahun 2009. Tesis. Medan: USU, 2009.
Cobisco.dental caries, 1995. http://www.dentalcaries.com
Departemen Kesehatan RI. Standar pelayanan rumah sakit. Jakarta: Depkes RI, 2000.
Besford. Mengenai gigi anda. Jakarta: Arcan, 2006.

Anda mungkin juga menyukai