STREPTOCOCCUS MUTANS
PENYEBAB KARIES
PROPOSAL
NIM : 160600041
MEDAN
2019
1
BAB 1
PENDAHULUAN
sebanyak 20% (397) kasus, dan pada kelompok usia 0–4 tahun sebanyak 6% (114
kasus).8
Karies gigi yang disebut juga lubang gigi merupakan suatu penyakit dimana bakteri
merusak struktur jaringan gigi yaitu enamel, dentin dan sementum. Jaringan tersebut
rusak dan menyebabkan lubang pada gigi. Karies gigi juga bersifat kronis dan dalam
perkembangannya membutuhkan waktu yang lama, sehingga sebagian besar
penderita mengalaminya seumur hidup.9
Karies gigi juga di klasifikasikan menurut kavitas (klas I , klas II , klas III , klas IV,
klas V) dan untuk menentukan klas dari karies dengan cara pemeriksaan terlebih
dahulu lalu untuk kedalaman karies terbagi dalam (karies insipient, karies
superfisialis, karies media dan karies profunda) dan untuk kecepatan perkembangan
karies (ringan, sedang, dan parah).10 Karies gigi dapat dicegah dengan menyikat gigi
secara rutin minimal dua kali sehari yaitu sesudah makan dan hendak tidur malam.
Kebiasaan menyikat gigi , juga dapat mempengaruhi berat ringannya karies yang
terjadi , responden yang sikat gigi mempunyai kecendrungan terjadinya karies lebih
sangat ringan dan sedikit kemungkinan di bandingkan dengan yang tidak menyikat
gigi.11
Agen penyebab utama terjadinya karies adalah bakteri Streptococcus mutans
yang memproduksi enzim glucosyltransferase (GTF), sehingga bakteri ini dapat
membentuk koloni yang melekat dengan erat pada permukaan gigi. Streptococcus
mutans menghasilkan polisakarida ekstraseluler lengket dari karbohidrat makanan
dan mampu memfermentasi karbohidrat menjadi asam. Jika kadar keasaman pada
suatu gigi berada di bawah pH 5,5 dapat menimbulkan proses demineralisasi yaitu
hilangnya sebagian atau seluruh mineral dari jaringan keras gigi yang diikuti oleh
kerusakan bahan organik gigi karena terlarut dalam asam sehingga terjadi karies
gigi.12,13
Lactobacillus acidophilus merupakan produsen asam laktat yang produktif
dan bersifat toleran terhadap asam. Bakteri tersebut secara rutin dan konsisten
terisolasi dari karies aktif. Lactobacillus acidophilus dianggap bakteri penginvasi
sekunder, bukan pemrakarsa dalam proses invasi karies gigi karena Lactobacillus
3
perubahan warna dan aroma makanan. Andaliman juga masuk dalam famili
Rutaceae, juga terdapat di India, China, dan Tibet.20
Bila buah Andaliman digigit akan tercium aroma minyak atsiri yang wangi
jeruk dengan rasa yang khas (getir) sehinggan merangsang produksi air liur .
Andaliman lebih terkenal di Cina, Jepang, Korea dan India dengan nama lain
Szechuan pepper. Di Cina, Andaliman dicampur untuk makanan mapo-berkuah.21
Berdasarkan kandungan kimia dan aktivitas fisiologisnya, pemanfaatan Andaliman
dapat dtingkatkan tidak lagi sekedar bumbu masakan, namun juga bahan pengawet ,
bahan obat dan suplemen serta pestisida nabati . Ekstrak kasar buah Andaliman , baik
tanpa dicampur dengan bubuk rempah lainnya, telah di laporkan memiliki aktivitas
fisiologi sebagai anti mikroba yang potensial.22 Andaliman juga dapat meningkatkan
sistem imunitas dalam tubuh.23 Andaliman mudah mengalami kerusakan apabila
disimpan sehari, sehingga senyawa aromanya yang mudah menguap dan mengandung
senyawa fungsional menjadi hilang. Apabila ingin senyawa fungsional bahan yang
mengandung minyak atsiri dapat dilakukan ekstraksi namun hasilnya bergantung
pada metode ekstraksi yang dilakukan.22
Secara umum, di Indonesia Andaliman belum banyak dikenal oleh
masyarakat, walau telah diperdagangkan di luar daerah asalnya, namun masih dikenal
dan dipergunakan oleh kalangan terbatas. Padahal melihat keunikan sensorik yang
dimiliki dan mungkin juga aktivitas fisiologi, bukan mustahil rempah ini dapat
menjadi salah satu rempah yang berpotensi merebut peluang pasar ekspor.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Sub class : Rosidae
Ordo : Rutales
Family : Rutaceae
Genus : Zanthoxylum
Spesies : Zanthoxylum acanthopodium DC
Andaliman lebih terkenal di Asia seperti di Cina, Jepang, Korea dan India.
Nama kerennya Szechuan pepper. Prosea menyebutkan Andaliman sebagai tumbuhan
asli Cina. Di negeri tirai bambu itu Andaliman dicampur untuk makanan mapo-
berkuah. Masyarakat Sin Jiang muslim menggerus andaliman dengan lada, ketumbar,
dan garam. Semuanya disangrai-lalu dijadikan cocolan daging panggang. Di Jepang
dan Korea, Andaliman dijadikan hiasan atau dipakai menambah rasa pedas pada sup
dan mie. Masyarakat Gujarat, Goa, dan Maharashtra di India selalu menyelipkan
Andaliman sebagai bumbu ikan. Hal tersebut mengakibatkan harga pasaran
Andaliman sangat lumayan mahal juga.21
menghilangkan rasa sakit, mengobati penyakit jantung, penyakit mulut, gigi dan
tenggorokan, juga untuk mengatasi diare. Kulit akar dan daunnya digunakan untuk
menyembuhkan sakit perut, sakit gigi, batuk, dan penyakit kelamin, rematik dan sakit
pinggang. Zanthoxylum memiliki beberapa aktivitas biologis seperti larvasida, anti
inflamasi, analgesik, antioksidan, antibiotik, hepatoprotektif, antiplasmodial,
sitotoksik, antiproliferatif, antelmintik, antivirus, antikonvulsan dan antijamur.20
2.1.3 Kandungan Minyak Atsiri Andaliman
Minyak atsiri yang dikenal dengan nama minyak terbang (volatile oil) atau
minyak eteris (essential oil) adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman dan
mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi.
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme dalam tanaman, yang
terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Sifat dari minyak atsiri yang
lain adalah mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau
tanaman penghasilnya, yang diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah,
biji, bunga, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak arsiri
mudah larut dalam pelarut organik seperti alkohol, eter, petroleum, benzene, dan
tidak larut dalam air.27
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai
senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu
aroma tertentu. Minyak atsiri sebagian besar termasuk dalam golongan senyawa
organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak (lipofil).28
Minyak atsiri awalnya dikenal sebagai minyak esensial. Minyak ini sudah dikenal
sejak tahun 3.000 SM oleh penduduk Mesir Kuno dan digunakan untuk tujuan
keagamaan, pengoobatan, atau sebagai balsam untuk mengawetkan jenasah. Sejak
zaman dahulu, penggunaan minyak esensial di Indonesia masih sangat terbatas dan
masih bersifat tradisional. Pemakaian minyak sari tumbuhan secara tradisional
dilakukan dengan cara merendam tanaman aromatik dengan air atau dalam minyak
kelapa.29
Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang
diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku minyak wangi,
10
komestik dan obat-obatan. Minyak Atsiri juga digunakan sebagai kandungan dalam
bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri komestik dan
minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta
gigi, shampoo, lotion dan parfum.29
Andaliman sering disebut sebagai penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri didefinisikan
sebagai suatu kelompok dari senyawa berbau (odorus), larut dalam alcohol, terdiri
dari campuran eter, aldehida, keton, dan terpen.17
Hasil penelitian Parhusip (2006) menunjukkan bahwa rendemen ekstrak
bubuk buah andaliman mengandung minyak atsiri 8,01% seperti yang terlihat pada
tabel 1 bahwa kandungan minyak atsiri buah Andaliman cukup tinggi, yaitu 8.01%
w/w. Buah Andaliman memiliki potensi dalam pemanfaatannya sebagai pengawrt
pangan alami. Ada 11 komponen aktif minyak atsiri andaliman dengan 5 komponen
utama, yaitu apinen, limonene, geraniol, citronellol dan geranil asetat. Komponen
minyak atsiri tersebut dapat menghambat pertumbuhan patogen (E. coli,
Pseudomonas, B. cereus, dan S.aureus) dan kapang (Fusarium sp, Penicilloum sp dan
Aspergillus flavus).
Tabel 1. Analisis proksimat dan kandungan minyak atsiri Andaliman18
Variabel Pengamatan Jumlah (%)
Kadar Air 67-71
Kadar Protein 1.93
Kadar Lemak 2.58
Kadar abu total 1.80
Kadar karbohidrat 25.98
Kadar air andaliman setelah kering beku (dry basis) 6.23
Rendemen andaliman kering beku 32.29
Kadar minyak atsiri andaliman segar (wet basis) 8.01
Kemampuan minyak atsiri yang terdapat dalam andaliman untuk menghambat
bakteri merupakan salah satu kriteria pemilihan suatu senyawa untuk diaplikasikan
sebagai pengawet bahan pangan. Semakin kuat efek penghambatannya, maka
semakin efektif digunakan.18
11
Bakteri yang berkoloni pada plak gigi diantaranya yaitu Streptococcus mutans
yang dapat menghasilkan enzim glucosyltransferase. Streptococcus mutans memiliki
perlekatan yang erat dengan permukaan gigi karena adanya sintesis glucan-binding-
protein ekstraseluler sehingga bakteri dalam pembentukan biofilm plak gigi
(Lamont,2006). Streptococcus mutans merupakan bakteri yang paling kariogenik,
dimana peningkatan jumlahnya memiliki hubungan yang erat dengan juumlah plak
gigi.32,33
Streptococcus mutans merupakan salah satu bakteri dari tujuh spesies
Streptococcus yang berada (S.mutans, S.sobrinus, S.cricetus, S.ferus, S.rattus, S
macacae dan S.downei) dan 9 serotipe (a, b, c, d, e, f, g, h dan k). Diantara sembilan
serotipe tersebut yang paling banyak adalah b. Klasifikasi Streptococcus mutans35:
Kingdom : Monera
Diviso : Firmicutes Class
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus mutans
2.3 Karies
2.3.1 Pengertian Karies
Karies gigi adalah suatu proses dinamis dalam plak yang melekat pada
permukaan gigi dan menyebabkan kerusakan struktur gigi akibat hilangnya mineral
13
permukaan gigi. Secara klinis, kerusakan struktur gigi ini dapat terlihat mulai dari
gambaran opasitas yang berwarna putih pada enamel sampai keadaan yang lebih
lanjut berupa karies yang luas dan mengenai jaringan pulpa. Karies gigi adalah
penyakit multifaktorial dengan faktor-faktor penyebab seperti gigi dan saliva,
mikroorganisme, makanan, serta waktu yang saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Plak yang melekat pada gigi memegang peranan penting sebagai penyebab karies.36
Karies atau lubang gigi adalah sebuah penyakit dalam rongga mulut yang
diakibatkan oleh aktivitas perusakan bakteri terhadap jaringan keras gigi (email,
dentin dan sementum). Kerusakan ini jika tidak segera ditangani akan segera
menyebar dan meluas. Jika tetap dibiarkan, lubang gigi akan menyebabkan rasa sakit,
tanggalnya gigi, infeksi, bahkan kematian.37
Karies gigi (kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi akibat
suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar
yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi.38
2.3.2 Jenis-Jenis Karies
Berdasarkan tempat terjadinya karies gigi, dapat dibedakan yaitu:39
a. Karies Inspiens
b. Yaitu karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan terkeras
pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau coklat pada
enamel.
c. Karies Superfisialis
d. Yaitu karies yang sudah mencapai bagian dalam enamel dan kadang-kadang terasa
sakit.
e. Karies Media
f. Yaitu karies yang sudah mencapai bagian dentin atau bagian pertengahan antara
permukaan gigi dan pulpa, tetapi belum melebihi setengah dentin, gigi biasanya
terasa sakit apabila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.
g. Karies Profunda
h. Karies yang telah mengenai lebih dari setengah dentin atau telah mencapai pulpa.
Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan.
14
mendapatkan gigi yang bersih dan sehat yaitu: menggosok gigi paling sedikit sekali
sehari, bila mungkin gosok gigi setiap habis makan, kurangi makanan yang
mengandung gula, periksa secara teratur pada dokter gigi. Kebersihan mulut yang
bagus akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat. Seperti bagian-bagian lain
dari dari tubuh, maka gigi dan jaringan penyangganya mudah terkena penyakit,
mereka harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang baik.43
a. Faktor di Luar Mulut
1) Keturunan
Seseorang yang mempunyai susunan gigi berjejal (maloklusi) ada
kemungkinan bawaan dari orang tuanya. Hasil studi tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya karies gigi memperlihatkan orang-orang yang memiliki gigi
yang berjejal lebih mudah terkena karies karena dengan gigi berjejal sisa makanan
mudah menempel di gigi dan sulit dibersihkan. Seseorang dengan susunan gigi
berjejal lebih banyak menderita karies dari pada yang mempunyai susunan gigi baik.
Selain itu, kebersihan gigi dan mulut yang buruk akan mengakibatkan persentase
karies lebih tinggi.41
Faktor keturunan/genetik merupakan faktor yang mempunyai pengaruh
terkecil dari faktor penyebab karies gigi. Walaupun demikian, dari suatu penelitian
melibatkan 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi baik, ternyata anak-anak dari
pasangan orang tua tersebut sebagian besar memiliki gigi baik. Sedangkan penelitian
yang melibatkan 46 pasang orang tua dengan persentase karies yang tinggi, didapat
hanya 1 pasang yang memiliki anak dengan gigi baik, 5 pasang dengan persentase
karies sedang dan 40 (empat puluh) pasang dengan persentase karies tinggi.41
2) Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang paling penting pengaruhnya terhadap
terjadinya karies antara lain air yang diminum, kultur sosial ekonomi penduduk.
Penghasilan dan pendidikan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi diet
kebiasaan merawat gigi sehingga prevalensi karies gigi rendah. Pada daerah dengan
kandungan fluor yang cukup dalam air minum (0,7 ppm sampai 1 ppm) prevalensi
karies rendah. Bila fluor diberikan sejak dini dengan kombinasi berbagai cara (dalam
17
air minum dan makanan), maka email akan banyak menyerap fluor sehingga akan
memberikan efek besar terhadap pencegahan karies.41
3) Perilaku
Menurut Notoatmodjo, perilaku dalam pandangan biologis adalah merupakan
suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Perilaku adalah semua
aktivitas manusia baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara
langsung. Perilaku pemeliharaan kesehatan yang merupakan bagian dari perilaku
kesehatan adalah usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk memelihara kesehatan
agar tidak sakit dan usaha penyembuhan apabila sakit. Perilaku memiliki peranan
yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut karena perilaku
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi individu atau
masyarakat. Perilaku pemeliharaan kesehatan positif, misalnya kebiasaan menggosok
gigi, sebaliknya perilaku pemeliharaan kesehatan gigi negatif, misalnya menggosok
gigi secara tidak teratur sehingga menyebabkan kesehatan gigi dan mulut menurun
dengan dampak antara lain gigi mudah berlubang.44
Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah seperti menyikat
gigi dua kali sehari sesudah sarapan dan sebelum tidur, mengurangi makanan dan
minuman yang manis, dan persepsi seseorang mengenai pentingnya kesehatan gigi
dan mulut tersebut sehingga dapat mendorong seseorang melakukan pemeliharaan
gigi dan mulutnya merupakan segala aktivitas dan keputusan seseorang untuk
melakukan pencegahan dan deteksi dini terhadap kesehatan gigi dan mulutnya.
Kebiasaan seseorang yang paling berpengaruh dalam meningkatkan resiko terjadinya
karies adalah mengonsumsi makanan dan minuman manis. Terjadinya karies bukan
bergantung pada jenis makanan dan minuman manis yang dikonsumsi tetapi
bergantung pada frekuensi komsumsi makanan dan minuman manis tersebut.45
4) Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu pelayanan kesehatan
dasar di puskesmas yang harus ditingkatkan mutunya dengan melaksanakan
pelayanan yang sesuai dengan standard yang ada. Pelayanan kesehatan gigi
mencakup beberapa program, baik di dalam gedung maupun di luar gedung. Secara
18
Gula ini banyak terdapat di alam, juga ditambah pada sejumlah makanan dan
minuman. Glukosa tidak semanis sukrosa (lebih kurang 70 %), tetapi di gunakan
untuk memperkuat rasa buah-buahan pada minuman ringan dan selai.
(3) Fruktosa
Gula ini ditemukan pada buah-buahan dan sayursayuran tertentu, dan dalam madu.
Rasanya 1,7 kali lebih manis dari sukrosa dan juga sebagai penambahan rasa pada
selai, minuman, buah-buahan dan lain-lain.
a) Jenis Makanan yang Bersifat Non-Kariogenik
Makanan non kariogenik adalah makanan yang banyak mengandung protein
dan lebih sedikit karbohidrat dan tidak lengket. Secara alami terdapat dalam beberapa
buah-buahan masak (cherry, pir, dan apel). Proses penyerapan di dalam usus
berlangsung tidak sempurna dan sangat lambat. Saat ini sorbitol dianggap kurang
bersifat merusak gigi (kariogenik karena bebas gula, kecuali bila di konsumsi
berulang kali).
(1) Manitol (Gula Manna)
Jenis manitol terdapat didalam labu, bawang, seledri dan zaitun. Manitol mempunyai
rasa manis separuh dari sukrosa. Kandungan utamanya adalah manna, seperti manitol
juga diserap perlahan-lahan dan tidak sempurna didalam usus dan relatif aman bagi
gigi dan kesehatan umum.
(2) Xilytol
Xilytol banyak terdapat di alam, misalnya dalam roseberry, plum kuning dan sejenis
kol. Hasil dari penelitian terus-menerus menunjukkan bahwa xilytol tidak
menghasilkan asam sama sekali pada plak, sehingga sangat aman sekali pada gigi.4
Obat Kumur
Herbal Kimia
Kandungan
Strepstococcus mutans
Karies
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
(n-1) (r-1) ≥ 15
Keterangan:
n = jumlah sampel dalam tiap kelompok
r = jumlah perlakuan
Pada penelitian ini digunakan 2 perlakuan, yakni obat kumur ekstrak buah
andaliman dan plasebo.
Perhitungan:
(n-1) (r-1) ≥ 15
(n-1) (2-1) ≥ 15
(n-1) ≥ 15
n ≥ 16
berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel setiap kelompok adalah
16 orang. Untuk menghindari adanya drop out maka diambil 20 orang mahasiswa
dalam setiap kelompok. Mahasiswa dengan jumlah 40 orang yang mengikuti kriteria
inklusi sebagai berikut.
Kriteria inklusi:
1. Terdapat ≥ 20 elemen gigi.
24
jam, kemudian
dilakukan
pengamatan
bakteri
menggunakan
colony
counter.
3.5 Metode Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah :
1. Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC)
2. Etanol 96%
3. Sorbitol 10%
4. Peppermint oil 1%
5. CMC-Na 0,3%
6. Aquadest
7. Natrium agar
8. Sodium chloride 0,9%
10. Kapas
11. Beaker glass
12. Rotary evaporator
13. Gelas ukur
14. Wadah plastik
15. Gelas kumur plastik
16. Botol Plastik
17. Batang pengaduk
ml dan aquadest a/d 5 liter. Diaduk hingga homoge. Kemudian, masukkan obat
kumur ekstrak buah Andaliman ke dalam botol plastik dan diberi label.
3.5.3.2 Prosedur Berkumur
1. Seluruh responden terpilih (40 orang) dikumpulkan dalam ruangan khusus
untuk diberi penjelasan mengenai prosedur penelitian dan diberi informed
consent untuk ditandatangani. Secara acak, mereka dibagi menjadi dua
kelompok:
a. Kelompok perlakuan (kelompok I, 20 orang), berkumur dengan obat kumur
ekstrak buah Andaliman 15%.
b. \Kelompok kontrol (kelompok II, 20 orang), berkumur dengan placebo (obat
kumur tanpa ekstrak Andaliman). Penelitian pada kedua kelompok dilakukan
pada hari dan waktu yang sama, dan diobservasi oleh 2 orang peneriksa untuk
masing-masing kelompok.
2. Sebelum memulai penelitian pad hari pertama, sampel saliva responden kedua
kelompok ditampung dalam tabung steril (pretest) ditutup rapat, dan diberi
label A.
3. Responden kelompok perlakuan diberi obat kumur buah Andaliman 15%
sebanyak 15 ml untuk berkumur selama 30 detik dengan pengawasan peneliti.
Sedangkan responden pada kelompok kontrol berkumur dengan plasebo.
4. Setelah berkumur, air kumur pada seluruh responden ditampung dalam tabung
steril (posttest 1) ditutup rapat, dan diberi label B.
5. Pada hari yang sama sesudah makan siang, responden kedua kelompok
diinstruksikan untuk berkumur kembali dibawah pengawasan peneliti.
6. mulai hari kedua sampai dengan hari ketujuh, responden kedua kelompok
diinstruksikan berkumur 2 kali sehari yaitu setiap pagi pukul 7.00 pagi di
halaman Fakultas Kedokteran Gigi USU dan sesudah makan siang sekitar
pukul 12.30 siang dibawah pengawasan peneliti. Waktu ini dipilih karena pH
rongga mulut rendah (pH<5) menyebabkan suasana rongga mulut menjadi
asam. Kondisi ini menyebabkan jumlah bakteri kariogenik bertambah dan
mengakibatkan email mengalami demineralisasi. Penggunaan obat kumur
29
DAFTAR PUSTAKA
Patel R. The state or oral health in Europe. Europe : Platform for Better Oral
Health 2012: 14-15.
Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangan. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC, 2012; p.2.
Mejia GC, Elani HW, Harper S, Thomson WM, Ju X, et al. Socioeconomic status,
oral health, and dental disease in Australia, Canada, New Zealand and the
United States. BMC Oral Health 2018; 18: 176.
Agtini MD. Pola status kesehatan gigi dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di Indonesia pada tahun 1990–2007. Media Penelitian dan
Pengembang. Kesehatan, 2009; 19(3): 144 – 153.
Kemenkes. Riset kesehatan dasar 2018. Jakarta: Kemenkes RI, 2018.
Bebe ZA, Susanto HS, Martini. Faktor risiko kejadian karies gigi pada orang dewasa
usia 20-39 tahun di Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara, Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2018; 6(1).
Al-Shahrani MA. Microbiology of dental caries: a literature re view. AHMSR 2019;
9: 655-659.
Meisida N, Soesanto O, Chandra HK. K-Means untuk klasifikasi penyakit karies gigi.
Kumpulan Jurnal Ilmu Komputer, 2014; 1(1).
Wiradona I, Widjanarko B, Syamsulhuda BM. Pengaruh perilaku menggosok gigi
terhadap plak gigi pada siswa kelas IV dan V di SDN wilayah Kecamatan
Gajahmungkur Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan, 2013; 8(1).
Hasan EA, Zuliari K, Mintjelungan CN. Uji daya hambat virgin coconut oil terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Jurnal e-Gigi, 2019; 7(1).
Dharsono VA, Mooduto L, Prasetyo EP. Perbedaan jumlah koloni Streptococcus
mutans pada saliva penderita pria dan wanita dengan karies tinggi.
Conservative Dentistry Journal, 2013; 3(1): 2.
32
Chorianopoulos NG, Skandamis PN, Nychas G-JE, Haroutounian SA. Essential oils
as natural antibacterials in food preparations. Microbial Implication for Safe
and Qualitative Food Products, 2008; 87-103.
Negi JS, Bish VK, Bhandari AK, Singh P, Sundriyah RC. Chemical constituents and
biological activities of the benus Zanthoxylum: review. 2011. African Journal
of Pure and Applied Chemistry, 5 (12) : 412-416.
Purba ST, Sinaga DP. Evaluasi potensi ekstrak tumbuhan andaliman (Zanthoxylum
acanthopodium DC) sebagai potensi imunostimulan pada tikus (Rattus
norvegicus L.). Prosiding Seminar Nasional III Biologi dan Pembelajarannya
Universitas Negeri Medan, 2017.
http://digilib.unimedac.id/28461/2/ST%20Purba%202C%20DP%20Sinaga.pdf
Wijaya CH. Andaliman, rempah tradisional Sumatera Utara dengan antioksidan dan
antimikroba. Teknologi dan Industri Pangan, 1999; 2(10): 59-61.
33
Ketaren S. Minyak dan lemak pangan. Edisi pertama. Jakarta: Penerbit UIPress,
2005.
Yuliani, Sri., Satuhu, Suyanti. Panduan lengkap minyak atsiri. Bogor: Penebar
Swadaya, 2012.
Corwin E.J. Buku saku patofisiologi Corwin. Edisi ke 3. EGC: Jakarta, 2008.
Caranza FA, Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. Carranza’s Clinical
Periodontology. 11th ed. China: Saunders Elsevier, 2012.
Schuurs AHB, dkk. Patologi gigi- geligi; kelainan- kelainan jaringan keras gigi.
Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas, 2007.
Budiardjo SB. Penyakit jaringan gigi pada anak. In : penuntun Kuliah Ilmu
Kedokteran Gigi Anak FKG UI. Jakarta: FKG UI, 2001.
Warni L. Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut
terhadap status karies gigi di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli
Serdang tahun 2009. Tesis. Medan: USU, 2009.
Cobisco.dental caries, 1995. http://www.dentalcaries.com
Departemen Kesehatan RI. Standar pelayanan rumah sakit. Jakarta: Depkes RI, 2000.
Besford. Mengenai gigi anda. Jakarta: Arcan, 2006.