Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Rongga mulut merupakan tempat berkumpulnya bakteri. Rongga mulut dapat


memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam menimbulkan bakteremia. Pada keadaan
penurunan imunitas, bakteri rongga mulut yang semula komensal dapat berubah menjadi
patogen sehingga dapat menyebabkan bakteremia dan infeksi sistemik. Bakteri yang biasanya
terdapat dalam mulut diantaranya adalah Streptococcus mutans, Streptococcus viridians,
Staphylococcus aureus epidermidis, Staphylococcus pneumonia, dan Staphylococcus aureus.

Rongga mulut mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai mastikasi, fonetik, dan juga
estetik. Hal tersebut mengakibatkan rongga mulut merupakan tempat paling rawan dari tubuh
karena merupakan pintu masuk berbagai agen berbahaya, seperti produk mikroorganisme,
agen karsinogen, selain rentan terhadap trauma fisik, kimiawi, dan mekanis. Makanan dan
minuman akan diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi- geligi, lidah, saliva, dan otot.
Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan
kesehatan. Mulut bukan sekedar pintu masuk makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut
lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan
kesejahteraan seseorang. Masyarakat akan sadar pentingnya kesehatan gigi dan mulut ketika
terjadi masalah atau ketika terkena penyakit. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat
berperan dalam menunjang kesehatan seseorang.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana rongga mulut dalam keadaan sehat dan sakit ?

2. Apa yang dimaksud dengan saliva

3. Apa saja bakteri yang ada pada mulut?

4. Apa saja deposit dalam permukaan gigi?

1
1.3 Tujuan masalah

1. untuk mengetahui rongga mulut dalam keadaan sehat dan sakit

2. untuk mengetahu yang dimaksud dengan saliva

3. untuk mengetahui bakteri yang ada pada mulut

4. untuk mengetahui deposit dalam permukaan gigi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Rongga mulut dalam keadaan sehat dan sakit

Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai macam mikroorganisme


ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan atau minuman. Namun
tidak semua mikroorganisme tersebut bersifat patogen, di dalam rongga mulut
mikroorganisme yang masuk akan dinetralisir oleh zat anti bakteri yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah dan bakteri flora normal.

Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan selaput
lender atau mukosa manusia yang sehat maupun sakit. Pertumbuhan flora normal pada bagian
tubuh tertentu dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, nutrisi dan adanya zat penghambat.
Adanya flora normal pada bagian tubuh tidak selalu menguntungkan, dalam kondisi tertentu
flora normal dapat menimbulkan penyakit, misalnya bila terjadi perubahan substrat atau
berpindah dari habitat yang semestinya.

Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari Streptococcus mutans atau
Streptococcus viridans, Staphylococcus sp dan Lactobacillus sp. Meskipun sebagai flora
normal dalam keadaan tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena
adanya faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. Sisa-sisa makanan dalam rongga
mulut akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan asam, asam yang terbentuk menempel pada
email menyebabkan demineralisasi akibatnya terjadi karies gigi. Bakteri flora normal mulut
bisa masuk aliran darah melalui gigi yang berlubang atau karies gigi dan gusi yang berdarah
sehingga terjadi bakterimia.

 Rongga mulut dalam keadaan sehat

Menurut WHO, kesehatan rongga mulut adalah keadaan bebas dari nyeri wajah dan
mulut, kanker oral dan tenggorokan, infeksi dan luka oral, penyakit periodontal, karies gigi,
kehilangan gigi dan penyakit-penyakit serta gangguan oral lain yang membatasi kapasitas
individu untuk menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara dan kesejahteraan psikososial.
Rongga mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan sebagai jalan
masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk

3
bersama makanan atau minuman, namun tidak semua mikroorganisme tersebut bersifat
patogen, di dalam rongga mulut mikroorganisme yang masuk akan dinetralisir oleh zat anti
mikroba yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan mikroflora normal.
Kunci kesehatan rongga mulut adalah keseimbangan ekologi dan keanekaragaman
mikroflora komensal dan interaksinya terhadap sel inang. Rongga mulut secara terus menerus
akan dibasahi oleh saliva, dan hal tersebut memberikan pengaruh yang signifikan pada
ekologi di rongga mulut. pH normal saliva antara 6.75–7.25, yang mendukung pertumbuhan
mikroflora dan komposisi ion saliva yang menetralisir pH saliva dan kemampuan untuk
melakukan remineralisasi enamel. Unsur organik saliva adalah protein dan glikoprotein
seperti amilase, musin, imunoglobulin (terutama sIgA), lisosim, laktoferin dan
sialoperoksidase. Unsur organik tersebut dapat mempengaruhi mikroflora normal rongga
mulut dengan cara (Zarco dkk. 2011; Maller dkk. 2010):
a) Menyerap ke permukaan jaringan di rongga mulut, terutama pada gigi, untuk
membentuk sebuah lapisan (yang diperoleh dari pelikel) yang dapat menjadi
tempat melekatnya mikroorganisme. Perlekatan tersebut melibatkan interaksi
antarmolekul antara adhesi mikroorganisme dan reseptor pada pelikel.
b)Berperan sebagai sumber utama nutrisi (karbohidrat dan protein) yang
mendorongpertumbuhan mikroflora tanpa menginduksi pH.
c) Melekat ke permukaan mikroorganisme untuk menutupi antigen mikroorganisme,
sehingga membuat mikroorganisme terlihat seperti sel inang.

d) Menggabungkan seluruh mikroorganisme, kemudian memfasilitasi desinfeksi


mikroorganisme tersebut dari rongga mulut dengan cara penelanan, aliran saliva
juga akan membersihkan sel-sel lemah yang melekat.

e) Menghambat perlekatan dan pertumbuhan beberapa mikroorganisme eksogen,


dengan peranan sebagai komponen pertahanan sel inang.

 Rongga mulut dalam keadaan sakit


1) Kalkulus gigi (tartar)
Kalkulus lapisan keras yang tebentuk pada gigi sudah sejak lama berhubungan dengan
penyakit periodontal. Kalkulus adalah masa klasifikasi yang terbentuk dan melekat
pada permukaan gigi, dan objek solid lainya dalam mulut mkisalnya restorasi dan
geligi tiruan, yang tidak terpapar friksi. Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan

4
tidak sering ditem ukan pada anak muda, pada usia 9tahun kalkulus sudah ditemukan
pada sebagian besar rongga mulut, dan hampir semua rongga mulut orang dewasa.
Deposit terklasifikasi menurut hubungan nya terhadap tepi gingival, miss:
1. Supra gingival
Dapat ditemukan disebelah koronal dari tepi gingival.kalkulus terdeposit mula-
mula pada permukaan gigi yuang berlawanan dengan duktus saliva, pada
peermukaan lingual insisivus bawah, dan permukaan bukal molar atas, tetapi
dapat juga terdeposit pada setiap gigi dan geligi tiruan yang tidak dibersihkan
dengan bai, misnya permukaan oklusal yang tidak mempunyai antagonis.
Warnanya agak kekuningan kecuali biula tercemar oleh faktor lain( tembakau,
anggur, pinanang), cukup keras, rapuh dan mudah dilepas dengan alat kusus
2. Sub gingival
Melekat pada permukaan akar dan distribusinya tidak berhubungan glandula
Saliva tetapi dengan adanya inflamasi gigngiva dapat membentuk poket, kalkulus
seruminal warnya hijau tua atau hitam, lebih keras dari kalkulus supra gingival
dan melekat lebih erat pada permukaan gigi, kalkulus ini dapat ditemukan pada
akar gigi didekat batas apical poket yang dalam bahkan dapat ditemukan sampai
ke apeks gigi

2).Stain gigi
Tembakau, anggur, garam logam, larutan kumur, klorheksidin, dapan membentuk
stain yang khas. Stain hijau dapat dilihat pada gigi anak-anak, yang mungkin
merupakan pikmentasi dari partikeel saliva oleh bakteri kromogenik.

3)Pembesaran gingiva
Pengertian pembesaran gingiva Pembesaran gingiva atau yang sering dikenal dengan
istilah gingiva enlargement adalah jaringan gusi membesar secara berlebihan di antara
gigi dan atau pada daerah leher gigi. Dahulu pembesaran gingiva disebut sebagai
hypertrophic gingivitis atau gingiva hyperplasia. Hiperplasi adalah penambahan
jumlah sel dan hipertropi adalah peningkatan ukuran sel. Karena hiperplasi dan
hipertrofi hanya bisa didiagnosis secara histologis dan memerlukan analisis
mikroskopis jaringan, maka istilah pembesaran gingiva lebih tepat digunakan untuk
menerangkan keadaan ini.

5
Penyebab pembesaran gingiva
 Inflamasi
1. Inflamasi akut
A. Abses gingiva
Manifestasi klinik abses gingiva berupa lesi merah menonjol yang terlokalisir dengan
permukaan yang mengkilat, nyeri jika ditekan, terdapat adanya eksudat yang purulen
pada tepi gingiva atau papilla interdental. Dalam 24-48 jam abses menjadi fluktuasi
dan dapat ruptur secara spontan sehingga mengeluarkan eksudat purulen dari lubang
abses.
B. Abses periodontal
Disebabkan karena pertumbuhan bakteri dalam periodontal pocked.
Periodontal pocked diawali dari penyakit periodontal karena infeksi gusi yang
disebabkan oleh plak bakteri, tar, sisa makanan yg terakumulasi dan pengaruh sistem
imun tubuh. Abses periodontal bersifat sangat destruktif dan jika tidak diterapi dengan
tepat dan cepat dapat menimbulkan kerusakan yang irreversible pada ligamen dan
tulang sehingga gigi dapat tanggal dengan sendirinya.
2.2 Saliva

Saliva umumnya adalah cairan dalam rongga mulut yang dihasilkan oleh tiga pasang
kelenjer saliva besar, yaitu parotis, submandibularis, dan sublingualis, kelenjer saliva minor
dan cairan gingiva. Saliva terdapat sebagai masa setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh
jaringan rongga mulut dan selalu bergerak, serta menentukan distribusi material dan eliminasi
bahan yang tidak digunakan dalam rongga mulut. Kecepatan pergerakan cairan ini bervariasi
dan bergantung pada jumlah dan komposisinya serta pergerakan pipi, bibir, lidah, serta
lokasinya dalam rongga mulut.

 Komposisi saliva

Komposisi saliva yang terdiri dari 99% air, dan bahan anorganik, organik, serta
molekul-molekul makro termasuk bahan-bahan antimikroba sangat penting artinya dalam
menjaga integritas jaringan dalam rongga mulut. Komposisi saliva ini dipengaruhi berbagai
faktor, antara lain jenis kalenjer yang menghasilkannya, serta macam, lama dan jenis
rangsang yang ada. Demikian pula kecepatan sekresi, diet, hormon, ritme biolologis, latihan,
beberapa penyakit dan obat-obatan.

6
 Fungsi saliva
Fungsi saliva umumnya adalah fungsi protektif, yaitu menjaga kesehatan gigi dan
mulut, yang diuraikan sebagai:
1. Cairan lubrikasi : melapisi mukosa dan melindunginya terhadap iritasi mekanik,
termal, dan kimia, juga membantu kelancaran udara, percakapan, dan menelan.
2. Cadangan ion : merupakan cairan jenuh dan memudahkan remineralisasi
3. Dapar : menetralisasi pH plak sesudah makan, jadi mencegah demineralisasi
4. Pembersih : membersihkan makanan dan membanti menelan
5. Aksi antimikroba : spesifik dan nonspesifik, jadi mengontrol mikroflora oral
6. Aglutinasi : mengumpulkan dan mempercepat pembersihan sel-sel bakteri
7. Pembentukan pelikel : pada permukaan email, sebagai pertahanan difusi
8. Pencernaan : dengan adanya enzim amylase
9. Perasa : sebagai pelarut, jadi memungkinkan makanan dirasakan
10. Ekskresi : substansi dalam saliva juga dapat diekskresikan
11. Menjaga keseimbangan air : dalam keadaan dehidrasi, sekresi saliva menurun,
mulut menjadi kering dan menyebabkan kenginan minum bertambah.

 Kecepatan sekresi
Kecepatan sekresi saliva menunjukkan variasi harian dan musiman. Puncak kecepatan
sekresi umumnya terjadi pada tengah hari, dan di Negara dengan empat musim, kecepatan
sekresi pada musim semi lebih besar dari pada waktu musim gugur. Pada kedaan normal
umumnya kecepatan sekresi berkisar antara 0,3 ml/menit tanpa stimulasi, dan 1-2 ml/menit
dengan stimulasi. Sejumlah lebih kurang 1,5 liter saliva disekresi setiap harinya; diantaranya
25% dihasilkan oleh kelenjar submandibularis dan 60% oleh kelenjar parotis.

2.3 Bakteri mulut

a. Streptococcus mutans / Streptococcus viridans

Morfologi sel : bentuk coccus, susunan berderet, tidak berflagel, tidak berspora, tidak
berkapsul, Gram positif.

Morfologi koloni pada media agar darah : bentuk koloni bulat, ukuran 1 - 2 mm, tidak
berwarna/jernih, permukaam cembung, tepi rata, membentuk hemolisa α ( disekitar koloni
terdapat zona hijau ), dibedakan dengan Streptococcus pneumoniae dengan optochin dan

7
kelarutannya dalam empedu, Streptococcus viridans resisten terhadap optochin dan tidak
larut dalam empedu sedangkan streptococcus pneumoniae sensitif terhadap optochin dan larut
dalam empedu. Sifat fisiologi : bersifat anaerob fakultatif, tumbuh baik pada suasana CO2 10
% dan suhu 370C, resisten terhadap optochin, sel tidak larut dalam empedu. Contoh spesies
Streptococcus yang lain adalah Streptococcus β hemolyticus dan Streptococcus γ
hemolyticus.

b. Staphylococcus sp

Morfologi sel : bentuk coccus, susunan bergerombol, tidak berflagel, tidak berspora, tidak
berkapsul, Gram positif.

Morfologi koloni pada media agar darah : bentuk koloni bulat, ukuran 2 – 4 mm, membentuk
pigmen kuning emas (Staphylococcus aureus ), pigmen kuning jeruk dibentuk oleh
Staphylococcus saprophyticus dan pigmen putih porselin dihasilkan oleh Staphylococcus
epidermidis , permukaan cembung, tepi rata dan hemolisa bervareasi alfa, beta dan gama.

Sifat fisiologi : bersifat aerob, tumbuh optimal pada suhu 370C dan pembentukan pigmen
paling baik pada suhu 200C, memerlukan NaCl sampai 7,5 %, resisten terhadap pengeringan
dan panas.

c. Lactobacillus sp

Morfologi sel : bentuk batang pendek, tidak berspora, tidak berflagel, tidak berkapsul, Gram
positif. Morfologi koloni pada media agar darah: bentuk koloni bulat kecil, warna putih susu,
cembung, tepi rata, permukaan mengkilap.

Sifat fisiologi : bersifat anaerob fakultatif, dengan suhu optimal 450C, mereduksi nitrat
menjadi nitrit, mengfermentasi glukosa, laktosa dan sakarosa, tidak mempunyai enzim
katalase. Contoh spesiesnya adalah Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus lactis,
Lactobacillus casei.

2.4 Deposit pada permukaan gigi

Deposit atau lapisan yang menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dapat
dikelompokkan menjadi :

1. ACQUIRE PELICLE (PELIKEL DAPATAN)

8
Merupakan lapisan tipis, licin, tidak bewarna, translusen, aseluler, dan bebas bakteri.
Lokasinya tersebar merata pada permukaan gigi dan lebih banyak terdapat pada daerah yang
berdekatan dengan gingiva. Jika diwarnai dengan larutan pewarna (disclosing solution) akan
terlihat sebagai suatu permukaan yang tipis dan pucat dibandingkan dengan plak yang lebih
kontras warnanya. Acquired pelicle ini dapat terbentuk setelah gigi erupsi dan setelah
kutikula email primer dan reduced email epithelium (membran nasmyth) hilang karena abrasi
atau pada permukaan gigi yang baru saja selesai disikat atau dibersihkan sehingga gigi
langsung berkontak dengan saliva dan flora mikroorganisme. Acquired pelicle ini terdiri atas
mukoprotein dan glikoprotein saliva, dengan sedikit lipid. Acquired pelicle dapat dihilangkan
sementara dengan cara menyikat gigi, tetapi tak lama kemudian akan terbentuk kembali.

2.SUBSURFACE CUTICLE (KUTIKULA SUBPERMUKAAN)

Subsurface cuticle terbentuk setelah gigi erupsi dan membran nasmyth yang
melindungi gigi menghilang karena abrasi sehingga pada permukaan gigi terbentuk suatu
struktur dendritik yang terdiri atas saluran-saluran ultramikroskopik yang menembus
permukaan gigi sedalam 1-3 mikron yang terbentuk karena demineralisasi erosif pada
permukaan gigi. Saluran-saluran ini kemudian akan diisi oleh bahan protein yang berasal dari
saliva. Di atas subsurface cuticle terdapat lapisan lain yang dinamakan surface cuticle
(kutikula permukaan) dengan ketebalan 0,2 mikron yang juga berasal dari protein saliva yang
paling luar adalah stain pellicle dengan ketebalan 1-10 mikron, berasal dari protein saliva
yang mengendap karena adanya enzim ekstraseluler yang dihasilkan bakteri pada permukaan
gigi. Selain itu, lapisan ini mengandung bakteri yang sudah mati dan mengalami lisis.

3. MATERIA ALBA

Materia alba adalah suatu deposi lunak, bewarna kuning atau putih keabu-abuan yang
melekat pada permukaan gigi, restorasi, kalkulus, dan gingiva. Tidak mempunyai struktur
yang spesifik serta mudah disingkirkan dengan semprotan air, akan tetapi untuk penyingkiran
yang sempurna diperlukan pembersihan secara mekanis. Materia alba dapat menyebabkan
iritasi lokal pada gingiva sehingga dapat merupakan penyebab umum terjadinya gingivitis,
efek iritasi oleh materia alba ini kemungkinan disebabkan oleh bakteri serta produk-
produknya. Deposit ini pelekatnya kurang erat jika dibandingkan dengan plak gigi. Deposit
dapat terlihat jelas tanpa menggunakan larutan disclosing dan sering kali cendrung
menumpuk pada sepertiga gingival mahkota gigi dan pada gigi yang malposisi. Deposit ini

9
dapat terbentuk pada permukaan gigi yang baru dibersihkan dalam beberapa jam dan pada
waktu tidak digunakan untuk pengunyahan.

4. DEBRIS MAKANAN

Kebanyakan debris makanan akan segera mengalami liquifikasi oleh enzim bakteri
dan bersih 5-30 menit setelah makan, tetapi ada kemungkinan sebagian masih tertinggal pada
permukaan gigi dan membaran mukosa. Kecepatan pembersihan debris makanan dri rongga
mulut bervariasi menurut jenis makanan dan individunya. Bahan makanan yang cair lebih
mudah dibersihkan dibanding bahan makanan yang padat. Gula yang dimakan dalam keadaan
cair tertinggal dalam saliva selama 15 menit, sedangkan gula yang dimakan dalam keadaan
padat tertinggal dalam saliva sampai 30 menit setelah pengunyahan. Makanan-makanan yang
lengket seperti roti, bonbon, dan karamel dapat melekat pada permukaan gigi sampai lebih
dari satu jam, sedangkan makanan yang kasar seperti wortel mentah, apel, akan dibersihkan
dengan segera. Makanan yang dingin akan lebih cepat dibersihkan dibanding dengan
makanan yang panas.

5. PLAK GIGI

Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri
atas mikroorganisme yang berkembang baik dalam suatu matrik intraseluler jika seseorang
melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Plak gigi sebagian besar terdiri atas air dan
berbagai macam mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler
yang terdiri atas polisakarida ekstraseluler dan protein saliva. Sekitar 80% dari berat plak dan
air, sementara jumlah mikroorganisme kurang lebih 250 juta per mg berat basah. Selain
terdiri atas mikroorganisme, juga terdapat sel-sel epitel lepas, leukosit, partikel-partikel sisa
makanan, garam anorganik yang terutama terdiri atas kalsium, fosfat, dan flour.

Proses pembentukan plak ada beberapa tahap, pertama acquired pelicle terbentuk dan
bakteri mulai berproliferasi disertai dengan pembentukan matriks interbakterial yang terdiri
atas polisakarida ekstraseluler, yaitu levan dan dextran dan juga mengandung protein saliva.
Hanya bakteri yang dapat membentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh pada
tahap pertama yaitu, streptococcus mutans, streptococcus bovis, streptococcus sanguis,
stretococcus salivarius sehingga pada 24 jam pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri
atas jenis kokus pada tahap awal proliferasi bakteri. Streptococcus meliputi 50% dari seluruh
populasi dan yang terbanyak adalah jenis stretococcus sanguis.

10
Pada tahap kedua, jika kebersihan mulut diabaikan, dua sampai empat hari, kokus
gram negatif dan basilus akan bertambah jumlahnya (dari 7% menjadi 30%) dengan 15%
diantaranya terdiri atas bacillus yang bersifat anaerob. Pada hari kelima fusobacterium,
aactinomyces, dan veillonella yang aerob akan bertambah jumlahnya.

Pada tahap ketiga, pematangan plak pada hari ketujuh ditandai dengan munculnya
bakteri jenis spirochaeta dan vibrio sementara jenis filamen terus bertambah, dengan
peningkatan paling menonjolan pada actiomyces naeslundi.

6. STAIN (PEWARNAAN GIGI)

Pewarnaan pada gigi dan tambalan terjadi melalui 3 cara : stain melekat langsung
pada permukaan gigi melalui acquired pelcle, stain mengendap pada kalkulus dan deposit
lunak, stain bersatu dengan struktur gigi dan bahan tambalan. Gangguan yang diakibatkan
oleh stain terutama adalah masalah ekstrinsik. Endapan stain yang menebal dapat membuat
kasar permukaan gigi yang selanjutnya akan menyebabkan penumpukkan plak sehingga
mengiritasi gusi didekatnya. Stain tertentu mengindikasikan dilakukannya evaluasi
kebersihan mulut dan perawatan yang berkaitan dengan kebersihan mulut.

7. KALKULUS

Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami klasifikasi yang terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi, dan objek solid lainnya di dalam mulut, misalnya restorasi
dan gigi deligi tiruan. Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan tidak sering ditemukan
pada gigi permanen anak muda. Meskipun demikian, pada anak usia 9 tahun, dan pada
hampir seluruh rongga mulut individu dewasa. Kalkulus supragingival terdiri atas komponen
anorganik (70-90%) dan komponen organik. Komposisi kalkulus subgingival hampir sama
dengan kalkulus supragingival, dengan beberapa perbedaan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai macam mikroorganisme


ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan atau minuman. Namun
tidak semua mikroorganisme tersebut bersifat patogen, di dalam rongga mulut
mikroorganisme yang masuk akan dinetralisir oleh zat anti bakteri yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah dan bakteri flora normal. Kesehatan rongga mulut adalah keadaan bebas dari
nyeri wajah dan mulut, kanker oral dan tenggorokan, infeksi dan luka oral, penyakit
periodontal, karies gigi, kehilangan gigi dan penyakit-penyakit serta gangguan oral lain yang
membatasi kapasitas individu untuk menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara dan
kesejahteraan psikososial.

3.2 Saran

Diharapkan semua mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang rongga


mulut dalam keadaan sehat maupun sakit, saliva, bakteri mulut, dan deposit pada permukaan
gigi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sundoro, Edi Hartini. 2005. Serba-serbi ilmu konservasi gigi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Putri MH, Eliza H. dkk. 2009. Ilmu Pencegah Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
Pendukung Gigi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai