PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebiasaan hidup yang sehat diantaranya mengkomsumsi makanan yang bergizi secara
Rongga mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan dan daerah
awal masuknya makanan dalam sistem pencernaan.2 Kalkulus timbul pada daerah-
daerah gigi yang sulit dibersihkan, di mana kalkulus ini menjadi tempat melekatnya
macam bakteri serta kuman pada kalkulus dapat menyebabkan berbagai penyakit
Percobaan klinis yang dilakukan Loe and Sillness (1965) pada 12 pelajar yang
plak gigi dapat dengan mudah menumpuk di sekitar tepi gingiva, dan peradangan
gingiva selalu timbul. Pembersihan harus dilakukan kembali dan plak dihilangkan,
Lang, dkk dalam Manson dan Eley (2004) menyatakan bahwa penyebab primer
radang gingiva adalah iritasi bakteri yang ada dalam akumulasi plak gigi. Plak
1
2
gigi merupakan lapisan berupa biofilm yang mengandung bakteri, lunak, menumpuk,
dan melekat pada gigi geligi dan obyek keras lain di dalam mulut, misalnya restorasi
geligi tiruan lepasan maupun cekat dan kalkulus.2 Kebanyakan debris makanan akan
segera mengalami liquifikasi oleh enzim bakteri dan bersih 5-30 menit setelah makan,
tetapi ada kemungkinan sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan membran
mukosa. Aliran saliva, aksi mekanisme lidah, pipi, dan bibir serta bentuk dan susunan
Pembersihan ini dipercepat oleh proses pengunyahan dan viskositas ludah yang
rendah.13 Kalkulus merupakan suatu masa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk
dan melekat erat pada permukaan gigi, misalnya restorasi dan gigi-geligi tiruan.
dan karies gigi merupakan akibat kebersihan mulut yang buruk. Penyakit periodontal
dan karies gigi merupakan penyakit di rongga mulut yang dapat menyebabkan
hilangnya gigi secara patologis.4 Kebersihan mulut mempunyai peran penting di bidang
kesehatan gigi, karena kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan timbulnya
berbagai penyakit baik lokal maupun sistemik.5 Pengukuran kebersihan gigi dan mulut
merupakan upaya untuk menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang.
Umumnya untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu indeks. Indeks
adalah suatu angka yang menunjukan keadaan klinis yang didapat pada waktu
dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi
oleh plak maupun kalkulus.6 Secara klinis tingkat kebersihan mulut dinilai dengan
3
kriteria Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). Kriteria ini dinilai berdasarkan
keadaan endapan lunak atau debris dan karang gigi atau kalkulus.5
Bagaimana gambaran kebersihan rongga mulut pada siswa kelas 1 SMP dan SMA
rongga mulut pada siswa kelas 1 SMP dan SMA di wilayah kerja puskesmas Boom
Baru.
Tujuan Khusus penelitian ini adalah ntuk mengukur tingkat kebersihan rongga
mulut dengan OHI-S (Oral Hygiene Index-Simplified) siswa kelas 1 SMP dan SMA
sehingga tingkat kebersihan rongga mulut pada masyarakat dapat dirawat dengan
baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
melalui mulut, meningkatkan daya tahan tubuh, memperbaiki fungsi gigi, dan mulut
dalam sistem pengunyahan, serta mencegah penyakit rongga mulut seperti penyakit
pada gigi dan gusi.1 Keadaan rongga mulut yang tidak terjaga kebersihannya terdapat
akumulasi debris, plak, dan kalkulus yang mengandung berbagai macam bakteri serta
kuman pada gigi.3 Rongga mulut merupakan suatu tempat yang amat ideal bagi
perkembangan bakteri hal ini disebabkan oleh temperatur, kelembaban, dan makanan
yang cukup tersedia disana. Bakteri inilah yang berpengaruh pada kesehatan gigi dan
mulut.2
Kebersihan mulut yang buruk bertindak sebagai salah satu faktor yang dapat
memicu terjadinya karies, gingivitis, dan periodontitis, serta penyakit mulut lainnya.7
gingiva yang aktif jarang ditemukan pada penderita dengan keadaan rongga mulut
kurangnya kebiasaan memelihara kebersihan gigi dan mulut antara lain adalah :
4
5
1) Materia Alba
secara mekanis.9
Material Alba dapat menyebabkan iritasi lokal pada gingiva sehingga dapat
merupakan penyebab umum terjadinya gingivitis atau radang gusi, efek iritasi
oleh materia alba ini kemungkinan disebabkan oleh bakteri serta produk-
dengan dental plak, deposit ini dapat terlihat jelas tanpa menggunakan
disclosing solution9 dan cenderung menumpuk pada 1/3 gingival mahkota gigi
dan pada gigi yang malposisi. Deposit ini terbentuk pada permukaan gigi yang
baru dibersihkan dalam beberapa jam dan pada waktu tidak digunakan untuk
pengunyahan.10
2) Debris Makanan
mengalami liquifikasi oleh enzim bakteri dan bersih 5-30 menit setelah makan,
tetapi ada kemungkinan sebagian tertinggal pada permukaan gigi dan membran
6
mukosa. Aliran saliva, aksi mekanis dari lidah, pipi, dan bibir serta bentuk dan
berbeda dari plak dan material alba, debris ini lebih mudah dibersihkan. Debris
impaction).11
makanan dan individunya. Bahan makanan yang cair lebih mudah dibersihkan
dibanding bahan makanan yang padat. Gula yang dimakan dalam keadaan cair
tertinggal dalam saliva selama 15 menit, sedangkan gula yang dimakan dalam
Makanan-makanan yang lengket seperti roti dan karamel dapat melekat pada
permukaan gigi sampai lebih dari satu jam, sedangkan makanan yang kasar
seperti wortel mentah, apel, akan dibersihkan dengan segera.11 Mengunyah apel
besar debris makanan dari rongga mulut, meskipun tidak memiliki efek
3) Plak
Plak gigi merupakan lapisan lunak, tipis, dan padat yang menutupi email
gigi, celah gingiva, restorasi, dan kalkulus gigi. Plak gigi terdiri atas
mikroorganisme yang berkembang biak pada suatu matriks yang terbentuk dan
7
melekat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Matriks akan melekat
dengan kuat pada acquired pellicle juga pada gigi dan kalkulus. Sekitar 70%
dari volume plak terdiri dari sel bakteri, sisanya merupakan protein dan
selular. Sebagai tambahan, plak mengandung sedikit sel epitel dan sel darah
Secara klinis, plak gigi tidak berwarna karena itu tidak terlihat dengan jelas
sehingga banyak yang tak menyadari adanya akumulasi plak.15 Plak tidak dapat
terlihat kecuali apabila telah diwarnai dengan disclosing solution atau telah
kekuningan dan kuning. Secara klinis juga terbukti bahwa rongga mulut yang
plak yang jauh lebih banyak daripada rongga mulut yang sehat. Penimbunan
pada atau di atas margin gingiva. Plak subgingiva ditemukan dibawah margin
4) Kalkulus
dan melekat erat pada permukaan gigi, dan objek solid lainnya di dalam mulut,
misalnya restorasi gigi geligi tiruan. Kalkulus adalah plak yang terkalsifikasi
menjadi suatu massa yang melekat erat pada permukaan gigi.9 Secara umum
kalkulus terdiri dari 80% massa anorganik, air, matriks organik dari protein dan
leukosit.2
1. Kalkulus supragingiva
bawah dan permukaan bukal molar atas, tetapi dapat juga terdeposit
pada setiap gigi dan geligi tiruan yang tidak dibersihkan dengan baik,
- Bentuk cukup keras, rapuh, mudah dilepas dari gigi dengan scaler.
2. Kalkulus subgingiva
- Letak di akar gigi di dekat batas apikal poket yang dalam, pada kasus
pembentukan poket.
Gambar 2.
Kalkulus Supragingival
Pemeriksaan debris dan kalkulus dilakukan pada gigi tertentu dan pada
Bila ada kasus dimana salah satu gigi indeks tersebut tidak ada, maka penilaian
a. Bila molar pertama atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada
b. Bila molar pertama dan molar kedua atas atau bawah tidak ada, penilaian
c. Bila molar pertama, kedua dan ketiga atas atau bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
d. Bila insisivus pertama kanan atas tidak ada, penilaian dilakukan pada
e. Bila insisivus pertama kanan atau kiri atas tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
f. Bila insisivus pertama kiri bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada
g. Bila insisivus pertama kiri atau kanan bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
Bila ada kasus diantara keenam gigi indeks yang seharusnya diperiksa tidak
ada, maka penilaian debris indeks dan kalkulus indeks masih dapat dihitung apabila
No KRITERIA NILAI
1 Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris atau 0
pewarnaan ekstrinsik.
2 a. Pada permukaan gigi yang terlihat, pada debris lunak yang 1
menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau
kurang dari 1/3 permukaan.
b. Pada permukaan gigi yang terlihat tidak ada debris lunak
tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan
gigi sebagian atau seluruhnya.
3 Pada permukaan gigi yang terlihat pada debris lunak yang 2
menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari 1/3 permukaan
gigi, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi.
4 Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi 3
permukaan
tersebut seluas lebih 2/3 permukaan atau seluruh permukaan
gigi.
13
Indeks Debris = Jumlah penilaian debris Indeks Kalkulus= Jumlah penilaian kalkulus
Jumlah gigi yang diperiksa Jumlah gigi yang diperiksa
= DI + CI
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas Boom Baru
Palembang.
Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas 1 SMP dan SMA di wilayah kerja
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah total
sampling.
15
16
16
a. Data diperoleh melalui pemeriksaan OHI-S siswa kelas 1 SMP dan SMA pada
tahun 2016.
1. Peneliti melapor dan meminta suatu permohonan izin kepada kepala Puskesmas
dan dokter gigi di Puskesmas Boom Baru Palembang untuk mengikuti kegiatan
screening UKGS pada siswa kelas 1 SMP dan SMA untuk memeriksa
2. Mencatat skor OHI-S pada lembar pencatatan screening siswa kelas 1 SMP dan
SMA pada kegiatan UKGS di wilayah kerja Puskesmas Boom Baru Palembang.
Analisis data dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan membuat uraian secara
Izin penelitian
Analisis data
18
BAB IV
Tabel 1. Status Kebersihan Rongga Mulut Berdasarkan OHI-S pada siswa kelas 1 SMP
di wilayah kerja Puskesmas Boom Baru
Sekolah Baik Sedang Buruk
Berdasarkan tabel 1, siswa dengan status kebersihan rongga mulut yang baik
paling banyak pada SMP Nurul Qomar 39 anak, diikuti SMP Karya Abadi 26 anak dan
MTS Mujahiddin 8 anak, sedangkan siswa dengan status kebersihan rongga mulut
sedang paling banyak pada SMP Karya Abadi 5 anak dan diikuti SMP Nurul Qomar
dan MTS Mujahiddin masing-masing 1 anak. Tidak ada siswa SMP kelas 1 yang
memiliki status kebersihan rongga mulut yang buruk di wilayah kerja Puskesmas Boom
Baru.
Tabel 2. OHI-S rata-rata siswa kelas 1 SMP di wilayah kerja Puskesmas Boom Baru
Sekolah Jumlah siswa Total Skor OHI-S OHI-S rata-rata
Ket : OHI-S rata-rata siswa SMP = Total Skor OHI-S = 0,79 (Baik)
Jumlah Siswa
18
19
Berdasarkan tabel 2, OHI-S rata-rata pada SMP di wilayah kerja Boom Baru
paling baik pada SMP Nurul Qomar dengan rata-rata 0,71, diikuti SMP Karya Abadi
dengan rata-rata 0,84 dan MTS Mujahiddin dengan rata-rata 0,87. OHI-S rata-rata pada
SMP di wilayah kerja Boom Baru adalah 0,79, dimana nilai tersebut termasuk dalam
Tabel 3. Status Kebersihan Rongga Mulut Berdasarkan OHI-S pada siswa kelas 1
SMA di wilayah kerja Puskesmas Boom Baru
Sekolah Baik Sedang Buruk
Qomar
Berdasarkan tabel 1, siswa dengan status kebersihan rongga mulut yang baik
paling banyak pada SMA Nurul Qomar yaitu 40 anak dan dengan status kebersihan
rongga mulut yang sedang yaitu 1 anak. Baik SMA Nurul Qomar maupun SMA Karya
Abadi tidak ada yang memiliki status kebersihan rongga mulut yang buruk.
Tabel 4. OHI-S rata-rata siswa kelas 1 SMA di wilayah kerja Puskesmas Boom Baru
Ket : OHI-S rata-rata siswa SMA = Total Skor OHI-S = 0,67 (Baik)
Jumlah Siswa
20
Berdasarkan tabel 4, OHI-S rata-rata pada SMA di wilayah kerja Boom Baru
paling baik pada SMA Nurul Qomar dengan rata-rata 0,59, diikuti SMA Karya Abadi
dengan rata-rata 0,87. OHI-S rata-rata pada SMA di wilayah kerja Boom Baru adalah
0,67, dimana nilai tersebut termasuk dalam kriteria baik berdasarkan indeks OHI-S.
Tabel 4. OHI-S rata-rata SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas Boom Baru
4.2 Pembahasan
Puskesmas Boom Baru menjadi salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
bertindak dibidang kesehatan gigi dan mulut. BP Poli Gigi Puskesmas Boom Baru
menjalankan berbagai pelayanan dan program kesehatan gigi dan mulut, berupa upaya
promotif dan preventif pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas serta pelayanan
medik dasar berupa upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan
keluarga.13
oleh Puskesmas Boom Baru, salah satunya dilaksanakan pada SMP dan SMA atau yang
sederajat. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah SMP, SMA atau yang sederajat adalah upaya
dan mulut seluruh peserta didik SMP dan SMA atau yang sederajat (Madrasah
Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, SMK) di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya
kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi individu yang memerlukan perawatan
Ruang lingkup program UKGS sesuai dengan Tiga Program Pokok Usaha
kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat maka ruang lingkup
UKGS yaitu14:
pegawai sekolah, orang tua siswa siswi, dan masyarakat) seperti penyediaan air
bersih untuk cuci tangan dan menyikat gigi, pengelolaan dan pengawasan
kantin sehat melalui penyediaan makanan bergizi dan tidak merusak gigi.
terdapat pemeriksaan dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut, salah satunya
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas 1 SMP dan SMA di wilayah kerja
Puskesmas Boom Baru diperoleh indeks OHI-S rata-rata pada SMP sebesar 0,79, pada
SMA sebesar 0,67 dan ini termasuk kategori baik. Penelitian yang sama dilakukan oleh
Sihite pada siswa SMP Yayasan Nurul Hasana Medan tahun 2011 diperoleh status
kebersihan mulut siswa termasuk kategori baik.15 Status kebersihan mulut termasuk
kategori baik menunjukkan bahwa sebagian banyak siswa sudah bisa menjaga
kebersihan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan mempengaruhi baik atau buruknya kesehatan gigi dan mulut.16 Perilaku
merupakan suatu aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi pola hidup yang akan
mudahnya penumpukan plak yang pada akhirnya akan menyebabkan karies gigi serta
mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Peran penting perilaku ialah
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan dan sikap merupakan hasil dari indera
dan peran penting dari satu tindakan. Meningkatkan pengetahuan dan sikap akan
semakin baik tingkat kebersihan gigi dan mulut, sebaliknya semakin buruk perilaku
membersihkan gigi, semakin buruk pula tingkat kebersihan gigi dan mulutnya.17
Status kebersihan mulut juga bisa dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi seseorang
dilakukan oleh Sogi dan Basgar pada siswa sekolah di India menunjukkan status karies
23
dan kebersihan mulut lebih baik pada anak dengan status pekerjaan orang menengah
ke atas. Hal ini dikarenakan orang tua dari kalangan menengah keatas menganggap
penting pemeliharaan kesehatan gigi serta mengharapkan gigi dapat digunakan selama
mungkin, oleh karena itu mereka pasti akan secara teratur menjaga kebersihan gigi dan
mulutnya, termasuk anaknya.18 Tingkat sosial ekonomi merupakan faktor luar yang
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut anak, namun bagi masyarakat dengan sosial
kurang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut tidaklah begitu penting. Hal ini karena
mereka menganggap masih ada kebutuhan dasar lain yang harus mereka penuhi
daripada pergi ke dokter gigi atau perawat gigi untuk memeriksakan kesehatan gigi dan
mulut. Menurut Thirthankar pendidikan merupakan salah satu faktor kedua terbesar
dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan formal, maka semakin baik pengetahuan dan sikap tentang
5.1 Kesimpulan
1. Siswa dengan status kebersihan rongga mulut yang baik paling banyak pada
SMP Nurul Qomar 39 anak, diikuti SMP Karya Abadi 26 anak dan MTS
sedang paling banyak pada SMP Karya Abadi 5 anak dan diikuti SMP Nurul
Qomar dan MTS Mujahiddin masing-masing 1 anak. Tidak ada siswa SMP
kelas 1 yang memiliki status kebersihan rongga mulut yang buruk di wilayah
2. siswa dengan status kebersihan rongga mulut yang baik paling banyak pada
SMA Nurul Qomar yaitu 40 anak dan dengan status kebersihan rongga mulut
yang sedang yaitu 1 anak. Baik SMA Nurul Qomar maupun SMA Karya Abadi
tidak ada yang memiliki status kebersihan rongga mulut yang buruk.
3. OHI-S rata-rata siswa kelas 1 SMP di wilayah kerja Puskesmas Boom Baru
adalah 0,79 dan OHI-S rata-rata siswa kelas 1 SMA di wilayah kerja Puskesmas
Boom Baru adalah 0,67. Berdasarkan kriteria OHI-S keduanya termasuk dalam
kategori baik.
5.2 Saran
1. Untuk mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut anak sekolah yang optimal,
24
25
UKGS.
2. Untuk upaya promotif dan preventif hendaknya dilaksanakan lebih teratur oleh
tenaga kesehatan gigi dan tenaga lainnya terutama oleh guru/kader kesehatan
26
27
17. Natamiharja, Hiskia, Dorlina. Pengalaman karies gigi, status periodontal dan
perilaku oral hygiene pada siswa kelas VI SD, kelas III SMP, dan kelas III SMA
kecamatan Medan Baru. Dental Journal. 2008;13(2):131- 2.
18. Sogi G.M, Basgar D.J. Dental caries and oral hygiene status of school children in
davangere related to their socio economic levels: an epidemiological study. J Indian
Soc Pedo Prev Dent, December 2002; 20 (4):152-157.
19. Pintauli Sondang, Hamada Taizo. 2009. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan
dan pemeliharaan. Medan; USU Press.