Anda di halaman 1dari 17

ORAL HYGIENE INDEX-SIMPLIFIED ( OHIS )

PADA MURID KELAS IV SDN 26 PAYAKUMBUH

Karya Tulis Ilmiah

Oleh
Ananda Putri, AMKG
Nip. 19860313 200901 2 001

PUSKESMAS PAYOLANSEK
TAHUN 2021
Makalah, Juni 2021
Ananda Putri
Oral Hygiene Index – Simplified Pada Murid Kelas IV SDN 26 Payakumbuh

ABSTRAK

Mulut merupakan suatu tempat yang ideal bagi perkembangan bakteri karena temperatur,

kelembaban dan sisa makanan. Kelompok anak usia sekolah dasar termasuk kelompok rentan

untuk terjadinya kasus kesehatan gigi dan mulut sehingga perlu diwaspadai. Masalah utama pada

usia ini dapat disebabkan karena anak tidak dibiasakan melakukan penyikatan gigi sejak dini

oleh orang tua, sehingga anak tidak mempunyai kesadaran dan motivasi untuk memelihara

kesehatan gigi dan mulutnya, keadaan tersebut memudahkan gigi anak terkena resiko penyakit

gigi dan mulut. Status kebersihan gigi dan mulut dapat ditentukan dengan menggunakan Oral

Hygiene Index Simplified (OHI-S) yang menjumlahkan Debris Index-Simplified (DI-S) dan

Calculus Index-Simplified (CI-S), masing-masing dari indeks tersebut ditentukan dari jumlah

debris dan kalkulus pada 6 permukaan gigi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui status Oral

Hygiene anak usia sekolah dasar pada SD Negeri 26 Payakumbuh. Jenis penelitian ini adalah

deskriptif, dengan subjek penelitian sebanyak 62 orang murid kelas IV A dan B dan C pada SD

Negeri 26 Payakumbuh. Penelitian ini menggunakan metode Oral Hygiene Index Simplified

(OHI-S) untuk melihat status kebersihan gigi dan mulut siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan

sebanyak 58,1% kategori baik. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa murid kelas IV pada

SD Negeri 26 Payakumbuh mempunyai kebersihan gigi dan mulut baik, keadaan ini disebabkan

karena siswa telah mengetahui informasi menjaga kebersihan mulut dengan benar melalui

penyuluhan dan media iklan.

Keywords: Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S), Usia anak sekolah dasar
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan mulut yang baik mencerminkan status kesehatan keseluruhan seorang individu.

Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan.

Kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor lokal yang pengaruhnya sangat dominan

dan dapat menyebabkan berbagai masalah gigi dan mulut.1

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, menunjukkan kondisi kesehatan gigi

masyarakat Indonesia cenderung tidak baik. Dari survey kesehatan yang melibatkan 2.132 dokter

gigi dan perawat gigi didapat 57,6 % penduduk Indonesia mendapat masalah gigi dan mulut dan

hanya 10,2% yang mendapat penangananan medis gigi. Prevalensi karies pada anak usia dini

sangat tinggi yakni 93,5 % artinya hanya 7% anak Indonesia yang bebas karies gigi. Masalah

kesehatan gigi dan mulut dapat dinilai melalui status oral hygiene. Status oral hygiene dapat

ditentukan dengan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S).

Status kesehatan gigi dan mulut masyarakat atau perorangan menurut Hendrik L. Belum

dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku,

keturunan dan pelayanan kesehatan. Perilaku memegang peranan yang penting dalam

mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan,

sikap dan tindakan yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan gigi. 3,4 Tindakan menjaga

kebersihan rongga mulut merupakan bagian dari perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut, untuk mengetahui status oral hygiene anak usia sekolah dasar pada SD Negeri 26

Payakumbuh, Maka dilakukan pemeriksaan oral hygiene pada murid kelas IV SD.
B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2021 pada SD Negeri 26 Payakumbuh. Populasi

dalam penelitian ini adalah murid-murid yang ada pada SD Negeri 26 Payakumbuh . Subjek

penelitian ini adalah murid-murid kelas IV A, B dan C SD Negeri 26 Payakumbuh sebanyak 62

murid. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diambil

secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data

sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip

(data dokumenter) yang dipublikasi dan yang tidak dipublikasi. 5 Teknik pengumpulan data: pada

penelitian ini dikumpulkan data sekunder dari hasil survey pemeriksaan OHI-S pada murid SD

Negeri 26 Payakumbuh pada tahun 2021. Data yang telah diperoleh dikumpulkan dan

ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat persentase dari masing–

masing skor OHI-S murid SD Negeri 26 Payakumbuh.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Oral Higiene

Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas

mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang

mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Plak gigi terbentuk oleh bakteri yang berusaha

menempel pada permukaan halus dari gigi. Plak yang tidak dibersihkan akan menyebabkan

mikroorganisme berkembang biak dan plak akan tebal, mengeras dan menjadi kalkulus.10

Kalkulus merupakan jaringan keras yang melekat erat pada gigi terdiri dari bahan mineral

seperti, kalsium, ferum, zinc, Cu, Ni dan sebagainya.

Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari mikroorganisme dan umumnya

memegang peranan penting dalam pembentukan dan perlekatan kalkulus yang dimulai dengan

pembentukan plak gigi. Sehingga permukaan kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival

selalu diliputi oleh plak gigi. Kalkulus supragingival warnanya kuning dan biasanya mudah

dilepas hanya dengan jari saja. Sedangkan kalkulus subgingival warnanya coklat kehitaman,

melekat erat dibawah gingival dan sukar dibersihkan. Plak dan kalkulus akan mengiritasi

gingival mengakibatkan pembengkakan pada gingival dan kegoyangan pada gigi. Kesehatan

rongga mulut memegang peranan penting sebagai komponen hidup sehat. Jika oral higiene tidak

di perlihara dengan baik, maka akan menimbulkan penyakit didalam rongga mulut, yaitu karies

gigi yang merupakan penyakit di rongga mulut yang dapat menyebabkan hilangnya gigi secara

patologis. Salah satu komponen pembentukan karies adalah plak. Insiden karies dapat dikurangi

dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi. Peningkatan oral
higiene dapat dilakukan dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi secara teratur

dapat membantu mendeteksi masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.

Oral higiene merupakan tindakan pemeliharaan atau menjaga rongga mulut agar tetap

bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya karies, serta bau mulut. Tujuan pemeliharaan oral

higiene adalah untuk menyingkirkan atau mencegah timbulnya plak gigi dan sisa-sisa makanan

yang melekat di gigi. Oral higine dalam kesehatan gigi dan mulut sangat penting, beberapa

penyakit gigi dan mulut bisa terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut.10

Penyakit gigi dan mulut sering dijumpai adalah karies gigi. Karies gigi dikenal sebagai

kerusakan gigi yang infeksi, biasanya berasal dari bakteri, yang menyebabkan demineralisasi

jaringan keras (enamel, dentin dan cementum) dan perusakan materi organik gigi dengan

produksi asam oleh hidrolisis dari akumulasi sisa makanan pada permukaan gigi.10 Jika

demineralisasi melebihi air liur dan faktor remineralisasi lain seperti memproduksi gigi karies

(gigi berlubang). Dua bakteri yang paling umum bertanggung jawab untuk gigi berlubang adalah

Streptococcus Mutans dan Lactobacillus. Jika dibiarkan dan tidak diobati, maka dapat

menyebabkan rasa sakit, kehilangan gigi dan infeksi. Saat ini, karies tetap merupakan salah satu

penyakit yang paling umum diseluruh dunia.

2.2 Karies Gigi

Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keraas gigi yaitu, email, dentin dan

sementum disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan.

Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan

kerusakan bahan organiknya.Dua bakteri yang paling umum bertanggung jawab untuk gigi

berlubang adalah Streptococcus Mutans dan Lactobacillus. Jika dibiarkan dan tidak diobati,
maka dapat menyebabkan rasa sakit, infeksi dan kehilangan gigi. Saat ini, karies tetap

merupakan salah satu penyakit yang paling umum diseluruh dunia.

2.2.1 Etiologi Karies

Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen

atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai

tiga lingkaran yang bertumpang-tindih. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor

tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang

kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.

Host Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai Host terhadap karies

yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan

kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa

makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu,

permukaan gigi yang kasar juga dapat meny ebabkan plak mudah melekat dan membantu

perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks

yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%.

Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor,

fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan

enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan

enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap. Hal ini

disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan

jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal
gigi susu tidak sepadat gigi tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya

prevalensi karies pada anak-anak.

b. Agen atau Mikroorganisme Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam

menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan

mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat

pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi

mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif

merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti streptokokus mutans, streptokokus sanguis,

streptokokus mitis dan streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Pada penderita

karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar 104 – 105 sel/mg plak. Walaupun

demikian, s.mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena s.mutans mempunyai

sifat asidogenik dan asidurik (resistensi terhadap asam).

c. Substrat Substrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembang

biakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat

mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang

diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya

karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat

terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet

yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai

karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting

dalam terjadinya karies.1


Waktu Karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu

beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi

suatu kavitas cukup, diperkirakan 6-48 bulan.

2.2.2 Faktor Risiko Karies Gigi

Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah :

a. Pengalaman Karies Adanya hubungan antara pengalaman karies dengan

perkembangan karies dimasa mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir mencapai 60%.

Tingginya skor pengalaman karies pada gigi desidui dapat memprediksi terjadinya pada gigi

permanennya.

b. Penggunaan Fluor Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies.

Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting

dalam mengurangi terjadinya karies karena dapat meningkatkan remineralisasi. Pemberian dosis

tergantung pada usia dan konsentrasi fluoride yang terkandung. Demi perbaikan kesehatan gigi

mulut, diperlukan fluoridasi air minum dan menggosok gigi memakai pasta fluoride sehari-

hari.11

c. Umur Terjadinya peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur.

Gigi yang paling akhir erupsii lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena

sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal

dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika

gigi mereka baru erupsi sedangkan orang tua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.
d. Jenis Kelamin Selama masa anak-anak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF

yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik

sehingga komponen gigi yang hilang (missing) lebih sedikit daripada pria.Sebaliknya, pria

mempunya komponen (filling) yang lebih banyak dalam indeks DMFT.

e. Sosial Ekonomi Rendahnya status sosial ekonomi cenderung mempengaruhi pola

hidup masyarakat. Prevalensi karies lebih tinggi pada status ekonomi rendah. Faktor yang

mempengaruhi keadaan ini adalah pendidikan dan pekerjaan yang berhubungan dengan

kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Hal ini dikarenakan makanan yang bersifat kariogenik,

rendahnya pengetahuan akan kesehatan gigi dapat dilihat dari kesehatan mulut yang buruk,karies

tinggi pada keluarga, dan jarang melakukan kunjungan kedokter gigi, sehingga banyak karies

gigi yang tidak dirawat.

2.3 Pengukuran Kebersihan Gigi dan Mulut

Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut, Green and Vermillion menggunakan indeks

yang dikenal dengan Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S). yang digunakan untuk mengukur

debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi. Pemeriksaan yang dilakukan pada 6 gigi

yaitu gigi 16,11,26,36,31, dan 46. Pada gigi 16,11,26,31 yang dilihat dari permukaan bukalnya

sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Pemeriksaannya terdiri atas pemeriksaan skor

debris dan kalkulus.


2.3.1 Pemeriksaan Skor Debris

Debris adalah bahan lunak dipermukaan gigi yang dapat merupakan plak. Kriteria skor

debris yaitu sebagai berikut :

0 = tidak ada debris

1 = debris menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal atau terdapat stain ekstrinsik

tanpa debris pada daerah tersebut.

2 = debris menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan gigi.

3 = debris menutupi lebih dari 2/3 dari permukaan gigi.

Cara pemeriksaan debris dapat dilakukan tanpa menggunakan larutan diskolosing yaitu

dengan menggunakan sonde biasa untuk pemeriksaan debris. Gerakan sonde secara mendatar

pada permukaan gigi, dengan demikian debris akan terbawa oleh sonde. Pemeriksaan indeks

dimulai dari sepertiga bagian insisal atau oklusal, jika pada bagian ini tidak ditemukan debris,

lanjutkan pada dua pertiga bagian gigi, dan jika dibagian ini tidak dijumpai maka teruskan

sampai kesepertiga bagian servikal.

Kriteria skor kalkulus adalah sebagai berikut,

0 = tidak ada kalkulus

1 = kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

2 = kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tapi tidak lebih dari 2/3 permukaan

gigi yang terkena adanya kalkulus subgingiva berupa flek disekeliling leher gigi.
3 = kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena. Adanya

kalkulus subgingiva berupa pita yang tidak terputus disekeliling gigi.

OHIS adalah indeks oral debris ditambah dengan indeks kalkulus. OHIS = ODI + CI.

Penilaian kriteria indeks debris dan indeks kalkulus sama yaitu sebagai berikut : Baik : 0 - 0,6

Sedang : 0,7 - 1,8 Buruk : 1,9 – 3,0 OHIS mempunyai kriteria tersendiri, yaitu sebagai

berikut : Baik : 0,0 – 1,2 Sedang : 1,3 – 3,0 Buruk : 3,1 – 6,0
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada murid-murid kelas IV SD Negeri 26 Payakumbuh. Subjek

dalam penelitian ini sebanyak 60 orang yang terdiri dari 28 orang laki-laki dan 34 orang

perempuan. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2021. Pemeriksaan status kebersihan

rongga mulut dilakukan dengan cara pengukuran Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dengan

menilai Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI) berdasarkan kriteria: baik, sedang dan buruk.

Greene dan Vermilion memilih 6 gigi untuk diukur mewakili semua gigi posterior dan anterior

dari setiap segmen dalam rongga mulut. Permukaan bukal gigi 16, 26, permukaan labial gigi 11,

31, dan permukaan lingual dari gigi 36 dan 46.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) pada

murid SD Negeri 26 Payakumbuh terhadap 62 murid, maka didapatkan hasil sebagai berikut

Tabel 1. Jumlah Laki-Laki dan Perempuan

Jenis Kelamin Jumlah ( N) Persentase ( % )

Laki-laki 28 45,2 %

Perempuan 34 54,8 %

Total 62 100 %
Pada tabel 2 di bawah ini memperlihatkan distribusi gambaran kebersihan mulut siswa

berdasarkan status Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari 62 responden penelitian.

Tabel 2. Persentase Indeks OHI-S pada Murid Kelas IV SD Negeri 08 Payakumbuh


Berdasarkan Jenis Kelamin OHI-S

OHI-S Laki-laki % Perempuan %

Baik 15 53,37 % 21 61,76 %

Sedang 12 42,86 % 13 38,24 %

Buruk 1 3,5 % - -

Total 28 100 34 100 %

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada subjek penelitian

mempunyai kebersihan gigi dan mulut baik, keadaan ini disebabkan karena responden telah

mengetahui informasi menjaga kebersihan mulut dengan benar melalui penyuluhan dan media

iklan. Hal ini didukung dengan penelitian tentang kebersihan mulut di sekolah dasar yang

dilakukan oleh Ristya Widi, perilaku membersihkan gigi dengan kategori sangat baik menduduki

persentase tertinggi yaitu sebesar 57,6% dengan total sampel 170 siswa, selanjutnya kategori

baik sebesar 31,5% dengan jumlah sampel 93 siswa dan kategori sedang dengan persentase

10,8% pada 32 siswa.6

Berdasarkan Tabel 2. memperlihatkan persentase indeks OHI-S pada murid kelas IV SD

Negeri 26 Payakumbuh berdasarkan jenis kelamin dari 34 murid perempuan, 21 (61,76%)

diantaranya termasuk ke dalam kategori baik dan 13 (38,24%) kategori sedang, sedangkan laki-

laki dari 28 murid 15 (53,57%) diantaranya termasuk kategori baik, dan 12 (42,86%) kategori

sedang dan 1 (3,5%) kategori buruk. Terdapatnya kategori sedang pada penelitian ini
menunjukkan bahwa keadaan ini mungkin terjadi disebabkan oleh responden yang kurang

mempedulikan kebersihan rongga mulutnya. Terdapat 1 responden pada kategori buruk,

responden yang termasuk dalam kategori buruk mungkin dipengaruhi dengan keadaan atau

kebiasaan hidup sehari-hari sehingga mempengaruhi perilaku anak dalam menjaga kebersihan

gigi dan mulutnya, atau orang tua yang kurang memperoleh informasi ataupun pendidikan

tentang cara menjaga kebersihan gigi dan mulut.


BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: murid kelas IV

pada SDN 26 Payakumbuh Kecamatan Payakumbuh barat mempunyai kebersihan gigi dan

mulut baik, keadaan ini disebabkan karena siswa telah mengetahui informasi menjaga kebersihan

mulut dengan benar melalui penyuluhan dan media iklan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Ghosh N, Kasif S, Soumya KB, Indranil C, Rama R. A Study On Prevalence of Oral

Morbidities in An Urban Slum of Kishanganj District, Bihar, India. IOSR Journal of

Dental and Medical Sciences. 2014;13(4):49-52.

2. Gede K.K, Karel P, Ni Wayan M. Hubungan Pengetahuan Kebersihan Gigi dan Mulut

Dengan Kebersihan Gigi dan Mulut pada Siswa SMA Negeri 9 Manado. Jurnal eGiGi.

2013;1(2): 84-8.

3. Newman MG, Henry HT, Perry RK. Carranza’s Clinical Periodontology. 10th ed. St.

Louis: Saunders. 2006; 134-74, 543, 1041.

4. Daliemunthe SH. Periodonsia. Medan: Departemen Periodontal FKG USU. 2008; 55-7

5. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat: Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta. 2007;

165.

Anda mungkin juga menyukai