Anda di halaman 1dari 7

ESSAY

DIGESSTIF II

Oleh :

Nama : Arya Adhi Yoga Wikrama Jaya

Nim : 018.06.0031

Kelas : A

Dosen : drg. Dwi Arianto, Sp.KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

MATARAM

2020
A. KANDIDIASIS ORAL
Oral Candidiasis merupakan infeksi pada mukosa rongga mulut yang disebabkan
oleh jamur candida albican. Kandidiasis ini tampak sebagai bercak putih diskret yang dapat
menjadi konfluen pada mukosa bukal, lidah, palatum, dan gusi. Lapisan mukosa adalah
lapisan basah yang berkontak dengan lingkungan eksternal.Terdapat pada saluran
pencernaan, rongga hidung, dan rongga tubuh lainnya. Pada rongga mulut, lapisan ini dikenal
dengan oral mucous membrane atau oral mucosa. Mukosa oral mempunyai fungsi utama
yaitu sebagai pelindung jaringan yang lebih dalam pada rongga mulut. Fungsi lainnya, antara
lain sebagai organ sensoris, aktifitas kelenjar, dan sekresi. Sebagai lapisan terluar, oral
mukosa akan melindungijaringan rongga mulut dari lingkungan eksternal. Oral mukosa akan
melakukan proses adaptasi pada epitel dan jaringan ikat untuk menahan gaya mekanis dan
abrasi yang disebabkan aktifitas normal seperti mastikasi. Selain itu, lapisan epitel mulut
akan bertindak sebagai pelindung terhadap populasi mikroorganisme yang tertinggal di
rongga mulut yang dapat menyebabkan infeksi bila masuk ke dalam jaringan.

Candida sebenarnya merupakan flora normal mulut, namun berbagai faktor seperti
adanya gangguan sistem imun maupun penggunaan obat-obatan seperti obat antibiotik dan
steroid dapat menyebabkan flora normal tersebut menjadi pathogen Candida albicans
berada dalam tubuh manusia sebagai saprofit dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor
predisposisi pada tubuh pejamu. Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan
pertumbuhan Candida albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh
manusia karena adanya perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme
pertahanan lokal dan sistemik. Blastospora berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari
hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi.
Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam
jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik
seperti proteinase, lipasedan fosfolipase.Candida albicans menyebabkan penyakit sistemik
progresif pada penderita yang lemah atau sistem imunnya tertekan, terutama jika imunitas
perantara sel terganggu. Candida dapat menimbulkan invasi dalam aliran darah,
tromboflebitis, endokarditis atau infeksi pada mata dan organ-organ lain bila dimasukkan
secara intravena (keteter, jarum, hiperalimenasi, penyalahgunaan narkotika)
Kandidiasis adalah infeksi lokal biasanya pada mukosa membran kulit, termasuk
rongga mulut (sariawan) faring atau esofagus, saluran pencernaan, kandung kemih, atau alat
kelamin (vagina, penis). Tidak terkontrolnya pertumbuhan Candida karena penggunaan
kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan
sistem imun serta penyakit yang menyerang sistem imun seperti Acquired Immunodeficiency
Sindrome (AIDS). Gejala yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak licin,
berwarna kemerah-merahan, timbul luka dibagian bawah dan pinggir atau pada belahan
bagian tengah lidah. Pada pipi bagian dalam tampak bintik-bintik putih, terkadang terdapat
benjolan kecil yang dapat pecah sehingga mulut terasa perih.

Diagnosis  diawali dengan pemeriksaan fisik. Bila perlu, dilakukan tes kultur
tenggorokan, endoskopi, X-ray esofagus, hingga biopsi. Setelah diagnosis ditetapkan, berikut
ini pengobatan  bagi pengidapnya, yaitu: Konsumsi obat anti jamur. Biasanya berbentuk
gel atau cairan yang langsung dioleskan langsung ke bagian dalam mulut (obat topikal).
Pengidap bisa konsumsi obat antijamur dalam bentuk tablet atau kapsul. Meski jarang
menyebabkan komplikasi, sebagian pengidap mungkin mengalami gejala mual, muntah, perut
kembung, nyeri perut, dan diare.

B. KARIES GIGI DAN GLOSITIS


Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan
sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
diragikan. Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh
kerusakan bahan organiknya. Karies gigi terdiri dari Karies Superfisialis, baru mengenai
Enamel. Karies Media, sudah mengenai Dentin tapi belum mengenai Pulpa. Karies Profunda,
sudah mengenai Pulpa. Penyebab karies yaitu bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacilli.
Bakteri speifik inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam
melalui proses fermentasi. Tanda dan gejala karies gigi antara lain adalah adanya lesi, tampak
lubang pada gigi, bintik hitam pada tahap karies awal, kerusakan leher gigi ( pada karies
botol susu), sering terasa ngilu jika lubang sampai ke dentil, sakit berdenyut-denyut di gigi
sampai kepala. Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya karies gigi antara lain adalah,
menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor, menjaga kebersihan gigi dengan
menyikat gigi dengan benar, fissure sealant atau menutup celah gigi. Adapun
penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada karies gigi antara lain adalah sebagai berikut:
Munutup lubang gigi ( tambal gigi), pencabutan gigi, pulp capping atau pemberian
kalsium hidrogsida untuk mempertebal lapisan dentil, dan endodontic atau perawatan
untuk mengatasi dan mengobati lubang gigi yang mengalami infeksi.
Glossitis merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada lidah yang ditandai
dengan terjadinya deskuamasi papila filiformis sehingga menghasilkan daerah kemerahan
yang mengkilat. Glossitis bisa akut atau kronis. Penyakit ini juga merupakan kondisi murni
dari lidah itu sendiri atau cerminan dari penyakit tubuh yang penampakannya ada pada
lidah. Penyebab glossitis bermacam-macam, bisa lokal dan sistemik. Tanda dan gejala
dari glossitis in bervariasi oleh karena penyebab yang bervariasi pula dari kelainan ini, tanda
dasar kelainan ini adalah bahwa lidah menjadi berubah warnanya dan terasa nyeri. Warna
yang dihasilkan bervariasi dari gelap merah sampai dengan merah terang. Lidah yang terkena
mungkin akan terasa nyeri dan menyebabkan sulitnya untuk mengunyah, menelan atau untuk
berbicara. Lidah yang mempunyai kelainan ini permukaannya akan terlihat halus.Terdapat
beberapa ulserasi atau borok yang terlihat pada lidah ini. Tatalaksana glossitis yaitu
diberikan Antibiotik di pergunakan bila kelainan ini melibatkan bakteri. Kalua penyebabnya
defisiensi besi, maka di perlukan suplemen yg memadai yaitu hrs di berikan zat besi yang
merupakan ciri defisiensi utama dari glossitis ini. Pembengkakan dan rasa tidak nyaman di
mulut di lakukan pemberian obat – obatan yg di berikan secara oral. Obat kumur yaitu
dengan campuran baking soda dan di campur dengan air hangat akan membantu keadaan
ini. Bila pembengkakan di rasakan parah, bisa di berikan kortikosteroid.

C. PAROTITIS
Kelenjar ludah adalah kelenjar majemuk bertandan, yang berarti terdiri atas gabungan
kelompok alveoli membentuk kantong dan yang membentuk lubang-lubang kecil. Saluran-
saluran dari setiap alveoli bersatu untuk membentuk saluran yang lebih besar dan yang
mengantar sekretnya ke saluran utama dan melalui ini secret dituangkan ke dalam mulut.
Kelenjar saliva terdiri dari kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar parotis,
submandibula, dan sublingual merupakan komponen kelenjar saliva mayor dan mempunyai
ciri-ciri anatomis serta histologis yang berbeda. Kelenjar saliva minor terdiri dari kelompok
jaringan saliva submukosa yang hadir pada rongga mulut, sinus paranasal, faring dan saluran
pernafasan bagian atas. Kelenjar Saliva mayor Kelenjar saliva ini merupakan kelenjar saliva
terbanyak dan ditemui berpasang-pasangan pada daerah ekstraoral serta memiliki duktus
yang panjang. Duktus ini menyalurkan sekresi saliva ke dalam rongga mulut. Menurut
struktur anatomi dan letaknya, kelenjar saliva mayor dapat dibagi atas tiga tipe yaitu parotis,
submandibularis dan sublingualis.
Parotitis atau Mumps (Parotitis Epidemika) adalah penyakit infeksi akut dan
menular yang disebabkan virus. Virus menyerang kelenjar air liur di mulut, terutama kelenjar
parotis yang terletak pada tiap-tiap sisi muka tepat di bawah dan di depan telinga. Mumps
atau parotitis epidemika merupakan self limiting disease yang disebabkan oleh infeksi virus
yang paling sering terjadi di sekolah-usia anak dan remaja. Gambaran klasik mumps adalah
pembengkakan nonsuppuratif dan rasa nyeri kelenjar ludah. Infeksi ini biasanya bersifat
jinak, dan banyak kasus yang subklinis. Penyebab adalah virus mumps. Virus ini adalah
anggota kelompok paramiksovirus, yang juga mencakup parainfluenza, campak, dan virus
penyakit Newcastle. Hanya deiketahui ada satu serotype. Biakan manusia atau sel ginjal kera
terutama digunakan untuk isolasi virus. Pengaruh sitopatik kadang-kadang ditemukan, tetapi
hemadsorpsi merupakan indikator infeksi yang paling sensitif. Virus telah diisolasi dari
ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus penyebab
mumps dapat menyebar melalui kontak langsung dengan percikan ludah, bahan muntah dan
urine. Virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut. Virus memperbanyak diri di
saluran napas atas dan menyebar ke kelenjar getah bening lokal. Masa ini dikenal dengan
masa inkubasi dan berlangsung selama 12-25 hari. Kemudian virus akan menyebar ke seluruh
tubuh dengan lokasi yang dituju adalah kelenjar parotis, ovarium (indung telur) pada wanita
atau testis (buah zakar) pada laki-laki, pankreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak.

Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak dan orang muda berusia 2-14
ttahun. Gejalanya, nyeri sewaktu mengunyah dan menelan. Pembengkakan yang nyeri
terjadi pada sisi muka dan di bawah telinga. Kelenjarkelenjar di bawah dagu juga akan lebih
besar dan membengkak. Penderita juga merasa demam. Suhu tubuh dapat meningkat hingga
39,5oC. Komplikasi mungkin terjadi pada anak laki-laki pada umur belasan tahun, nyeri
pada perut dan alat kelamin. Pada penderita remaja perempuan, nyeri akan terasa juga di
bagian payudara. Komplikasi serius terjadi jika virus mumps menyerang otak dan susunan
syarat. Ini menyebabkan radang selaput otak dan jaringan selaput otak. Penularan penyakit
ini melalui kontak langsung dengan penderita, seperti persentuhan dengan cairan muntah
dan air seni penderita atau melalui udara ketika penderita bersin atau batuk.
Diagnosis melalui anamnesis akan ditemukan gejala khas demam, pembengkakan pada
kelenjar parotis disertai nyeri pada leher, dan terdapat riwayat langsung dengan penderita
dengan gejala yang sama. Pemeriksaan fisik ditemukan pada palpasi adanya pembesaran
kelenjar parotis disertai nyeri tekan. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan :
a.  Darah rutin
b.  Amilase serum
c.  Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya infeksi
virus, yaitu :
 Hemaglutination inhibition (HI) test
 Neutralization (NT) test
 Complement – Fixation (CF) test
d.  Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus  dilakukan
dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah.
Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan
fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.

Komplikasi yang dapat terjadi seperti Meningoensepalitis. Penderita mula-mula


menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah
dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang
sering pada anak-anak. Ketulian, tuli saraf dapat terjadi unilateral, parotitis adalah penyebab
utama tuli saraf unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.
Orkitis, Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Testis akan membengkak ketika
terinfeksi. Ensefalitis atau Meningitis, peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa
sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. Ooforitis, timbulnya nyeri dibagian
pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita pasca pubertas. Kelainan pada mata,
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya bilateral, dari
kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan
penglihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10–20 hari; uveokeratitis,
biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan
penyembuhan dalam 20 hari;  skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena
sentral.
Tatalaksana Parotitis, parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited
(sembuh/hilang sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi
spesifik bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya
simptomatis dan suportif. Pengobatan yang diberikan dapat berupa antipiretik, analgesik,
ataupun keduanya tergantung dari gejala yang dialami pasien.
D. ANGINA LUDWIG

Angina Ludwig atau dikenal juga dengan nama Angina Ludovici, pertama kali
dijelaskan oleh Wilheim Frederickvon Ludwig pada tahun 1836, merupakan salah satu
bentuk abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara
fasia leher sebagai akibat perjalanan infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut,
tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Angina Ludwig ditandai dengan
pembengkakan pada rongga submandibular dan menyebabkan elevasi lidah yang dapat
menyebabkan obstruksi saluran napas yang fatal. Biasanya penyebaran yang luas terjadi pada
pasien imunokompromise, Angina Ludwig juga bisa berkembang pada orang yang sehat.
Faktor predisposisinya berupa karies dentis perawatan gigi terakhir, sickle cell anemia,
trauma, dan tindikan pada frenulum lidah. Selain itu penyakit sistemik seperti diabetes
melitus, neutropenia, aplastik anemia, glomerulositis, dermatomiositis, dan lupus
eritematosus dapat mempengaruhi terjadinya Angina Ludwig. Penderita terbanyak berkisar
antara umur 20-60 tahun. Patofisiologi Angina Ludwig dimulai dari infeksi jaringan lunak
(selulitis) yang menyebar ke rongga submandibular. Infeksi yang menyebar ke rongga
submandibular ini terjadi biasanya akibat infeksi pada molar kedua atau ketiga rahang bawah.
Hal ini terjadi karena akar gigi tersebut memanjang secara inferior pada insersi mandibular
otot milohioid. Infeksi pada kedua gigi ini dapat menyebabkan perforasi pada mandibula dan
meluas hingga rongga submandibular. Infeksi yang terjadi pada Angina Ludwig tidak
menyebar melalui sistem limfatikus ataupun hematogen. Infeksi umumnya terjadi secara
bilateral. Selain dari infeksi gigi molar, selulitis juga dapat menyebar dari abses
peritonsilar dan parotitis supuratif.

Anda mungkin juga menyukai