Anda di halaman 1dari 3

Kalkulus terjadi karena pengendapan garam kalsium fosfat, kalsium karbonat, dan magnesium

fosfat. Komposisi kalkulus dipengaruhi oleh lokasi kalkulus dalam mulut serta waktu pembentukan kalkulus.
Komposisi kalkulus terdiri dari 80% masa anorganik, air, dan matriks organik (protein dan karbohidrat), sel-sel
epitel deskuamasi, leukosit. Masa anorganik terutama terdiri dari fosfat, kalsium, dalam bentuk hidroksiapatite,
brushite, dan fosfat oktakalsium. Selain itu, juga terdapat sejumlah kecil kalsium karbonat, magnesium, fosfat, dan
florida. Kandungan florida adalah beberapa lebih besar daripada pada plak.

Beberapa macam teori dikemukakan oleh para peneiti mengenai proses pembentukan kalkulus, antara lain
1. Teori CO
Menurut teori ini pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat adanya perbedaan tekanan CO dalam rongga
mulut dengan tekanan CO dari duktus saliva, yang menyebabkan pH saliva meningkat sehingga larutan menadi
jenuh. (Disajikan pada seminar Perkembangan Pedodontik dan Periodontik Masa Kini, yang diselenggarakan oleh
PDGI Cabang Bekasi pada tanggal 10 Juli 1993)
2. Teori Protein
Pada konsentrasi tinggi, protein klorida saliva bersinggungan dengan permukaan gigi maka protein tersebut akan
keluar dari saliva, sehingga mengurangi stabilitas larutannya da teradi pengendapan garam kalsium fosfat.
3. Teori Fosfatase
Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri. Fosfatase membantu proses hidrolisa fosfat saliva
sehingga terjadi pengendapan garam kalsium fosfat.
4. Teori Esterase
Esterase terdapat pada mikrorganisme, membantu proses hidrolisis ester lemak menjadi asam lemak bebas yang
dengan kalsium membentuk kalsiumfosfat.
5. Teori Amonia
Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan membentuk ammonia sehingga pH saliva naik dan terjadi
pengendapan garam kalsium fosfat.
6. Teori pembenihan
Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan fosfor yang akan membentuk kristal inti hidroksi
apatit dan berfungsi sebagai benih kristal kalsium fosfat dari saliva jenuh.

Mengapa sering terbentuk kalkulus pada lingual gigi anterior rahang bawah dan bukal gigi posterior rahang atas?
Kalkulus supragingiva sering ditemukan pada lingual gigi anterior rahang bawah atau pada insisivus bawah, hal ini
terjadi karena insisivus rahang bawah merupakan muara atau ekskretori utama dari kelenjar submandibula (duktus
Whartoni) dan kelenjar sublingual (duktus Bartholini). Sedangkan pada bukal gigi posterior rahang atas merupakan
ekskretori utama dari kelenjar parotis melalui duktus stenon. Karena lingual gigi anterior rahang bawah dan bukal
posterior rahang atas merupakan muara utama dari saliva, maka pada daerah ini banyak terdapat bakteri-bakteri.
Bakteri-bakteri ini tidak semua dapat ikut larut dalam flow saliva, bakteri yang tersisa akan membentuk koloni yang
akan berakumulasi dengan plak yang ada pada muara saliva tersebut, sehingga terjadi kalsifikasi plak atau kalkulus
pada daerah muara saliva . Hal inilah yang menyebabkan pada lingual gigi anterior rahang bawah dan bukal
posterior rahang atas sering terjadi kalkulus.

Gingivitis marginalis kronis


Merupakan suatu peradangan gingiva pada daerah margin yang banyak dijumpai pada anak, ditandai dengan
perubahan warna, ukuran konsistensi, dan bentuk permukaan gingiva. Penyebab peradangan yang paling umum
yaitu disebabkan oleh penimbunan bakteri plak. Perubahan warna dan pembengkakan gingiva merupakan gambaran
klinis terjadinya gingivitis marginalis kronis.

Eruption gingivitis
Merupakan peradangan yang terjadi di sekitar gigi yang sedang erupsi dan berkurang setelah gigi tumbuh sempurna
dalam rongga mulut, sering terjadi pada anak usia 6-7 tahun ketika gigi permanen mulai erupsi. Eruption gingivitis
berkaitan dengan akumulasi plak.
Gingivitis pada gigi karies dan loose teeth (eksfoliasi parsial)
Pada pinggiran margin yang tererosi akan terdapat akumulasi plak, sehingga dapat terjadi edema sampai dengan
abses.
Gingivitis pada maloklusi dan malposisi
Peradangan disertai dengan perubahan warna gingiva menjadi merah kebiruan, pembesaran gingiva, ulserasi, dan
bentuk poket dalam yang menyebabkan terjadinya pus, meningkat pada anak-anak yang memiliki overjet dan
overbite yang besar, kebiasaan bernafas melalui mulut, open bite, edge to edge, dan protrusif.
Gingivitis pada mucogingival problems
Mucogingival problems merupakan salah satu kerusakan atau penyimpangan morfologi, keadaan, dan kuantitas dari
gingiva di sekitar gigi antara margin gingiva dan mucogingival junction yang ditandai oleh mukosa alveolar yang
tampak tipis dan mudah pecah, susunan jaringan ikatnya yang lepas serta banyaknya serat elastis.
Gingivitis karena resesi gusi lokalisata
Terjadi karena trauma sikat gigi, alat ortodontik, frenulum labialis yang tinggi, dan kebersihan mulut yang buruk.
Gingivitis karena alergi
Mc Donald dan Avery, 2004 menyatakan bahwa adanya peradangan pada gingiva yang bersifat sementara terutama
berhubungan dengan perubahan cuaca.5
Gingivitis Artefacta
Peradangan karena perilaku yang sengaja melakukan cedera fisik dan menyakiti diri sendiri. Salah satu penyakit
periodontal yang disebabkan oleh adanya cedera fisik pada jaringan gingiva disebut sebagai gingivitis artefakta yang
memiliki varian mayor dan minor.
Gingivitis artefakta minor merupakan bentuk yang kurang parah dan dipicu oleh iritasi karena kebiasaan menyikat
gigi yang terlalu berlebihan. Kondisi ini juga dapat terjadi akibat menusuk gingiva dengan menggunakan jari kuku
atau benda asing lainnya.
Gingivitis artefakta mayor merupakan bentuk yang lebih parah, karena melibatkan jaringan periodontal. Perilaku ini
berhubungan dengan gangguan emosional. Peradangan gingiva oleh karena perilaku mencederai diri sendiri terjadi
pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa dan prevalensinya lebih banyak terjadi pada perempuan. 18

Peradangan gingiva dapat terjadi ketika faktor patogen yang berhubungan dengan non-plak melebihi
peranan dari respon daya tahan host. Lesi dapat disebabkan oleh bakteri dan mungkin tidak disertai oleh lesi
ditempat lain pada tubuh. Contoh umum dari lesi tersebut yang berkaitan dengan infeksi melalui Neisseria
gonorrhea, Treponema pallidum, Sttreptococci, Mycobacterium chelonae atau organisme lain. Manifestasi dari lesi
gingiva nampak ulserasi berwarna merah terang yang edematous dan sangat sakit, asimptomatik atau mucous
patches, atau gingivitis atypical non ulserasi, peradangan gingiva yang parah. Biopsy dilakukan melalui pemeriksaan
mikrobiologi untuk menunjukkan riwayat lesi.20

Penyakit Gingiva yang Berasal dari Jamur


Infeksi jamur pada mukosa oral mencakup penyakit seperti infeksi aspergillosis, blastomycosis, candidosis,
coccidioidomycocis, cryptococcosis, histoplasmosis, mucormycosis dan paracoccidioidomycosis, tetapi beberapa
infeksi sangat jarang dan tidak semua infeksi tersebut bermanifestasi sebagai peradangan gingiva.20
Candidosis
Variasi spesies candida ditemukan berasal dari mulut manusia termasuk C. Albicans, C. Glabrata, C. Krusei, C.
Tropicalis, C. Parapsilosis, dan C. Guillermondii. Jamur ini hidup normal dalam kavitas oral tetapi juga suatu
patogen opportunistik. Prevalensi oral carriage dari C. Albicans pada orang dewasa sehat sekitar 3%-48%, variasi
yang besar terjadi karena perbedaan pada sampel populasi dan prosedur yang digunakan. Proporsi C. Albicans pada
populasi jamur dalam rongga mulut dapat mencapai sekitar 50-80%, dan sejauh ini infeksi jamur pada mukosa oral
yang paling sering adalah candidosis yang disebabkan oleh organisme C. Albicans. Infeksi oleh C. Albicans
biasanya terjadi sebagai konsekuensi dari berkurangnya sistem pertahanan tubuh termasuk immunodefisiensi,
berkurangnya sekresi saliva merokok dan perawatan dengan kortikosteroid. Gangguan flora mikroba oral, seperti
setelah terapi dengan antibiotik berspektrum luas, yang dapat menyebabkan oral candidosis.20
Linear Gingival Erythema
Linear Gingival Erythema (LGE) dianggap suatu manifestasi gingival dari immunosupression yang ditandai dengan
linear erythematousband yang terdapat pada free gingiva.
LGE ditandai oleh ketidakseimbangan intensitas peradangan terhadap jumlah plak yang ada. Tidak ditemukan
adanya poket atau hilangnya attachment. Karakteristik dari tipe peradangan ini adalah peradangan tidak merespon
secara baik pada peningkatan oral higiene atau skeling. Perluasan gingival banding yang diukur berdasarkan jumlah
daerah yang terlibat yang telah terbukti bergantung pada penggunaan tembakau. Sementara 15% dari daerah yang
terlibat mengalami perdarahan saat probing dan 11% nampak perdarahan spontan, tanda khas dari LGE dianggap
sebagai berkurangnya perdarahan saat probing.20
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Faktor Genetik
Hereditary Gingival Fibromatosis
Hyperplasia gingiva (sinonim dengan gingival overgrowth, gingival fibromatosis), dapat terjadi sebagai efek dari
pengobatan sistemik seperti phenytoin, sodium valproate, cyclosporine dan dihydropyridines. Peradangan
tergantung pada perluasan plak. Hyperplasia gingiva dapat berasal dari faktor genetik. Peradangan tersebut dikenal
sebagai hereditary gingival fibromatosis (HGF) adalah suatu keadaan yang tidak biasa yang ditandai oleh diffuse
gingival enlargement, kadang- kadang menutupi sebagian besar permukaan, atau seluruh gigi. Peradangan timbul
tanpa tergantung dari pengangkatan plak secara efektif.

Kegunaan Gingival Indeks adalah untuk mengukur :


1. Warna gusi
2. Kontur gusi
3. Perdarahan gusi
4. Luasnya keterlibatan gusi dan laju alir cairan gusi.
Skor penilaian Gingival Indeks adalah sebagai berikut :
Skor 0 : Gingival normal tidak terdapat peradangan, tidakada perubahan warna dan tidak ditemukan perdarahan.
Skor 1 : Terdapat peradangan ringan, ada sedikit perubahan warna, terdapat sedikit edema, namun tidak terdapat
perdarahan.
Skor 2 : Terdapat peradangan sedang, terlihat warna kemerahan, terdapat edema, terdapat pula perdarahan.
Skor 3 : Terlihat warna merah terang, terdapat edema, ada ulserasi, cenderung terjadi perdarahan spontan.
Skor penilaian dan kriteria gingival indeks adalah sebagai berikut :
Skor 0 : Sehat
Skor 0,1 - 1,0 : Peradangan ringan
Skor 1,2 - 2,0 : Peradangan sedang
Skor 2,1 - 3,0 : Peradangan berat
Rumus menghitung gingival indeks adalah :
Total Skor Gingiva dibagi (Jumlah Gigi Indeks X Jumlah Permukaan yang Diperiksa).
Pada perkembangannya, pengukuran gingival indeks tidak lagi ada tindakan probing, pengukuran ini
dinamakan Modifikasi Gingival Index (MDI).
Skor penilaian untuk Modifikasi Gingival Index adalah sebagai berikut :
Skor 0 : Tidak terdapat peradangan gingiva
Skor 1 : Terdapat peradangan ringan yaitu ada sedikit perubahan warna, ada sedikit perubahan tekstur sebagian
margin atau papila.
Skor 2 : Terdapat peradangan ringan yaitu ada sedikit perubahan warna, terdapat perubahan tekstur pada
keseluruhan unit margin dan papilla gingiva.
Skor 3 : Terdapat peradangan sedang yaitu terlihat gingiva mengkilat, warna kemerahan, ada edema, hipertrofi unit
margin atau papilla gingiva.
Skor 4 : Terdapat peradangan berat yaitu terlihat warna merah terang, edema, hipertrofi, perdarahan spontan, dan
ulserasi atau kongesti.

Anda mungkin juga menyukai