Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH INFEKSI JAMUR

OLEH :

ALIFIAH

PO713201191054

2B KEPERAWATAN

PRODI D.III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

Jamur memang terdapat pada rongga mulut semua individu, karena jamur
merupakan salah satu flora normal rongga mulut yang sudah ada dalam rongga
mulut setiap individu sejak masih bayi.
Infeksi biasanya terjadi jika keseimbangan kuman di mulut terganggu,
sehingga jumlah jamur berlebihan. Infeksi jamur dapat terjadi di berbagai
bagian tubuh kita, termasuk di rongga mulut. Di rongga mulut pun, jamur dapat
muncul di berbagai tempat namun yang amat sering adalah di permukaan lidah,
kulit yang mengitari mulut, atau sudut mulut.
Orang pada tiap usia dapat menjadi penderita infeksi jamur di mulut,
namun ada beberapa keadaan yang meningkatkan kemungkinan seseorang
menjadi terinfeksi seperti:
1. Setelah konsumsi antibiotika atau pemakaian obat kumur antibakterial yang
berlebihan. Hal tersebut menyebabkan keseimbangan kuman di mulut
terganggu.
2. Pemakaian gigi tiruan atau anak yang memakai alat ortodontik lepasan yang
kurang bersih atau kurang pas sehingga menimbulkan luka di mulut yang
mudah dihuni jamur.
3. Pemakaian obat kortikosteroid yang menekan sistem pertahanan tubuh.
4. Usia bayi, kehamilan, dan usia lanjut lebih rentan terhadap infeksi jamur.
5. Adanya penyakit dalam jangka waktu lama.
Kebersihan diri perlu diperhatikan karena kondisi tubuh yang kotor serta
kelembapan kulit yang tinggi dapat meningkatkan resiko terjangkitnya infeksi
jamur.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kandidiasis
1. Definisi dan etiologi
Candida merupakan jamur normal yang berada dalam mulut, usus dan
organ genitalia. Jamur ini tumbuh di daerah yang hangat dan basah. Hampir
semua bayi, anak dan orang dewasa mempunyai candida dalam jumlah sedikit
dan tidak menyebabkan gangguan apa-apa. Tetapi, kadang-kadang candida
menjadi banyak sehingga dapat terlihat dengan jelas dan menyebabkan
gangguan.

2. Gambaran klinis
Kandidiasis adalah infeksi oportunistik yang sangat umum pada orang
dengan HIV. Infeksi ini disebabkan oleh sejenis jamur yang umum, yang
disebut candida albicans. Jamur ini, semacam ragi yang ditemukan di tubuh
kebanyakan orang. Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan
jamur ini. Jamur ini bisa biasa menyebabkan penyakit pada mulut, tenggorokan
dan vagina. Infeksi oportunistik ini dapat terjadi beberapa bulan atau tahun
sebelum infeksi oportunistik lain yang lebih berat.
Pada mulut, penyakit ini disebut thrush. Bila infeksi menyebar lebih dalam
pada tenggorokan, penyakit yang timbul disebut esofagitis. Gejalanya adalah
gumpalan putih kecil seperti busa, atau bintik merah. Penyakit ini dapat
menyebabkan sakit tenggorokan, sulit menelan, mual, dan hilang nafsu makan.

3. Jenis-jenis kandidiasis
Kandidiasis oral ada beberapa jenis, yaitu:
a. Kandidiasis Pseudomembran Akut (oral thrush)
- Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut dan lidah
- Bercak putih yang mudah diangkat
- Umumnya pada bayi

b. Kandidiasis Atropik Akut


Kandidiasis atropik akut adalah bentuk infeksi yang berkaitan
dengan pemakaian antibiotik dalam jangka waktu yang lama dengan
tanda-tanda klinis berupa lesi yang tampak sebagai stomatitis dengan
dasar kemerahan.

c. Kandidiasis Atropik Kronik


Tanda klinisnya berupa lesi yang tampak sebagai stomatitis yang
eritamatous dan asimptomatik, terbatas pada mukosa yang ditutupi
oleh basis gigi tiruan.

d. Kandidiasis Hiperplastik Kronik


Kandidiasis hiperplastik kronik (kandidiasis leukoplakia) sering
ditemukan pada mukosa bukal. Insidensi penyakit ini terutama
ditemukan pada individu perokok. Sel epitel mukosa mulut yang
terinfeksi cenderung mengalami transformasi kearah keganasan.

e. Kandidiasis Eritematosa
Kandidiasis eritematosa adalah bentuk yang tersering ditemukan
pada penderita yang terinfeksi HIV. Tidak jelas terlihat adanya bercak
putih, hanya tampak sebagai daerah kemerahan pada palatum dan
dorsum lidah.

f. Angular Cheilitis
Angular cheilitis biasanya tampak sebagai jejas disertai radang
pada sudut mulut dengan faktor predisposisi yaitu defisiensi vitamin
B2.
4. Diagnosis
Pemeriksaan diagnostik pada kandidiasis yaitu :
a. Usapan mukosa mulut atau vagina
b. Kerokan kulit atau kuku andida albicans)
c. Sekret bronkhus (andida Trophicalis)
d. Urine
e. Darah

5. Terapi
Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Sistem
kekebalan tubuh yang sehat dapat menjaga supaya kandida tetap seimbang.
Mengobati kandidasis tidak dapat memberantas raginya. Pengobatan akan
mengendalikan jamur agar tidak berlebihan. Pengobatan dapat lokal atau
sitemik. Pengobatan lokal diberikan pada tempat infeksi. Pengobatan sistemik
mempengaruhi seluruh tubuh. Banyak dokter lebih senang memakai
pengobatan lokal dahulu. Ini menimbulkan lebih sedikit efek samping di
banding pengobatan sistemik. Juga resiko kandida menjadi resistan terhadap
obat lebih rendah. Obat-obatan yang dipakai untuk memerangi kandida adalah
obat antijamur. Hampir semua namanya diakhiri dengan ‘-azol’. Obat tersebut
termasuk klotrimazol, nistatin, flukonazol, dan itrakonazol.

B. Aktinomikosis
1. Definisi dan etiologi
Aktinomikosis adalah penyakit infeksi jamur kronik dengan nodulus-
nodulus supuratif, granulomatosa disertai sinus-sinus yang mengeluarkan
eksudat purulen. Aktinomikosis disebabkan oleh Actinomyces israelii.
2. Gambaran klinis
Aktinomikosis servikofasialis merupakan infeksi primer yang terjadi secara
endogen, karena adanya faktor predisposisi berupa trauma pada jaringan,
misalnya setelah pencabutan gigi. Mikroorganisme penyebab dapat menjalar ke
jaringan lunak di sekitar perkotinuitatum, terutama pada mandibula.
Aktinomikosis servikofasialis menyebabkan pembengkakan yang pada mulanya
tidak khas pada bagian mandibula, namun dapat berubah menjadi keras seperti
papan dengan permukaan yang berbenjol (lampy jaw), diikuti dengan
pembentukan abses dan fistul ekstra oral. Bila infeksi mengenai otot yang
berperan dalam fungsi pengunyahan dapat menyebabkan gejala trismus.
Diagnosis laboratoris dilakukan dengan memeriksa pus dari lesi berupa granula
aktinomikotik.

3. Diagnosis
Pemeriksaan pus dari lesi yang berupa granula aktinomikotik (sulfur
granules)

4. Terapi
Aktinomikosis memiliki prognosis yang baik, obat penicilin masih
merupakan terapi untuk aktinomikosis.

C. Kriptokokosis
1. Definisi dan etiologi
Kriptokokosis disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoforman. Jamur ini
hidup di tanah yang mengandung kotoran burung merpati. Jamur ini
berkembang biak kemudian membentuk tunas atau blastospora.

2. Gambaran klinis
Infeksi berupa inhalasi dan menyebabkan kriptokokosis paru dengan
gejala klinik yang tidak khas. Jamur secara hematogen dapat menjalar ke
bagian tubuh lainnya, termasuk mukosa mulut dengan gambaran klinis yang
tidak khas (menyerupai lesi/ulkus).

3. Diagnosis
Ditemukan jamur penyebab di jaringan atau terisolasi dari bahan klinis
yang aseptik.
4. Terapi
Terapinya dengan menggunakan amfoterisin-B secara intravena.

D. Histoplasmosis
1. Definisi dan etiologi
Histoplasmosis adalah penyakit menular yang disebabkan karena
menghirup spora mikroskopik jamur Histoplasma capsulatum yang hidup di
tanah yang mengandung banyak nitrogen dan mengandung kotoran ayam dan
kelelawar.

2. Jenis-jenis histoplasmosis
Histoplasmosis bisa ditemukan dalam tiga bentuk, yaitu:
a. Histoplasmosis primer
Pada bentuk yang akut, gejala biasanya timbul dalam waktu 3-21 hari
setelah penderita menghisap spora jamur. Penderita akan merasakan sakit
disertai demam dan batuk. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam
waktu 2 minggu tanpa pengobatan dan kadang bisa menetap sampai selama 6
minggu. Bentuk ini jarang bersifat fatal.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil analisa biakan dari dahak, kelenjar
getah bening, sumsum tulang, hati, ulkus di mulut. Penderita infeksi akut
histoplasmosis jarang memerlukan terapi obat.
b. Histoplasmosis diseminata
Bentuk ini dalam keadaan normal tidak akan terjadi pada orang dewasa
yang sehat. Biasanya terjadi pada anak-anak dan penderita gangguan sistem
kekebalan tubuh. Gejala-gejalanya sangat lambat ataupun sangat cepat, akan
bertambah buruk. Hati, limpa dan kelenjar getah bening membesar. Kadang
infeksi ini menyebabkan ulkus di mulut dan saluran pencernaan. Dalam
beberapa kasus, kelenjar adrenal mengalami gangguan sehingga timbul
penyakit Addison. Tanpa pengobatan, bentuk ini 90 % berakibat fatal. Bahkan
meskipun diobati, pada penderita AIDS bisa terjadi kematian. Infeksi
diseminata sering memberikan respon yang baik terhadap pengobatan dengan
amfoterisin-B intravena atau itrakonazol per oral.
c. Histoplasmosis kronis
Bentuk ini merupakan infeksi paru-paru yang timbul secara bertahap
dalam waktu beberapa minggu, menyebabkan batuk dan kesulitan bernafas.
gejala-gejala lainnya adalah penurunan berat badan, malaise dan demam
ringan. Kebanyakan penderita akan pulih tanpa pengobatan dalam waktu 2-6
bulan. Tetapi gangguan pernafasan bisa bertambah buruk dan beberapa
penderita mengalami batuk darah yang kadang-kadang jumlahnya sangat
banyak. Kerusakan paru-paru atau masuknya bakteri ke paru-paru pada
akhirnya bisa menyebabkan kematian.
Pada bentuk ini, itrakonazol maupun amfoterisin-B bisa memusnahkan
jamur, walaupun kerusakan yang disebabkan infeksi ini menetap dibawah
jaringan parut. Gangguan pernafasan yang mirip dengan yang disebabkan oleh
penyakit paru obstruktif biasanya bersifat menetap. Oleh karena itu,
pengobatan harus dilakukan secepat mungkin untuk memperkecil kerusakan
paru-paru.

E. Fikomikosis
1. Etiologi
Fikomikosis disebabkan oleh jamur dari kelas Phycomycetes.

2. Jenis-jenis
Terdapat 2 bentuk fikomikosis, yaitu:
a. Fikomikosis viseralis
Merupakan fikomikosis sistemik yang disebabkan oleh jamur dari ordo
Mucorales, yaitu Mucor, Rhizopus dan Absidia.
Infeksinya terjadi secara inhalasi spora atau melalui alat pencernaan dan
menyebar secara hematogen ke otak dan organ dalam lainnya.
Gejala klinisnya tergantung pada lokalisasi kelainan dan faktor
predisposisi seperti:
- Pemakaian antibiotik atau kortikosteroid dalam jangka waktu lama.
- Pemakaian antibiotik dengan dosis tinggi.
- Penyakit menahun khususnya DM yang tidak terkontrol.
Prognosisnya kurang baik, terutama bila infeksi telah sampai ke otak, mata
dan sinus di daerah kepala.
b. Fikomikosis subkutis
Fikomikosis subkutis disebut juga creeping granuloma. Fikomikosis jenis
ini disebabkan oleh Basidiobolus meristoporus.
Basidiobolus meristoporus adalah jamur yang hidup di dalam alat
pencernaan binatang pemakan serangga seperti kecoa, tokek, cicak, kadal dan
kodok.
Infeksinya terjadi secara eksogen, namun mekanismenya belum diketahui
secara pasti. Gejala klinisnya tampak sebagai tumor di bawah kulit, berbatas
tegas, kenyal dan tanpa gejala radang, dan tidak menyebabkan keluhan sakit.
Prognosisnya baik, kadang dapat sembuh dengan sendirinya.

3. Diagnosis
Bahan pemeriksaan laboratoris berupa: suptum, cairan otak dan biopsi
jaringan.

F. Rinofikomikosis enthomophtora
Rinofikomikosis enthomopora disebabkan oleh Enthomophtora coronata
yaitu jamur yang hidup saprofit di tanah yang mengandung humus. Infeksi
melalui inhalasi spora yang tersebar di udara.
Gambaran klinik berupa tumor berbatas tegas, kenyal dan terasa tidak
sakit, yang terletak di bawah mukosa hidung, di bawah kulit, sekitar hidung,
sekitar mata, bibir atas dan palatum. Umumnya menimbulkan keluhan
gangguan menelan, penyumbatan saluran pernapasan, dan lakrimasi.

G. Aspergilosis
1. Definisi dan etiologi
Aspergilosis merupakan infeksi yang terutama menyerang paru-paru.
Aspergilosis terjadi bila organisme Apergillus menyusup ke dalam jaringan
yang lebih dalam, seperti saluran telinga atau paru-paru, terutama pada
penderita tuberkulosis atau bronkitis. Di paru-paru bisa tumbuh aspergiloma
(bola-bola jamur Aspergillus). Bola-bola ini terdiri dari serabut jamur, serabut
bekuan darah dan sel-sel darah putih yang tidak beraturan. Bola-bola ini secara
bertahap akan membesar dan merusak jaringan paru-paru. Pada penderita
gangguan sistem kekebalan, aspergilosis bisa menyebar melalui aliran darah
menuju ke otak dan ginjal.

2. Gambaran klinis
Aspergilosis pada saluran telinga menyebabkan gatal dan kadang-kadang
nyeri. Cairan dari telinga biasanya keluar selama tidur, sehingga meninggalkan
bercak di bantal. Aspergiloma di paru seringkali tidak menunjukkan gejala dan
ditemukan pada pemeriksaan roentgen dada. Aspergiloma bisa menyebabkan
batuk darah berulang dan perdarahan, meskipun jarang dan bisa berakibat fatal.
Infeksi pada jaringan yang lebih dalam menyebabkan demam, menggigil, syok,
mengigau dan pembekuan darah. Bisa terjadi gagal ginjal, gagal hati dan
gangguan pernafasan. Kematian bisa terjadi dengan cepat. Merupakan Infeksi
yang jarang ditemukan pada penderita AIDS.

3. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Jika memungkinkan,
bisa diambil jaringan terinfeksi untuk dibuat biakan di laboratorium.
Memerlukan waktu beberapa hari untuk tumbuhnya jamur sehingga bisa
diidentifikasi, tetapi pengobatan harus segera diberikan karena penyakit ini bisa
berakibat fatal.

4. Terapi
Aluminium asetat (larutan Burow) digunakan untuk membersihkan saluran
telinga yang terinfeksi. Aspergiloma biasanya diangkat melalui pembedahan.
Obat anti jamur, seperti amfoterisin-B, biasanya diberikan melalui infus.
Obat pilihan lainnya adalah ketokonazol dan itrakonazol yang diberikan
per oral pada infeksi jaringan yang lebih dalam.

H. Parakoksidioidomikosis (South American Blastomycosis)


1. Definisi dan etiologi
Jamur penyebab adalah Paracoccidioides brasiliensis. Penyakit ini hanya
ditemukan di Amerika Selatan.

2. Gambaran klinis
Lesi primer terjadi di paru, akibat infeksi yang terjadi karena inhalasi spora
jamur penyebab. Dari paru dapat menyebar secara hematogen/limfogen ke
organ dalam lainnya, seperti limpa, hati, saluran cerna, mukosa mulut, tulang
dan otak.

3. Diagnosis
Dilakukan dengan pemeriksaan dahak, nanah dan biopsi jaringan.

4. Terapi
Pengobatan yang digunakan berupa amfoterisin-B intravena, sulfa, dan
mikonazol.
I. Rinospoidiosis
Rinospoidiosis disebabkan oleh Rhinosporidium seeberi yaitu jamur yang
diduga hidup di dalam air. Banyak ditemukan di Indian dan Srilanka. Infeksi
terjadi secara eksogen, mekanismenya belum diketahui.
Gambaran klinik tampak sebagai polip bertangkai yang mudah berdarah,
pada mukosa mata, hidung, faring, mungkin juga mukosa uretra dan telapak
kaki. Diagnosa ditegakkan dengan memeriksa jaringan polip yaitu pemeriksaan
langsung dan pemeriksaan histopatologi.
J. Sporotrikhosis
Jamur penyebab yaitu Sporotrichum schenkii yang hidup di alam bebas,
seperti tanah, tumbuh-tumbuhan dan kayu busuk. Penyakit ini ditemukan
kosmopolit dan terutama ditemukan pada pekerja kebun. Cara infeksi berupa
trauma tusukan duri dari potongan kayu.
Secara klinis terdapat pada kulit atau jaringan di bawah kulit dan kelenjar
limfe, jarang menyebar ke mukosa, organ-organ dalam dan tulang. Kelainan
dapat mengenai hidung, faring dan mulut. Lesi dalam mulut tampak sebagai
ulkus yang tidak khas, mirip dengan lesi yang disebabkan oleh penyakit lain.

K. Kromomikosis
1. Definisi dan etiologi
Kromomikosis adalah infeksi jamur kronis pada kulit dan subkutan, yang
berbentuk noduli verukosa.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur golongan dermatiaceae, yaitu jamur
yang berwarna gelap. Ada beberapa jenis, yaitu Cladosporium carionii,
Phialophora verrucosa, Fonsecae perdrosoi, H. compactum.

2. Gambaran klinis
Kromomikosis pada umumnya terdapat di daerah tropis dan subtropis,
terutama mengenai orang dewasa antara 30-50 tahun, pria lebih sering dari
pada wanita. Sebagian besar kasus umumnya berhubungan dengan pekerjaan,
terutama di daerah pedesaan seperti petani dan pencari kayu di hutan.
Jamur hidup sebagai saprofit di tanah dan pada tumbuh-tumbuhan yang
merupakan habitat alaminya. Spora masuk ke kulit melalui trauma, seperti
tertusuk duri atau tergores. Tidak pernah dilaporkan penularan dari manusia ke
manusia atau dari hewan ke manusia.
Lesi dimulai sebagai papula kecil yang gatal, lalu berkembanglambat
membentuk plakat dengan tepi yang meninggi, batas tidak beraturan atau
sebagai noduli dengan permukaan kasar dan verukosa. Perabaan keras, kering,
kasar, dan tidak sakit. Warnanya coklat, merah, ungu. Setelah beberapa bulan
dan tahun, akan timbul lesi baru. Beberapa lesi mengalami fusi membentuk
noduli kasar, verukosa seperti kembang kol.
Ada dua bentuk, yaitu kromomikosis kutan dan sistemik, meskipun
manifestasi pada organ visera jarang. Perjalanan penyakit sangat lambat, yakni
antara 4 sampai 15 tahun. Keadaan umum penderita tetap baik. Lokalisasi
infeksi terutama pada bagian tubuh yang terbuka, yaitu tungkai dan kaki.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan berikut:
1. Jamur merupakan salah satu flora normal rongga mulut yang sudah ada
dalam rongga mulut setiap individu sejak masih bayi.
2. Infeksi biasanya terjadi jika keseimbangan kuman di mulut terganggu,
sehingga jumlah jamur berlebihan. Infeksi jamur dapat terjadi di berbagai
bagian tubuh kita, termasuk di rongga mulut. Di rongga mulut pun, jamur
dapat muncul di berbagai tempat namun yang amat sering adalah di
permukaan lidah, kulit yang mengitari mulut, atau sudut mulut.
3. Ada berbagai macam infeksi jamur di rongga mulut, antara lain:
a. Kandidiasis
Kandidiasis pseudomembran akut (oral thrush), kandidiasis atropik
akut, kandidiasis atropik kronik, kandidiasis hiperplastik kronik,
kandidiasis eritematosa, angular cheilitis.
b. Aktinomikosis
c. Kriptokokosis
d. Histoplasmosis
e. Fikomikosis
f. Rinofikomikosis enthomophtora
g. Aspergilosis
h. Parakoksidioidomikosis
i. Rinospoidiosis
j. Sporotrikhosis
k. Kromomikosis
B. Saran
1. Bagi Pemerintah untuk dapat lebih memperhatikan kesehatan gigi dan
mulut melalui program-program peningkatan derajat kesehatan gigi dan
mulut dan pengadaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang program
tersebut.
2. Bagi kader-kader kesehatan gigi dan mulut untuk dapat lebih berperan
dalam tindakan promosi kesehatan gigi dan mulut ke seluruh elemen
masyarakat yang ada, agar masyarakat dapat sadar mengenai pentingnya
menjaga kesehatan gigi dan mulut.
3. Bagi masyarakat agar kiranya perlu memperhatikan kebersihan karena
kondisi tubuh yang kotor serta kelembapan kulit yang tinggi dapat
meningkatkan resiko terjangkitnya infeksi jamur.

Anda mungkin juga menyukai