Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL PENYAKIT

KANDIDIASIS

2.1 Definisi
(1)Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida.
Candida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini
mencapai 40-60 % dari populasi (Silverman S, 2001). Kandidiasis adalah infeksi
atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans. Penyakit ini
biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS),
perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya
penghalang (Stedman, 2005). Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi
patogen dalam kondisi tertentu atau pada orang-orang yang mempunyai penyakit-
penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu
penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS (Farlane .M, 2002).
Pada rongga mulut kandida albikans merupakan spesies yang paling sering
menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan
berupa lesi putih atau lesi eritematus (Silverman S, 2001). Pada keadaan akut
kandidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar (burning sensation),
rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau
serostomia (Greenberg M. S., 2003). Pada umumnya infeksi tersebut dapat di
tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau
(2)sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang
menyertainya. (Silverman S, 2001).
Kandidiasis oral atau mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah infeksi
jamur ragi dari genus Candida pada membran berlendir mulut. (3)Infeksi
oportunistik yang umum dari rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan
jamur yang berlebihan. Sariawan pada mulut bayi disebut kandidiasis, sementara
jika terjadi di mulut atau tenggorokan orang dewasa diistilahkan candidosis atau
moniliasis. Kandidiasis yang sering disebut juga candidosis, trush, dan moniliasis
merupakan suatu keadaan patologis yang hanya menginfeksi jaringan kulit dan
mukosa. Infeksi Candida yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan
biasanya menyerang orang yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS
dan pasien (4)transplantasi.
Oral trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit – langit dan pipi
bagian dalam (Wong : 1995). Bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila
dipaksa untuk diambil maka akan mengakibatkan perdarahan. Oral Trush ini
sering disebut juga denagn oral candidiasis atau moniliasis, dan sering terjadi
pada masa bayi. Seiring dengan bertambahnya usia, angka kejadian makin jarang,
kecuali pada bayi yang mendapatkan pengobatan antibiotik atau
(5)imunosupresif (Nelson, 1994: 638)
Oral Trush ini kadang sulit dibedakan dengan sisa susu, terutama pada bayi
yang mendapatkan susu formula (Pengganti air Susu Ibu – PASI). Sisa susu yang
berupa lapisan endapan putih tebal pada lidah bayi ini dapat dibersihkan dengan
kapas lidi yang dibasahi dengan air hangat. Oral trush ini juga harus dengan
stomatitis. Stomatitis merupakan inflamasi dan (6)ulserasi pada membran
mukosa mulut. Anak yang mengalami stomatitius biasanya tidak mau makan atau
minum (M. Scharin, 1994: 448).
Kandidiasis oral ini memang sering terjadi pada bayi yang berusia kurang dari
6 bulan, seiring dengan bertambah dewasanya bayi tersebut, penyakit ini akan
makin jarang terjadi. Penyakit ini juga bukan penyakit yang serius dan beberapa
sumber mengatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri (walaupun tentu
saja lebih baik diobati).

2.2 Klasifikasi
1. Thrush
Mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih kekuning-
kuningan pada permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan dengan cara
dikerok dan akan meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi
pendarahan. Plak tersebut berisi (7)neutrofil, dan sel-sel inflamasi sel epitel yang
mati dan koloni atau hifa, (Greenberg M. S., 2003).
Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi, pada keadaan dimana
terbentuk ulser, invasi kandida lebih dalam sampai ke lapisan basal (Mc Farlane
2002). Penyakit rongga mulut ini ditandai dengan lesi-lesi yang bervariasi yaitu,
lunak, gumpalan berupa bongkahan putih, difus, seperti beludru yang dapat
dihapus atau diangkat dan meninggalkan permukaan merah, kasar, dan berdarah,
dapat berupa bercak putih dengan putih merah terutama pada bagian dalam pipi,
pallatum lunak, lidah, dan gusi. Penderita penyakit ini biasanya mempunyai
keluhan terasa terbakar atau kadang-kadang sakit didaerah yang terkena.
2. Kronis hiperplastik kandidiasis
Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah dan bibir,
berupa bintik-bintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah
merah. Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan.
Kandidiasis tipe ini disebut juga kandidiasis leukoplakia, lesinya berupa plak
putih yang tidak dapat dikerok, gambaran ini mirip dengan leukoplakia tipe
homogen. (Greenberg.2003). Karena plak tersebut tidak dapat dikerok, sehingga
diagnosa harus ditentukan dengan biopsi. Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi
miselium ke lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat
berproliferasi, sebagai respon jaringan inang. (Greenberg M 2003). Kandidiasis
ini paling sering diderita oleh perokok.
3. Kronis atrofik kandidiasis
Disebut juga “denture stomatitis” atau “alergi gigi tiruan”. Mukosa palatum
maupun mandibula yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi
ini dikategorikan sebagai bentuk dari infeksi Kandida. Kandidiasis ini hampir
60% diderita oleh pemakai gigi tiruan terutama pada wanita tua yang sering
memakai gigi tiruan pada waktu tidur. Secara klinis kronis (8)atrofik kandidiasis
dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu :
1) Inflamasi ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran
eritema difus, terlihat pada palatum yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik
sebagian atau seluruh permukaan palatum tersebut (15%-65%) dan (9)hiperplasia
papilar atau disebut juga tipe granular (Greenberg, 2003).
2) Akut atrofik kandidiasis atau disebut juga antibiotik sore mouth. Secara klinis
permukaan mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya disertai gejala sakit atau
rasa terbakar, rasa kecap berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke
tenggorokan selama pengobatan atau sesudahnya kandidiasis tipe ini pada
umumnya ditemukan pada penderita anemia defiensi zat besi. (Greenberg, 2003).
3) Angular cheilitis, disebut juga perleche, terjadinya di duga berhubungan
dengan denture stomatits. Selain itu faktor nutrisi memegang peranan dalam
ketahanan jaringan inang, seperti defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi,
hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi. Gambaran klinisnya berupa lesi
agak kemerahan karena terjadi inflamsi pada sudut mulut (commisure) atau kulit
sekitar mulut terlihat pecah-pecah atau berfissure. (Nolte, 1982. Greenberg,
2003).

2.3 Etiologi/Faktor Resiko


Penyebab tersering Candidiasis adalah Candida albicans. Spesies patogenik
yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C.
pseudotropicalis, C. lusitaneae. Genus Candida adalah grup heterogen yang
terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian besar dari spesies candida tersebut
patogen oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari spesies tersebut
tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik yang
memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga
merupakan penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik.
Jamur jenis ini adalah jamur yang sangat umum terdapat di sekitar kita dan
tidak berbahaya pada orang yang mempunyai imun tubuh yang kuat. Candida ini
baru akan menimbulkan masalah pada orang-orang yang mempunyai daya tahan
tubuh rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan
kortikosteroid, dan tentu saja bayi yang sistem imunnya belum sempurna.
Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di sekitar kita, bahkan
di dalam vagina ibu pun terdapat jamur Candida. Bayi bisa saja mendapatkan
jamur ini dari alat-alat seperti dot dan kampong, atau bisa juga mendapatkan
Candida dari vagina ibu ketika persalinan. Selain itu, kandidiasis oral ini juga
dapat terjadi akibat keadaan mulut bayi yang tidak bersih karena sisa susu yang
diminum tidak dibersihkan sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh semakin
cepat.
Faktor-faktor yang merupakan presdiposisi infeksi antara lain :
1. HIV/AIDS
Virus human immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab AIDS, yang
dapat menimbulkan kerusakan atau menghancurkan sel-sel sistem kekebalan
tubuh. Sehingga membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi oportunistik yang
biasanya tubuh akan menolak. Serangan berulang dari oral trush mungkin
merupakan tanda pertama dari infeksi HIV.
2. Kanker
Jika seseorang menderita kanker, sistem kekebalan tubuhnya mungkin akan
melemah oleh karena penyakit kanker tersebut dan karena perawatan penyakit,
seperti kemoterapi dan radiasi. Penyakit kanker dan perawatan penyakit ini dapat
meningkatkan risiko infeksi Candida seperti oral thrush
3. Diabetes Mellitus
Jika seseorang menderita diabetes yang tidak diobati atau diabetes yang tidak
terkontrol dengan baik, air liur (saliva) mungkin akan mengandung sejumlah
besar gula, sehingga dapat mendorong pertumbuhan candida.
4. Infeksi jamur vagina
Infeksi jamur vagina yang disebabkan oleh jamur yang sama dapat menyebabkan
candidiasis mulut. Meskipun infeksi jamur tidak berbahaya, jika seseorang
sedang hamil maka jamur dapat menular pada bayi selama persalinan. Akibatnya,
bayi tersebut juga dapat mengalami oral thrush.
5. Pemakaian (10)kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan
organ. Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur.
Kortikosteroid (sejenis hormon steroid) dihirup/dihisap untuk perawatan pada
paru-paru (misalnya asma) bisa berdampak pada kandidiasis mulut.
6. Pemakaian antibiotik
Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi Candida karena
antibiotik membunuh bakteri yang dalam keadaan normal terdapat di dalam
jaringan, sehingga pertumbuhan Candida tidak terkendali.
7. Leukimia
8. Gangguan saluran gastrointestinal yang meningkatkan terjadinya malabsorpsi
dan malnutrisi.

2.4 Patologis
Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi yang
komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu.
Þ Faktor penentu patogenitas kandida adalah :
1. Spesies
Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan dapat
menyebabkan proses pathogen pada manusia. C. albicans adalah kandida yang
paling tinggi patogenitasnya.
2. Daya lekat
Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germtube,
sedang germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian terpenting untuk
melekat adalah suatu glikoprotein permukaan atau mannoprotein. Daya lekat juga
dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
3. Dimorfisme
C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu tumbuh dalam kultur
sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme terlibat dalam
patogenitas kandida. Bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi
pada jaringan dengan mengeluarkan enzim hidrolitik yang merusak
jaringan. Setelah terjadi lesi baru terbentuk hifa yang melakukan invasi.
4. (11)Toksin
Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen toksik.
Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan sebagai adhesion dalam
kolonisasi jamur. Kanditoksin sebagai protein intraseluler diproduksi bila C.
albicans dirusak secara mekanik.
5. Enzim
Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan oleh C.
albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.
Þ Mekanisme pertahanan pejamu :
1) Sawar mekanik : Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida.
Kerusakan mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor predisposisi
terjadinya kandidiasis.
2) Substansi antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan cairan
dalam mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non spesifik
menghambat atau membunuh mikroba.
3) Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag jaringan
untuk memakan dan membunuh spesies kandida merupakan mekanisme yang
sangat penting untuk menghilangkan atau memusnahkan sel jamur. Sel ragi
merupakan bentuk kandida yang siap difagosit oleh granulosit. Sedangkan
pseudohifa karena ukurannya, susah difagosit. Granulosit dapat juga membunuh
elemen miselium kandida. Makrofag berperan dalam melawan kandida melalui
pembunuhan intraseluler melalui system mieloperoksidase (MPO).
4) Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam pertahanan
melawan infeksi kandida. Terbukti dengan ditemukannya defek spesifik imunitas
seluler pada penderita kandidiasi mukokutan kronik, pengobatan imunosupresif
dan penderita dengan infeksi HIV. Sistem imunitas humoral kurang berperan,
bahkan terdapat fakta yang memperlihatkan titer antibodi antikandida yang tinggi
dapat menghambat fagositosis.
Þ Mekanisme imun seluler dan humoral :
Tahap pertama timbulnya kandidiasis kulit adalah menempelnya kandida pada
sel epitel disebabkan adanya interaksi antara glikoprotein permukaan kandida
dengan sel epitel. Kemudian kandida mengeluarkan zat keratinolitik
(fosfolipase), yang menghidrolisis fosfolipid membran sel epitel. Bentuk
pseudohifa kandida juga mempermudah invasi jamur ke jaringan. Dalam jaringan
kandida mengeluarkan faktor kemotaktik neutrofil yang akan menimbulkan
reaksi radang akut.
Lapisan luar kandida mengandung mannoprotein yang bersifat antigenik
sehingga akan mengaktifasi komplemen dan merangsang terbentuknya
imunoglobulin. Imunoglobulin ini akan membentuk kompleks antigen-antibodi
di permukaan sel kandida, yang dapat melindungi kandida dari fungsi imunitas
tuan rumah. Selain itu kandida juga akan mengeluarkan zat toksik terhadap
netrofil dan fagosit lain.
Þ Mekanisme non imun :
Interaksi antara kandida dengan flora normal kulit lainnya akan
mengakibatkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi seperti glukosa.
Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak
untuk berkembangnya infeksi.
Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel
pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme,
adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekul-
molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen
kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam
aktifitas adhesif. Pada umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia
sebagai saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada
tubuh pejamu.
Þ Faktor predisposisi terjadinya infeksi ini meliputi faktor endogen maupun
eksogen, antara lain :
1) Faktor endogen :
a. Perubahan fisiologik
1. Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
2. Kegemukan, karena banyak keringat
3. Debilitas
4. Iatrogenik
5. Endokrinopati, gangguan gula darah kulit
6. Penyakit kronik : tuberkulosis, (12)lupus eritematosus dengan keadaan umum
yang buruk.
b. Umur : orang tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena status
imunologiknya tidak sempurna.
c. Imunologik : penyakit genetik.
2) Faktor eksogen :
a. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
b. Kebersihan kulit
c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi
dan memudahkan masuknya jamur.
d. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.

Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida


albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena
adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang
menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu tersebut merusak jaringan,
sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh
kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam jaringan.
Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim
hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase.
Pada manusia, Candida albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit
dan di bawah kuku orang sehat. Candida albicans dapat membentuk blastospora
dan hifa, baik dalam biakan maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh
dianggap dapat dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu sebagai saproba tanpa
menyebabkan kelainan atau sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan
dalam jaringan. Penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa sifat patogenitas
tidak berhubungan dengan ditemukannya Candida albicans dalam bentuk
blastospora atau hifa di dalam jaringan. Terjadinya kedua bentuk tersebut
dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada suatu
percobaan di luar tubuh. Pada keadaan yang menghambat pembentukan tunas
dengan bebas, tetapi yang masih memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk
hifa.
Rippon (1974) mengemukakan bahwa bentuk blastospora diperlukan untuk
memulai suatu lesi pada jaringan. Sesudah terjadi lesi, dibentuk hifa yang
melakukan invasi. Dengan proses tersebut terjadilah reaksi radang. Pada
kandidosis akut biasanya hanya terdapat blastospora, sedang pada yang menahun
didapatkan miselium. Kandidosis di permukaan alat dalam biasanya hanya
mengandung blastospora yang berjumlah besar, pada stadium lanjut tampak hifa.
Hal ini dapat dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan klinik,
misalnya dahak, urin untuk menunjukkan stadium penyakit. Kelainan jaringan
yang disebabkan oleh Candida albicans dapat berupa peradangan, abses kecil atau
granuloma.
Pada kandidosis sistemik, alat dalam yang terbanyak terkena adalah ginjal,
yang dapat hanya mengenai korteks atau korteks dan medula dengan
terbentuknya abses kecil-kecil berwarna keputihan. Alat dalam lainnya yang juga
dapat terkena adalah hati, paru-paru, limpa dan kelenjar gondok. Mata dan otak
sangat jarang terinfeksi. Kandidosis jantung berupa proliferasi pada katup-katup
atau granuloma pada dinding pembuluh darah koroner atau miokardium. Pada
saluran pencernaan tampak nekrosis atau ulkus yang kadang-kadang sangat kecil
sehingga sering tidak terlihat pada pemeriksaan

2.5 Manifestasi Klinis/Gejala


Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar
mulut bayi dan sering menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas tampak seperti
kerak susu namun sulit dilepaskan dari mulut dan lidah bayi. Bila dipaksa
dikerok, tidak mustahil justru lidah dan mulut bayi dapat berdarah. Infeksi mulut
oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental berwarna
putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa
mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah, nyeri, dan terasa
seperti terbakar.
Secara umum kandidiasis pada mulut bayi tidak berbahaya dan dapat sembuh
sendiri (walaupun lebih baik diobati). Namun bukan berarti kandidiasis ini tidak
dapat menyebabkan penyakit lain. Kandidiasis dapat menyebabkan bayi
menangis saat makan dan minum (kebanyakan disebabkan karena nyeri), selain
itu, bayi menjadi malas minum ASI sehingga berat badannya tak kunjung
bertambah. Candida pada mulut bayi juga dapat bermigrasi ke organ lain bila ada
faktor yang memperberat (misalnya pemakaian antibiotik jangka panjang).
1. Pada anak-anak dan dewasa
Awalnya, seseorang mungkin tidak menyadari gejala oral trush. Tergantung
pada penyebab, tanda dan gejala dapat terjadi tiba-tiba dan bertahan untuk waktu
yang lama. Gejala-gejala tersebut, antara lain:
a. Lesi putih atau krem di lidah, pipi bagian dalam, langit-langit mulut, gusi, dan
amandel (tonsil)
b. Lesi menyerupai keju
c. Nyeri
d. Sedikit perdarahan jika lesi digosok atau tergores
e. Pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut (terutama pada pemakai gigi
tiruan)
f. Sensasi seperti terdapat kapas pada mulut
g. Kehilangan selera makan
Pada kasus yang berat, lesi dapat menyebar ke bawah ke kerongkongan dan
esofagus (Candida esophagitis). Jika hal ini terjadi, pasien mungkin akan
mengalami kesulitan menelan atau merasa seolah-olah makanan terjebak di
tenggorokan.
2. Pada bayi dan ibu menyusui
Selain lesi mulut khas berwarna putih, bayi mungkin juga memiliki kesulitan
makan atau rewel dan mudah marah. Bayi dapat menularkan infeksi tersebut
kepada ibu mereka selama menyusui. Wanita yang payudaranya terinfeksi
candida mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala, antara lain:
a. Puting berwarna sangat merah, sensitif, dan gatal
b. Terdapat serpihan kulit di daerah berwarna gelap yang melingkari puting
(areola)
c. Puting terasa sakit saat menyusui
d. Sakit yang tajam jauh di dalam payudara

2.6 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan
adanya pemeriksaan penunjang, antara lain :
1. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10 %
atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu
2. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud,
dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol ) untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu
370C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony.
Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut
pada corn meal agar.
Beberapa penunjang lain :
1. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa
2. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan
dengan pemberian flukonazol.
3. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau
kumur.
4. Diagnosa pasti dengan biopsi

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari kandidiasis antara lain :
1. Kandidosis kutis lokalisata dengan :
a. Eritrasma
b. Dermatitis intertriginosa
c. Dermatofitosis (tinea)
2. Kandidosis kuku dengan tinea unguium
3. Kandidosis vulvovaginitis dengan :
a. Trikomonas vaginalis
b. Gonore akut
c. Leukoplakia
d. Liken planus

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk kandidiasis antara lain :
1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi,
2. Topikal
Obat topical untuk kandidiasis meliputi:
a. Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan
sehari 2 kali selama 3 hari,
b. Nistatin: berupa krim, salap, emulsi,
c. Amfoterisin B,
d. Grup azol antara lain:
1) Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
2) Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
3) Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
4) Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
5) Antimikotik yang lain yang berspektrum luas.
3. Sistemik
a. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat
ini tidak diserap oleh usus.
b. Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik
c. Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam
dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari
atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg
dosis tunggal.
d. Itrakonazol bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang
dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3 hari.
4. Khusus:
1) Kandidiasis intertriginosa
Pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap kering dengan penambahan
bedak nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol 2 kali sehari. Pasien dengan
infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol oral 100 mg selama 1-2 minggu
atau itrokonazol oral 100 mg 1-2 minggu.
2) Diaper disease
Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan lembab.
Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu menggunakan bedak bayi
atau pasta zinc oxide merupakan tindakan pencegahan yang adekuat. Terapi
topikal yang efektif yaitu dengan nistatin, amfoterisin B, mikonazol atau
klotrimazol.
3) Paronikia
Pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi dapat dicoba
untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau solusio antifungi dapat
digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan itrakonazol atau terbinafin.
Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang berspektrum luas. Termasuk
ketokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan ekonazol. Mekanisme kerja
dari grup azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol mengubah cairan
membran sel dan mengubah kerja enzim membran. Hasilnya dalam
penghambatan replikasi dan penghambatan transformasi bentuk ragi ke bentuk
hifa yang merupakan bentuk invasive dan patogenik dari parasit.
Nistatin dan amfoterisin adalah polyene yang aktif melawan beberapa fungi
tapi hanya bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak bekerja pada bakteri. Obat
ini mengikat membrane sel dan menghalangi fungsi permeabilitas dan transport.
Terbinafine adalah alinamine yang merupakan fungisida jangkauan yang luas
pada kulit pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang terlibat dalam sintesis
ergosterol dari bagian dinding sel jamur.
.
2.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis oral antara lain
:
1. Oral hygiene yang baik
2. Utamakan ASI daripada susu formula karena ASI mengandung banyak
immunoglobulin yang berguna bagi kekebalan tubuh bayi. Selain itu, payudara
ibu juga jauh lebih terjamin kebersihannya daripada botol dot bayi
3. Bila menggunakan susu formula sebagai tambahan ASI, pastikan kebersihan
botol dan dotnya, jangan lupa untuk mencucinya dengan air panas
4. Beri bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi setelah
minum susu
5. Pastikan bayi beristirahat yang cukup
6. Berikan bayi makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap

Anda mungkin juga menyukai