Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KANDIDIASIS ORAL
A. DEFINISI CANDIDIASIS

Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida.


Candida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme
ini mencapai 40-60 % dari populasi (Silverman S, 2001).
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C.
albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun
dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika
berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005).
Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau
lesi eritematus (Silverman S, 2001). Pada keadaan akut kandidiasis dapat
menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar (burning sensation), rasa sakit
biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau
serostomia (Greenberg M. S. , 2003). Pada umumnya infeksi tersebut dapat di
tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau
sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang
menyertainya. (Silverman S, 2001).
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa
lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp,
dimana Candida albican merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab
utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada
tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan
disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam
famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C.
parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat
menjadi patogen, dan C. albicanmerupakan jamur terbanyak yang terisolasi
dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik.
Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa
sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada
pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang
mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut
yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS

B. KLASIFIKASI DAN GAMBARAN KLINIS CANDIDIASIS


Berdasarkan tempat yang terkena, candidiasis dibagi sebagai berikut:
1. Candidiasis Selaput Lendir
a. Thrush / Candidosis oral
Thrush merupakan infeksi jamur di dalam mulut berupa bercak
berwarna putih menempel pada lidah dan pinggiran mulut, sering menim
bulkan nyeri. Bercak ini bisa dilepas dengan mudah oleh jari tangan atau
sendok. Thrush pada dewasa bisa merupakan pertanda adanya gangguan
kekebalan, kemungkinan akibat diabetes atau AIDS. Pemakaian
antibiotik yang membunuh bakteri saingan jamur akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya thrush.
b. Perleche
Infeksi jamur ini merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang
menyebabkan retakan dan sayatan kecil. Bisa berasal dari gigi palsu yang
letaknya bergeser dan menyebabkan kelembaban di sudut mulut sehingga
tumbuh jamur.
c. Infeksi vagina (vulvovaginitis)
Vulvovaginitis sering berupa keluarnya cairan putih atau kuning dari
vagina disertai rasa panas ditemukan pada wanita hamil, penderita
diabetes
atau pemakai antibiotik. Gejalanya, gatal dan kemerahan di sepanjang din
ding dan daerah luar vagina.
d. Balanitis atau balanopostitis
Balanopostitis adalah peradangan menyeluruh pada kepala penis
(glans penis) dan kulitnya. Penis menjadi nyeri, gatal-
gatal, kemerahan dan membengkak, serta bisa menyebabkan terjadinya
penyempitan uretra. Lelaki yang berhubungan intim dengan perempuan
yang mengidap jamur berpotensi terkena penyakit ini. Peradangan
biasanya terjadi akibat infeksi jamur atau bakteri di bawah kulit pada
penis yang tidak disunat.
e. Kandidosis mukokutan kronik
Kandidiasis mukokutan kronis (CMC) mengacu pada sekelompok
gangguan heterogen yang ditandai oleh infeksi superfisial berulang
atau persisten pada kulit, membran mukosa, dan kuku yang disebabkan
oleh Candida albicans. Penyakit ini timbul karena adanya kekurangan
fungsi leukosit atau sistem hormonal, biasanya terdapat pada penderita
dengan bermacam-macam defisiensi yang bersifat genetik, umumnya
terdapat pada anak-anak. Gambaran klinisnya mirip dengan penderita
dengan defek poliendokrin.
2. Candidiasis kutis
a. Candidiasis intertriginosa
Kelainan ini sering terjadi pada orang-orang gemuk, menyerang lipatan-
lipatan kulit yang besar. Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat
paha,intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis
dan umbilikalis, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan
eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel
dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah
yang erosif dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi
primer.
b. Kandidiasis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini
menimbulkan pruritus ani.
c. Kandidiasis kutis generalisata
Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga pada lipat payudara,
intergluteal dan umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis dan
paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustul-
pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya
menderita kandidiasis vagina atau mungkin karena gangguan imunologik.
d. Paronikia dan onikomikosis
Infeksi jamur ini terjadi pada kuku dan jaringan sekitarnya ini
menyebabkan rasa nyeri dan peradangan sekitar kuku. Kadang-kadang
kuku rusak dan menebal. Hal ini sering diderita oleh orang-orang
yang pekerjaannya berhubungan dengan air.
3. Candidosis Sistemik
a. Endokarditis
Infeksi ini sering disebabkan oleh penumpukan dan pertumbuhan ragi
dan pseudohifa /vegetasi pada katub jantung buatan juga pada morfinis
sebagai akibat penyuntikan sendiri.
b. Meningitis
Gejala sama dengan meningitis TB atau karena bakteri lain

C. ETIOLOGI
Faktor predisposisi terjadinya infeksi Candida meliputi faktor endogen
maupun eksogen, antara lain :
1. Faktor endogen :
2.
a. Perubahan fisiologik
b. Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
c. Kegemukan, karena banyak keringat
d. Debilitas
e. Iatrogenik
f. Endokrinopati, gangguan gula darah kulit
g. Penyakit kronik : tuberkulosis, lupus eritematosus dengan
keadaanumum yang buruk.
h. Umur : orang tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena
status imunologiknya tidak sempurna.
i. Imunologik : penyakit genetik.
3. Faktor eksogen :
a. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi
meningkat
b. Kebersihan kulit
c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama
menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur.
d. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Pada bayi
a. Timbul bercak putih pada lidah dan sekitar mulut
b. Menimbulkan nyeri
c. Infeksi mulut (peradangan).
2. Pada anak-anak dan dewasa
a. Lesi putih atau krem di lidah, pipi bagian dalam, langit-langit mulut
gusi danamandel (tonsil)
b. Lesi menyerupai keju
c. Nyeri
d. Sedikit perdarahan jika lesi digosok atau tergores
e. Pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut
f. Sensasi seperti terdapat kapas pada mulut
g. Kehilangan selera makan

E. PATOFISIOLOGI
Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau kadang
oleh candida glabrata dan candida tropicalis.Jamur candida albicans
umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai
terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme
pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada
keadaan ini jamur akan berproliferasi dan menyerang jaringan.
Hal ini merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling sering
ditemukan.Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini yang
pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang
normal.Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan
kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan
yang menekan sistem imun serta penyakit yang menyerang sistem imun
seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS).Namun bisa juga karena
gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya
dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol.Sehingga,
ketika pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur candida
albicans yang dalam keadaan normal tidak memberikan reaksi apapun pada
tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu
sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis.
Cara Penularan melalui kontak sekret atau ekskret dari mulut, kulit, vagina
dan tinja, dari penderita ataupun “carrier”, atau tertulari melalui jalan lahir
pada saat bayi dilahirkan, penularan endogen.

F. DIAGNOSIS
Diagnosa dari candidiasis biasanya berdasarkan dari gejala klinis yang
ditimbulkan. Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan langsung dan
pemeriksaan biakan.
1. Pemeriksaan langsung kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa
dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi,
blastospora, atau hifa semu. Pemeriksaan biakan: bahan yang akan
diperiksa ditanam dalam agar dektrosa glukosa Sabouraud, dapat pula
agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari
suhu 37ºC, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony.
Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan
tersebut pada corn meal agar.
2. Pemeriksaan biakan dilakukan dengan menanam bahan ke dalam agar
dekstrosa glukosa Sabouroud, setelah itu dapat ditambahkan dengan
antibiotic (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Kemudian disimpan dalam suhu kamar 37ºC. Setelah 24-24 jam, koloni
akan tumbuh.
Identifikasi untuk Candida albicans dilakukan dengan membiakkannya
pada corn meal agar. Pada media ini, akan membentuk Chlamydoconidia
dan pada serumnya akan membentuk germ tube.
Germ tube test merupakan test yang dilakukan untuk membedakan
Candida albicans dengan candidia lainnya secara ekonomis dan efisien.
0,3 ml serum (bisa serum manusia, kelinci, domba) dicampur dengan sel
yeast. Lalu diinkubasi dengan suhu 35-37 oC selama 2-3 jam. Serum
diambil dengan usa dan diletakkan pada objek glass dan ditutup dengan
deck glass. Bila terbentuk germ tube maka kesimpulannya adalah
Candida albicans. Germ tube merupakan filament yang dibentuk oleh
Blastoconidia dengan ciri khas tidak ada konstriksi pada perbatasan
antara Germ Tube dan Blastoconida.

G. PENATALAKSANAAN
Dalam menanganinya dapat dilakukan pengobatan yang bervariasi,
tergantung pada daerah mana yang terkena dampak dari timbulnya
Kandidiasis tersebut, seperti:
Obat kumur atau dalam bentuk permen hisap diberikan kepada klien.
Selain itu, pengobatan yang paling sering digunakan saat ini adalah
pemakaian Nistatin drop. Nistatin ini akan diteteskan pada mulut bayi untuk
mengobati kandidiasisnya. Ada juga yang menyarankan cara pemakaian yang
lain, yaitu tangan ibu dicuci sampai bersih, teteskan 2 tetes ke ujung jari ibu
dan oleskan ke lidah dan mulut bayi secara merata. Cara ini menjamin obat
teroleskan dengan lebih merata namun harus dilakukan dengan hati-hati,
jangan sampai membuat bayi muntah.
a. Bila menderita candidiasis sebaiknya segera mengkonsumsi obat-obatan
antifungal seperti Nistatin dan clotrimazole. Untuk kasus-kasus yang
lebih parah, ketoconazole atau flukonazol dapat diminum sekali sehari.
b. Bila menderita candida esophagitis dapat di obati dengan ketoconazole,
itraconazole (Sporanox) atau flukonazol. Kandidiasis cornu dapat diobati
dengan dengan antifungal powders dan krim.
c. Sedangkan bagi candidiasis yang terjadi pada vagina dan menyebabkan
infeksi dapat diobati dengan obat antifungal seperti butoconazole,
clotrimazole, miconazole, Nistatin, tioconazole dan terconazole.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab
mukosa
2. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat
perbaikan dengan pemberian flukonazol.
3. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab
ataukumur.

I. CARA PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis oral antara
lain :
1. Pencegahan Pada bayi biasakan mencuci bersih dan mensterilkan
botol/dot/pacifier yang digunakan dan menyimpan pada tempat yang
bersih dan kering.
2. Biasakan berkumur setelah memakai kortikosteroid inhaler
3. Rajin berkumur dan menggosok gigi
4. Rajin membersihkan gigi tiruan atau kawat gigi

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan
dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy,
1995).
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap
kegiatan, yang meliputi ; pengumpulan data, analisis data, sistematika data
dan penentuan masalah. Adapula yang menambahkannya dengan kegiatan
dokumentasi data (meskipun setiap langkah dari proses keperawatan harus
selalu didokumentasikan juga).
a. SYSTEM KARDIOVASKULER
Tidak ada nyeri dada
b. SYSTEM PERNAFASAN
Respirasi normal, nadi normal
c. SYSTEM INTEGUMENT
Turgor tidak elastis, terasa gatal dan mukosa oral adanya lesi, pecah-pecah
dan kemerahan pada sudut mulut

d. SYSTEM MUSCULOSKELETAL
Badan terasa lemas dan sulit untuk bergerak karena kurang asupan nutrisi
e. SYSTEM PERSYARAFAN
Kadang-kadang nyeri pada bagian mulut atau bagian lain yang terinfeksi
dan kesadaran penuh
f. AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Perubahan pola tidur
Tanda :Tidur kurang, mata tampak mengantuk, sklera berwarna putih
kemerahan, garis
Hitam dibawah mata
g. SIRKULASI
Tanda : Timbul bercak putih pada mulut dan kemerahan pada kulit yang
terinfeksi
h. INTEGRITAS EGO
Gejala : Perasaan cemas dan takut. Putus asa dan tidak berdaya
Tanda : Ansietas, murung, menarik diri
i. MAKANAN / CAIRAN
Gejala : Ketidakmampuan mengkonsumsi makanan secara adekuat,
Anorexia, Kehilangan nafsu makan karena nyeri, Diindikasi kan infeksi
sudah menyebar sampai esofagus sehingga terjadi gangguan menelan pula.
Tanda : Porsi makan sedikit, penurunan berat badan, turgor kulit buruk.
j. KEAMANAN
Gejala : Riwayat defisiensi imun, Kulit lecet / kemerahan, Lesi kulit /
ulkus pada kulit, Riwayat berulangnya infeksi jamur.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa yang muncul pada penderita candidiasis yaitu :
1. Nyeri akut b.d proses infeksi yang menghasilkan bentukan warna merah
dan eksudat berwarna putih
2. Hipertermi b.d suhu tubuh meningkat
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nafsu makan
menurun
4. Kerusakan integritas mukosa oral b.d inflamasi
5. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan adanya lesi dalam
mulut
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Nyeri Akut NOC : NIC :
1. Lakukan pengkajian
Setelah dilakukan
nyeri secara
tinfakan keperawatan
komprehensif termasuk
selama 3 hari Pasien
lokasi, karakteristik,
tidak mengalami nyeri,
durasi, frekuensi,
dengan kriteria hasil:
kualitas dan faktor
1. Mampu mengontrol
presipitasi
nyeri (tahu penyebab
2. Observasi reaksi
nyeri, mampu
nonverbal dari
menggunakan tehnik
ketidaknyamanan
nonfarmakologi
3. Bantu pasien dan
untuk mengurangi
keluarga untuk mencari
nyeri, mencari
dan menemukan
bantuan)
dukungan
2. Melaporkan bahwa
4. Kontrol lingkungan yang
nyeri berkurang
dapat mempengaruhi
dengan
nyeri seperti suhu
menggunakan
ruangan, pencahayaan
manajemen nyeri
dan kebisingan
3. Mampu mengenali
5. Kurangi faktor
nyeri (skala,
presipitasi nyeri
intensitas, frekuensi
6. Kaji tipe dan sumber
dan tanda nyeri)
nyeri untuk menentukan
4. Menyatakan rasa
intervensi
nyaman setelah nyeri
7. Ajarkan tentang teknik
berkurang
non farmakologi: napas
5. Tanda vital dalam
dalam, relaksasi,
rentang normal
distraksi, kompres
6. Tidak mengalami
gangguan tidur hangat/ dingin
8. Tingkatkan istirahat
9. Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
10. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
11. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri:
……...

2. . Perubahan Nutrisi NOC : NIC :


Kurang dari 1. Nutritional status: 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient makanan
2. Nutritional Status : 2. Kolaborasi dengan ahli
food and Fluid Intake gizi untuk menentukan
3. Weight Control jumlah kalori dan nutrisi
Setelah dilakukan yang dibutuhkan pasien
tindakan keperawatan 3. Yakinkan diet yang
selama….nutrisi kurang dimakan mengandung
teratasi dengan tinggi serat untuk
indikator: mencegah konstipasi
1. Albumin serum 4. Ajarkan pasien
2. Pre albumin serum bagaimana membuat
3. Hematokrit catatan makanan harian.
4. Hemoglobin 5. Monitor adanya
5. Total iron binding penurunan BB dan gula
capacity darah
6. Jumlah limfos 6. Monitor lingkungan
selama makan
7. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Monitor intake nuntrisi
13. Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
14. Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi
selama makan
16. Kelola pemberan anti
emetik:.....
17. Anjurkan banyak minum
18. Pertahankan terapi IV
line
19. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oval

3. Kerusakan integritas NOC : NIC : Pressure


kulit Setelah dilakukan Management
tindakan keperawatan 1. Kaji lingkungan dan
selama 3 hari kerusakan peralatan yang
integritas kulit pasien menyebabkan tekanan
teratasi dengan kriteria 2. Observasi luka : lokasi,
hasil: dimensi, kedalaman
0. Integritas kulit luka,
yang baik bisa karakteristik,warna
dipertahankan cairan, granulasi,
(sensasi, jaringan nekrotik,
elastisitas, tanda-tanda infeksi
temperatur, lokal, formasi traktus
hidrasi, 3. Anjurkan pasien untuk
pigmentasi) menggunakan pakaian
1. Tidak ada luka/lesi yang longgar
pada kulit 4. Hindari kerutan pada
2. Perfusi jaringan tempat tidur
baik 5. Jaga kebersihan kulit
3. Menunjukkan agar tetap bersih dan
pemahaman dalam kering
proses perbaikan 6. Mobilisasi pasien
kulit dan mencegah (ubah posisi pasien)
terjadinya sedera setiap dua jam sekali
berulang 7. Monitor kulit akan
4. Mampu melindungi adanya kemerahan
kulit dan 8. Oleskan lotion atau
mempertahankan minyak/baby oil pada
kelembaban kulit derah yang tertekan
dan perawatan 9. Monitor aktivitas dan
alami mobilisasi pasien
5. Menunjukkan 10. Monitor status nutrisi
terjadinya proses pasien
penyembuhan luka 11. Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat
12. Cegah kontaminasi
feses dan urin
13. Lakukan tehnik
perawatan luka dengan
steril
14. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
15. Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
16. Kolaburasi ahli gizi
pemberian diae TKTP,
vitamin
4. Hambatan NOC :
NIC :
Komunikasi Verbal Setelah dilakukan
1. Gunakan penerjemah ,
tinfakan keperawatan
jika diperlukan
selama 3 hari Pasien
2. Beri satu kalimat simple
tidak mengalami nyeri,
setiap bertemu, jika
dengan kriteria hasil:
diperlukan
1. Komunikasi:
3. Konsultasikan dengan
penerimaan,
dokter kebutuhan terapi
intrepretasi dan
bicara
ekspresi pesan lisan,
4. Dorong pasien untuk
tulisan, dan non
berkomunikasi secara
verbal meningkat
perlahan dan untuk
2. Komunikasi
mengulangi permintaan
ekspresif (kesulitan
5. Dengarkan dengan
berbicara) : ekspresi
penuh perhatian
pesan verbal dan atau
6. Berdiri didepan pasien
non verbal yang
ketika berbicara
bermakna
7. Gunakan kartu baca,
3. Komunikasi reseptif
kertas, pensil, bahasa
(kesutitan
tubuh, gambar, daftar
mendengar) :
kosakata bahasa asing,
penerimaan
computer, dan lain-lain
komunikasi dan
untuk memfasilitasi
intrepretasi pesan
komunikasi dua arah
verbal dan/atau non
yang optimal
verbal
8. Ajarkan bicara dari
4. Gerakan
esophagus, jika
Terkoordinasi :
diperlukan
mampu
9. Beri anjuran kepada
mengkoordinasi
pasien dan keluarga
gerakan dalam
menggunakan isyarat tentang penggunaan alat
5. Pengolahan bantu bicara (misalnya,
informasi : klien prostesi trakeoesofagus
mampu untuk dan laring buatan
memperoleh, 10. Berikan pujian positive
mengatur, dan jika diperlukan
menggunakan 11. Anjurkan pada
informasi pertemuan kelompok
6. Mampu mengontrol 12. Anjurkan kunjungan
respon ketakutan dan keluarga secara teratur
kecemasan terhadap untuk memberi stimulus
ketidakmampuan komunikasi
berbicara 13. Anjurkan ekspresi diri
7. Mampu dengan cara lain dalam
memanajemen menyampaikan
kemampuan fisik informasi (bahasa
yang di miliki isyarat)
8. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuhan dengan
lingkungan
5. Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan Thermoregulasi 1. Monitor suhu
dengan : sesering mungkin
- penyakit/ Setelah dilakukan 2. Monitor warna dan
trauma tindakan keperawatan suhu kulit
- peningkatan selama………..pasien 3. Monitor tekanan
metabolisme menunjukkan : darah, nadi dan RR
- aktivitas Suhu tubuh dalam batas 4. Monitor penurunan
yang normal dengan kreiteria tingkat kesadaran
berlebih hasil: 5. Monitor WBC, Hb,
- dehidrasi 1. Suhu 36 – 37C dan Hct
2. Nadi dan RR 6. Monitor intake dan
DO/DS: dalam rentang output
 kenaikan suhu normal 7. Berikan anti piretik:
tubuh diatas 3. Tidak ada 8. Kelola
rentang normal perubahan warna Antibiotik:…………
 serangan atau kulit dan tidak ……………..
konvulsi ada pusing, 9. Selimuti pasien
(kejang) merasa nyaman 10. Berikan cairan
 kulit kemerahan intravena

 pertambahan 11. Kompres pasien

RR pada lipat paha dan

 takikardi aksila

 Kulit teraba 12. Tingkatkan sirkulasi

panas/ hangat udara


13. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
14. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
15. Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
16. Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban
membran mukosa)
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, huda. Asuhan keperawatan berdasarkan dignosa medis & nic-noc. Edisi
revisi 2015, penerbit mediaction : Jakarta

Chin, James. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Edisi 17, Cetakan II,
Penerbit CV. Infomedika, Jakarta, 2006

Greenberg L. Michael. 2005. Teks- Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg


Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Louise B. Hauley. 2003.Mikroorganisme Penyakit Infeksi. Jakarta : Hipokrates

Siregar. 2004. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai