Anda di halaman 1dari 19

ASKEP ORAL THRUSH (KANDIDIASIS)

1.

LATAR BELAKANG
Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut
Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi yang
paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada
manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka
kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang
tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal,
dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi
putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albican merupakan jenis
jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh
Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan
oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh
diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C.
guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albicanmerupakan jamur terbanyak yang
terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat
sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 4565% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada
orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang
menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Penyakit

ini

kemudian

diteliti

lagi

oleh

Pepy.

Beliau

melihat

jamur

itu

pada

moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga ia menamakan


jamur itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan
infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya. Berg (1840)
berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur
merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat

lonjong dan berwarna putih diberikanlah nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian
berubah menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain
Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan
jamur itu dalam genus candida.
2.

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Mulut
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh
saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan
mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar
dan berlanjut secara otomatis.
3.

DEFINISI
Oral trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit langit dan pipi bagian dalam (Wong :
1995). Bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila dipaksa untuk diambil maka akan
mengakibatkan perdarahan. Oral Trush ini sering disebut juga denagn oral candidiasis atau
moniliasis, dan sering terjadi pada masa bayi. Seiring dengan bertambahnya usia, angka kejadian
makin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan pengobatan antibiotik atau imunosupresif
(Nelson, 1994: 638)
Oral Trush ini kadang sulit dibedakan dengan sisa susu, terutama pada bayi yang mendapatkan
susu formula (Pengganti air Susu Ibu PASI). Sisa susu yang berupa lapisan endapan putih tebal
pada lidah bayi ini dapat dibersihkan dengan kapas lidi yang dibasahi dengan air hangat.

Oral trush ini juga harus denagn stomatitis. Stomatitis merupakan inflamasi dan ulserasi pada
membran mukosa mulut. Anak yang mengalami stomatitius biasanya tidak mau makan atau
minum (M. Scharin, 1994: 448).
4.

ETIOLOGI
Oral thrush dan infeksi Candida lainnya dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menjadi
lemah oleh karena penyakit atau obat-obatan seperti prednison, atau ketika antibiotik
mengganggu

keseimbangan

alami

mikroorganisme

dalam

tubuh.

Biasanya sistem kekebalan tubuh bekerja untuk mengusir invasi organisme berbahaya, seperti
virus, bakteri dan jamur, sambil mempertahankan keseimbangan antara mikroba "baik" dan
"buruk"

yang

biasanya

menghuni

tubuh.

Tetapi kadang-kadang mekanisme pelindung gagal, sehingga dapat


memungkinkan infeksi oral thrush terus berlanjut.
Penyakit-penyakit yang dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi kandidiasis mulut
(oral trush), antara lain:
1. HIV/AIDS
Virus human immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab AIDS, yang dapat
menimbulkan kerusakan atau menghancurkan sel-sel sistem kekebalan tubuh. Sehingga membuat
tubuh lebih rentan terhadap infeksi oportunistik yang biasanya tubuh akan menolak. Serangan
berulang dari oral trush mungkin merupakan tanda pertama dari infeksi HIV.
2. Kanker
Jika seseorang menderita kanker, sistem kekebalan tubuhnya mungkin akan melemah oleh
karena penyakit kanker tersebut dan karena perawatan penyakit, seperti kemoterapi dan radiasi.
Penyakit kanker dan perawatan penyakit ini dapat meningkatkan risiko infeksi Candida seperti
oral thrush

3. Diabetes mellitus
Jika seseorang menderita diabetes yang tidak diobati atau diabetes yang tidak terkontrol dengan
baik, air liur (saliva) mungkin akan mengandung sejumlah besar gula, sehingga dapat mendorong
pertumbuhan candida.

4. Infeksi jamur vagina


Infeksi jamur vagina yang disebabkan oleh jamur yang sama dapat menyebabkan candidiasis
mulut. Meskipun infeksi jamur tidak berbahaya, jika seseorang sedang hamil maka jamur dapat
menular pada bayi selama persalinan. Akibatnya, bayi tersebut juga dapat mengalami oral thrush.

5.

GEJALA KLINIS
1.

Pada anak-anak dan dewasa

Awalnya, seseorang mungkin tidak menyadari gejala oral trush. Tergantung pada penyebab,
tanda dan gejala dapat terjadi tiba-tiba dan bertahan untuk waktu yang lama. Gejala-gejala
tersebut, antara lain:
a. Lesi putih atau krem di lidah, pipi bagian dalam, langit-langit mulut, gusi, dan amandel (tonsil)
b.

Lesi

menyerupai

keju

c.
d.

Nyeri
Sedikit

perdarahan

jika

lesi

digosok

atau

tergores

e. Pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut (terutama pada pemakai gigi tiruan)
f.
g.

Sensasi

seperti
Kehilangan

terdapat

kapas
selera

pada

mulut
makan

Pada kasus yang berat, lesi dapat menyebar ke bawah ke kerongkongan dan esofagus (Candida
esophagitis). Jika hal ini terjadi, pasien mungkin akan mengalami kesulitan menelan atau merasa

seolah-olah

makanan

terjebak

di

tenggorokan.

2. Pada bayi dan ibu menyusui


Selain lesi mulut khas berwarna putih, bayi mungkin juga memiliki kesulitan makan atau rewel
dan mudah marah. Bayi dapat menularkan infeksi tersebut kepada ibu mereka selama menyusui.
Wanita yang payudaranya terinfeksi candida mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala, antara
lain:
a.

Puting

berwarna

sangat

merah,

sensitif,

dan

gatal

b. Terdapat serpihan kulit di daerah berwarna gelap yang melingkari puting (areola)
c.

Puting

terasa

sakit

saat

menyusui

d. Sakit yang tajam jauh di dalam payudara


6.

PATOFISIOLOGI

Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel vagina. Kemampuan
melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies Candida lainnya. Kemudian, Candida sp.
mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan-ikatan protein sel
pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida sp. juga mengeluarkan
mikotoksin diantaranya gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan
menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi Candida sp. memudahkan proses invasi tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada pejamu.
7.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a.

Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa

b.

Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan pemberian
flukonazol.

c.

Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur.

d.

Diagnosa pasti dengan biopsi


8.

PENATALAKSANAAN

Terdiri dari 2 cara :

1) Medik /pengobatan
Memberikan obat antijamur, misalnya :a. Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml,
dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan.b.Nystatin : tiap
pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali
sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini
mengandung gula.
2) Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi diare. Upaya
agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu
diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum
dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff dan
hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak
memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan
disimpan kering, nanti ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan oral thrush juga
dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari
oral thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu
hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum
juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh
air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut tersebut.Apabila oral thrush
sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah
makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan
berikan air putih dan usahakan agar sering minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu
menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat jamur yang harus diobati
dengan obat antijamur. Masa penyembuhan relatif lama, yaitu seminggu. Jika tak segera diobati,
dapat berkelanjutan meski hanya menyebar di sekitar mulut saja. Tapi jamur yang tertelan dan
melewati pembuluh darah, juga bisa menyebabkan diare.

Saat sariawan, biasanya si kecil enggan makan atau minum. Berikut kiat untuk membantunya
mendapatkan asupan yang dibutuhkan:

Suapi makannya dengan menggunakan sendok secara perlahan-lahan. Usahakan minum


menggunakan sedotan dan gelas, untuk menghindari kontak langsung dengan sariawan serta tak
menimbulkan gesekan dan trauma lebih lanjut.

Berikan makanan yang bertekstur lembut dan cair, pada intinya yang mudah ditelan dan
disuapi. Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, agar tidak menambah luka.

Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B serta zat besi, dapat memercepat proses
penyembuhan. Misalnya buah-buahan dan sayuran hijau. Kekurangan vitamin C dapat
memudahkan si kecil mengalami sariawan.

Olesi bagian yang sariawan dengan madu.Jika telah diberi obat, biasanya obat kumur, tetapi
tak juga sembuh, kemungkinan ada penyebab lain. Misalnya kuman yang telah bertambah,
pemakaian obat dengan dosis tak tepat, atau cara memberi makanan yang membuat sariawan si
kecil kembali mengalami trauma di lidah.
Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak yang rendah. Biasanya anak yang sering sariawan,
lebih banyak akibat daya tahan tubuhnya rendah dan kebersihan mulut dan gigi yang tak terjaga.
9.

PENCEGAHAN

Tidak ada cara untuk mencegah terpajan pada kandida. Obat-obatan tidak biasa dipakai untuk
mencegah kandidiasis. Ada beberapa alasan: Penyakit tersebut tidak begitu bahaya. Ada obatobatan yang efektif untuk mengobati penyakit tersebut. Ragi dapat menjadi kebal (resistan)
terhadap obat-obatan. Memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan terapi antiretroviral (ART)
adalah cara terbaik untuk mencegah jangkitan kandidiasis.
10.

EPIDEMIOLOGI

Kolonisasi candida oral telah dilaporkan berkisar dari sekitar 40% sampai 70% dari anak yang
sehat dan dewasa, dengan tingkat lebih tinggi diamati antara anak-anak dengan gigi karies dan
orang dewasa yang lebih tua memakai gigi palsu. Candida kereta tingkat telah terbukti juga
meningkatkan dengan terapi radiasi kanker, diabetes, dan infeksi HIV. kolonisasi Candida dapat
menyebabkan infeksi oportunistik mukosa serta disebarluaskan dan multi-sistem keterlibatan

organ dalam immunocompromised orang.Tingkat infeksi telah dilaporkan sebagai 50% selama
kemoterapi, 70% selama terapi radiasi, dan 90% pada infeksi HIV.
Agen antijamur yang sering digunakan selama radiasi dan kemoterapi untuk mencegah infeksi
oportunistik di antara pasien di bawah perawatan untuk kanker. Selain itu, pengenalan yang
sangat aktif anti-retroviral telah menyebabkan penurunan kejadian kandidiasis oral dan dalam
kasus penyakit refrakter antara orang yang terinfeksi HIV. Efek menguntungkan dari ARV
mungkin melalui efeknya pada pemulihan kekebalan dan kolonisasi orofaringeal lebih rendah
dari spesies Candida atau efek penghambatan langsung pada organisme ragi.
11.

KOMPLIKASI

Apabila oral thrush tidak segera ditangani atau diobati maka akan menebabkan kesukaran
minum(menghisap puting susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan.Oral
thrush tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi
usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare.
Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama.
12.

ASKEP

3.1 Pengkajian
Anamnesa
Identitas Anak
Nama

: An. N

Umur

: 18 bulan

Jenis kelamin

: Laki-laki

Tanggal MRS

: 15 Desember 2010

Alamat

: Surabaya

Identitas Orang tua


Nama Ayah

: Tn. R

Nama Ibu

: Ny. P

Pekerjaan Ayah/Ibu

: PNS

Pendidikan Ayah/Ibu : S.1


Agama

: Islam

Alamat

: Surabaya

Riwayat Sakit dan Kesehatan


Keluhan utama
Anak N menangis terus (kemungkinan dikarenakan rasa nyeri di mulut dan tubuhnya yang
panas).
Riwayat penyakit saat ini
Anak N menangis terus sejak kemarin, suhu tubuhnya meningkat, pada mulut terdapat bercak
putih serta tidak mau minum ASI.
Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Anak N tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak keluarga yang mengalami penyakit seperti ini.
Riwayat Nutrisi
Minum ASI hanya sedikit.
Riwayat Pertumbuhan
BB sebelum sakit : 12 kg
BB saat sakit : 10 kg
Riwayat Perkembangan
Psikoseksual : Toileting : anak lebih sering mengompol
Psikososial : Anak sering menangis dan sulit bicara
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital : Suhu : 38,5oC
Nadi : 110x/menit
RR

: 30 x/menit

Tekanan darah : 99/65 mmHg


B1 (breathing) : normal
B2 (blood) : normal
B3 (brain) : normal
B4 (bladder) : normal
B5 (bowel) : Timbul rasa nyeri dan perih di sekitar mulut, anak tidak mau minum ASI.
B6 (bone) : normal

3.2 Analisa Data


Data
DS : anak menangis

Etiologi
Kandidasis

DO: T : 38,5oC
Proses infeksi

pelepasan medaitor inflamasi: bradikinin, his


Suhu tubuh meningkat
DS : anak menangis DO: timbul bercak putih pada mulut, timbul Kandidiasis
bercak kemerahan mengandung eksudat
Timbul bercak putih
Menggumpal menutup permukaan lidah
Gejala semakin memberat

Timbul bercak kemerahan dan mengandung e


DS: anak menangis DO: Anak tidak mau minum ASI, BB turun Kandidiasis
dari 12 kg menjadi 10 kg, porsi makan selalu tidak habis
Nyeri pada mulut
Tidak nafsu makan

Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan berwarna merah dan
mengandung eksudat
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu makan

Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil : -Anak tidak menangis
-Suhu tubuh normal : 36,5-37,5oC
Intervensi
Rasional
Berikan kompres dingin di sekitar Di ketiak dan lipatan paha terdapat
lipatan misalnya ketiak, lipatan paha

banyak

pembuluh

darah

besar.

Hipertermi mengalami vasodilatasi


sehingga harus diberi kompres dingin
agar terjadi vasokonstriksi
Beri anak banyak minum air putih atau Peningkatan
susu lebih dari 1000 cc/hari

suhu

mengakibatkan

tubuh

penguapan

tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi


dengan asupan cairan yang banyak.
Suhu ruangan harus diubah untuk
Ciptakan suasana yang nyaman (atur mempertahankan
ventilasi)

suhu

mendekati

normal
Pakaian tipis membantu mengurangi

Anjurkan

keluarga

untuk

tidak penguapan tubuh

memakaikan selimut dan pakaian yang


tebal pada anak
Kolaborasi

Digunakan untuk mengurangi demam


pemberian

obat

anti dengan

aksi

mikroba, antipiretik pemberian cairan hipotalamus,


parenteral

mungkin

sentralnya
meskipun

dapat

berguna

pada
demam
dalam

membatasi pertumbuhan organisme


dan meningkatkan autodestruksi dari
sel-sel yang terinfeksi
Tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan anak setelah

Evaluasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, dilakukan tindakan keperawatan


pernafasan) setiap 3 jam

Diagnosa : Nyeri akut yang berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan
berwarna merah dan mengandung eksudat
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil: Anak tidak menangis, anak tampak rileks
Intervensi
Rasional
Anjurkan ibu untuk menggendong dan Anak akan merasa nyaman dalam
menenangkan

si

anak

misalnya dekapan ibunya

mengelus-elus kepalanya
Ajarkan teknik distraksi pada orang tua Mengalihkan

perhatian

anak

misalnya dengan memberikan anak terhadap nyeri


mainan
Beri analgesik sesuai indikasi

Menghilangkan/mengurangi nyeri

Evaluasi status nyeri, catat lokasi, Memastikan kondisi anak setelah


karakteristik, frekuensi, waktu dan dilakukan tindakan keperawatan
beratnya (skala 0-10)

Diagnosa

: Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan

penurunan nafsu makan.


Tujuan : Nafsu makan anak kembali normal
Kriteria hasil

: -Anak mau minum ASI

-Anak tidak menangis


-Nutrisi terpenuhi 1000 kkal
Intervensi
Beri nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering

Rasional
1. Memberika

Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga
2. Mencegah k

mulut

3.

ASI merupa

Anjurkan pada ibu untuk terus berusaha memberikan ASI untuk anak

4.

Membantu

Kolaborasi pemasangan NGT jika anak tidak dapat makan dan minum peroral

13.

ASPEK LEGAL ETIS

Autonomy (penentu pilihan)


Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan
sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara
holistik.
Non Maleficence (do no harm)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi kliennya.
Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti
dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.
Beneficence (do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan
baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.
Justice (perlakuan adil)
Perawat

sering

mengambil

keputusan

dengan

menggunakan

rasa

keadilan.

Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang.
Veracity (kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-anak diajarkan untuk selalu
berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa, pilihannya sering kali kurang jelas.
14.

PENDKES

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)

Tema

: Penyakit oral thrush


Sub Tema

: Perawatan oral thrush

Sasaran

: Ny. E

Tempat

: Bangsal Di rumah sakit

Hari/Tanggal

: Rabu, 14 Oktober 2011

Waktu
A.

: 20 Menit

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Ny. E dapat menjelaskan oral thrush.

B.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Klien Dapat:

Menjelaskan pengertian penyakit oral thrush dengan benar

Menjelaskan patofisiologi oral thrush

Menyebutkan faktor penyebab yang dapat menimbulkan penyakit oral thrush

Menyebutkan tanda/gejala dari penyakit oral thrush

Menjelaskan penatalaksanaan oral thrust

C.

Materi

1.

Pengertian oral thrush

2.

Patofisiologi penyakit oral thrush

3.

Faktor penyebab dari oral thrush

4.

Tanda/gejala penyakit oral thrush

5.

Penatalaksanaan penyakit oral thrush

D.

Metode

1.

Ceramah

2.

Tanya jawab

E.

Kegiatan Penyuluhan
No
Kegiatan
1. Pembukaan

Penyuluh
Salam pembuka

Peserta
Menjawab salam

Menyampaikan tujuan

Menyimak,

penyuluhan
2.

Kerja/ isi

Mendengarkan, menjawab

Waktu

5 Menit

pertanyaan
Mendengarkan dengan

Penjelasan pengertian,
penyebab, gejala,

penuh perhatian

penatalaksanaan dan

Menanyakan hal-hal

patofisiologi penyakit oral

yang belum jelas

thrush

Memperhatikan jawaban

Memberi kesempatan

10 menit

dari penceramah

peserta untuk bertanya

Menjawab pertanyaan

Menjawab pertanyaan
Evaluasi
3.

Penutup

Menyimpulkan

Mendengarkan

Salam penutup

Menjawab salam

F.

Media

1.

Leaflet : Tentang penyakit oral thrush

2.

Poster tentang penyakit oral thrush

G.

Sumber/Referensi

a.

Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.

b.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

c.

FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.

5 Menit

d.

Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.

H.

Evaluasi
Formatif

Klien dapat menjelaskan pengertian oral thrush

Klien mampu menjelaskan faktor penyebab dari penyakit oral thrush

Klien dapat menjelaskan tanda/gejala penyakit oral thrush

Klien mampu menjelaskan penatalaksanaan oral thrush


Sumatif

Klien dapat memahami penyakit oral thrush

Yogyakarta, Rabu 13 Oktober 2011


`

Penyuluh

(Windayona Hadi Prasetya)

15.

JURNAL
Title:Growth of Candida albicans hyphae
Author(s):Peter E. Sudbery
Source:Nature Reviews Microbiology. 9.10 (Oct. 2011): p737. From Gale Education, Religion
and Humanities Lite Package.
Document Type:Report
DOI:http://dx.doi.org/10.1038/nrmicro2636
Abstract:

The fungus Candida albicans is often a benign member of the mucosal flora; however, it
commonly causes mucosal disease with substantial morbidity and in vulnerable patients it causes
life-threatening bloodstream infections. A striking feature of its biology is its ability to grow in
yeast, pseudohyphal and hyphal forms. The hyphal form has an important role in causing disease
by invading epithelial cells and causing tissue damage. This Review describes our current
understanding of the network of signal transduction pathways that monitors environmental cues
to activate a programme of hypha-specific gene transcription, and the molecular processes that
drive the highly polarized growth of hyphae.
Full Text:
Candida albicans is a commensal fungus that is frequently a benign member of the skin and
mucosal flora. However, C. albicans can cause disease of mucosal membranes (1,2).
Vulvovaginal candidiasis is commonplace and may affect up to 75% of women at least once in
their lifetime (3). A small subset of women (5-10%) experience chronic recurrent episodes that
substantially affect their quality of life. Patients with AIDS are prone to oral and
oesophageal candidiasis and such infections are also commonly associated with oral cancers,
the use of dentures and terminally ill patients who fail to produce sufficient saliva (2). Patients
suffering from burns and newborn (especially premature) babies are also subject to C. albicans
skin infections. In vulnerable groups of patients and frail patients in intensive care units, C.
albicans can cause a bloodstream infection known as candidaemia, which can develop into
disseminated candidiasis when the infection spreads to internal organs (4). Candidaemia and
disseminated candidiasis are extremely serious medical conditions with mortality rates
documented in different surveys of between 30-50%; some surveys have found them to be the
second most common cause of death from nosocomial infections (5-8).
A striking feature of C. albicans is its ability to grow either as a unicellular budding yeast or in
filamentous pseudohyphal and hyphal forms (9,10) (FIG. 1). Pseudohyphae are morphologically
distinguishable from hyphae because pseudohyphae have constrictions at the sites of septation
and are wider than hyphae. By contrast, hyphae form long tube-like filaments with completely
parallel sides and no constrictions at the site of septation (FIG. 1). As discussed later, there are
also fundamental differences between hyphae and pseudohyphae in their cell cycle organization
and mechanisms of polarized growth. The morphological plasticity of C. albicans is a virulence
determinant, as the hyphal form has key roles in the infection process (BOX 1). During mucosal

infections, the hyphal forms invade epithelial and endothelial cells and cause damage, probably
through the release of hydrolytic enzymes (11-14). Access to the bloodstream to establish
candidaemia requires penetration of mucosal barriers, whereas infection of internal organs
requires penetration of endothelia. In vitro studies with both reconstituted epithelia and
endothelia show that it is specifically the hyphal form that is invasive (11). In addition, biopsy
samples from patients with mucosal infection show that only hyphal forms are found in epithelial
cells (15). Furthermore, when yeast cells are engulfed by macrophages they escape by switching
to the hyphal form (16). Despite these documented roles of hyphae during infection, whether the
hyphal form is necessary for virulence is still controversial (BOX 2).
In the past 10 years, important technical advances have facilitated the investigation of the cell
and molecular biology of hyphal induction and growth, and of hyphal interactions with the
human host. These advances include the availability of genomic and transcriptomic sequence
data, improvements in the genetic toolbox (reviewed in REF. 17) and advances in live cell
imaging. Our understanding has been enhanced by studies in model fungal organisms such as the
budding yeast Saccharomyces cerevisiae and filamentous species such as Neurospora crassa and
Aspergillus nidulans. This Review describes how these studies are providing increasing
information about the signal transduction pathways that induce hyphal growth, the molecular and
cell biology of hyphal growth itself, the role of hyphal growth during the infection process and
the way that the host responds to such infections.
Controlling hyphal gene transcription
Environmental cues inducing hyphal growth. C. albicans is exquisitely adapted to growth in its
human host and forms hyphae under a range of environmental conditions that reflect the
diversity of the microenvironments that it encounters in the host. For instance, hyphae form in
response to the presence of serum (18), neutral pH (19), 5% C[O.sub.2] (the partial pressure of
C[O.sub.2] in the bloodstream)20, N-acetyl-D-glucosamine (GlcNAc) (21) and growth in an
embedded matrix or in microaerophilic conditions under a coverslip in strains lacking the
transcriptional regulator enhanced filamentous growth protein 1 (Efg1) (22,23). In addition,
hyphal growth is often induced in synthetic growth media such as Lee's medium (which contains
a mixture of amino acids) (24), Spider medium (a semi-synthetic medium based on mannitol as a
carbon source)25 and mammalian tissue culture media such as M199. Generally, hyphal growth

requires a temperature of 37 [degrees]C; an exception is filamentation in an embedded matrix


and hypoxic growth, which occurs at 25 [degrees]C. The serum and 37 [degrees]C combination
generates a powerful and robust signal for germ tube formation from yeast cells and forms the
basis for a classic diagnostic test for the presence C. albicans in medical microbiology.

Source Citation
Sudbery, Peter E. "Growth of Candida albicans hyphae." Nature Reviews Microbiology 9.10
(2011): 737+. Gale Education, Religion and Humanities Lite Package. Web. 23 Nov. 2011.
Document

URL

http://go.galegroup.com/ps/i.do?id=GALE
%7CA268651930&v=2.1&u=kpt05106&it=r&p=GPS&sw=w
Gale Document Number: GALE|A268651930

DAFTAR PUSTAKA
a.

Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.

b.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

c.

FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.

d.

Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.

e.

http://go.galegroup.com/ps/retrieve.do?sgHitCountType=None&sort=DASORT&inPS=true&prodId=GPS&userGroupName=kpt05106&tabID=T002&searchId=R2&resu
ltListType=RESULT_LIST&contentSegment=&searchType=BasicSearchForm&currentPosition
=1&contentSet=GALE%7CA268651930&&docId=GALE|
A268651930&docType=GALE&role=SP01

f.

www.pisangkipas.wordpress.com

g.

www.softdental.com/.../Oral_Candidiasis

Anda mungkin juga menyukai