Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ILMU PENYAKIT MULUT

KASUS MINOR PIGMENTASI

LAPORAN KASUS

Dias Mareta Kusumaningrum

160112170046

Pembimbing :

drg. Tommy Frahdian

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS ...........................................................................2

2.1. Status Klinik Ilmu Penyakit Mulut .....................................................2

2.1.1 Data Pasien ................................................................................2

2.1.2 Anamnesis .................................................................................2

2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik ........................................................3

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu .....................................................3

2.1.5 Kondisi Umum ..........................................................................3

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral ...........................................................3

2.1.7 Pemeriksaan Intraoral ................................................................4

2.1.8 Gambar Kasus ...........................................................................5

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang .............................................................5

2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding ...........................................6

2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan .........................................6

2.2. Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut ..................................................6

2.2.1 Anamnesis .................................................................................6

2.2.2 Pemeriksaan Ekstraoral .............................................................6

ii
2.2.3 Pemeriksaan Intraoral ................................................................7

2.2.4 Gambar Kasus ...........................................................................8

2.2.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang ...................................................8

2.2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding .............................................8

2.2.7 Rencana Perawatan dan Perawatan ...........................................9

BAB III TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................10

3.1 Pigmentasi Oral ..................................................................................10

3.1.1 Definisi ......................................................................................10

3.1.2 Histopatologi dan Etiologi…………………………………….11

3.1.3 Tanda Klinis…………………………………………………..12

3.1.4 Klasifikasi Pigmentasi Oral…………………………………...14

3.1.5 Diagnosis Banding………………………………………….....16

3.1.6 Perawatan……………………………………………………...18

3.1.7 Prognosis………………………………………………………19

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................20

BAB V KESIMPULAN ..............................................................................23

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................24

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

Lesi pigmentasi sangat umum ditemukan pada rongga mulut. Lesi

merepresentasikan berbagai entitas klinis dari perubahan fisiologis hingga

manifestasi penyakit sistemik. Pemahaman mengenai penyebab pigmentasi dan

evaluasi yang tepat sangat penting (Kauzman et al., 2004).

Perubahan warna pada mukosa rongga mulut merefleksikan status

kesehatan pasien yang bisa disebabkan oleh faktor lokal maupun sistemik.

Perubahan ini terjadi akibat adanya pigmntasi yang dapat bersifat fisiologis

maupun patologis. Dokter gigi dalam pekerjaannya dapat menemui kasus-kasus

yang menunjukkan adanya lesi pigmentasi pada rongga mulut pasiennya. Sangat

penting bagi dokter gigi untuk dapat memiliki pengetahuan yang komprehensif

mengenai etiologi, manifestasi klinis, dan tatalaksana kasus pigmentasi pada

rongga mulut pasien (Kaur et al., 2015).

Makalah ini akan membahas laporan kasus mengenai pigmentasi fisiologis

pada pasien wanita berusia 19 tahun yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut

FKG Unpad dengan keluhan gusi berwarna kecokelatan dan sering merasa tidak

percaya diri.

1
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Status Klinik Ilmu Penyakit Mulut

Tanggal pemeriksaan : 19 Juli 2018

2.1.1 Data Pasien (data disamarkan)

Nomor Rekam Medik : 2017-10xxx

Nama Pasien : Nn. DP

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 19 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Status Marital : Belum Menikah

Alamat : Bandung

2.1.2 Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan gusi terlihat kecoklatan pada rahang atas dan

bawah sejak lama. Tidak ada faktor yang memperburuk dan memperingan. Pasien

tidak mengonsumsi obat apapun. Riwayat alergi dan penyakit sistemik disangkal.

Pasien ingin giginya diperiksa.

2
2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik

Disangkal

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu

Disangkal

2.1.5 Kondisi Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Suhu : Afebris

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Pernafasan : 21 kali/menit

Nadi : 67 kali/menit

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe

Submandibula Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Submental Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Servikal Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

3
Mata Pupil isokhor, konjungtiva non-anemis, sklera non-ikterik

TMJ Tidak ada kelainan

Bibir Inkompeten, hipotonus, kehitaman

Wajah Simetris, bulat, cembung

Sirkum Oral Tidak ada kelainan

Lain-lain -

2.1.7 Pemeriksaan Intraoral

Kebersihan mulut : Baik/Sedang/Buruk Plak +/-

Kalkulus +/- Stain +/-

Gingiva : Odem anterior, warna kemerahan, macula pigmentasi

kecoklatan di attached gingiva seluruh region, konsistensi

kenyal

Mukosa bukal : Teraan gigitan lateral kanan dan kiri region P-M

Mukosa labial : Tidak ada kelainan

Palatum durum : Tidak ada kelainan

Palatum mole : Tidak ada kelainan

Frenulum : Tidak ada kelainan

Lidah : Plak kuning kecoklatan dapat diangkat, yang menutupi > 2/3

posterior dorsal lidah (skor miyazaki: 3, kojima: 3)

Dasar mulut : Tidak ada kelainan

4
Status Gigi :

UE UE

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

UE PE

2.1.8 Gambar Kasus

Gambar 2.1 Gambaran pigmentasi kecokelatan pada gingival rahang atas dan rahang bawah

pasien

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

5
2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis : Pigmentasi Fisiologis

Diagnosis Banding : Smoker’s Melanosis, Makula Melanotik, dan

Peutz Jegher Syndrome

2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan

1. Oral Hygiene Instruction

2. Observasi

3. Konsul tindakan depigmentasi ke Bagian Periodonsia

2.2 Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut (1)

Tanggal Pemeriksaan : 2 Agustus 2018

2.2.1 Anamnesis

Pasien datang kembali untuk kontrol dengan keluhan gusi terlihat kecoklatan

pada rahang atas dan bawah. Tidak ada faktor yang memperburuk dan memperingan.

Pasien tidak mengonsumsi obat apapun. Riwayat alergi dan penyakit sistemik

disangkal. Pasien ingin giginya diperiksa.

2.2.2 Pemeriksaan Ekstraoral

Kelenjar Limfe

6
Submandibula Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Submental Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Servikal Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Bibir TAK

Wajah Simetris, oval, cembung

Sirkum Oral Tidak ada kelainan

2.2.3 Pemeriksaan Intraoral

Kebersihan mulut : Baik

Gingiva : Odem anterior, warna kemerahan, macula pigmentasi

kecoklatan di attached gingiva seluruh region, konsistensi

kenyal

Stain : +/-

Mukosa bukal : Teraan gigitan lateral kanan dan kiri region P-M

Mukosa labial : tidak ada kelainan

Palatum durum : tidak ada kelainan

Palatum mole : tidak ada kelainan

Frenulum : tidak ada kelainan

7
Lidah : Terdapat teraan gigitan di lateral lidah kanan dan kiri, plak

putih tipis dapat diangkat, menutupi < 1/3 posterior dorsal

lidah

Dasar mulut : tidak ada kelainan

2.2.4 Gambar Kasus

Gambar 2.2 Gambaran pigmentasi kecokelatan pada gingival rahang atas dan rahang bawah

pasien

2.2.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

2.2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis : Pigmentasi Fisiologis

Diagnosis Banding : Smoker’sMelanosis, Makula Melanotik, dan

Peutz Jegher Syndrome

8
2.2.7 Rencana Perawatan dan Perawatan

1. Oral Hygiene Instruction

2. Observasi

3. Konsul tindakan depigmentasi ke Bagian Periodonsia

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pigmentasi Oral

3.1.1 Definisi

Pigmentasi oral merupakan bentuk dikolorisasi pada membran

mukosa oral yang dapat bersifat normal maupun abnormal. Pigmentasi

memiliki etiologi multifaktorial (Cicek, 2003).

Pigmentasi pada rongga mulut dapat disebabkan oleh adanya

akumulasi dari beberapa pigmen. Terdapat beberapa derajat perbedaan

warna yang dapat diobservasi pada kondisi fisiologis maupun patologis.

Warna normal pada mukosa yang sehat adalah merah muda. Variasi

regional normal pada pigmentasi rongga mulut dari yang paling sering

terjadi hingga yang paling jarang terjadi adalah pada gingiva, mukosa

bukal, palatum keras, lidah, palatum lunak, dan dasar mulut (Kaur et al.,

2015)

Lesi merepresentasikan berbagai entitas klinis dari perubahan

fisiologis hingga manifestasi penyakit sistemik. Pigmentasi oral dapat

bersifat eksogen atau endogen. Pigmentasi eksogen umumnya terjadi

akibat adanya pigmentasi dari luar tubuh sedangkan pigmentasi endogen

10
disebabkan oleh beberapa faktor seperti melanin, hemoglobin,

hemosiderin dan karoten (Kauzman et al., 2004).

Banyak dari pigmentasi bersifat fisiologis namun kadang dapat menjadi

prekursor penyakit-penyakit yang lebih berat. Iregularitas pigmen melanin

dan perubahan warna pada jaringan rongga mulut dapat menjadi aspek

diagnostik signifikan untuk penyakit yang bersifat lokal maupun sistemik

(Cicek, 2003).

Pigmentasi fisiologis merupakan bentuk pigmentasi paling umum

dan merupakan hasil dari peningkatan produksi melanin oleh melanosit.

Individu dengan kulit gelap lebih sering mengalami pigmentasi ini. Warna

pigmentasi fisiologis beragam dari cokelat muda hingga kehitaman.

Pigmentasi fisiologis meningkat seiring bertambahnya usia dan intensitas

warna dapat dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, hormon dan medikasi

sistemik. Gingiva cekat merupakan lokasi paling umum meskipun

pigmentasi fisiologis dapat terjadi di berbagai bagian rongga mulut

(Gondak et al., 2012).

3.1.2 Histopatologi dan Etiologi

Pigmentasi rongga mulut berhubungan dngan faktor-faktor

etiologis yang bersifat endogen dan eksogen. Pigmentasi pada umumnya

disebabkan oleh lima pigmen primer yaitu melanin, melanoid,

oksihemoglobin, hemoglobin yang berkurang, dan karoten. Pigmentasi

11
lain dapat pula disebabkan oleh pigmen bilirubin dan zat besi (Cicek,

2003).

Melanin diproduksi oleh melanosit yang ada pada lapisan basal

epitel. Melanosit memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan membran

nukleus ganda dan sitoplasma yang kurang memiliki desmosom atau

lempeng perlekatan. Melanin berakumulasi pada sitoplasma dan

melanosom ditransformasikan ke partikel tak berstruktur yang tidak dapat

melakukan proses melanogenesis. Berbagai stimulus dapat mempengaruhi

peningkatan produksi melanin seperti adanya trauma, hormon, radiasi, dan

obat-obatan (Cicek, 2003).

Granul-granul pigmen melanoid tersebar pada stratum lusidum dan

stratum korneum pada kulit. Awalnya dipercaya bahwa melanoid

merupakan produk degradasi dari melanin. Namun, pada kenyataannya

melanoid memberi gambaran kekuningan pada kulit (Cicek, 2003).

3.1.3 Tanda Klinis

Gingiva merupakan jaringan intraoral yang sering mengalami

pigmentasi. Secara mikroskopis, melanoblas normalnya terdapat pada

lapisan basal lamina propria. Lokasi yang umum terpigmentasi adalah

gingiva cekat (27,5%). Jumlah total melanofor pada ginigiva cekat kurang

lebih 16 kali lebih tinggi dibandingkan gingiva tak cekat. Prevalensi

pigmentasi gingiva lebih tinggi terjadi pada bagian labial dibandingkan

12
bukal dan palatal/lingual. Corak pigmentasipun beragam dari hitam,

cokelat gelap, cokelat, cokelat terang kekuningan. Pigmentasi melanin

pada jaringan rongga mulut biasanya tidak menunjukkan adanya masalah

medis namun pasien mengeluhkan gingiva yang berwarna hitam (Cicek,

2003).

Pigmentasi fisiologis mukosa oral secara klinis termanifestasi

sebagai pigmentasi melanin yang multifokal atau difus. Individu dengan

kulit yang gelap memiliki gingiva yang jumlah melaninnya lebih tinggi

dibandingkan bagian mukosa alveolar didekatnya. Pigmen melanin

disintesis dalam sel yang terspesialisasi yaitu melanosit yang berada pada

lapisan basa epitel. Melanin diproduksi berupa granul-granul. Melanosom

tersimpan dalam sitoplasma pada melanosit. Melanosit secara embriologis

merupakan turunan sel neural crest yang pada akhirnya bermigrasi pada

epitelium. JIka pigmentasi secara bedah dihilangkan, maka pigmentasi

dapat sembuh atau tidak akan muncul lagi (Cicek, 2003).

Gambar 3.1 Gambaran Pigmentasi Fisiologis (Cicek, 2003)

13
3.1.4 Klasifikasi Pigmentasi Oral

Pigmentasi oral diasosiasikan dengan berbagai lesi dan kondisi.

Diagnosis banding pigmentasi pada membran mukosa oral dibuat

berdasarkan situasi berikut ini:

1. Pigmentasi Terlokalisasi

Contoh pigmentasi terlokalisasi adalah amalgam tattoo, nevus,

melanotic macules, melanoacanthoma, malignant melanoma,

Kaposi’s sarcoma, epithelioid oligomatosis, verruciform

xanthoma.

2. Pigmentasi Tergeneralisasi

Pigmentasi jenis ini dapat dibagi berdasarkan faktor genetik, obat-

obatan yang dikonsumsi, hormone endokrin, kondisi pasca-

inflamasi, dan faktor lain.

1) Genetik: Idiopathic melanin pigmentation (racial or

physiologic pigmentation), Peutz-Jegher’s syndrome,

Laugier-Hunziker syndrome, complex of myxozomas,

spotty pigmentation, endocrine overactivity, Carney

syndrome, Leopard syndrome, and lentiginosis profuse.

2) Obat-obatan: Smoking, betel, anti-malarials (quinacrine,

chloroquine, hydroxychloroquine), antimicrobials,

14
minocycline, amiodarone, clorpromazine, ACTH,

zidovudine, ketoconazole, methyldopa, busulphan, menthol,

contraceptive pills, and heavy metals exposure (gold,

bismuth, mercury, silver, lead, copper), Quinidine,

Zidovudine (AZT), Tetracycline, Minocycline,

Chlorpromazine, Oral contraceptives. Clofazimine,

Ketoconazole, ,Amiodarone, Busulfan.

3) Hormon Endokrin: Addison’s disease, Albright’s

syndrome, Acanthosis nigricans, pregnancy, hyperthyroidism.

4) Kondisi Pasca-inflamasi: Periodontal disease, postsurgical

gingival repigmentation.

5) Faktor lain: Haemochromatosis, generalized

neurofibromatosis, incontinenti pigmenti, Whipple’s

disease, Wilson’s disease, Gaucher’s disease, HIV disease,

thalassemia, pigmented gingival cyst, and nutritional

deficiencies.

15
Gambar 3.1 Lesi Pigmentasi (Kauzman et al., 2004).

3.1.5 Diagnosis Banding

Diagnosis banding yang perlu dipahami dalam melakukan

diagnosis pigmentasi fisiologis, antara lain:

1. Makula Melanotik

Makula melanotik merupakan makula dengan bentuk kecil, memiliki

bentuk jelas, dan berwarna kecokelatan atau kehitaman dan sering

terlihat pada bibir dan gingiva diikuti dengan mukosa palatum dan

bukal. Pasien berusia mulai dari 4 tahun hingga 98 tahun dengan

predileksi pada wanita. Secara histologis, makula terkarakteristik

dengan adanya peningkatan melanin pada melanosit basal dengan

bentuk morfologis normal.

16
Gambar 3.3 Makula Melanotik

2. Smoker’s Melanosis

Smoker's melanosis merupakan pigmentasi jinak pada mukosa

oral. Smoker’s melanosis biasanya meningkat secara signifikan

akibat konsumsi tembakau yang meningkat. Secara klinis, lesi

biasanya terlihat sebagai makula terpigmentasi kecokelatan

dengan diameter kurang dari 1 cm dan umumnya terlokalisir

pada gingiva cekat bagian labial anterior dan pada papila

interdental rahang bawah (Cicek, 2003). Smoker's melanosis

terjadi pada 25 hingga 31 persen pengguna tembakau dan

ditandai dengan makula coklat yang biasanya mempengaruhi

gingiva rahang bawah pada bagian labial (Gondak et al., 2012).

Gambar 3.4 Smoker’s Melanosis (Cicek, 2003).

17
3. Peutz-Jeghers Syndrome (Intestinal Polyposis)

Sindrom ini merupakan kelainan genetik yang ditandai dengan

pigmentasi mukokutaneus dan hamartomas pada intestin.

Sindrom ini bermanifestasi sebagai noda seperti makula pada

tangan, kulit perioral, dan bagian intra-oral (gingiva, bukal, dan

mukosa labial). Spot terpigmentasi pada sindrom ini berukuran

1 hingga 10 mm dan ditemukan pada bibir bawah dan mukosa

bukal namun jarang sekali terjadi pada bibir atas, lidah,

palatum, dan gingiva.

Gambar 3.5 Peutz-Jeghers Syndrome (Gondak et al., 2012)

3.1.6 Perawatan

Pigmentasi melanin yang bersifat fisiologis pada gingiva sangat

jinak dan tidak menunjukkan masalah medis, keluhan adanya gusi hitam

atau gelap sangat umum muncul dan dikeluhkan oleh pasien akibat

masalah estetika. Perawatan untuk menghilangkan pigmentasi dapat

dilakukan dengan prosedur depigmentasi. Depigmentasi gingiva

18
merupakan prosedur bedah dan estetik yang dilakukan bagian Periodonsia

dimana hiperpigmentasi dihilangkan dengan berbagai teknik.

Depigmentasi gingiva dapat dilakukan dengan abrasi bur, metode skalpel,

krioterapi, electrosurgery, dan laser (Sharath et al., 2013).

Dalam kasus pada makalah ini, pasien dirujuk ke bagian

Periodonsia untuk perawatan depigmentasi yang akan dijadwalkan setelah

kontrol.

3.1.7 Prognosis

Prognosis dari pigmentasi fisiologis adalah baik dan pada

umumnya tidak memerlukan perawatan (Gondak et al., 2012).

19
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan gusi terlihat

kecoklatan pada rahang atas dan bawah sejak lama. Tidak ada faktor yang

memperburuk dan memperingan. Pasien tidak mengonsumsi obat apapun.

Riwayat alergi dan penyakit sistemik disangkal. Kondisi pada pasie ini

merupakan kondisi pigmentasi fisologis, dimana pasien mengalami

peningkatan pigmen pada bagian gingival cekatnya Pasien merasa

keadaan ini mengganggu estetikanya. Estetika senyuman ditentukan oleh

bentuk, posisi, dan warna gigi atau lidah dan juga jaringan gingiva.

Kesehatan gingiva dan penampilan merupakan komponen penting untuk

senyum yang menarik. Hiperpigmentasi melanin pada rongga mulut

disebabkan oleh berbagai faktor lokal dan sistemik seperti faktor genetik,

penggunaan tembakau, dan konsumsi beberapa jenis obat yang terlalu

lama seperti obat anti-malaria dan anti-depresan (Gondak et al., 2012).

Kondisi gingiva pada pasien adalah odem anterior, warna

kemerahan, macula pigmentasi kecoklatan di attached gingiva seluruh

region, konsistensi kenyal Warna pada pigmentasi rongga mulut beragam

tergantung pada kuantitas dan kedalaman atau lokasi pigmen melanin.

Pigmentasi melanin disebabkan oleh adanya granul melanin pada jaringan

gingiva yang diproduksi di melanosom yang dihasilkan oleh melanosit.

20
Melanosit terletak pada lapisan sel suprabasal epitel. Pigmentasi oral

terjadi lebih karena adanya aktivitas melanosit dibandingkan jumlah

melanosit yang ada pada jaringan. Pigmentasi terjadi pada seluruh ras dan

usia tanpa adanya predileksi gender. Pada individu berkulit gelap atau

hitam, produksi melanin yang meningkat merupakan hasil dari

hiperaktifitas melanosit yang ditentukan oleh faktor genetik. Melanosit

individu berkulit gelap sangat reaktif sedangkan pada individu berkulit

lebih terang, tingkat reaktifitas melanosit beragam (Gondak et al., 2012).

Gambar 4.1 Ilustrasi Melanosit pada Kulit

Secara umum, permukaan menunjukkan pigmentasi kecokelatan

dan jika terletak lebih dalam akan menunjukkan warna hitam atau biru.

21
Melanin diproduksi oleh melanosit pada lapisan basal epitel dan ditransfer

ke keratinosit terdekat melalu organel yang terikat membran yang disebut

melanosom. Melanin juga disintesis oleh sel nevus yang merupakan derivat

krista nerual dan ditemukan pada mukosa dan kulit. Melanosit ada pada

bagian rongga mulut dan dapat bersifat reaktif, jinak atau malignan.

Riwayat klinis, kesimetrisan dan area pigmentasi pada rongga mulut

merupakan aspek penting dalam menentukan diagnosis banding (Gondak et

al., 2012).

Perawatan untuk menghilangkan pigmentasi dapat dilakukan

dengan prosedur depigmentasi. Depigmentasi gingiva merupakan

prosedur bedah dan estetik yang dilakukan bagian Periodonsia dimana

hiperpigmentasi dihilangkan dengan berbagai teknik. Depigmentasi

gingiva dapat dilakukan dengan abrasi bur, metode skalpel, krioterapi,

electrosurgery, dan laser (Sharath et al., 2013).

Dalam kasus pada makalah ini, pasien dirujuk ke bagian

Periodonsia untuk perawatan depigmentasi yang akan dijadwalkan setelah

kontrol.

22
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan intraoral, dapat ditarik

kesimpulan pasien mengalami peningkatan pigmen pada bagian gingival

cekatnya. Kondisi ini disebut pigmentasi fisiologis. Diagnosa ditegakkan

setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan intra-oral. Pasien tidak

memiliki kebiasaan merokok dan memiliki keluarga dengan kondisi

pigmentasi serupa pada rongga mulutnya. Lesi pigmentasi pada pasien di

kasus ini bersifat fisiologis dan asimtomatik. Pasien diinstruksikan untuk

datang kontrol seminggu setelah pemeriksaan awal dengan keperluan

observasi. Pada kontrol setelah pemeriksaan, tidak ditemukan peningkatan

atau perluasan pigmentasi pada rongga mulut pasien. Pasien diberi oral

hygiene instruction untuk menjaga kebersihan mulutnya dan dirujuk ke

bagian Periodonsia untuk melakukan perawatan depigmentasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Cicek, Y. (2003) The Normal and Pathological Pigmentation of Oral Mucous


Membrane : A Review. The Journal of Contemporary Dental Practice. 4
(3), 1–9.

Gondak, R. et al. (2012) Oral pigmented lesions : Clinicopathologic features and


review of the literature. Journal of Oral Medicine and Pathology. [Online]
17 (6), 6.

Kaur, H. et al. (2015) Oral pigmentation. International Dental and Medical


Journal of Advanced Research. [Online] 1 (1), 1–7.

Kauzman, A. et al. (2004) Pigmented Lesions of the Oral Cavity : Review ,


Differential Diagnosis , and Case Presentations. Journal of Canadian
Dental Association. 70 (10), 682–683g.

Sharath, K. S. et al. (2013) GINGIVAL DEPIGMENTATION : CASE SERIES


FOR FOUR DIFFERENT TECHNIQUES. Nitte University Journal of
Health Science. 3 (4), 132–136.

24

Anda mungkin juga menyukai