Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH ILMU PENYAKIT MULUT

KASUS MINOR ULSER


LAPORAN KASUS

Putri Ratnasari
160112170071

Pembimbing :
drg., Indah Suasani Wahyuni, Sp. PM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2020
JUDUL : TRAUMATIC ULCER

NAMA : Putri Ratnasari


NPM : 160112170071

Bandung, November 2020

Menyetujui :
Dosen pembimbing

drg. Indah Suasani Wahyuni, Sp. PM.


NIP. 19770124 201404 2 001
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS..........................................................................3
2.1. Status Klinik Ilmu Penyakit Mulut.....................................................3
2.1.1 Data Pasien................................................................................3
2.1.2 Anamnesis.................................................................................3
2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik........................................................4
2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu.....................................................4
2.1.5 Kondisi Umum..........................................................................4
2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral...........................................................4
2.1.7 Pemeriksaan Intraoral................................................................5
2.1.8 Gambar Kasus............................................................................6
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang.............................................................7
2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding...........................................7
2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan.........................................7
2.2. Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut ..................................................8
2.2.1 Anamnesis.................................................................................8
2.2.2 Pemeriksaan Ekstraoral.............................................................8
2.2.3 Pemeriksaan Intraoral................................................................8
2.2.4 Gambar Kasus............................................................................10
2.2.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang...................................................10
2.2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding.............................................10
2.2.7 Rencana Perawatan dan Perawatan...........................................11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA...................................................................12
3.1 Traumatik Ulser..................................................................................12
3.1.1 Definisi......................................................................................12
3.1.2 Etiologi......................................................................................12
3.1.3 Gambaran Klinis.......................................................................13

ii
3.1.4 Histopatologi.............................................................................14
3.1.5 Diagnosis Banding....................................................................15
3.1.6 Perawatan...................................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................21
BAB V KESIMPULAN............................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Ulser merupakan suatu lesi yang berbatas jelas, seringkali berupa lesi

cekung dengan defek epitel yang ditutupi oleh bekuan fibrin, dengan penampilan

berwarna putih kekuningan (Greenberg and Glick, 2008). Ulser yang terbentuk di

mukosa mulut merupakan gambaran lesi oral yang sangat umum dijumpai pada

kebanyakan orang di berbagai usia maupun jenis kelamin. Ulser pada rongga

mulut dapat ditemukan pada 25% dari penduduk dunia. Salah satu penyebab ulser

yang paling sering yaitu trauma (Paleri et al, 2010).

Ulser traumatik merupakan bentuk umum dari ulserasi rongga mulut yang

terjadi akibat trauma mekanis baik akut maupun kronis yang mengakibatkan

hilangnya seluruh epitel (Sella dan Rizal, 2011). Ulser traumatik dapat disebabkan

oleh trauma fisik (mekanik, termal, listrik) atau kimia. Penyebab umum trauma

mekanik yaitu instrumen gigi yang tajam, gigi tajam dan patah, alat ortodonsi dan

prostetik, dan bibir atau lidah mati rasa yang tergigit setelah injeksi anestesi lokal

(Longman and Field, 2003; Laskaris, 2006). Traumatik ulser dapat muncul di

semua area rongga mulut tergantung dari penyebab terjadinya lesi. Lesi ini

tampak dalam jenis ulser yang dikelilingi eritem dan dilapisi pseudomembran

berwarna kekuningan atau keabuan (Butter, 2006).

Makalah ini akan membahas laporan kasus mengenai traumatik ulser secara

rinci pada pasien wanita berusia 21 tahun yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan

1
2

Mulut FKG Unpad dengan keluhan pipi dan gusi kiri bagian dalam yang terasa

perih ketika digunakan makan dan minum.


BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Status Klinik Ilmu Penyakit Mulut

Tanggal pemeriksaan : 14 Juni 2017

2.1.1 Data Pasien (data disamarkan)

Nomor Rekam Medik : 2017-05xxx

Nama Pasien : Nn. IA

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 21 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Status Marital : Belum Menikah

Alamat : Jl. Kanayakan Baru

2.1.2 Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan sakit di gusi bagian kiri atas saat terkena

makanan keras dan tajam sejak 2 hari yang lalu. Tidak ada faktor yang

memperingan keluhan. Sakit belum pernah diobati. Terakhir ke dokter gigi ± 2

bulan yang lalu untuk skeling. Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk. Pasien

memiliki riwayat sariawan sebelumnya, penyakit lambung dan mengunyah 1 sisi

sebelah kanan. Pasien menyangkal penyakit sistemik lainnya. Pasien ingin

dirawat.

3
4

2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik

Kelainan Asma/Alergi Ya Alergi Dingin

Kelainan GIT Ya Gastritis

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu

Disangkal

2.1.5 Kondisi Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Suhu : 36°C Afebris

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Pernafasan : 16 kali/menit

Nadi : 70 kali/menit

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe

Submandibula Kiri Teraba + Lunak/Kenyal/Keras Sakit +

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Submental Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-


5

Servikal Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Mata Pupil isokhor, konjungtiva non-anemis, sklera non-ikterik

TMJ TAK

Bibir Kenyal, kompeten, normotonus

Wajah Simetris/Asimetris

Sirkum Oral TAK

Lain-lain -

2.1.7 Pemeriksaan Intraoral

Kebersihan mulut : Baik/Sedang/Buruk Plak +/-

Kalkulus +/- Stain +/-

Gingiva : Pink coral, kenyal, papilla interdental membulat di

anterior RA dan RB, stipling (+), pitting test (-), Mccall

Festoon (-), Stillman’s cleft (-)

Terdapat lesi putih (ulcer) di regio 26, irregular, dikelilingi

eritematous, jumlah 2, batas tegas dikelilingi eritematous

tipis, diameter ±1 mm, dasar cekung, kedalaman ± 1 mm,

permukaan halus

Mukosa bukal : Teraan gigitan pada regio gigi 4-7 kiri dan kanan

Mukosa labial : Tidak ada kelainan

Palatum durum : Tidak ada kelainan

Palatum mole : Tidak ada kelainan


6

Frenulum : Tidak ada kelainan

1
Lidah : Terdapat bitnik-bintik coklat kemerahan di ujung lidah
3

anterior

Dasar mulut : Tidak ada kelainan

Status Gigi :

ue ue

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

ue cs cs ue

2.1.8 Gambar Kasus

Gambar 1. Traumatic ulser di gingiva regio 26 ireguler


7

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis dan Diagnosis Banding :

1. Traumatik ulser di gingiva regio 26

DD/ Reccurent Aphtous Stomatitis

2. Café Au Lait

DD/ Melanoplakia

2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan

1) OHI

Pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi 2x sehari disertai sikat lidah

dengan tongue scraper 2x sehari

2) Resep

R/ Chlorhexidine gluconate 0,2%

fl no. I (150ml)

∫2dd col.oris

3) KIE
8

Pasien diinstruksikan untuk tidur cukup (6-8 jam/hari), minum air mineral

minimal 2L/hari, makan makanan yang mengandung vit B, zat besi, asam

folat (buah, kacang panjang, bayam, susu)

4) Observasi café au lait

2.2 Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut (1)

Tanggal Pemeriksaan : 21 Juni 2017

2.2.1 Anamnesis

Pasien datang untuk kontrol 7 hari setelah kunjungan pertama. Setelah

menggunakan obat kumur yang diresepkan, pasien merasa sariawannya tidak sakit

sejak 5 hari setelah kunjungan pertama. Sariawan lain muncul di tempat lain yaitu

pipi sebelah kiri dan lidah sebelah kiri.

2.2.2 Pemeriksaan Ekstraoral

Kelenjar Limfe

Submandibula Kiri Teraba + Lunak/Kenyal/Keras Sakit +

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Submental Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Servikal Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Bibir Kenyal, kompeten, normotonus

Wajah Simetris/Asimetris

Sirkum Oral Tidak ada kelainan

Lain lain TMJ deviasi ke kiri


9

2.2.3 Pemeriksaan Intraoral

Kebersihan mulut : Baik

Gingiva : Pink coral, kenyal, papilla interdental membulat di anterior

RA dan RB, stipling (+), pitting test (-), Mccall Festoon

(-), Stillman’s cleft (-)

Mukosa bukal : -Terdapat teraan gigitan pada regio gigi 4-7 kiri dan kanan

-Terdapat lesi putih (ulcer), irregular, dikelilingi

eritematous, diameter ± 3 mm, dasar cekung, kedalaman ±

1 mm, jumlah 1, permukaan halus, tepi eritematous

Mukosa labial : tidak ada kelainan

Palatum durum : tidak ada kelainan

Palatum mole : tidak ada kelainan

Frenulum : tidak ada kelainan

1
Lidah : -Terdapat bitnik-bintik coklat kemerahan di ujung lidah
3

anterior

-Terdapat lesi putih (ulcer) di lateral lidah sebelah kiri, oval,

jumlah 1, dikelilingi eritemoatous, dasar cekung, sakit,

diameter ± 4mm, kedalaman ± 1mm, permukaan halus

Dasar mulut : tidak ada kelainan


10

2.2.4 Gambar Kasus

a.

b. c.

Gambar 2. a Gingiva regio 26 b.c Traumatic ulcer ar 37 dan lateral lidah kiri

2.2.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

2.2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis : Post traumatik ulser

d/ Traumatic ulcer ar mukosa bukal kiri dan lateral kiri lidah


11

dd/ Reccurent Uptous Stomatitis

2.2.7 Rencana Perawatan dan Perawatan

1) OHI dilanjutkan

2) KIE dilanjutkan

3) Resep dilanjutktan

4) Pro kontrol
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Traumatik Ulser

3.1.1. Definisi

Ulser merupakan suatu defek dalam epitelium berupa lesi dangkal berbatas

tegas serta lapisan epidermis diatasnya menghilang (Greenberg, et al, 2003). Lesi

ulseratif adalah gangguan mukosa mulut yang umum terjadi. Penyebab paling

umum dari lesi ini adalah faktor mekanis, penyakit menular, neoplasma, serta

gangguan autoimun dan hematologis (Laskaris, 2006). Traumatik ulser adalah lesi

yang terbentuk karena kerusakan local dari jaringan epitel. Traumatik ulser juga

disebut dengan ‘ulkus dekubitus’, ‘tropic ulcer’, ‘neutronstropic’ dan ‘Bednar’s

ulcer’. Traumatik ulser dapat terjadi pada semua usia dan pada kedua jenis

kelamin. Lokasinya biasanya pada mukosa pipi, mukosa bibir, palatum, dan tepi

perifer lidah (Langlais & Miller, 2000). Secara simtomatis, kebanyakan traumatik

ulser terasa sakit. Ketidaknyamanan biasanya terjadi pada 24 – 48 jam setelah

terjadinya trauma (Sonis et al, 1984).

3.1.2. Etiologi

Traumatik ulser dapat diakibatkan oleh trauma fisik atau kimia (Field dan

Longman, 2003). Trauma mekanis sering terjadi pada mukosa oral dan bisa

menjadi parah jika terjadi ketika mukosa baal setelah anestesi lokal diberikan

setelah prosedur perawatan gigi. Ulser traumatik juga dapat berasal dari

12
13

maloklusi, gigi tiruan yang tidak muat di rahang, flossing dan menyikat gigi

terlalu kasar, self-injurious habit, dan oral piercings (Greenberg and Glick, 2008).

Traumatik ulser akibat iatrogenic ditimbulkan karena ketidaksengajaan

praktisi kesehatan, perawat medis atau prosedur diagnosis. Ulser yang disebabkan

pengangkatan cotton roll, tekanan negative ejector saliva, instrument rotary dapat

terjadi namun dapat dicegah (Regezi, et al., 2012). Ulserasi akibat trauma thermal

akut misalnya dari mengkonsumsi makanan atau minuman yang sangat panas,

dapat terjadi pada bagian manapun dari mukosa mulut. Trauma kimiawi

disebabkan oleh pasien atau dokter gigi menempatkan bahan kimia misalnya

aspirin yang dapat menyebabkan trauma langsung ke mukosa pada saat perawatan

atau ketidaksengajaan (Greenberg dan Glick, 2008).

3.1.3. Gambaran Klinis

Ulser traumatik memiliki gambaran beragam secara klinis biasanya berupa

lesi tunggal, sangat sakit dengan permukaan licin, dasar putih kekuningan dan

pasien dapat mengingat kejadian atau penyebab yang mendahului perkembangan

lesi. Selain itu lesi berbentuk ireguler, lunak, ulser dengan yellow and fibrinous

center, margin yang tegas disertai halo eritematosa tipis. (Laskaris, 2006).

Pada kasus trauma mekanis, bentuk lesi biasanya ireguler atau sesuai

dengan area sumber trauma. Sebab itu, ulserasi yang terlihat ireguler biasanya

merupakan hasil dari trauma. Ulser akibat iritasi kimia, memperlihatkan daerah

superfisial erosi yang lebih luas, juga disertai dengan eksudat fibrinous (Lewis

and Jordan, 2004).


14

a b
Gambar 3.1 a Traumatik ulser akibat restorasi yang patah pada gigi molar
sati bawah (Lewis dan Jordan, 2004) b Traumatic ulser pda mukosa labial inferior
(Laskaris, 2006)

3.1.4. Histopatologi

Ulser akut menunjukkan permukaan epitel hilang yang digantikan oleh

jaringan fibrin yang mengandung neutrofil. Dasar ulser terlihat adanya dilatasi

kapiler dan seiring waktu digantikan jaringan granulasi. Regenerasi epitel dimulai

dari margin ulser dengan proliferasi sel bergerak ke dasar jaringan granulasi dan

dibawah gumpalan fibrin (Regezi et al., 2012).

Ulser kronis memiliki dasar jaringan granulasi, dengan lesi ditemukan lebih

dalam pada jaringan. Berbagai macam sel inflamasi dapat dilihat. Regenerasi

epitel mungkin tidak terjadi karena trauma yang terus berlanjut, sel-sel inflamasi

terus berinfiltrasi mengahasilkan gambaran klinis adanya indurasi. Hal tersebut

dikaitkan dengan terganggunya molekul integrin. Integrin merupakan reseptor

transmembran yang memfasilitasi adhesi matriks ekstraseluler, dan pergerakan sel

(Regezi et al., 2012).


15

3.1.5. Diagnosis Banding

Beberapa kelainan yang dapat dijadikan diagnosis banding untuk traumatik

ulser adalah Recurrent Apthous Stomatitis, Behcet’s Syndrome, Recurrent HSV

Infection.

1. Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS)

Reccurent Aphtous Stomatitis (RAS) merupakan suatu kelainan yang

ditandai oleh adanya ulser yang berulang pada mukosa mulut pasien tanpa adanya

gejala atau tanda penyakit lain. Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) termasuk di

antara lesi mukosa oral yang paling umum, dengan prevalensi 10-30% pada

populasi umum (Greenberg and Glick, 2008; Laskaris. 2006). RAS merupakan

keadaan dimana timbul lesi ulseratif pada rongga mulut yang berulang (rekuren).

Ulser berbentuk ovoid atau bulat. RAS biasanya menyerang mukosa lunak mulut

atau mukosa nonkeratin yang tidak melekat langsung pada tulang. Daerah ini

meliputi mukosa labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak, dan

mukosa orofaringeal. Daerah yang jarang terkena RAS adalah palatum keras dan

gingiva cekat ( Greenberg and Glick, 2003). Penyebabnya masih belum jelas.

Bukti terbaru mendukung konsep bahwa respons imun yang dimediasi sel

memainkan peran utama dalam pathogenesis RAS. Beberapa faktor predisposisi

seperti trauma, alergi, predisposisi genetik, gangguan endokrin, stres emosional,

kelainan hematologi, dan AIDS (Laskaris, 2006).

Gambaran klinis dari RAS yaitu lesi berulang (reccurent), self-limiting,

dan sakit, biasanya terbatas pada mukosa oral dan pharyngeal non keratin (bukan

palatum keras atau gingiva cekat), ulser dengan batas tegak lurus dengan dasar
16

fibrinous kuning dan eritematosa halo. RAS memiliki 3 bentuk klinis yaitu:

(Regezi et al., 2012)

1) Minor aphthous ulceration

Ulserasi aphthous minor menyumbang 80 persen atau lebih kasus RAS.

Kondisi ini ditandai dengan terjadinya dari satu sampai lima, lesi dangkal, bulat

atau oval yang mempengaruhi daerah nonkeratinisasi mukosa mulut. Ulser

berdiameter kurang dari 10 mm (umumnya sekitar 4-5 mm), dan memiliki dasar

abu-abu/ kuning dengan margin eritem. Ulser sembuh tanpa jaringan parut,

biasanya dalam waktu sekitar 10 hari, dan cenderung berulang pada interval 1-4

bulan, meskipun ini sangat bervariasi (Soames and Southam, 2005).

Gambar 3.2 RAS Minor (Laskaris, 2006)

2) Major aphthous ulceration

Major aphthous ulcers lebih besar dari aphthous minor dan biasanya lebih

besar dari 10 mm. Ulser dapat terjadi di mana saja di mulut, termasuk mukosa

mulut berkeratin, tetapi bibir, palatum lunak, area tonsil, dan orofaring adalah

tempat yang paling umum. Jumlah ulser bervariasi dari satu sampai sepuluh dan

memerlukan waktu 4-6 minggu untuk sembuh, dan biasanya sembuh dengan

jaringan parut. Ulser ini cenderung kambuh kurang dari interval bulan, sehingga
17

pada kasus yang parah ulserasi rongga mulut hampir berlanjut dan mungkin

terkait dengan ketidaknyamanan yang parah dan dengan kesulitan makan dan

berbicara. Tidak seperti ulserasi dangkal pada aphthous minor, aphthous mayor

lebih panjang dan dalam serta ulser timbul berbentuk cekung dengan margin

seperti tergulung yang keras saat dipalpasi karena terdapat fibrosis (Soames and

Southam, 2005).

Gambar 3.3 RAS Mayor (Laskaris, 2006)

3) Herpetiform ulceration

Herpetiform ulceration ditandai dengan ulser multipel berukuran kecil dan

pin-head sized (sekitar 1-2 mm) yang dapat terjadi pada bagian manapun dari

mukosa mulut. Sebanyak seratus ulser mungkin ada. Ketika beberapa ulser

berkumpul dapat menghasilkan daerah ulserasi yang besar dengan outline

ireguler. Ulser biasanya sembuh dalam 2-3 minggu. Ulser yang besar mungkin

memakan waktu lebih lama dan mungkin sembuh dengan jaringan parut, tapi ini

tidak menonjol. Ulser cenderung kambuh kurang dari interval bulan dan dapat

dikaitkan dengan ketidaknyamanan yang parah. Ini adalah jenis ulserasi yang

paling umum dikaitkan dengan RAS dan cenderung terjadi pada kelompok usia
18

yang lebih tua dibandingkan dengan aphthous minor dan mayor (Soames and

Southam, 2005).

Gambar 3.4 RAS Herpetiform (Laskaris, 2006)

4) Behcet’s Syndrome

Behcets Syndrome digambarkan sebagai trias gejala yang meliputi ulser

oral rekuren, ulser genital rekuren, dan lesi mata. Behcet’s syndrome disebabkan

oleh imunokompleks yang mengarah pada vasculitis dari pembuluh darah kecil

dan sedang dan inflamasi dari epitel yang disebabkan oleh limfosit T dan plasma

sel yang imunokompeten. Lesi tunggal yang paling umum terjadi pada Behcet’s

syndrome terjadi di mukosa oral. Ulser oral rekuren muncul pada lebih dari 90%

pasien. Lesi ini tidak dapat dibedakan dari RAS. Beberapa pasien memiliki

riwayat lesi oral ringan yang rekuren. Beberapa pasien lainnya memiliki lesi yang

besar dan dalam serta meninggalkan jaringan parut yang mirip dengan lesi RAS

mayor.

5) Recurrent HSV Infection


19

Pada infeksi virus herpes simplex timbul gejala prodormal seperti demam,

sakit kepala, malaise, mual dan muntah. Satu sampai dua hari setelah timbulnya

gejala prodormal, muncul lesi awal gingivostomatitis yaitu vesikel kecil pada

mukosa oral, dengan karakteristik dinding tipis dengan inflamasi dibawahnya.

Vesikel mudah pecah meninggalkan daerah ulser. Lesi dapat mucul pada semua

daerah di rongga mulut. Selain itu dijumpai gingivitis marginalis akut generalisata

(Greenberg and Glicks, 2003).

3.1.6. Perawatan

Perawatan traumatik ulser meliputi eliminasi faktor penyebab serta

penggunaan antiseptic mouthwash seperti chlorhexidine gluconate 0.2% atau

paliasi menggunakan salep anastetikum selama fase penyembuhan berlangsung.

Terapi ulser traumatik berupa terapi kausatif dengan menghilangkan faktor

etiologi atau penyebab (traumatic factors) dan tergantung pada ukuran, lamanya,

dan lokasi lesi. Terapi simptomatik pasien dengan traumatik ulser yaitu dengan

pemberian obat (Glen, 2009). Terapi suportif dapat dengan mengonsumsi

makanan lunak, memperbanyak minum air putih, sayur dan buah serta makanan

tinggi protein. Setelah pengaruh traumatik hilang, ulser akan sembuh dalam waktu

2 minggu (Langlais and Miller, 2011).


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada makalah ini akan dilakukan pembahasan pada keluhan utama pasien

sakit di gusi bagian kiri atas saat terkena makanan keras dan tajam sejak 2 hari

yang lalu, tidak ada faktor yang memperingan keluhan, sakit belum pernah

diobati. Pasien memiliki riwayat sariawan sebelumnya, dan triwayat pwnyakit

sistemik disangkal. Berdasarkan anamnesis operator mendiagnosis lesi tersebut

adalah traumatic ulcer. Menurut Langlais & Miller (2000), traumatik ulser adalah

bentukan lesi ulseratif yang disebabkan oleh adanya trauma. Menurut Lewis dan

Jordan (2004), gambaran klinis pada kasus trauma mekanis, bentuk lesi biasanya

ireguler atau sesuai dengan area sumber trauma. Ulser yang akibat iritasi kimia,

memperlihatkan daerah superfisial erosi yang lebih luas, juga disertai dengan

eksudat fibrinous. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan intra oral pasien

dimana terdapat lesi ulser di dingiva regio 25, sakit, irreguler, permukaan halus,

tepi eritem tipis, dasar putih, margin tegas disertai eritematous yang tipis. Etiologi

kasus ini adalah trauma mekanis, pasien memakan makanan keras dan tajam.

Penegakkan diagnosis pada pasien ini dibandingkan dengan beberapa

penyakit diagnosis banding yang lain terletak pada rekurensi lesi dan bentuk lesi

ulseratif yang irreguler tentunya berbeda dengan RAS. Jika dibandingkan dengan

RAS, ulser traumatik memiliki tanda klinis yang mirip. Keduanya berupa lesi

yang dikelilingi eritema. Perbedaannya, tampilan klinis RAS berupa lesi bulat,

simetris, dan dangkal seperti ulser yang disebabkan virus, namun tidak ada

20
21

jaringan yang berasal dari vesikel yang ruptur. Selain itu, gejala awal timbulnya

RAS ditemukan rasa terbakar dan menyengat pada penderitanya sebelum ulser

muncul. Daerah yang jarang terkena RAS adalah palatum keras dan gingiva cekat

(Greenberg and Glick, 2008). Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan karena lesi

pasien telah hilang sebelum 10 hari sejak awal kemunculan lesi. Hal tersebut

berkaitan dengan anjuran untuk biopsi yang dilakukan jika lesi tidak kunjung

hilang dalam 2 minggu (Regezi et al., 2012).

Terapi yang diberikan adalah edukasi faktor predisposisi. Menurut Field

dan Longman (2003), edukasi mengenai faktor predisposisi merupakan hal yang

sangat penting dilakukan pada perawatan ulseratif agar tidak terjadi rekurensi.

Dalam kasus ini, pasien mengalami traumatik ulser yang disebabkan karena

trauma memakan makanan keras dan tajam. Komunikasi informasi edukasi (KIE)

kepada pasien mengenai penyakit yang diderita perlu dijelaskan sejelas-jelasnya

sehingga pasien mengerti dan bisa menghindari faktor-faktor yang menyebabkan

ulser. Pasien juga diinstruksikan untuk banyak minum air putih sebanyak 2 liter

per hari dan perbanyak konsumsi makanan yang mengandung vitamin B12, zat

besi, dan asam folat.

Selain itu, pemberian medikasi pada pasien traumatik ulser perlu

dilakukan dengan tujuan mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan.

Pada kasus ini pasien diberikan terapi secara farmakologi yaitu antiseptik, berupa

obat kumur antiseptik chlorhexidine gluconate 0,2%. Obat ini diberikan tentunya

dengan tujuan utama agar penyembuhan lesi ulseratif dapat berjalan dengan lebih

cepat. Kelebihan utama chlorhexidine dibandingkan dengan obat kumur lainnya


22

adalah perlekatannya dengan substansi (jaringan rongga mulut). Ikatannya baik

dengan jaringan lunak maupun keras pada mulut menyebabkan efek chlorhexidine

bertahan dalam jangka waktu yang lama setelah digunakan sehingga dapat

mengoptimalkan proses penyembuhan. Di sisi lain, obat ini juga diberikan sebagai

antisipasi dari terjadinya infeksi sekunder yang dikarenakan lesi yang terbuka.

Selain itu edukasi nutrisi dan hidrasi untuk mengurangi rekurensi ulser dan

memperbaiki kelembaban mukosa oral serta diikuti dengan terapi farmakologi.

Pasien datang kembali untuk kontrol 7 hari setelah perawatan. Lesi ulser

telah menghilang saat pasien melakukan kontrol. Pasien mengaku sariawan

tersebut sudah hilang setlah 5 hari menggunakan obat kumur. Terapi yang

diberikan menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada pasien rasa perih ketika

makan dan minum hilang. Pada bagian lain yaitu mukosa bukal kiri dan lateral

lidah kiri muncul ulcer tunggal, maka diperlukan kontrol dan pemeriksaan rutin

untuk menegakan diagnosis.


23

Pasien datang dengan keluhan


sakit di gusi kiri atas

IO: Terdapat lesi putih (ulcer)


Riwayat penyakit
di regio 26, irregular, dikelilingi
EO: TAK eritematous, jumlah 2, batas sistemik (gastritis) dan
tegas dikelilingi eritematous keluarga disangkal
tipis, diameter ±1 mm, dasar
cekung, kedalaman ± 1 mm,
permukaan licin

Traumatic ulcer

 OHI (Pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi 2x sehari disertai sikat


lidah dengan tongue scraper 2x sehari) & KIE (tidur cukup (6-8
jam/hari), minum air mineral minimal 2L/hari, makan makanan yang
mengandung vit B, zat besi, asam folat (buah, kacang panjang, bayam,
susu)
 Chlorhexidine gluconate 0,2%

Rasa sakit dan ulcer menghilang setelah 5 hari


penggunaan obat kumur

Muncul ulcer di tempat lain pada saat kontrol 1 minggu,


dibperlukan kontrol dan pemeriksaan rutin untuk menegakan
diagnosis.
BAB V

SIMPULAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan intraoral, dapat ditarik

kesimpulan pasien mengalami traumatik ulser. Pada pemeriksaan intraoral

ditemukan mukosa bukal terdapat lesi ulser ireguler di regio gigi 25 dengan

permukaan halus, tepi eritem tipis dan dasar permukaan yang cekung. Traumatik

ulser yang dialami pasien disebabkan oleh trauma mekanis makanan keras dan

tajam.

Pasien diberikan obat kumur antiseptik chlorhexidine gluconate 0.2%.

Pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan mulut dan hidup sehat dengan cara

menyikat gigi dua kali sehari, minum minimal 2L/hari, dan makan dengan

makanan gizi seimbang.

24
DAFTAR PUSTAKA

Cawson, RA and Odell, EW. 2002. Essentials of Oral Pathology and Oral
Medicine. 7th ed. Edinburg : Churchill Livingstone.
Field, A and Longman, L. 2003. Tyldesley's Oral Medicine. 5th ed. Oxford
University Press.
Greenberg, M.S and Glick, M. 2003. Burket’s Oral Medicine : Diagnosis and
Treatment. Spanyol : BC Decker Inc.
Langlais, RP and Miller CS. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim.
Alih Bahasa. 2000
Lewis, M. A. O. dan Lamey, P. J. 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Widya
Medika : Jakarta
____________ and Jordan, MCK. 2004. A Colour Handbook of Oral Medicine.
London:Manson.
Laskaris, George. 2006. Color Atlas of Oral Disease: second edition. New York :
Thieme
Sonis, S., Fazio, R.C., dan Fang, L. 1984 . Principle and Practice of Oral
Medicine 2nd edition . USA.
Regezi, J. A.; J. J. Sciubba; and R. C. K. Jordan. 2012. Oral Pathology: Clinical
Pathologic Correlations 5th Edition. United States: Saunders.

25

Anda mungkin juga menyukai