Putri Ratnasari
160112170071
Pembimbing :
drg., Indah Suasani Wahyuni, Sp. PM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2020
JUDUL : TRAUMATIC ULCER
Menyetujui :
Dosen pembimbing
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS..........................................................................3
2.1. Status Klinik Ilmu Penyakit Mulut.....................................................3
2.1.1 Data Pasien................................................................................3
2.1.2 Anamnesis.................................................................................3
2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik........................................................4
2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu.....................................................4
2.1.5 Kondisi Umum..........................................................................4
2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral...........................................................4
2.1.7 Pemeriksaan Intraoral................................................................5
2.1.8 Gambar Kasus............................................................................6
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang.............................................................7
2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding...........................................7
2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan.........................................7
2.2. Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut ..................................................8
2.2.1 Anamnesis.................................................................................8
2.2.2 Pemeriksaan Ekstraoral.............................................................8
2.2.3 Pemeriksaan Intraoral................................................................8
2.2.4 Gambar Kasus............................................................................10
2.2.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang...................................................10
2.2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding.............................................10
2.2.7 Rencana Perawatan dan Perawatan...........................................11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA...................................................................12
3.1 Traumatik Ulser..................................................................................12
3.1.1 Definisi......................................................................................12
3.1.2 Etiologi......................................................................................12
3.1.3 Gambaran Klinis.......................................................................13
ii
3.1.4 Histopatologi.............................................................................14
3.1.5 Diagnosis Banding....................................................................15
3.1.6 Perawatan...................................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................21
BAB V KESIMPULAN............................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ulser merupakan suatu lesi yang berbatas jelas, seringkali berupa lesi
cekung dengan defek epitel yang ditutupi oleh bekuan fibrin, dengan penampilan
berwarna putih kekuningan (Greenberg and Glick, 2008). Ulser yang terbentuk di
mukosa mulut merupakan gambaran lesi oral yang sangat umum dijumpai pada
kebanyakan orang di berbagai usia maupun jenis kelamin. Ulser pada rongga
mulut dapat ditemukan pada 25% dari penduduk dunia. Salah satu penyebab ulser
Ulser traumatik merupakan bentuk umum dari ulserasi rongga mulut yang
terjadi akibat trauma mekanis baik akut maupun kronis yang mengakibatkan
hilangnya seluruh epitel (Sella dan Rizal, 2011). Ulser traumatik dapat disebabkan
oleh trauma fisik (mekanik, termal, listrik) atau kimia. Penyebab umum trauma
mekanik yaitu instrumen gigi yang tajam, gigi tajam dan patah, alat ortodonsi dan
prostetik, dan bibir atau lidah mati rasa yang tergigit setelah injeksi anestesi lokal
(Longman and Field, 2003; Laskaris, 2006). Traumatik ulser dapat muncul di
semua area rongga mulut tergantung dari penyebab terjadinya lesi. Lesi ini
tampak dalam jenis ulser yang dikelilingi eritem dan dilapisi pseudomembran
Makalah ini akan membahas laporan kasus mengenai traumatik ulser secara
rinci pada pasien wanita berusia 21 tahun yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan
1
2
Mulut FKG Unpad dengan keluhan pipi dan gusi kiri bagian dalam yang terasa
LAPORAN KASUS
Usia : 21 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
2.1.2 Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan sakit di gusi bagian kiri atas saat terkena
makanan keras dan tajam sejak 2 hari yang lalu. Tidak ada faktor yang
bulan yang lalu untuk skeling. Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk. Pasien
dirawat.
3
4
Disangkal
Pernafasan : 16 kali/menit
Nadi : 70 kali/menit
Kelenjar Limfe
TMJ TAK
Wajah Simetris/Asimetris
Lain-lain -
permukaan halus
Mukosa bukal : Teraan gigitan pada regio gigi 4-7 kiri dan kanan
1
Lidah : Terdapat bitnik-bintik coklat kemerahan di ujung lidah
3
anterior
Status Gigi :
ue ue
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
ue cs cs ue
Tidak dilakukan
2. Café Au Lait
DD/ Melanoplakia
1) OHI
2) Resep
fl no. I (150ml)
∫2dd col.oris
3) KIE
8
Pasien diinstruksikan untuk tidur cukup (6-8 jam/hari), minum air mineral
minimal 2L/hari, makan makanan yang mengandung vit B, zat besi, asam
2.2.1 Anamnesis
menggunakan obat kumur yang diresepkan, pasien merasa sariawannya tidak sakit
sejak 5 hari setelah kunjungan pertama. Sariawan lain muncul di tempat lain yaitu
Kelenjar Limfe
Wajah Simetris/Asimetris
Mukosa bukal : -Terdapat teraan gigitan pada regio gigi 4-7 kiri dan kanan
1
Lidah : -Terdapat bitnik-bintik coklat kemerahan di ujung lidah
3
anterior
a.
b. c.
Gambar 2. a Gingiva regio 26 b.c Traumatic ulcer ar 37 dan lateral lidah kiri
Tidak dilakukan
1) OHI dilanjutkan
2) KIE dilanjutkan
3) Resep dilanjutktan
4) Pro kontrol
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1. Definisi
Ulser merupakan suatu defek dalam epitelium berupa lesi dangkal berbatas
tegas serta lapisan epidermis diatasnya menghilang (Greenberg, et al, 2003). Lesi
ulseratif adalah gangguan mukosa mulut yang umum terjadi. Penyebab paling
umum dari lesi ini adalah faktor mekanis, penyakit menular, neoplasma, serta
gangguan autoimun dan hematologis (Laskaris, 2006). Traumatik ulser adalah lesi
yang terbentuk karena kerusakan local dari jaringan epitel. Traumatik ulser juga
ulcer’. Traumatik ulser dapat terjadi pada semua usia dan pada kedua jenis
kelamin. Lokasinya biasanya pada mukosa pipi, mukosa bibir, palatum, dan tepi
perifer lidah (Langlais & Miller, 2000). Secara simtomatis, kebanyakan traumatik
3.1.2. Etiologi
Traumatik ulser dapat diakibatkan oleh trauma fisik atau kimia (Field dan
Longman, 2003). Trauma mekanis sering terjadi pada mukosa oral dan bisa
menjadi parah jika terjadi ketika mukosa baal setelah anestesi lokal diberikan
setelah prosedur perawatan gigi. Ulser traumatik juga dapat berasal dari
12
13
maloklusi, gigi tiruan yang tidak muat di rahang, flossing dan menyikat gigi
terlalu kasar, self-injurious habit, dan oral piercings (Greenberg and Glick, 2008).
praktisi kesehatan, perawat medis atau prosedur diagnosis. Ulser yang disebabkan
pengangkatan cotton roll, tekanan negative ejector saliva, instrument rotary dapat
terjadi namun dapat dicegah (Regezi, et al., 2012). Ulserasi akibat trauma thermal
akut misalnya dari mengkonsumsi makanan atau minuman yang sangat panas,
dapat terjadi pada bagian manapun dari mukosa mulut. Trauma kimiawi
disebabkan oleh pasien atau dokter gigi menempatkan bahan kimia misalnya
aspirin yang dapat menyebabkan trauma langsung ke mukosa pada saat perawatan
lesi tunggal, sangat sakit dengan permukaan licin, dasar putih kekuningan dan
lesi. Selain itu lesi berbentuk ireguler, lunak, ulser dengan yellow and fibrinous
center, margin yang tegas disertai halo eritematosa tipis. (Laskaris, 2006).
Pada kasus trauma mekanis, bentuk lesi biasanya ireguler atau sesuai
dengan area sumber trauma. Sebab itu, ulserasi yang terlihat ireguler biasanya
merupakan hasil dari trauma. Ulser akibat iritasi kimia, memperlihatkan daerah
superfisial erosi yang lebih luas, juga disertai dengan eksudat fibrinous (Lewis
a b
Gambar 3.1 a Traumatik ulser akibat restorasi yang patah pada gigi molar
sati bawah (Lewis dan Jordan, 2004) b Traumatic ulser pda mukosa labial inferior
(Laskaris, 2006)
3.1.4. Histopatologi
jaringan fibrin yang mengandung neutrofil. Dasar ulser terlihat adanya dilatasi
kapiler dan seiring waktu digantikan jaringan granulasi. Regenerasi epitel dimulai
dari margin ulser dengan proliferasi sel bergerak ke dasar jaringan granulasi dan
Ulser kronis memiliki dasar jaringan granulasi, dengan lesi ditemukan lebih
dalam pada jaringan. Berbagai macam sel inflamasi dapat dilihat. Regenerasi
epitel mungkin tidak terjadi karena trauma yang terus berlanjut, sel-sel inflamasi
Infection.
ditandai oleh adanya ulser yang berulang pada mukosa mulut pasien tanpa adanya
gejala atau tanda penyakit lain. Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) termasuk di
antara lesi mukosa oral yang paling umum, dengan prevalensi 10-30% pada
populasi umum (Greenberg and Glick, 2008; Laskaris. 2006). RAS merupakan
keadaan dimana timbul lesi ulseratif pada rongga mulut yang berulang (rekuren).
Ulser berbentuk ovoid atau bulat. RAS biasanya menyerang mukosa lunak mulut
atau mukosa nonkeratin yang tidak melekat langsung pada tulang. Daerah ini
meliputi mukosa labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak, dan
mukosa orofaringeal. Daerah yang jarang terkena RAS adalah palatum keras dan
gingiva cekat ( Greenberg and Glick, 2003). Penyebabnya masih belum jelas.
Bukti terbaru mendukung konsep bahwa respons imun yang dimediasi sel
dan sakit, biasanya terbatas pada mukosa oral dan pharyngeal non keratin (bukan
palatum keras atau gingiva cekat), ulser dengan batas tegak lurus dengan dasar
16
fibrinous kuning dan eritematosa halo. RAS memiliki 3 bentuk klinis yaitu:
Kondisi ini ditandai dengan terjadinya dari satu sampai lima, lesi dangkal, bulat
berdiameter kurang dari 10 mm (umumnya sekitar 4-5 mm), dan memiliki dasar
abu-abu/ kuning dengan margin eritem. Ulser sembuh tanpa jaringan parut,
biasanya dalam waktu sekitar 10 hari, dan cenderung berulang pada interval 1-4
Major aphthous ulcers lebih besar dari aphthous minor dan biasanya lebih
besar dari 10 mm. Ulser dapat terjadi di mana saja di mulut, termasuk mukosa
mulut berkeratin, tetapi bibir, palatum lunak, area tonsil, dan orofaring adalah
tempat yang paling umum. Jumlah ulser bervariasi dari satu sampai sepuluh dan
memerlukan waktu 4-6 minggu untuk sembuh, dan biasanya sembuh dengan
jaringan parut. Ulser ini cenderung kambuh kurang dari interval bulan, sehingga
17
pada kasus yang parah ulserasi rongga mulut hampir berlanjut dan mungkin
terkait dengan ketidaknyamanan yang parah dan dengan kesulitan makan dan
berbicara. Tidak seperti ulserasi dangkal pada aphthous minor, aphthous mayor
lebih panjang dan dalam serta ulser timbul berbentuk cekung dengan margin
seperti tergulung yang keras saat dipalpasi karena terdapat fibrosis (Soames and
Southam, 2005).
3) Herpetiform ulceration
pin-head sized (sekitar 1-2 mm) yang dapat terjadi pada bagian manapun dari
mukosa mulut. Sebanyak seratus ulser mungkin ada. Ketika beberapa ulser
ireguler. Ulser biasanya sembuh dalam 2-3 minggu. Ulser yang besar mungkin
memakan waktu lebih lama dan mungkin sembuh dengan jaringan parut, tapi ini
tidak menonjol. Ulser cenderung kambuh kurang dari interval bulan dan dapat
dikaitkan dengan ketidaknyamanan yang parah. Ini adalah jenis ulserasi yang
paling umum dikaitkan dengan RAS dan cenderung terjadi pada kelompok usia
18
yang lebih tua dibandingkan dengan aphthous minor dan mayor (Soames and
Southam, 2005).
4) Behcet’s Syndrome
oral rekuren, ulser genital rekuren, dan lesi mata. Behcet’s syndrome disebabkan
oleh imunokompleks yang mengarah pada vasculitis dari pembuluh darah kecil
dan sedang dan inflamasi dari epitel yang disebabkan oleh limfosit T dan plasma
sel yang imunokompeten. Lesi tunggal yang paling umum terjadi pada Behcet’s
syndrome terjadi di mukosa oral. Ulser oral rekuren muncul pada lebih dari 90%
pasien. Lesi ini tidak dapat dibedakan dari RAS. Beberapa pasien memiliki
riwayat lesi oral ringan yang rekuren. Beberapa pasien lainnya memiliki lesi yang
besar dan dalam serta meninggalkan jaringan parut yang mirip dengan lesi RAS
mayor.
Pada infeksi virus herpes simplex timbul gejala prodormal seperti demam,
sakit kepala, malaise, mual dan muntah. Satu sampai dua hari setelah timbulnya
gejala prodormal, muncul lesi awal gingivostomatitis yaitu vesikel kecil pada
Vesikel mudah pecah meninggalkan daerah ulser. Lesi dapat mucul pada semua
daerah di rongga mulut. Selain itu dijumpai gingivitis marginalis akut generalisata
3.1.6. Perawatan
etiologi atau penyebab (traumatic factors) dan tergantung pada ukuran, lamanya,
dan lokasi lesi. Terapi simptomatik pasien dengan traumatik ulser yaitu dengan
makanan lunak, memperbanyak minum air putih, sayur dan buah serta makanan
tinggi protein. Setelah pengaruh traumatik hilang, ulser akan sembuh dalam waktu
PEMBAHASAN
Pada makalah ini akan dilakukan pembahasan pada keluhan utama pasien
sakit di gusi bagian kiri atas saat terkena makanan keras dan tajam sejak 2 hari
yang lalu, tidak ada faktor yang memperingan keluhan, sakit belum pernah
adalah traumatic ulcer. Menurut Langlais & Miller (2000), traumatik ulser adalah
bentukan lesi ulseratif yang disebabkan oleh adanya trauma. Menurut Lewis dan
Jordan (2004), gambaran klinis pada kasus trauma mekanis, bentuk lesi biasanya
ireguler atau sesuai dengan area sumber trauma. Ulser yang akibat iritasi kimia,
memperlihatkan daerah superfisial erosi yang lebih luas, juga disertai dengan
eksudat fibrinous. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan intra oral pasien
dimana terdapat lesi ulser di dingiva regio 25, sakit, irreguler, permukaan halus,
tepi eritem tipis, dasar putih, margin tegas disertai eritematous yang tipis. Etiologi
kasus ini adalah trauma mekanis, pasien memakan makanan keras dan tajam.
penyakit diagnosis banding yang lain terletak pada rekurensi lesi dan bentuk lesi
ulseratif yang irreguler tentunya berbeda dengan RAS. Jika dibandingkan dengan
RAS, ulser traumatik memiliki tanda klinis yang mirip. Keduanya berupa lesi
yang dikelilingi eritema. Perbedaannya, tampilan klinis RAS berupa lesi bulat,
simetris, dan dangkal seperti ulser yang disebabkan virus, namun tidak ada
20
21
jaringan yang berasal dari vesikel yang ruptur. Selain itu, gejala awal timbulnya
RAS ditemukan rasa terbakar dan menyengat pada penderitanya sebelum ulser
muncul. Daerah yang jarang terkena RAS adalah palatum keras dan gingiva cekat
(Greenberg and Glick, 2008). Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan karena lesi
pasien telah hilang sebelum 10 hari sejak awal kemunculan lesi. Hal tersebut
berkaitan dengan anjuran untuk biopsi yang dilakukan jika lesi tidak kunjung
dan Longman (2003), edukasi mengenai faktor predisposisi merupakan hal yang
sangat penting dilakukan pada perawatan ulseratif agar tidak terjadi rekurensi.
Dalam kasus ini, pasien mengalami traumatik ulser yang disebabkan karena
trauma memakan makanan keras dan tajam. Komunikasi informasi edukasi (KIE)
ulser. Pasien juga diinstruksikan untuk banyak minum air putih sebanyak 2 liter
per hari dan perbanyak konsumsi makanan yang mengandung vitamin B12, zat
Pada kasus ini pasien diberikan terapi secara farmakologi yaitu antiseptik, berupa
obat kumur antiseptik chlorhexidine gluconate 0,2%. Obat ini diberikan tentunya
dengan tujuan utama agar penyembuhan lesi ulseratif dapat berjalan dengan lebih
dengan jaringan lunak maupun keras pada mulut menyebabkan efek chlorhexidine
bertahan dalam jangka waktu yang lama setelah digunakan sehingga dapat
mengoptimalkan proses penyembuhan. Di sisi lain, obat ini juga diberikan sebagai
antisipasi dari terjadinya infeksi sekunder yang dikarenakan lesi yang terbuka.
Selain itu edukasi nutrisi dan hidrasi untuk mengurangi rekurensi ulser dan
Pasien datang kembali untuk kontrol 7 hari setelah perawatan. Lesi ulser
tersebut sudah hilang setlah 5 hari menggunakan obat kumur. Terapi yang
makan dan minum hilang. Pada bagian lain yaitu mukosa bukal kiri dan lateral
lidah kiri muncul ulcer tunggal, maka diperlukan kontrol dan pemeriksaan rutin
Traumatic ulcer
SIMPULAN
ditemukan mukosa bukal terdapat lesi ulser ireguler di regio gigi 25 dengan
permukaan halus, tepi eritem tipis dan dasar permukaan yang cekung. Traumatik
ulser yang dialami pasien disebabkan oleh trauma mekanis makanan keras dan
tajam.
Pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan mulut dan hidup sehat dengan cara
menyikat gigi dua kali sehari, minum minimal 2L/hari, dan makan dengan
24
DAFTAR PUSTAKA
Cawson, RA and Odell, EW. 2002. Essentials of Oral Pathology and Oral
Medicine. 7th ed. Edinburg : Churchill Livingstone.
Field, A and Longman, L. 2003. Tyldesley's Oral Medicine. 5th ed. Oxford
University Press.
Greenberg, M.S and Glick, M. 2003. Burket’s Oral Medicine : Diagnosis and
Treatment. Spanyol : BC Decker Inc.
Langlais, RP and Miller CS. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim.
Alih Bahasa. 2000
Lewis, M. A. O. dan Lamey, P. J. 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Widya
Medika : Jakarta
____________ and Jordan, MCK. 2004. A Colour Handbook of Oral Medicine.
London:Manson.
Laskaris, George. 2006. Color Atlas of Oral Disease: second edition. New York :
Thieme
Sonis, S., Fazio, R.C., dan Fang, L. 1984 . Principle and Practice of Oral
Medicine 2nd edition . USA.
Regezi, J. A.; J. J. Sciubba; and R. C. K. Jordan. 2012. Oral Pathology: Clinical
Pathologic Correlations 5th Edition. United States: Saunders.
25